Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RAGAM BELAJAR MENURUT PANDANGAN TEORI

HUMANISTIK DAN KONSTRUKTIVISTIK

Dosen Pengampuh :

Dalima Septiria, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Liza renita 2223290048


2. Mini Soleha 2223290049

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS NEGERI FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita haturkan kepada Allah SWT. Tuhan
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh
tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Tujuan disusun nya makalah ini agar pembaca dapat memperluas ilmu dan
pengetahuan tentang “ Ragam Belajar Menurut Pandangan Teori Humanistik
dan Konstruktivistik“. Ucapan Terimakasih kami haturkan kepada Dosen
Pengampu Mata Kuliah Psikologi ibu Dalima Septiria, M.Pd, teman – teman dan
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini, terutama
pertolongan Allah SWT yang memberikan kami kesehatan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat waktu.

Dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan kritik dan


saran yang bersifat membangun, agar kami dapat Menyusun makalah ini lebih
baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, pada
khususnya masyarakat umum.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1
Teori-teori belajar hadir di belantika kehidupan, mengisi lembaran sejarah
dalam dunia pendidikan. Belajar tidak hanya sekedar menghafal melainkan
mencoba mengaitkan antar konsep yang sudah ada di dalam struktur kognitif
dengan informasi baru sehingga menjadi lebih bermakna. Belajar adalah berubah.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar adalah usaha untuk mengubah
tingkah laku. Belajar akan membawa suatu perubahan bagi individu-individu yang
belajar. Perubahan tersebut tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian,
harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Dan menyangkut semua aspek
organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga psiko-fisik
untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti
menyangkut unsur rasa, cipta, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Peran guru diperlukan untuk membantu melatih keterampilan kepada


siswa dan mengintergrasikannya ke dalam pembelajaran. Terkait adaptasi dunia
pendidikan menghadapi revolusi industri dan perlunya melatih keterampilan.

Teori-teori tentang belajar dan pembelajaran itu termasuk cara guru untuk
mendidik para peserta didiknya, agar mereka memahami bagaimana proses belajar
dan pembelajaran yang baik, sehingga mereka dapat mendidik para peserta didik
yang baik.

B. Rumusan Masalah

1
M Arsyad, Teori Belajar dan Peran Guru pada Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0
(Lambung Mangkurat Universitas Press, 2021), h. 5.
1. Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran humanistik dan
konstruktik?
2. Apa saja prinsip pembelajran humanistik dan konstruktik?
3. Siapa saja tokoh teori pembelajaran humanistik dan konstruktik?
4. Bagaimana aplikasi teori pembelajaran humanistik dan konstruktik?
5. Apa kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran humanistik dan
konstruktik?

C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan teori pembelajaran humanistik dan konstruktik
2. Untuk mengetahui prinsip humanistik dan konstruktik
3. Untuk menyebutkan tokoh teori pembelajaran humanistik dan konstruktik
4. Untuk menjelaskan penerapan teori pembelajaran humanistik dan
konstruktik
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan humanistik dan konstruktik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pembelajaran Humanistik


1. Pengertian Teori Pembelajaran Humanistik
Teori humanistik berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan
dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia. Teori ini
dikatakan berhasil jika siswa sudah bisa memahami lingkungan dan
dirinya sendiri. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator serta memberi
motivasi kepada siswa.2
Chairul menejelaskan bahwa teori humanistik ialah suatu teori
dalam pembelajaran yang mengedepankan cara memanusiakan manusia,
sehingga potensi dirinya dapat berkembang. Aliran ini memandang belajar
sebagai proses untuk menemukan dirinya atau memanusiakan manusia
dengan segala potensinya. Pencapaian dari proses ialah aktualisasi diri,
pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Karena proses humanisasi tersebut, aliran ini melihat kehidupan manusia
sebagaimana manusia melihat kehidupan.
Perspektif humanistic memandang diri manusia memiliki kehendak
bebas sesuai dengan sesuatu yang diinginkannya. Seseorang bebas untuk
memilih perilakunya sendirii ketimbang bereaksi terhadap ransangan
lingkungan dan penguatan. Masalah terjadi bila hal tersebut berurusan
dengan harga diri, pemenuhan diri, dan kebutuhan diri. Oleh karenanya
aliran ini dipercaya bahwa dengan memfasilitasi pengembangan
kpribadian manusia, maka masalah tidak akan terjadi. Sehingga proses
belajar humanistik dapat dimulai dan ditunjukkan untuk kepetingan
memanusiakan manusia itu sendiri.

2
Roberta Uran Hurit dkk, Belajar dan Pembelajaran (Media Sains Indonesia dan Penulis,
2021), h. 6.
Asri budiningsih memandang bahwa teori belajar humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori
kepribadian, dan psikoterapi daripada bidang kajian-kajian psikologi
belajar. Teori humanistik sangat mementingkan sesuatu yang dipelajari
daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara
tentang konsep-konsep pendidikan untu itu focus model humanisti ialah
pengembangan berbagai aspek manusia, seperti emosional, sosial, mental,
dan keterampilan.3

2. Prinsip-prinsip Teori Pembelajaran Humanistik


4
Berikut ini menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik
yang penting diantaranya sebagai berikut:
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan
murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk
ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar
itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah
proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar
dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

3
Chairil Anwar, Teori-teori Pendidikan (IRCiSoD, 2017), h. 277.
4
Novina Suprobo, Teori Belajar Humanistik (academia.edu, 2008), h.10.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya,
baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat
memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih
mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri
dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain
merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern
ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang
terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam
diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

3. Tokoh-tokoh Pembelajaran Teori Humanistik


5
Para tokoh dalam psikologi humanistik ada 3 tokoh sebagai berikut:
a. Arthur Combs (1912-1999)
Arthur Combs mencurahkan banyak perhatian pada dunia
pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang
sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai
atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa
matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka
enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu
sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan
baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan
mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga
apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal

5
Novina Suprobo, Teori Belajar Humanistik (academia.edu, 2008), h.3.
membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa
banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa
mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya.
b. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri
individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri
masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti
rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk
mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia
miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke
arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri
menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri(self).
c. Rogers menjadi profesor psikologi di Universitas Universitas
Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke lingkungan
akademik membuat Rogers mengembangkan metode client-
centered psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan
istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan
memakai istilah pasien. Rogers membedakan dua tipe belajar,
yaitu:
(1) Kognitif (kebermaknaan)
(2) Experiential ( pengalaman atau signifikansi)

4. Penerapan Teori Belajar Humanistik


Menurut teori ini agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan
inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan
mengalami belajar eksperiensial (eksperiential learning). Dalam
perakteknya, teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk
berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Oleh sebab itu
walaupun secara eksplinsit belum ada pedoman baku tentang langkah-
langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik, namun paling
tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati
dan Prasetya Irawan dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. Menentukan materi
pelajaran.
b. Mengidentifikasi kemampuan awal (entry behavior)
c. Mengidentifikasi topik-topik pembelajaran yang memungkinkan
siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
d. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media
pembelajaran.
e. Membimbing siswa belajar secara aktif.
f. Membimbing siswa untuk memahami hakikat, makna, dari
pengalaman belajarnya
g. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman
belajarnya.
h. Membimbing siswa dalam Mengaplikasikan komponen-komponen
baru ke situasi nyata.Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

5. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Humastik


Di bawah ini akan dijelaskan kelebihan dan kelemahan teori belajar
humanistik, sebagai berikut.
a. Kelebihan teori belajar humanistik
Pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah
siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan
sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani,
tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang
berlaku.
b. Kelemahan Teori Belajar Humanistik
6
Karena dalam teori ini guru ialah sebagai fasilitator maka
kurang cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang aktif atau
pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan takut atau
malu untuk bertanya pada gurunya sehingga dia akan tertinggal
oleh teman-temannya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran,
padahal dalam teori ini guru akan memberikan respons bila murid
yang diajar juga aktif dalam menanggapi respons yang diberikan
oleh guru. Karena siswa berperan sebagai pelaku utama (student
center) maka keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan
oleh siswa itu sendiri, peran guru dalam proses pembentukan dan
pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang.

B. Teori Belajar Konstruktivistik


1. Pengertian Pembelajaran Konstruktivistik

6
Ellyana IIsan Eka Putri, “Humanis dalam Mendidik (Analisis Terapan Aliran Psikologi
Humanistik), Jurnal Tarbiyatuna, vol. 2 no. 2 (September 2018): h. 63.
7
Teori pembelajaran konstruktivistik adalah senuah teori
pendidikan yang mengedepankan peningkatan perkembangan logika
dan konseptual.
Dalam teori ini benar-benar diakui jika siswa dapat cari sendiri
permasalahannya, membuat pengetahuannya sendiri lewat
kekuatannya berpikir serta rintangan yang ditemui oleh beberapa
siswa. Mereka bisa mengakhiri serta membuat ide tentang
keseluruhnya pengalaman yang berbentuk fakta serta membuat ide
tentang keseluruhnya pengalaman yang berbentuk fakta serta teori
pada sebuah bangunan yang utuh.

2. Prinsip-prinsip Teori Konstruktivistik


8
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivistik yang diterapkan
dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali
hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
c. Murid aktif mengonstruksi secara terus menerus sehingga selalu
terjadi perubahan konsep ilmiah
d. Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi berjalan lancar
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
f. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan
g. Mencari dan menilai pendapat siswa
h. Menyesesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa

3. Tokoh-tokoh Teori Belajar Konstruktivistik

7
Roberta Uran Hurit dkk, Belajar dan Pembelajaran (Media Sains Indonesia dan Penulis,
2021), h.6.
8
Feida Noorlaila Isti’adah, Teori-teori Belajar dalam Pendidikan (Edu Publisher, 2020),
h. 226.
9
Tokoh-tokoh teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut:
a. Driver dan bell
Mereka mengajukan karakteristik teori belajar konstruktivistik
sebagai berikut:
(1) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan
memiliki tujuan
(2) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses
ketertiban siswa
(3) Pengetahuan bukan sesuatu yang dating dari luar melainkan
dikontruksi secara personal
b. Jean piaget
Jean piaget mengatakan perkembangan intelektual terjadi melalui
tahap-tahap beruntung yang selalu terjadi dengan urutan yang
sama. Maksudnya setiap manusia akan mengalami urutan-urutan
tersebut dengan urutan yang sama.
c. Lev Vigotsky
Konstruktivistik yang dikembangkan vigotsky adalah belajar bagi
anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan social maupun
fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah
diperoleh dalam konteks social budaya seseorang.

4. Penerapan Teori Belajar Konstruktivistik


Penerapan teori belajar konstruktivistik dalam pembelajaran
melibatkan aktivitas siswa secara langsung. Sehingga pembelajaran
menjadi bermakna. Pengalaman-pengalaman belajar atau program
perkuliahan diciptakan oleh pendidik sedemikian rupa, sehingga dapat
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang bermakna kepada
siswa. Hasil dari penerapan teori konstruktivistik adalah
pembentukkan makna dari pengalaman dan aktivitas belajar yang
dilalui ole siswa.

9
Muh. Yunus Pasanreseng Andi Padi, Psokologi Pendidikan (FORSILADI, 2022), h. 105.
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivistik
Kelebihan dari teori konstruktivistik sebagai berikut :
a. Guru bukan satu-satunya sumber belajar, Maksudnya yaitu dalam
proses pembelajaran guru hanya sebagai pemberi ilmu dalam
pembelajaran, siswa tuntut untuk lebih aktif dalam proses
pembelajarannya, baik dari segi latihan, bertanya, praktik dan lain
sebagainya, jadi guru hanya sebagi pemberi arah dalam
pembelajaran dan menyediakan apa-apa saja yang dibutuhkan oleh
siswanya. Sebab dalam kosntruktivistik pengetahuan itu tidak
hanya di dapatkan dalam proses pembelajaran akan tetapi bisa juga
di dapatkan melalui diskusi, pengalaman dan juga bisa di dapatkan
di lingkungan sekitarnya.10
b. Siswa (pembelajaran) lebih aktif dan kreatif. Maksudnya di mana
siswa dituntut untuk bisa memahami pembelajarannya baik di
dapatkan di sekolah dan yang dia dapatkan di luar sekolah,
sehingga pengetahuan-pengetahuannya yang dia dapatkan tersebut
bisa dia kaitkan dengan baik dan seksama, selain itu juga siswa di
tuntut untuk bisa memahami ilmu-ilmu yang baru dan dapat di
koneksikan dengan ilmu-ilmu yang sudah lama.
c. Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Belajar bermakna berarti
menginstrksi informasi dalam struktur penelitian lainnya. Artinya
pembelajaran tidak hanya mendengarkan dari guru saja akan tetapi
siswa harus bisa mengaitkan dengan pengalaman-pengalaman
pribadinya dengan informasi-informasi yang dia dapatkan baik dari
temanya, tetangganya , keluarga, surat kabar, televisi, dan lain
sebagainya.
d. Pembelajaran memiliki kebebasan dalam belajar. Maksudnya siswa
bebas mengaitkan ilmu-ilmu yang dia dapatkan baik di

10
Suparlan, “Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran”, Jurnal Keislaman dan Ilmu
Pendidikan, vol. 1 no. 2 (Juli 2019): h. 85.
lingkungannya dengan yang di sekolah sehingga tercipta konsep
yang diharapkannya. Kelima, perbedaan individual terukur dan di
hargai. Keenam, guru berfikir proses membina pengetahuan baru,
siswa berfikir untuk menyelesaikan masalah, dan membuat
keputusan.

Kekurangan dari teori konstruktivistik sebagai berikut :

a. Proses belajar konstruktivisme secara konseptual adalah proses


belajar yang bukan merupakan perolehan informasi yang
berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pemutakhiran sruktur kognitif.
b. Peran siswa menurut pandangan ini, belajar merupakan suatu
proses pembentukan pengetahuan.
c. Peran guru dalam pendekatan ini guru atau pendidik berperan
membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh siswa
berjalan lancar. Guru tidak menerapkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri.
d. Sarana belajar pendekatan ini menekankan bahwa peran utama
dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengonstruksi
pengetahuannya sendiri. Kelima, evaluasi, pandangan ini
mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung
munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas,
konstruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang
didasarkan pada pengalaman.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori humanistik ialah suatu teori dalam pembelajaran yang


mengedepankan cara memanusiakan manusia, sehingga potensi dirinya
dapat berkembang. Aliran ini memandang belajar sebagai proses untuk
menemukan dirinya atau memanusiakan manusia dengan segala
potensinya. Pencapaian dari proses ialah aktualisasi diri, pemahaman diri,
serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Karena proses
humanisasi tersebut, aliran ini melihat kehidupan manusia sebagaimana
manusia melihat kehidupan.

Teori pembelajaran konstruktivistik adalah sebuah teori pendidikan


yang mengedepankan peningkatan perkembangan logika dan konseptual.

B. Saran
Pendidik harus bisa mendorong peserta didiknya untuk belajar atas
inisiatif sendiri bukan karena paksaan, pendidik juga harus memahami apa
jalan pikiran peserta didik dan menerima apa adanya, pendidik harus
mampu mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis dan memaknai
proses pembelajaran.
Anwar ,Chairil, 2017. Teori-teori Pendidikan. (IRCiSoD, 2017).
IIsan , Ellyana Eka Putri, 2018. “Humanis dalam Mendidik (Analisis Terapan
Aliran Psikologi Humanistik), Jurnal Tarbiyatuna, Vol. 2 No. 2
M Arsyad, 2021. Teori Belajar dan Peran Guru pada Pendidikan di Era Revolusi
Industri 4.0. Lambung Mangkurat Universitas Press.
Noorlaila, Feida Isti’adah, 2020. Teori-teori Belajar dalam Pendidikan. Edu
Publisher.
Suparlan, 2019. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran”, Jurnal Keislaman
dan Ilmu Pendidikan, Vol. 1 No. 2
Suprobo, Novina, 2008. Teori Belajar Humanistik. (academia.edu).
Uran, Roberta Hurit dkk, 2021. Belajar dan Pembelajaran. (Media Sains
Indonesia dan Penuli).

Anda mungkin juga menyukai