Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA

Original Research Paper

Validitas Perangkat Pembelajaran Etnoekologi Masyarakat Suku Sasak


Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani
Septiana Dwi Utami 1, Ismail Efendi1, Ika Nurani Dewi1, Agus Ramdani2, Immy Suci
Rohyani3
1Program Studi Pendidikan Biologi, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram
2Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram
3Biology, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram

Article history Abstract. The Government of the Republic of Indonesia establishes the
Received: May 20th 2019 competence of college graduates to master the science field and being able to apply
Revised: July 15th 2019 it in daily life, one of them is to connect the learning materials with the
Accepted: July 18th 2019 environment and cultural surroundings through Ethnoecology. The disclosure of
ideas by local communities through ethnoecological learning can strengthen the
*Septiana Dwi Utami: Program Studi nature of meaningful learning and encourage the students' positive attitude to solve
Pendidikan Biologi, Institut
the problems wisdom. The Ethnoecology form of the Sasak Tribe in Mount Rinjani
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Mataram, Indonesia:
National Park Area is integrated into learning in the form of local knowledge, local
Email: intelligence, and local policies. The Ethnoecology Learning development method
septianadwiutami@ikipmataram.ac.id consisting of RPS, SAP, MFIS, and assessment instruments refer to the ADDIE
development model. The Ethnoecology learning developed in this study needs to be
validated by practitioners and experts. Based on the feasibility validation result of
the ethnoecology learning tool belongs to the category of logical and religious
validity, so that it can be used as a support in the implementation of ethnoecology
learning. A good learning tool will create a quality learning process.

Keywords: Validity; Learning tools; Ethnoecology

Abstrak: Pemerintah Republik Indonesia menetapkan kompetensi lulusan


pendidikan tinggi harus menguasai bidang keilmuan dan mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah dengan
menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan dan kebudayaan sekitar
melalui etnoekologi. Pengungkapan gagasan oleh masyarakat yang bersifat lokal
melalui pembelajaran etnoekologi dapat menguatkan hakikat belajar bermakna,
serta dapat mendorong sikap positif mahasiswa, sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi penuh kearifan. Bentuk etnoekologi masyarakat Suku
Sasak kawasan taman nasional Gunung Rinjani yang diintegrasikan dalam
pembelajaran berupa pengetahuan lokal, kecerdasan lokal dan kebijakan lokal.
Metode pengembangan pembelajaran etnoekologi yang terdiri dari RPS, SAP,
LKM, dan instrumen penilaian mengacu pada model pengembangan ADDIE.
Pembelajaran etnoekologi yang dikembangkan dalam penelitian ini perlu divalidasi
oleh praktisi dan pakar. Berdasarkan hasil validasi kelayakan perangkat
pembelajaran etnoekologi termasuk dalam kategori validitas logis dan reliabel,
sehingga dapat digunakan sebagai pendukung dalam implementasi pembelajaran
etnoekologi. Perangkat pembelajaran yang baik akan menciptakan proses
pembelajaran yang berkualitas.

Kata kunci: Validitas; Perangkat pembelajaran; Etnoekologi

Pendahuluan menguasai bidang keilmuan dan mampu


mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Pencapaian kompetensi tersebut diutamakan
kompetensi lulusan pendidikan tinggi harus melalui proses pembelajaran yang menekankan

© 2019 The Author(s). This open access article is distributed under a Lisensi
Creative Commons Attribution ShareAlike 4.0 International License.
Utami et al, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 240-247 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.291 p-ISSN: 2460-2582

pada pendekatan sainstifik (Kemenristek, 2014), penilaiannya (Mas’ud, 2014). Pembelajaran yang
salah satunya adalah dengan menghubungkan dikembangkan menggunakan etnoekologi
materi pembelajaran dengan lingkungan dan memungkinkan mahasiswa untuk mengenal
kebudayaan sekitar melalui kearifan lokal. Sesuai keadaan lingkungan, sosial, dan budayanya,
dengan pendapat Wahyuni (2015), menyatakan sehingga dapat menunjang peningkatan kualitas
bahwa perlu adanya integrasi antara lingkungan dan sumber daya manusia yang pada akhirnya
kearifan lokal di setiap materi pembelajaran. diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
Melalui pemahamam terhadap kearifan lokal, keterampilan mahasiswa. Selain itu, pembelajaran
keharmonisan hubungan manusia dan lingkungan etnobiologi berkontribusi dalam peningkatan
dapat terjalin. Meskipun bernilai lokal, nilai yang pendidikan di wilayah pedesaan. Hal ini sejalan
terkandung di dalamnya sangat universal (Mariane, dengan pemikiran Bennett bahwa disiplin ilmu
2014). Pengungkapan gagasan oleh masyarakat etnoekologi perlu mendapat perhatian yang lebih
yang bersifat lokal melalui pembelajaran biologi dalam pembelajaran saat ini (Sunariyati, et al.,
dapat menguatkan hakikat belajar bermakna, serta 2017).
dapat mendorong sikap positif mahasiswa, sehingga Berdasarkan hasil observasi dan survei
dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi terhadap mahasiswa IKIP Mataram, menunjukkan
penuh kearifan (Azizahwati dan Yasin, 2017). bahwa sebagian besar menyatakan bahwa belum
Sikap positif diperlukan mahasiswa dalam era ada pembelajaran yang menghubungkan materi
globalisasi, agar potensi intelektual yang dimiliki kuliah dengan kebudayaan suatu daerah. Selain itu,
diimbangi oleh kecerdasan emosional, sosial, dan mahasiswa berpendapat perlu adanya pembelajaran
spiritual yang sangat dibutuhkan untuk yang terkait dengan kearifan lokal masyarakat
berkompetisi pada level internasional (Masrukhi, setempat mengingat Pulau Lombok kaya akan
2012). biodiversitasnya. Hal ini didukung oleh penelitian
Masyarakat Suku Sasak telah yang dilakukan oleh Dewi dan Rachmadiarti (2018)
mengembangkan sistem pengetahuan dan teknologi bahwa melalui pembelajaran etnoekologi siswa
yang asli sebagai suatu kearifan lokal. Kearifan termotivasi untuk mengetahui ekologi tradisional.
lokal pada masyarakat berupa pengetahuan lokal, Sunariyati, et al., (2017) menambahkan
kecerdasan lokal dan kebijakan lokal (Dewi, et al., pengembangan praktikum berbasis etnoekologi
2017) yang merupakan salah satu contoh bentuk menjadi hal yang sangat penting dengan melihat
etnoekologi yang telah diyakini secara turun respon positif yang diberikan oleh siswa.
temurun. Etnoekologi merupakan ilmu pengetahuan Mengacu pada pentingnya mengintegrasikan
ekologi masyarakat lokal serta hubungannya kearifan lokal dalam pembelajaran, perlu
dengan lingkungan tempat tinggal (Halbert and Rui, dikembangkan suatu perangkat pembelajaran
2015). Etnoekologi merupakan perantara inovatif yang dapat mengembangkan kompetensi
pembelajaran biologi yang berorientasi pada abad ke-21 mahasiswa sekaligus mampu
konservasi, pengelolaan sumber daya alam, dan mempertahankan nilai budaya bangsa. Integrasi
pendidikan lingkungan. Sebagai upaya untuk kearifan lokal dalam pembelajaran biologi
melestarikan etnoekologi masyarakat, maka sudah merupakan suatu inovasi yang memberikan
seharusnya pembelajaran etnoekologi disandingkan kesempatan seluas-luasnya bagi mahasiswa untuk
dengan materi perkuliahan biologi di perguruan dapat mencapai tujuan belajar sebagai bekal
tinggi. Penggabungan pembelajaran biologi dengan menghadapi kehidupan mendatang dengan tetap
etnoekologi berakar dari pengetahuan ekologi berpedoman pada nilai-nilai budaya daerahnya
tradisional (Dewi dan Rachmadiarti, 2018). Dengan (Utami dan Dewi, 2017). Melalui penelitian
demikian, dapat mengembangkan pemahaman ilmu pengembangan ini diharapkan proses pembelajaran
pengetahuan mahasiswa melalui pembelajaran biologi akan lebih baik dan selanjutnya
kontekstual. Secara tidak langsung pembelajaran keterampilan generik mahasiswa akan berkembang
etnoekologi juga dapat menumbuhkan kesadaran disertai dengan sikap positif agar mampu berperan
dan budaya cinta lingkungan. aktif dalam abad ke-21.
Salah satu cara mengkaitkan etnoekologi ke
dalam pembelajaran adalah dengan
mengembangkan perangkat pembelajaran yang Metode
terintegrasi dengan kearifan lokal. Perangkat
pembelajaran adalah seperangkat dokumen Jenis Penelitian ini adalah penelitian
kurikulum yang dikembangkan dalam rangka pengembangan yang berorientasi pada produk
pelaksanaan teknis di lapangan yang terdiri dari dalam pendidikan. Produk yang dihasilkan
Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan semua dikembangkan menggunakan metode
lampiran dokumen bahan ajar serta instrumen pengembangan yang mengacu pada model

241
Utami et al, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 240-247 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.291 p-ISSN: 2460-2582

pengembangan ADDIE (Dick and Carry, 2001). dapat digambarkan sebagaimana terdapat pada
Secara lebih lengkap tahapan-tahapan tersebut Gambar 1.

Gambar 1 Tahapan Design Pengembangan Perangkat Pembelajaran Etnoekologi Model ADDIE (Dick and Carry, 2001)

Data hasil validasi perangkat pembelajaran akan dari 3 orang validator. Selanjutnya rata-rata
dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif perolehan tiap aspek dikonversi menggunakan
dengan cara menghitung rata-rata skor penilaian ketentuan berikut:

Tabel 1. Kategori Kualitas Perangkat Pembelajaran


Interval nilai Kategori Keterangan
1.0 ≤ P ≤ 1.75 Sangat tidak valid Belum dapat digunakan dan masih memerlukan konsultasi
1.75 ≤ P ≤ 2.75 Kurang valid Dapat digunakan dengan banyak revisi
2.75 ≤ P ≤ 3.25 Valid Dapat digunakan dengan cukup revisi
3.25 ≤ P ≤ 4.0 Sangat valid Dapat digunakan dengan sedikit revisi
(Ratumanan dan Laurens, 2006)

Adapun reliabilitas hasil validasi perangkat etnoekologi yang diintegrasikan dalam


pembelajaran etnoekologi didasarkan pada inter pembelajaran meliputi pengetahuan lokal sistem
observer agreement yang dihitung dengan bertanam padi, kebijakan lokal berupa awiq-awiq
menggunakan rumus (Borich, 1994) menjaga ekosistem hutan, dan potensi lokal
Percentage of agreement (R): 1 – x 100% pemanfaatan tanaman obat tradisional. Komponen
perangkat pembelajaran yang dikembangkan
Keterangan : meliputi, Rencana Pembelajaran Semester (RPS),
R = Reliabilitas Satuan Acara Perkuliahan (SAP), Lembar Kerja
A = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati Mahasiswa (LKM), dan instrumen tes keterampilan
oleh pengamat yang memberikan frekuensi generik mahasiswa. Untuk memperoleh perangkat
tinggi pembelajaran yang memenuhi kriteria valid dan
B = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati efektif, langkah pengembangan perangkat
oleh pengamat yang memberikan frekuensi pembelajaran mengacu pada model pengembangan
rendah. ADDIE (Dick and Carry, 2001).
Hasil validasi perangkat pembelajaran Seluruh komponen perangkat pembelajaran
etnoekologi dikatakan reliabel jika diperoleh etnoekologi di validasi oleh pakar dan praktisi
percentage of agreement (R) di atas 75%. pembelajaran biologi. Validasi dilakukan melalui
forum diskusi yang disebut Focus Group
Discussion (FGD). Marelli menjelaskan peserta
Hasil dan Pembahasan FGD menanggapi serangkaian pertanyaan, saran
dan evaluasi berdasarkan pertimbangan profesional
Hasil penelitian dan pengembangan ini oleh sekelompok pakar (Dewi, et al., 2017).
berupa perangkat pembelajaran etnoekologi. Kajian Masukan tersebut digunakan sebagai bahan

242
Utami et al, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 240-247 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.291 p-ISSN: 2460-2582

pertimbangan untuk melakukan revisi dalam rangka evaluasi menunjukkan bahwa lembar validasi
penyempurnaan produk yang dikembangkan, perangkat pembelajaran etnoekologi valid atau
sehingga dihasilkan perangkat pembelajaran layak digunakan. Pada akhir kegiatan Development
etnoekologi yang memiliki validitas logis. Validator menghasilkan perangkat pembelajaran etnoekologi
dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang pakar yang memiliki tingkat validitas valid sehingga siap
dengan spesifikasi ahli pengembangan model, untuk di implementasikan. Hasil analisis validasi
perangkat pembelajaran dan ahli bidang studi IPA. perangkat pembelajaran etnoekologi yang
Instrumen lembar validasi perangkat pembelajaran dikembangkan pada penelitian ini dapat dapat
etnoekologi telah divalidasi terlebih dahulu dilihat pada Tabel 2 sampai dengan Tabel 5.
sebelum digunakan. Hasil validasi oleh pakar

Tabel 2. Hasil Validasi Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Etnoekologi


Rerata skor
No Komponen silabus Kategori R Reliabilitas
validasi
1 Format relevan dengan permendikbud No 22 3,93 Sangat valid
tahun 2016.
2 Isi saling berkaitan untuk mencapai 3,61 Sangat valid
96,85% Reliabel
kompetensi.
3 Menggunakan bahasa yang baik dan benar. 3,89 Sangat valid

Tabel 2 menunjukkan skor validasi RPS terdapat kegiatan pembelajaran mahasiswa yang
berada dalam kategori sangat valid. Koefisien sama untuk kompetensi yang berbeda, 2) kegiatan
reabilitas hasil validasi RPS sebesar 96.85% atau pembelajaran melalui proses integrasi kearifan
termasuk dalam kategori reliabel. Hasil tersebut lokal harus dinyatakan dengan jelas, 3) terdapat
mengindikasikan bahwa terdapat konsistensi antar beberapa kata kerja pada indikator yang tidak
validator sehingga RPS dapat digunakan saat operasional, 4) pada sumber belajar judul buku dan
implementasi pembelajaran etnoekologi. Beberapa LKM harus ditulis dengan jelas, 5) sesuaikan
saran validator untuk perbaikan RPS meliputi: 1) dengan kompetensi pada KKNI.

Tabel 3. Hasil Validasi Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Etnoekologi


Rerata skor
No Komponen SAP Kategori R Reliabilitas
validasi
1 Format sesuai dengan KKNI 3.18 Sangat valid
2 Isi bercirikan integrasi kearifan lokal 3.16 Sangat valid
90.17% Reliabel
(etnoekologi)
3 Menggunakan bahasa yang baik dan benar. 3.30 Sangat valid

Tabel 3 memperlihatkan kriteria penilaian 3 pembelajaran etnoekologi. Beberapa saran validator


orang pakar terhadap seluruh aspek dari SAP untuk perbaikan SAP meliputi: 1) penomoran
etnoekologi termasuk dalam kategori sangat valid. indikator antar SAP perlu disesuaikan, 2) langkah
Uji reliabilitas SAP diperoleh hasil sebesar 90.17%. kegiatan pembelajaran perlu dijelaskan lebih detail,
Hasil uji tersebut membuktikan bahwa penilaian 3) pada kegiatan penutup mahasiswa diberikan
pakar terhadap SAP dinyatakan reliabel, sehingga tugas lanjutan di rumah, 5) Langkah pembelajaran
rencana pembelajaran yang diuraikan dalam SAP merujuk pada student center bukan teacher center,
dapat digunakan untuk implementasi dalam 6) SAP mencirikan etnoekologi.

Tabel 4. Hasil Validasi Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) Etnoekologi


Rerata skor
No Komponen LKS Kategori R Reliabilitas
Validitas
1 Format sesuai dengan aturan BSNP 2016. 3.15 Sangat valid
2 Isi
Mencangkup materi yang dikaitkan dengan
budaya/tradisi setempat serta mendorong 3.00 Sangat valid
mahasiswa untuk menerapkan nilai kearifan 92.85% Reliabel
lokal dalam kehidupan sehari-hari.
3 Menggunakan bahasa yang baik dan benar. 3.60 Sangat valid
4 Penyajian menarik minat mahasiswa. 3,50 Sangat valid
5 Menunjang inovasi KBM. 3,54 Sangat valid

243
Utami et al, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 240-247 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.291 p-ISSN: 2460-2582

Tabel 4 menunjukkan hasil validasi untuk tujuan utama program, 2) gambar atau ilustrasi pada
LKM yang dikembangkan berada pada kategori beberapa materi perlu ditambahkan, 3) setiap
sangat valid. Untuk melihat konsistensi penilaian kegiatan mahasiswa yang mengacu pada LKM
antar pakar terhadap LKM dilakukan uji reliabilitas. diberikan kalimat petunjuk yang mudah dipahami
Berdasarkan uji reliabilitas diperoleh hasil sebesar oleh mahasiswa, 4) kegiatan dalam proses
92.85% atau berada dalam kategori reliabel, keterampilan generik perlu dipertajam, 5) kalimat
sehingga rancangan pembelajaran yang diuraikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan
dalam LKM dapat digunakan untuk melatih mahasiswa, 6) mencirikan proses integrasi kearifan
keterampilan generik mahasiswa dengan lokal, 6) penggunaan gambar sebaiknya terkait
memperhatikan saran validator untuk dengan fenomena yang ada di lingkungan sekitar
penyempurnaan. Beberapa saran validator untuk mahasiswa. Selanjutnya LKM direvisi sesuai
perbaikan LKM meliputi: 1) definisi substantif dengan masukan dari validator.
kearifan lokal perlu dipertajam sesuai dengan

Tabel 5. Hasil Validasi Instrumen Tes Keterampilan Generik


Rerata skor
No Komponen lembar penilaian Kategori R Reliabilitas
validasi
1 Isi relevan dengan pengetahuan dan 3.15 Valid
pengalaman mahasiswa.
2 Konstruksi mampu mengukur setiap aspek 3.22 Valid
90.47% Reliabel
berpikir mahasiswa.
3 Menggunakan bahasa yang baik dan benar. 3.45 Valid
4 Dilengkapi dengan kunci jawaban. 3,00 Valid

Komponen pokok yang dinilai dalam terintegrasi kearifan lokal. Cobern and Loving
instrumen keterampilan generik meliputi materi, (2000), berpendapat bahwa penjelasan sains yang
konstruksi, bahasa, dan dilengkapi dengan kunci baik akan selalu bersifat universal apabila kearifan
jawaban. Tabel 5 menunjukkan bahwa penilaian lokal dipandang sebagai pengetahuan ilmiah.
yang dilakukan oleh tiga orang pakar terhadap Substansi kearifan lokal adalah berlakunya nilai-
seluruh komponen instrumen keterampilan nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu
penyelesaian masalah memiliki kategori valid. masyarakat. Memanfaatkan potensi kearifan lokal
Koefisien reabilitas termasuk dalam kategori dalam pembelajaran sains merupakan cara alternatif
reliabel sebesar 90.74%. Hal tersebut agar mahasiswa memiliki keterampilan abad ke-21
mengindikasikan adanya konsistesi penilaian antar namun tetap mempertahankan identitas bangsa
pakar terhadap instrumen keterampilan generik, (Suastra, 2010). Dengan berbagai macam budaya
sehingga layak digunakan sebagai instrumen tes. yang ada di Indonesia, sangatlah mendukung untuk
Saran validator untuk perbaikan instrumen tes dikembangkan suatu perangkat yang terintegrasi
keterampilan generik yaitu: 1) perlu adanya dengan kearifan lokal daerah setempat (Mannan,
indikator pada soal kisi-kisi soal, 2) soal percobaan 2015).
yang telah dilakukan oleh mahasiswa perlu Hasil validasi RPS yang dikembangkan
dituliskan, 3) perlu adanya permasalahan atau termasuk dalam kategori sangat valid seperti yang
situasi pada beberapa soal, 4) kalimat soal ditulis tercantum pada Tabel 2. Hasil ini menunjukkan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh bahwa RPS yang telah dikembangkan dapat
mahasiswa, Uraian secara ringkas mengenai hasil digunakan untuk mendukung implementasi
validasi perangkat pembelajaran etnoekologi yang pembelajaran etnoekologi. RPS yang baik dapat
dikembangkan pada penelitian ini dapat dijabarkan dijadikan sebagai acuan dalam menyusun kerangka
pada alinea berikut. pembelajaran, diwujudkan dalam bentuk SAP,
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan LKM, dan instrumen penilaian. Sependapat dengan
pertama adalah RPS, yang merupakan acuan Nurdin (2017) bahwa RPS dapat dijadikan acuan
penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap dalam pengelolaan proses kegiatan pembelajaran,
bahan kajian mata kuliah. RPS yang dikembangkan dan pengembangan penilaian hasil belajar.
pada bahan kajian keanekaragaman organisme dan Kevalidan RPS dapat tercapai karena komponen
habitat sebanyak 4 pertemuan, keanekaragaman format RPS yang dikembangkan telah sesuai
mikrohabitat dan makrohabitat sebanyak 4 dengan prosedur penyusunan RPS yang termuat
pertemuan, dan ekologi kearifan lokal sebanyak 2 dalam Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013
pertemuan. RPS yang dikembangkan dalam tentang penerapan kerangka KKNI (Kemendikbud,
penelitian ini merujuk pada pembelajaran 2013). Komponen isi RPS juga telah memuat

244
Utami et al, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 240-247 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.291 p-ISSN: 2460-2582

komponen mata kuliah, kode mata kuliah, semester, yang telah dikembangkan selanjutnya di uji coba
sks, fakultas/program studi, mata kuliah prasyarat, untuk mengukur tingkat keterlaksanaannya. Melalui
capaian pembelajaran mata kuliah, deskripsi mata tahap uji coba diperoleh beberapa saran yang
kuliah, bahan kajian, dan sumber pustaka. menyempurnakan SAP, sehingga menghasilkan
Sebagaimana yang diungkapkan Slavin (2011) SAP yang valid.
perangkat pembelajaran yang mencangkup tujuan LKM merupakan panduan bagi mahasiswa
pembelajaran, apa yang diberikan oleh guru, berapa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. LKM
waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan, yang dikembangkan dirancang dengan
buku, dan media, metode pembelajaran yang mengutamakan aktivitas generik. LKM terdiri dari
digunakan selama proses pembelajaran. Komponen 3 LKM, yaitu pada kajian keanekaragaman
bahasa RPS menunjukkan kalimat yang digunakan organisme dan habitat (LKM 01 dan LKM 02),
komunikatif, mudah dimengerti, serta sesuai keanekaragaman mikrohabitat dan makrohabitat
dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Nerita, (LKM 03), ekologi dan kearifan lokal (LKM 04).
et al., (2018) menjelaskan bahasa yang baik dan LKS merupakan panduan mahasiswa di dalam
jelas adalah bahasa yang dapat digunakan melakukan aktivitas menemukan solusi dari
berkomunikasi dalam pembelajaran. masalah yang diberikan. Dalam LKM diberikan
SAP adalah pokok pengajaran yang meliputi pertanyaan yang menggiring mahasiswa melakukan
satu atau beberapa pokok bahasan untuk diajarkan aktivitas keterampilan generik. Diperkuat teori
selama satu kali atau beberapa kali pertemuan scaffolding (Moreno, 2010) bahwa mahasiswa
(Kemenristek, 2014). Skenario SAP yang diberikan tugas yang kompleks dan sulit, kemudian
dikembangkan didasari rancangan dan susunan diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan
tahapan pembelajaran etnoekologi. Langkah- tugas-tugas tersebut (Eggen and Kauchak, 2013).
langkah kegiatan dalam SAP terdiri atas 3 tahapan Ciri dari LKM yang dikembangkan adalah
kegiatan, yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, mencantumkan bentuk kearifan lokal masyarakat
dan kegiatan penutup. Komponen SAP yang Suku Sasak yang kemudian diintegrasikan dalam
divalidasi meliputi komponen format, isi, dan kegiatan pembelajaran.
bahasa. SAP dirancang dengan pembelajaran Hasil validasi pada Tabel 4 menunjukkan
terintegrasi kearifan lokal, dan menekankan pada LKM yang dikembangkan sangat valid dan layak
aktivitas keterampilan generik mahasiswa. untuk digunakan dalam pembelajaran. Kevalidan
Hasil validasi SAP pada Tabel 3 dapat tercapai karena LKM yang dikembangkan
menunjukkan SAP yang dikembangkan memiliki didasarkan pada komponen pembelajaran
kriteria sangat valid. Hasil validasi tersebut etnoekologi. Ditinjau dari komponen format,
menunjukkan SAP dapat digunakan untuk terdapat tema/judul kegiatan sesuai dengan materi
mendukung implementasi pembelajaran yang akan dikuasai mahasiswa dan terdapat tujuan
etnoekologi. Diperolehnya SAP dengan kriteria yang ingin dicapai mahasiswa sesuai dengan
sangat valid karena komponen format dalam SAP indikator. Kegiatan yang termuat dalam LKM
mengacu kepada kebijakan pemerintah. Komponen menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh
isi SAP memenuhi kriteria 1) indikator dan tujuan mahasiswa. Aktivitas tersebut merupakan sarana
pembelajaran yang direncanakan operasional, untuk melatih keterampilan generik mahasiswa.
spesifik, terukur jelas, dan sesuai dengan Hasil ini sejalan dengan literatur yang menyatakan
karakteristik mahasiswa, 2) perencanaan pada bahwa lembar kerja dapat digunakan sebagai
kegiatan pembelajaran terintegrasi kearifan lokal, petunjuk dan memantau kemajuan seluruh proses
dan sesuai dengan kompetensi akhir yang pembelajaran (Choo, et al., 2011). Ditinjau dari
diharapkan, 3) disusun sesuai dengan tuntutan komponen isi, LKM memuat potensi Pulau
kurikulum KKNI, 4) bentuk pembelajaran dan Lombok yang disandingkan dengan materi ajar, dan
pengalaman belajar sesuai dengan model dan langkah-langkah serta petunjuk penyelesaian
metode yang dipilih, 5) alokasi waktu yang dipilih masalah terintegrasi kearifan lokal. Hal ini juga
sesuai dengan pengalaman belajar, 6) teknik dikemukakan oleh Demoin and Jurisson (2013)
penilaian dengan indikator dan sumber belajar bahwa lembar kerja membantu mahasiswa
sesuai dengan materi yang disajikan. Komponen berdiskusi dalam memahami materi dan
bahasa menunjukkan kalimat yang digunakan jelas, menyelesaikan permasalahan. LKM harus dapat
mudah dimengerti dan sesuai dengan kaidah bahasa memandu mahasiswa untuk melakukan kegiatan
yang baik dan benar. Pencapaian kevalidan juga tertentu, sehingga pada akhir kegiatan mahasiswa
dikarenakan pengembangan SAP melalui beberapa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.
tahapan, yaitu: analisis kebutuhan, analisis Diperkuat teori scaffolding bahwa mahasiswa
mahasiswa, analisis konsep, analisis tugas, dan diberikan tugas yang kompleks dan sulit, kemudian
diskusi dengan dosen pengampu mata kuliah. SAP diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan

245
Utami et al, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 240-247 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.291 p-ISSN: 2460-2582

tugas-tugas tersebut (Eggen and Kauchak, 2013). mahasiswa selama pembelajaran telah
Bahasa yang digunakan dalam LKS sesuai dengan diorientasikan pada proses pencapaian tujuan.
perkembangan kognitif mahasiswa, tidak memiliki Dosen terbantu untuk mengelola kelas karena apa
makna ganda, sehingga mudah dipahami oleh yang menjadi tujuan dan pengalaman belajar
mahasiswa. Aspek yang berkaitan dengan direncanakan, serta instrumen penilaian telah
kebahasaan meliputi kesesuaian kalimat dengan disiapkan.
tarif berpikir dan kemampuan membaca serta usia
mahasiswa, kesederhanaan struktur kalimat,
kejelasan petunjuk dan arahan serta bahasa yang Kesimpulan
digunakan bersifat komunikatif. Nerita, et al.,
(2018) menyatakan penggunaan bahasa yang baik, Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
jelas dan benar akan mendorong kemampuan telah dilakukan, maka diperoleh simpulan bahwa
berbahasa yang baik di kalangan mahasiswa baik perangkat pembelajaran etnoekologi masyarakat
secara tulisan maupun lisan. Suku Sasak kawasan taman nasional Gunung
Lembar penilaian keterampilan penyelesaian Rinjani dinyatakan valid dan reliabel. Perangkat
masalah yang dikembangkan terdiri atas 10 butir pembelajaran etnoekologi yang dikembangkan
soal essay mengacu indikator keterampilan generik. meliputi RPS, SAP, LKM dan instrumen tes
Berdasarkan hasil validasi Tabel 5 diperoleh keterampilan generik. Penelitian ini diharapkan
instrumen keterampilan generik berada pada dapat dilanjutkan ke tahap ujicoba (implementation
kategori valid atau layak digunakan untuk dan evaluation) dan dikembangkan pada pokok
mengukur keterampilan generik mahasiswa. bahasan lain sehingga bisa lebih mengeksplor
Kevalidan ini diperoleh karena sebelum kearifan lokal yang ada khususnya yang ada di
penyusunan instrumen tes, terlebih dahulu Pulau Lombok.
dilakukan penyusunan kisi-kisi tes dan rubrik
penskoran. Adapun item pertanyaan pada instrumen
kisi-kisi tes disusun dengan mengacu pada Daftar Pustaka
pencapaian indikator dan tujuan pembelajaran.
Selain itu, instrumen tes yang dikembangkan telah Arends, R. (2012). Learning to Teach: 9th Edition.
mencerminkan materi yang diajarkan. Sebuah tes New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
dikatakan mempunyai validitas isi apabila dapat Azizahwati & Yasin, R. M. (2017). Pengembangan
mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta lembar kerja mahasiswa berbasis kearifan
indikator dan materi pembelajarannya. Bahasa yang local. Jurnal Geliga Sain, 5 (1). 65-69.
digunakan dalam soal jelas sesuai dengan kaidah Borich, G. (1994). Observation skill for effective
Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak teaching. New York: Mac Millan
memiliki makna ganda, sehingga mahasiswa mudah Publishing Company.
mengerti dan memahami makna yang terkandung Choo, S. S. Y., Rotgans, J. I., Yew, E. H. J., &
dalam rumusan pertanyaan. Kalimat yang kurang Schimidt, H. G. (2011). Effect of worksheet
efektif akan membuat siswa menjadi bingung dalam scffolds on students learning in problem-
memahami soal (Ningtyas dan Yuniarta, 2014). based learning. Advances in Health
Berdasarkan uraian di atas secara umum Sciences Education, 1-12.
diperoleh hasil bahwa perangkat pembelajaran Cobern, W. W., & Loving, C. C (2001). Defining
etnoekologi yang telah dikembangkan termasuk “science” in a multicultural world:
valid dan dapat digunakan sebagai pendukung Implications for science education. Science
dalam implementasi pembelajaran etnoekologi. Education, 85(1). 50-67.
Perencanaan pembelajaran yang baik mampu Demoin, D. W., & Jurisson, S. S. (2013). Chemical
memberikan konsekuensi bagi cara belajar kinetics laboratory discussions worksheet.
mahasiswa dan cara mengelola kelas saat Journal of Chemical Education, 90, 1200-
pembelajaraan berlangsung (Arends, 2012). 1202
Wiggins & McTighe menambahkan suatu proses Dewi, I. N., Ibrahim, M., & Poedjiastoeti, S.
pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan (2017). Validitas model pembelajaran
bermakna bila direncanakan dengan baik (Utami, et integrasi kearifan lokal (IKL) untuk
al., 2018). Hal tersebut karena perangkat mengembangkan keterampilan penyelesaian
pembelajaran merupakan elemen kunci dalam masalah dan komunikasi ilmiah. Prosiding
implementasi pembelajaran yang menentukan Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan
kualitas pembelajaran (Orlich, 2010). Calon guru Biologi. ISBN: 978-602-97298-3-2..
biologi dapat memiliki semangat dan menjadi lebih Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
fokus dalam pembelajaran karena aktivitas

246
Utami et al, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA), 5 (2) 2019: 240-247 e-ISSN: 2407-795X
DOI: 10.29303/jppipa.v5i2.291 p-ISSN: 2460-2582

Dewi, I. N., Peodjiastoeti, S., & Prahani, B. K. dan hasil belajar biologi. Jurnal Penelitian
(2017). ELSII Learning Model Based Local Pendidikan IPA. 4(2). 51-55.
Wisdom to Improve Students Problem Ningtyas, N., & Yunianta, T. N. H. (2014).
Solving Skills and Scinetific Pengembangan handout pembelajaran
Communications. International Journal of tematik untuk siswa sekolah dasar kelas III.
Education and Research. 5(1). 107-118. Jurnal Scholaria. 4(3). 42-53.
Dewi, C. V., & Rachmadiarti, F. (2018). Validitas Nurdin, S. (2017). Pengembangan kurikulum dan
Buku Ajar Berbasis Etnoekologi Pada Materi rencana pembelajaran semester (RPS)
Perubahan Lingkungan/Iklim dan Daur berbasis KKNI di perguruan tinggi. Jurnal al-
Ulang Limbah Untuk Melatihkan Fikrah. 5(1). 21-30.
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X. Orlich, D. C., Harder, R. J., Callahan, R. C.,
Jurnal Bioedu Berkala Ilmiah Pendidikan Trevisan, M. S. & Brown, A. H. (2010).
Biologi. 7(1). 32-37. Teaching strategies: A guide to effective
Dick. W, Carey. L. Carey. J. O. (2001). The instruction. Boston: Wadsworth Cengage
Systematic Design of Instruction. Addison- Learning.
Wesley Educational Publisher Inc. Ratumanan, G. T. & Laurens. (2006). Evaluasi
Eggen, P. D., & Kauchak, D. P. (2013). Hasil Belajar yang Relevan Dengan
Educational Psychology. Windows on Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya:
clasrooms (9th edition). New Jersey: Pearson. Unesa University Press.
Halbert, M. D., Rui S. S. M. (2015). Ethnoecology Slavin, R. E. (2011). Educational psychology,
in perspective: The origins, interfaces and theory and pratice. Boston: Pearson
current trends of a growing field. Journal of Education Inc
Ethnobiology. 65(1). 112-124. Suastra, I. W. (2010). Merekonstruksi sains asli
Kemendikbud (2013). Permendikbud no 73 tahun (indigenous science) dalam rangka
2013 tentang : Penerapan kerangka mengembangkan pendidikan sains berbasis
kualifikasi nasional Indonesia, Jakarta: budaya lokal di sekolah. Jurnal Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pengajaran. 38(3). 377-396.
Republik Indonesia. Sunariyati, S., Suatma, Miranda, Y. (2017).
Kemenristek, (2014). Lampiran peraturan menteri Pengembangan praktikum biologi di sekolah
riset, teknologi, dan pendidikan tinggi RI no menengah berbasis etnobiologi. Edusains.
49 tahun 2014 tentang: Standar Nasional 9(2). 212-221.
Pendidikan Tinggi (SNPT) dan Standar Utami, S. D., & Dewi, I. N. (2017). Validitas
Nasional Pendidikan Guru (SNPG). Jakarta: perangkat pembelajaran biologi terintegrasi
Kementerian Riset, Teknologi, dan kearifan lokal untuk mengembangkan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. keterampilan penyelesaian masalah
Mannan, MN, Sopyan, A & Sunarno (2015). mahasiswa. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pengembangan perangkat pembelajaran Biologi Bioscientist, 5 (2). 38-42.
berbasis kearifan lokal untuk Utami, S. D., Effendi, I., Dewi, I. N., Ramdani, A.,
mengembangkan karakter positif mahasiswa & Rohyani, I. (2018). Buku Panduan
SD. Jurnal Inovasi dan pembelajaran Fisika, Program Pembelajaran Biologi Terintegrasi
2 (2). 141-146. Kearifan Lokal. Mataram: Duta Pustaka
Mariane, I. (2014). Kearifan Lokal Masyarakat Ilmu.
Hutan Adat. Jakarta: Rajawali Pres. Utami, S. D., Effendi, I., Dewi, I.N., Ramdani, A.,
Masrukhi. (2015). Mengembangkan karakter & Rohyani, I. (2018). The study of local
mahasiswa berbasis nilai konservasi. wisdom of ethnic sasaks in development of
Simposium Pendidikan dan Kemahasiswaan. biology instructional learning program
Solo: Universitas Sebelas Maret (P3Bio) based on 21st century skills.
Mas’ud, A. (2014). Pengembangan perangkat Advances in Intelligent Systems Research
pembelajaran biologi kurikulum perguruan (AISR), volume 157. Mathematics,
tinggi (KPT) berbasis KKNI di program studi Informatics, Science, and Education
pendidikan biologi FKIP Universitas International Conference.
Khairun. Jurnal Pena Sains, 1(1). 1-8. Wahyuni, S. (2015). Developing science learning
Moreno, R. (2010). Educational Phsychology. New instruments based on local wisdom to
Mexico: Jhon Wiley & Sons, Inc. improve students’ critical thinking skills.
Nerita, S., Hartati, S. Y., Maizeli, A., & Afza, A. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 11(1)
(2018). Validitas handout berbasis penemuan (2015) 1-7.
terbimbing pada perkuliahan evaluasi proses

247

Anda mungkin juga menyukai