Makalah Kelompok 2 Chikungunya Revisi
Makalah Kelompok 2 Chikungunya Revisi
Oleh :
Kelompok 2
Clarisa Septia Mayuka Putri (201413251387)
Sebastian Rulianto Doko (181213251345)
Yokrin Umbu Piga (201413251393)
Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah Analisis
Spasial dengan judul “GAMBARAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTI
PENYEBAB CHIKUNGUNYA”. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Beni Hari Susanto, S.KL., M.KL selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Spasial, serta
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun,
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala dapat teratasi. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan bermanfaat bagi pembaca
khususnya para mahasiswa.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk
itu,kritik dan saran dari para pembaca akan sangat membantu bagi kami.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Chikungunya
2.1.1 penyakit Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunyan
yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Nama penyakit yang berasal dari
bahasa Swahili yang berarti “yang berubah bentuk atau bungkuk”, mengacu pada
postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi yang hebat. Chikungunya
tergolong arthropod-borne disease. Yaitu penyakit yang disbarkan oleh arthropoda
khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopticus. Nyamuk ini memiliki
kebiasaan menggigit pada siang hari, sehingga kejadian penyakit ini lebih banyak
terjadi pada wanita dan anak-anak dengan alasan mereka lebih banyak berada di
rumah siang hari. Penyakit ini ditandai dengan demam, myalgia, arthralgia, ruam
kulit, leukopenia, limfadenopati dan penderita mengalami kelumpuhan motorik yang
tidak permanen (Ramadhani et al, 2017).
2.1.2 Virus Penyebab
Penyakit Chikungunya disebabkan oleh sejenis virus yang disebut virus yang
disebut virus chikungunya yang termasuk dalam keluarga Togaviridae genus
alphavirus. Virus chikungunya ditularkan atau disebarkan oleh vector yang sama
dengan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu nyamuk Aedes Aegypti.
2.1.3 Mekanisme Penularan Virus
Chikungunya ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk aedes.
Nyamuk aedes tersebut dapat mengandung virus chikungunya pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum demam sampai 5
hari setelah demam timbul. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembangbiak dalam waktu 8-
10 hari. Sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat
gigitan berikutnya. Di tubuh makanan yang bergizi, cukup karbohidrat, dan terutama
protein serta minum sebanyak mungkin. Setelah lewatlima hari, demam akan
berangsur- angsur reda, rasa ngilu atau nyeri pada persendian dan otot berkurang,
dan penderita akan sembuh seperti semula. Daya tahan tubuh yang bagus dan
istirahat cukup bisa membuat rasa ngilu pada persendian cepat hilang. Minum
banyak air putih untuk menghilangkan gejala demam (Zulkoni, 2017).
2.1.4 Penyebab Peningkatan Kasus Chikungunya
Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti maka terbaik
untuk memutus rantai penularan adalah dengan memberantas nyamuk tersebut
sebagai mana sering disarankan dalam penyakit demam berdarah dengue.
Insektisida yang 8 digunakan untuk memberantas nyamuk ini adalah dari golongan
malation, sedangkan themopos untuk menghilangkan jentik-jentiknya. Malation
dipakai dengan cara pengasapan, bukan dengan menyemprotkan ke dinding. Hal ini
karena Aedes aegypti tidak suka menempel di dinding, melainkan pada benda yang
bergantung.
2.1.5 Resiko Penderita Chikungunya
Penyakit ini sangat rendah risiko kematian, tetapi memiliki risiko komplikasi
yang membahayakan. Chikungunya menyebabkan lumpuh, gangguan saraf mata,
jantung, dan saluran pencernaan. Chikungunya menyebabkan lumpuh sementara,
bisa berlangsung dalam hitungan minggu, bulan, bahkan bertahun-tahun. Agar
komplikasi chikungunya tidak terjadi, pemeriksaan harus segera dilakukan ketika
seseorang mengalami gejala chikungunya.
2.1.6 Metode Perhitungan Perhitungan Penderita Chikungunya
a. Kategori Perhitungan
2. Kerapatan Bangunan;
4. Kualitas Drainase;
6. Curah hujan.
2.2 Nearest Neighbor Analysis
N = Jumlah responden
Y = Variabel terikat
Xi = Variabel bebas
dengan :
Y = Jumlah penderita chikungunya
X1 = Persentase luas lahan
terbangun X2 = Persentase luas tutupan
kanopi
3.1.2 Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini ialah berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan survey lapang sedangkan
data sekunder yakni data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh instansi atau dinas terkait di Kota Jakarta Timur. Adapun
data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah :
1. Data persebaran tumpukan sampah di Kelurahan Kramat Jati
dan Kelurahan Dukuh;
2. Data persebaran kualitas drainase di Kelurahan Kramat Jati dan
Kelurahan Dukuh.
10. Melakukan overlay atau penggabungan pada seluruh variabel fisik yakni
kerapatan bangunan, tutupan kanopi, kualitas drainase dan tumpukan
sampah sehingga dapat dilihat secara regional bagaimana karakteristik
wilayah penderita penyakit chkungunya pada wilayah penelitian.
11. Mengolah data secara statistik menggunakan perangkat lunak SPSS Statistics
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Diharapkan proses membaca visualisasi data pada peta hasil analisis spasial dapat
membantu peserta didik dalam memahami persolaan kesehatan di masyarakat
khususnya terkait pola sebaran penyakit, faktor lingkungan yang mempengaruhi
dan hubungan diantara faktor risiko tersebut.
2. Diharapkan dapat menjadi perhatian khusus bagi para pemangku kebijakan dalam
menerapkan langkah-langkah stategis penanggulangan penyakit chikungunya positif
di wilayah kelurahan kramat jati dan kelurahan dukuh
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman (2018). Ilmu Kedoteran : Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran (EGC).
Ikawati, B., et al. 2013. Kejadian Chikungunya Di Kelurahan Karangsari Dan Panjer
Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. Jurnal Ekologi Kesehatan, 12(4): 269-276.
Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2020.
Kusumo, S. A., et al. 2014. Lingkungan Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Chikungunya
Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandangsapi Kota Pasuruan Tahun 2014. Gema
Kesehatan Lingkungan, XII (3): 103-106.
Lukito, D. B., et al. 2018. Hubungan Faktor Perilaku Dan Lingkungan Dengan Kejadian Luar
Biasa Suspek Chikungunya Di Desa Jasri, WilayahKerja Puskesmas Karangasem I,
Kabupaten Karangasem Tahun 2017.Artikel Penelitian, 14(2): 92-97.
Putri, M. D., et al. 2016. Hubungan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Deangan Keberadaan Jentik Vektor Chikungunya Di Kampung Taratak Paneh Kota
Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3): 495- 504.
Pratama AD, Pawenang ET. Analisis faktor intrinsik dan ekstrinsik kejadian penyakit
chikungunya. Higeia J Public Heal.2017;1(3):12-20.
Ramadhani, T., et al. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan
Masyarakat Terhadap Pencegahan Penyakit Chikungunya Dan Vektornya Di Nagari
Saniang Baka, Kabupaten Solo. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2):245-252.
Safitri, Dita. (2017). Pola Pesebaran Penderita Chikungunya. Jakarta Timur 2008. Skripsi.
Depertemen Geografis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Indonesia.
Sari, W. P. 2019. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit
Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar. Artikel Publikasi
Imiah.
Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tarigan, Y. G., et al. 2016. Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Dengan Kejadian
Penyakit Chikungunya Di Desa Tanah Raja. Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat, 1(1):
19-27. Zulkoni, A. 2017. Parasitologi Untuk Keperawatan Kesehatan Masyarakat Dan
Teknik Lingkugan. Nuha Medika: Yogyakarta.