1.fathur Laporan Kasus Perforasi Gaster
1.fathur Laporan Kasus Perforasi Gaster
Penyusun :
dr. Muhammad Fathurrahman K
Pembimbing :
dr. Melina Megawati T. M
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Oleh :
rongga abdomen dan menutupi visera abdomen ). Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari luka tembus
abdomen.
Peritonitis bakteri spontan sering terjadi pada anak dan dewasa, dan merupakan
komplikasi sirosis, 70% terdiri dari anak-anak. Pada dewasa sering kali terjadi pada
sirosis alkohol. Sedangkan pada pasien dengan asites, prevalensinya 18%. Pada
peritonitis abses insidensi abses setelah operasi abdomen ialah 1-2 %. Tatalaksana
definitif pada kasus peritonitis ialah memperbaiki anatomi atau fungsi yang terganggu
karena infeksi.
Perforasi tukak gaster adalah penyakit yang disebabkan oleh komplikasi serius
luka yang terjadi pada lapisan lambung akibat terkikisnya lapisan dinding lambung,
yang juga bisa terjadi pada dinding duodenum. Perforasi dalam bentuk apapun yang
tahunnya, dilaporkan 4 miliyar orang di seluruh dunia menderita penyakit tukak gaster,
10% - 20% kasus diantaranya menderita komplikasi dari tukak gaster dan 2% - 14%
tukak akan mengalami perforasi. Pada anak-anak biasanya terkait dengan trauma.
Sedangkan pada dewasa paling sering disebabkan oleh perforasi ulkus gaster. Sekitar
1
30% perforasi gaster disebabkan oleh keganasan (Tarasconi, 2020). Pembedahan baik
mortalitas pasien. Faktor yang berpengaruh antara lain adanya komorbid, usia lanjut,
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.B
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD Rs. Hasri Ainun Habibie dengan rujukan dari
intensitas nyeri kuat seperti tertusuk tusuk pada pagi hari sekitar pukul 09.00
ditempat kerjanya, dan pada saat di PKM nyeri dirasakan hampir diseluruh
perut, sebelumnya pasien mengatakan ada nyeri ulu hati 2 hari sebelumnya,
nyeri memberat bila bergerak, batuk, maupun berjalan, keluhan disertai mual
3
mual, tidak ada muntah, pasien dirujuk dari puskesmas dengan diagnosis,
Suspek Appendicitis, nyeri perut area Mc. Burney (-), demam (-), batuk (-),
sesak (+) dirasakan karena sakit perut jika bernapas dalam, nyeri perut
bagian bawah (-), BAB biasa, ada ampas warna kuning, tidak ada darah,
tidak ada lendir, BAK biasa. Riwayat sering mengeluh nyeri pada ulu hati
sejak 4 tahun terakhir. Nyeri ulu hati disertai perut kembung dan terasa
penuh. Pasien berobat teratur yang menurut keluarga, pasien minum obat
(-). Riwayat trauma pada perut (-). Riwayat keluhan yang sama pada
4
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien bekerja sebagai guru, dari usia muda pasien sudah terbiasa
teh. Diakui jam makan pasien tidak teratur, sehari hanya makan 2x.
C. Pemeriksaan Fisik
3. Tanda Vital :
Nadi : 88 x/m
Suhu : 36.5 oC
5
RR : 22 x/m
VAS :7
4. Status Generalis
a. Pemeriksaan Kepala
isokor,
b. Pemeriksaan Dada
Paru
Jantung
6
c. Pemeriksaan Abdomen
d. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas
Ekstremitas inferior
superior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Akral hangat + + + +
7
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Darah (30/08/2022)
8
2. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen Thoraks (30/08/22)
Kesan :
9
3. EKG
E. Diagnosis
Peritonitis ec S/ appendicitis
HT Urgency
IHD
F. Tatalaksana
PKM Kwandaw
10
● Antasida Tab/8 jam/po
IGD
● Ceftriaxone 2gr/24jam/iv
● Omeprazole 40mg/12jam/iv
● Candesartan 16mg/24jam/po
G. Prognosis
Ad sanationam : dubia
11
Follow Up
(31/08/2022)
12
Pemeriksaan USG Abdomen:
(31/08/2022)
Kesan:
13
Pemeriksaan BNO 3 Posisi:
(31/08/2022)
14
Kesan:
Advice Bedah:
Oksigenasi
Pasang kateter
Pasien dipuasakan
15
Perkembangan Pasien Post Operasi:
16
17
18
19
20
21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Peritonitis
a. Definisi
Peritonitis adalah peradangan peritoneum ( membran serosa yang
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini
saluran cerna, atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang sering
menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon (pada kasus ruptura
stafilokokus dan streptokokus sering kali masuk dari luar (Wim, 2011).
infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa yang kelak
berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan
(Schrock, 2000).
b. Epidemiologi
Peritonitis bakteri spontan sering terjadi pada anak dan dewasa, dan
seringkali terjadi pada sirosis alkohol. Sedangkan pada pasien dengan asites,
1) Peritonitis primer
cairan asites (<1g/dL) memiliki risiko 10x lebih besar terkena peritonitis.
23
Sedangkan untuk infeksi mikroorganisme anaerob (<5%). Kasus ini
2) Peritonitis sekunder
2019).
positif) dan distal saluran cerna. Peritonitis jenis ini sering kali
24
Sedangkan pada peritonitis post operasi paling sering disebabkan
oleh kebocoran anastomosis dengan gejala yang muncul pada sekitar 5-7
hari post operasi. Setelah operasi abdominal dengan indikasi non infeksi,
pada perforasi viseral dan gangrene usus. Setelah operasi trauma tusuk,
yang parah, shock peri operasi, dan transfuse massif merupakan factor
25
3) Peritonitis Tersier
4) Peritonitis kimia
barium dan substansi infeksi dari organ visceral (seperti Chron Disease)
5) Peritonitis abses
26
27
d. Patofisiologi
mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan
mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk
jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hypovolemia (Schwartz, 2000;
Wim, 1997).
28
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam
Ileus ini dapat berupa ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus
iskemi yang akan berakhir dengan nekrosis atau ganggren dan akhirnya terjadi
perforasi usus dan karena penyebaran bakteri pada rongga abdomen sehingga
termasuk radang usus buntu, divertikulitis, kolesistitis, luka tembus usus, dan
lokal. Abses mungkin terbatas pada ruang peritoneal langsung di sekitar organ
29
subdiaphragmatic, subhepatik, kantung kecil, atau abses pelvis. Perforasi
ditikam di perut.
karena rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu dan atau enzim
perut pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut
peritonium berupa mengenceran zat asam garam yang merangsang, ini akan
apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
vena sehingga udem bertambah kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi
30
infark dinding apendiks yang diikuti dengan nekrosis atau ganggren dinding
timbul sesuai dengan isi dari organ berongga tersebut, mulai dari gaster yang
bersifat kimia sampai dengan kolon yang berisi feses. Rangsangan kimia
onsetnya paling cepat dan feses paling lambat. Bila perforasi terjadi dibagian
sesudah trauma dan akan terjadi gejala peritonitis hebat sedangkan bila bagian
1999).
Rute infeksi pada peritonitis primer biasanya tidak jelas tetapi dianggap
dari lumen usus, atau, pada wanita, dari vagina melalui saluran tuba. Pada
dari sirkulasi oleh hati dapat mencemari getah bening hati dan melewati
dinding limfatik yang permeabel ke dalam cairan asites. Selain itu, shunting
31
untuk menyebabkan infeksi metastasis di tempat yang rentan seperti
pengumpulan asites.
e. Manifestasi Klinis
nyeri tekan dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara
Bila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik
dan terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok.
Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas,
f. Diagnosis
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum
32
syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan. Pada pemeriksaan
adanya peritonitis hebat bisa berakhir dengan keadaan syok sepsis (Wim,
Inspeksi :
Palpasi :
adalah proses refleks otot akan dirasakan pada inspirasi dan ekspirasi
33
Perkusi :
- Nyeri ketok iritasi pada peritoneum, adanya udara bebas atau cairan
pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak
Auskultasi :
-
Penurunan suara bising usus pada peritonitis genralisata
-
Peningkatan/normal peritonitis local (Schrock, 2000; Philips,
1997).
3) Pemeriksaan penunjang
preperitonial fat dan psoas line menghilang, dan adanya udara bebas
34
Pada pemeriksaan darah, ditemukan leukositosis, hematokrit yang
g. DD
1) Appendisitis
2) Pankreatitis
3) Gastroenteritis
4) Kolesititis
5) Salpingitis
6) KET
h. Tatalaksana
Terapi Pembedahan
membersihkan bakteri serta toksin. Jenis dan metode operasi bergantung pada
35
jenis dan keparahan penyakit. Tatalaksana definitive yaitu untuk memperbaiki
pasien stabil untuk dioperasi. Cara ini dapat digunakan pada pasien dengan
perforasi diverticulosis, peritonitis atau syok sepsis baik pasien stabil ataupun
tidak.
1) Laparotomi
perforasi).
- Peritoneal lavage
eviserasi.
36
Penelitian menunjukkan bahwa five year survival rate di RS dan
Perlu diingat bahwa tidak semua pasien sepsis dilakukan laparotomi, tetapi
Mengatasi masalah dan kontrol pada sepsis saat operasi adalah sangat
dan mortalitas
2) Laparoskopi
konversi ke laparotomi lebih besar. Syok dan ileus adalah kontra indikasi
pada laparoskopi.
3) Drain
37
Terapi Non Bedah
operasi dan intervensi non operasi. Terapi obat yang dapat dibeirkan untuk
1) Antibiotik sistemik
pasien yang pernah diterapi dengan antibiotic atau memiiki riwayat rawat
inap di rumah sakit dalam waktu yang lama. Antibiotik dapat di stop saat
infeksi dan manifestasi klinis sudah hilang. Namun dapat terjadi infeksi
38
perawatan intensif, dianjurkan terapi lini kedua diberikan meropenem atau
3) Nutrisi
i. Komplikasi
1) Syok Sepsis
3) Adhesi
39
j. Prognosa
1) Usia
2) Penyakit kronis
3) Wanita
2. Perforasi Gaster
a. Definisi
peritonitis kimia.
luka yang terjadi pada lapisan lambung akibat terkikisnya lapisan dinding
komplek dari dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi
dari usus ke dalam rongga perut. Perforasi dalam bentuk apapun yang
40
mengenai saluran cerna merupakan suatu kasus kegawatdaruratan bedah
(Soreide, 2015)
b. Epidemiologi
Pada orang dewasa, perforasi ulkus gaster adalah penyebab umum dari
morbiditas dan mortalitas akut abdomen sampai sekitar 30 tahun lalu. Angka
ulkus peptik. Ulkus duodenum 2 – 3 kali lebih sering dari perforasi ulkus
komplikasi dari tukak gaster dan 2% - 14% tukak akan mengalami perforasi.
paling sering disebabkan oleh perforasi ulkus gaster. Sekitar 30% perforasi
c. Etiologi
intervensi medis, dan kelainan instrisnsik yang dapat terjadi pada saat
1. Ulkus Gaster
dari 10% penderita ulkus gaster. Biasanya terjadi pada lansia yang
41
menggunakkan NSAID atau minum alkohol. Perforasi pada ulkus
3. Trauma
atau tusuk) atau karena instrument medis, meskipun dapat pula terjadi
rupture organ karena trauma tumpul. Dari total kasus luka abdomen
organ tunggal yang terkena. Jika terjadi karena luka tembus, maka
trauma tumpul, dapat terjadi laserasi pada lambung atau dapat rupture
jika lambung terdistensi dan terisi penuh saat trauma terjadi. Lambung
4. Keganasan
42
terjadi secara spontan dan biasanya terjadi dalam kemoterapi atau
5. Iatrogenic
d. Klasifikasi
2007) :
terjadi.
43
4) Tipe 4 : berada pada juxtaesofageal dimana berada lebih tinggi dari
e. Patofisiologi
mucosal blood flow) dan agresif (hydrochloric acid, pepsin, ethanol, bile salts,
2004) :
1) H. Pylori positive
yang toksik terhadap sel – sel epitel, sedangkan protease dan fosfolpase
menurun, lalu merusak lapisan kaya lipid pada apikal sel epitel dan
44
melalui kerusakan sel – sel ini asam lambung berdifusi balik
ulcers
3) NSAID associated
dapat menginhibit Nitric oxide (NO) dan hydrogen sulphide (H2S), yang
perlengketan neutrofil.
45
46
f. Manifestasi Klinis
besar pasien menunjukkan gejala yang jelas. Secara umum episode dari
penurunan gejala nyerinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh dilusi dari
disertai nausea, vomitus, pada keadaan lanjut disertai demam dan mengigil.
47
menimbulkan nyeri perut kanan bawah, kemudian menyebar ke seluruh
perut menimbulkan nyeri seluruh perut. Pada awal perforasi, belum ada
infeksi bakteria, fase ini disebut fase peritonitis kimia. Adanya nyeri di bahu
diafragma.
defans muskuler. Pekak hati bisa hilang karena adanya udara bebas di bawah
sementara usus.
Bila telah terjadi peritonitis bakteria, suhu badan penderita akan naik
dan terjadi takikardia, hipotensi, dan penderita tampak letargik karena syok
ketika digerakkan seperti pada saat palpasi, tekanan dilepaskan, colok dubur,
48
g. Diagnosis
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan Fisik
3) Pemeriksaan penunjang
h. DD
1) Ulserasi peptic
2) Ulserasi duodenum
3) Penyakit bilier
4) Infark spleen
49
6) Gastritis
7) Perforasi esofagus
i. Tatalaksana
1) Inisial :
a) Oksigen
b) Resusitasi cairan
metronidazol + sefalosporin/aminoglikosid
d) Analgesic IV
e) PPI IV
f) NGT
g) Kateter urin
2) Definitif
bedah adalah :
50
c) Membuang setiap material asing di rongga peritoneum yang dapat
Indikasi bedah dan waktu operasi yang tepat pada pasien dengan
a) Pasien stabil
Operasi terbuka
a) Primary repair: defek ini terutama ditutup dengan jahitan, hal ini
51
b) Graham patch repair: defek hanya ditancapkan dengan pedikel
aplikasi flap.
jahitan dari kedua sisi diikat menjadi satu. tanpa ketegangan untuk
terutama jika berada pada kelengkungan yang lebih besar dan jauh
dan duodenum
duodenum. Gastrojejunostomi
52
j. Komplikasi
1) Infeksi luka
2) Sepsis
3) Malnutrisi
4) Kegagalan multiorgan
6) Delirium
1) Usia tua
2) Demensia
3) Sepsis
5) Hipoksia
6) Komplikasi intraoperative
k. Prognosis
1) Adanya komorbid
2) Usia lanjut
53
3) Malnutrisi
4) Muncul komplikasi
5) Lokasi perforasi
54
BAB IV
PEMBAHASAN
peritonitits et causa perforasi gaster dengan hipertensi urgensi dan penyakit jantung
Dari hasil anamnesis didapatkan informasi Pasien datang ke IGD Rs. Hasri
Ainun Habibie dengan rujukan dari Puskesmas Kandaw masuk dengan keluhan nyeri
perut atas secara tiba tiba pagi hari sekitar pukul 09.00 ditempat kerjanya, keluhan
disertai mual mual, tidak ada muntah, pasien dirujuk dari puskesmas dengan
Burney (-), demam (-), batuk (-), sesak (+) dirasakan karena sakit perut jika
bernapas dalam, nyeri perut bagian bawah (-), BAB biasa, ada ampas warna kuning,
tidak ada darah, tidak ada lendir, BAK biasa. Riwayat penyakit HT (+) tidak rutin
VAS 7, konjungtiva anemis, nyeri tekan seluruh lapang abdomen, bising usus
(H), Ht 14.2 % (L), eritrosit 4.52 (L), Neutrofil 93 (H), GDS 139 (H), K 2.83 (L), Cl
91.69 (L), Na 132.83 (L) sehingga dapat disumpulkan pasien menderita luekositosis,
55
Sedangkan dari rontgen thoraks didapatkan coupula sign (+) yaitu gambaran udara
mengisi cavum abdomen, bewarna putih keruh, serta dijumpai adanya perlengketan
pylorus dengan organ sekitar. Saat dilakukan pemisahan dijumpai adanya perforasi
pada gaster.
56
BAB V
KESIMPULAN
dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna, atau dari luka tembus
terjadi perforasi maka isi lambung akan menyebar ke cavum peritoneum dan
Helicobacter Pylori (H. Pylori) dan diet tinggi garam dan berbagai faktor lainnya.
Klinis yang paling khas ialah gejala peritonitis, nyeri perut hebat berpindah,
pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain darah lengkap, radiologi, laparoskopi.
Spesifisitas dan sensitivitas terbaik yaitu dengan CT Scan, namun dengan BNO saja
57
Tatalaksana awal yaitu oksigen, resusitasi, Antibiotik, analgesic, PPI ,
58
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta : EGC.
59
Wim de jong, Sjamsuhidayat.R, 1997.Gawat Abdomen, dalam Buku ajar Ilmu
Bedah; 221-239, EGC, Jakarta.
Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. 2011 Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Wong CW, Chung PH, Tam PK, Wong KK. Laparoscopic versus open operation
for perforated peptic ulcer in pediatric patients: A 10-year experience. J Pediatr Surg.
2015 Dec. 50 (12):2038-40.
60