Anda di halaman 1dari 7

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Evaluasi Pembelajaran


B. Kegiatan Belajar : Penguatan kreatifitas anak berbasis kurikulum saat ini (KB2)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

Kurikulum Merdeka menjadi salah satu program yang


dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mengatasi
ketertinggalan dan hilangnya pembelajaran (learning loss) di
Konsep (Beberapa istilah dan Indonesia. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
1
definisi) di KB Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim
menyampaikan saat peluncuran Merdeka Belajar Episode
Kelima belas bahwa penyederhanaan kurikulum darurat
dinilai efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada
masa pandemi Covid

Pendidikan yang diberikan dapat menstimulasi anak usia dini


agar mereka lebih berkembang dan kreatif. Guru dan orangtua
tidak hanya membuat anak pintar dalam sesaat dengan
Daftar materi pada KB yang
2 memaksakan anak harus belajar sesuatu yang tidak sesuai
sulit dipahami
dengan daya kemampuannya. Tindakan itu akan mematikan
kreativitas anak dan hasilnya anak tidak mempunyai
kepercayaan diri.

Kreativitas akan tumbuh pada tempat yang tepat, tempat yang


memiliki dua syarat yaitu; (1) rasa aman dari gangguan dan
tekanan; dan (2) kemerdekaan psikologis. Anak-anak yang
tidak merasa aman karena dinakali teman, takut kotor, takut
Daftar materi yang sering
jatuh, takut dimarahi, takut dicela, takut dicemooh, akan
3 mengalami miskonsepsi dalam
mengalami hambatan proses kreativitas. Sebaliknya, anak-
pembelajaran
anak yang memperoleh rasa aman, akan memulai segala
aktivitas dengan perasaan lapang dan menyenangkan.
“Inovasi-inovasi” akan lahir ketika anak merasakan ketiadaan
ancaman.
I. PENDAHULUAN
Bagaimana mungkin seorang anak dapat bermain dan belajar dengan nyaman bila mereka harus
berada dalam ruang yang sempit, pengap dan gelap. Lantas bagaimana bisa tumbuh rasa ingin tahu anak
bila ia selalu berhadapan dengan lingkungan yang kosong”, “rapi” dan “steril”. Adanya praktik
pendidikan yang kurang menghargai kebebasan anak sebagai praksis pendidikan yang membelenggu,
bukan membebaskan. Penguatan (reinforcement) adalah respon positif yang diberikan guru kepada siswa
dalam proses pembelajaran, dengan tujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback),
memantapkan dan meneguhkan hal-hal tertentu yang dianggap baik sebagai suatu tindakan dorongan
maupun koreksi sehingga siswa dapat mempertahankan atau meningkatkan perilaku baik tersebut.
Penguatan atau reinforcement merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penguatan adalah salah satu bentuk penciptaan suasana belajar yang menyenangkan yang telah diberikan
oleh guru kepada peserta didik dengan tujuan agar tingkah laku positif peserta didik dapat meningkat.
Reinforcement atau penguatan dilakukan pendidik melalui pemberian penghargaan (reward) secara tepat
yang didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku. Dengan penguatan yang dilakukan
pendidik, peserta didik akan semakin kaya dengan berbagai tingkah laku positif yang secara kumulatif
dan sinergis menunjang keaktifan siswa serta pencapaian tujuan pendidikan.

II. PEMBAHASAAN
Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif adalah penguatan yang bertujuan untuk mempertahankan dan
memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara
menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Misalnya dalam penguatan
negatif, guru memberikan sindiran kepada siswa yang tidak memperhatikan saat guru tersebut
menerangkan suatu materi pelajaran. Manfaat penguatan bagi siswa, antara lain.
1. Meningkatnya perhatian dalam belajar.
2. Membangkitkan dan memelihara perilaku.
3. Menumbuhkan rasa percaya diri.
4. Memelihara suasana belajar yang kondusif.

Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh guru
karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan membangkitkan semangat dalam melakukan
kegiatan pembelajaran. Semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga
nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik. Penguatan harus dilakukan secara
merata kepada siswa yang baik ataupun kurang baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan
dalam memberikan penguatan.

A. KOMPONEN-KOMPONEN YANG TERDAPAT DALAM PEMBERIAN PENGUATAN

1. Penguatan Verbal Salah satu bentuk penguatan yang bisa diberikan oleh guru untuk memotivasi siswa
agar berpartisipasi dalam pembelajaran adalah lewat ucapan. Segala ungkapan kata-kata yang
dilontarkan guru untuk menanggapi balik aktivitas siswa termasuk ke dalam penguatan verbal.
Beberapa contoh pemberian penguatan verbal.
1) Guru bertanya ,“Konsep apa yang diterapkan pada kapal laut?” Beny mengacungkan tangan dan
menjawab, “Hukum Archimedes, Bu!!” Guru menanggap balik, “Ya benar. Bagaimana bunyi
Hukum Archimedes?” Beny menjawab, “Setiap benda padat yang dimasukan ke dalam zat cair
akan mendapat gaya ke atas seberat zat cair yang dipisahkan. Gaya ke atas itulah yang membuat
kapal terapung di dalam air.” Guru menanggapi, “Hebat Beny. Kita beri tepuk tangan buat Beny.”
2) Pada saat belajar tentang tekanan, guru mengajukan pertanyaan, “Mengapa ujung paku dibuat
runcing?” Sally menjawab, “Karena ujung paku yang runcing memiliki luas penampang kecil,
sehingga tekanan terhadap benda menjadi besar.” Guru menanggap balik, “Iya, lengkap sekali
jawaban Santi,” atau “Betul, tepat sekali’
3) Pada saat belajar tentang pemuaian, guru meminta siswanya untuk menyebutkan aplikasi konsep
pemuaian di kehidupan sehari-hari. Salah satu siswa menyebutkan, “Penyambungan rel kereta api,
Bu!!” Guru menanggapi balik, “Bagaimana dengan penyambungan rel kereta api?” Siswa tersebut
menjelaskan, “Pada daerah sambungan diberi jarak antara batang satu dengan lainnya, sehingga
pada saat panas batang tersebut memiliki tempat untuk memuai.” Guru memberikan tanggapan
balik, “Tepat sekali. Kamu memang pintar, Nak!!”
4) Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswanya. Jawaban dari siswa kurang benar. Guru
tidak boleh berkata, “Jawabanmu salah!!” atau “Bodoh sekali, Kamu!”.

2. Penguatan Non Verbal Memberikan tanggapan balik yang bertujuan agar siswa terdorong untuk lebih
berprestasi, tidak terbatas dalam bentuk ucapan saja. Banyak bentuk pemberian penguatan yang dapat
dipilih oleh guru, sehingga tidak membosankan bagi siswa. Bentuk-bentuk perbuatan tersebut dapat
dibedakan dalam kategori berikut.
1) Mimik dan gerak badan Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila dua orang atau lebih yang
berinteraksi saling berhadapan. Selama proses interaksi tersebut dipertahankan agar mimik muka atau
wajah tidak cemberut, dingin, tanpa ekspresi, dan tampilan-tampilan lain yang menimbulkan kesan
tidak simpatik. Selama proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru berlangsung terus
menerus selama waktu 2 x 40 menit atau 2 x 45 menit. Selama selang waktu yang relatif panjang
tersebut diharapkan siswa berpartisipasi secara aktif dan untuk mempertahankan kondisi positif
tersebut guru secara berkesinambungan memberikan berbagai penguatan. Salah satu bentuk
penguatan tersebut adalah mimik. Senyuman, anggukan, gelengan yang mengisyaratkan rasa takjub
dengan tanggapan siswa, mengangkat kedua alis, acungan jempol, dan lain-lain. Variasi-variasi
tersebut dapat dipilih dan divariasikan guru selama proses pembelajaran berlangsung.

2) Mendekati Setiap siswa memiliki kecenderungan yang sangat mungkin berbeda dengan temannya.
Ada siswa yang senang dipuji dan dibesarkan hatinya dengan kata-kata manis dan simpatik, ada siswa
yang puas hanya dengan senyuman atau tatapan bangga sesaat dari gurunya. Tapi ada siswa yang
berharap lebih dari itu. Mereka lebih senang kalau guru berada di sampingnya saat memberikan
penguatan. Tipe siswa yang lebih suka didekati tersebut. Sebaiknya guru berusaha memenuhi harapan
tersebut. Karena tidak berat bagi guru untuk berpindah dari depan ke tempat siswa yang baru saja
memberi tanggapan atau jawaban dari pertanyaan yang diberikan, atau memberi penjelasan.
Mendekati di sini bukan sekedar berdekatan secara fisik, tetapi digabung dengan bentuk penguatan
yang lain, sehingga tidak terkesan hambar atau dingin.

3) Sentuhan Kontak fisik atau sentuhan yang diberikan oleh guru suatu kebanggaan tersendiri bagi
sekelompok siswa. Bagi siswa yang sudah memberikan jawaban pertanyaan, melengkapi jawaban
temannya atau memberi penjelasan, tanggapan bahkan kritikan atau meralat argumentasi temannya,
guru dapat memberikan penguatan dengan menyalami, menepuk- nepuk pundak siswa, membelai
kepala siswa atau sentuhan lain yang membuat siswa bangga dan ingin tampil lebih baik lagi.

4) Kegiatan yang menyenangkan hati siswa Guru yang profesional berusaha mengenal kecenderungan
dan karakter semua siswanya. Guru berusaha mengetahui hal-hal seperti apa yang lebih disenangi
oleh siswa. Sehingga apabila diberikan suatu tugas, mereka merasa senang melakukannya.
Sehubungan dengan pemberian penguatan di dalam pembelajaran fisika guru juga dapat memilih
aktivitas yang membuat siswa senang. Misalnya, mengajukan pertanyaan yang bersifat kompetisi
dalam menjawab, memperagakan sesuatu di depan kelas, mengerjakan latihan berbentuk teka-teki
silang, melakukan studi tour, atau memberikan tugas proyek dan banyak lagi aktivitas lain yang dapat
dipilih dan divariasikan.

5) Simbol atau benda Bentuk lain dari penguatan non verbal adalah simbol atau pemberian hadiah
berbentuk benda. Misalnya guru mempersiapkan mainan kecil dan lucu atau alat tulis, atau mungkin
hanya permen untuk dibagikan kepada siswa yang berpartisipasi secara aktif di dalam pembelajaran.
Bagi siswa yang mendapatkan hadiah, pemberian tersebut akan mendorong dia untuk tampil lebih
baik dari sebelumnya. Sedangkan siswa yang lain menjadi lebih bersemangat, juga ingin mendapat
hadiah. Karena hadiah tersebut melambangkan prestasi mereka dalam belajar fisika. Hadiah dapat
memberi kebanggaan dan mendorong semangat mereka untuk lebih baik lagi pada kesempatan
berikutnya.

6) Penguatan tak penuh Pada penguatan ini, siswa yang menyampaikan pendapat yang kurang benar atau
tidak benar tidak langsung disalahkan secara kasar tetapi dengan memberikan penguatan tetapi tidak
penuh, misalnya “Jawabanmu sudah baik, tetapi masih kurang tepat”. Kemudian guru meminta siswa
lain untuk menyempurnakan atau menambahkan sehingga siswa tadi mengetahui bahwa jawabannya
tidak seluruhnya benar, namun juga tidak salah.

B. PRINSIP PENGGUNAAN PENGUATAN


Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat sasaran. Pemberian penguatan di dalam pembelajaran
harus memperhatikan beberapa prinsip pemberian penguatan, sebagai berikut.
a. Hangat dan Antusias Guru adalah pemberi semangat bagi siswanya. Semangat tentu saja tidak
mampu diberikan oleh orang yang kurang atau tidak bersemangat. Aktivitas yang bertujuan
memberikan semangat tersebut juga tidak akan sampai pada sasaran, apabila pemberiannya
dilakukan tanpa dukungan kehangatan. Kehangatan yang ditampilkan oleh guru secara psikologis
berdampak positif terhadap siswa. Kehangatan tersebut dapat mencairkan suasana kaku, diam,
ramai, dan tegang menjadi kondusif. Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan
punya makna sendiri di hati siswa. Melihat gurunya antusias, siswa yang tadinya malas,
mengantuk, capek, atau melakukan aktivitas lain menjadi tertarik ikut di dalam pembelajaran. Jadi
apabila sebelumnya hanya sebagian siswa yang aktif di dalam pembelajaran, sikap antusias yang
ditampilkan guru dapat menarik yang belum aktif menjadi aktif.
b. Kebermaknaan Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau bermakna bagi siswa.
Mereka merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa diperhatikan, merasa berhasil dalam
belajar, merasa terpuji dan tersanjung. Perasaan ini berdampak terhadap mental mereka. Siswa jadi
lebih berani mengemukakan pendapatnya, meningkat rasa ingin tahunya, dan lebih percaya diri.
Dengan demikian diharapkan partisipasinya menjadi lebih baik pada kesempatan berikutnya. Bila
guru melakukan penguatan secara tepat dan terus menerus, rasa ingin tahu siswa terpenuhi,
akibatnya mereka merasakan bahwa belajar fisika membuat mereka jadi tahu banyak hal. Apa yang
mereka ketahui tersebut membantu mereka menjawab pertanyaan tentang suatu kejadian, yang
mungkin sebelumnya membuat mereka penasaran atau bingung.
c. Menghindari respon negatif Kadangkala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah pikirannya
di dalam kelas atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut keliru. Seorang guru profesional berusaha
membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif. Tidak langsung menyalahkan atau
menghakimi siswa di hadapan teman-temannya. Contoh.
 Guru tahu ada siswa yang kurang memperhatikan pada saat memperagakan. Guru berpikir
mungkin si siswa sudah paham, jadi demonstrasi itu tidak menarik buat dia.
 Guru menganggap semua siswa sudah paham dan bersiap untuk memberi kesempatan kepada
siswa untuk berlatih menggunakan jangka sorong.
 Guru menunjuk siswa yang tadinya tidak memperhatikan untuk membaca hasil pengukuran dan
menyampaikan kepada teman-temannya.
 Siswa tersebut tidak tahu cara membacanya, sehingga kebingungan. Pada kejadian seperti ini,
seorang guru professional guru tidak langsung menyalahkan atau memarahi siswa karena tidak
memperhatikan sewaktu guru menerangkan pelajaran. Guru bisa menunjuk siswa lain untuk
melaksanakan tugas itu dan siswa tadi disuruh memperhatikan. Kepada siswa yang
menggantikan tugas tadi guru memberi penguatan dan kepada siswa pertama. Guru memberikan
dorongan agar belajar lebih tekun atau lebih serius dari sebelumnya. Guru tidak perlu
mengeluarkan ucapan, “Makanya perhatikan saat saya menerangkan, jangan sok tahu!!”
d. Pemberian penguatan dengan segera Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah
muncul tingkah laku atau respon dari siswa. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung
menyebabkan menjadi kurang efektif. Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan
hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan.
Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang
diberikan.
e. Variasi bentuk penguatan Proses pembelajaran yang bersifat tatap muka berlangsung 1 atau 2 jam
pelajaran, sekitar 40 atau 45 sampai 80 atau 90 menit. Waktu yang cukup lama untuk menjaga
interaksi positif berlangsung secara terus menerus, atau untuk mempertahankan semangat belajar.
Banyak aktivitas dan tugas yang bisa diberikan guru selama selang waktu tersebut. Tentu saja
beragam pula pertisipasi yang bisa diberikan oleh siswa. Setiap sumbangan pikiran siswa layak
diberikan penghargaan, semua siswa berhak mendapatkan penguatan. Agar tidak membosankan
dan selalu hidup, guru harus pintar memvariasikan berbagai bentuk penguatan. Kadang
mengatakan bagus, pada kesempatan lain mengacungkan jempol, berikutnya tersenyum sambil
menganggukan kepala, lalu mendekati siswa, begitu seterusnya. Sehingga ucapan atau tanggapan
yang sama tidak keluar berulang-ulang dalam waktu terbatas.

C. CARA PENGGUNAAN PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN


a. Penguatan kepada pribadi tertentu Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan. Karena apabila
tidak, akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan, guru terlebih dahulu
menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya.
b. Penguatan kepada kelompok Penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya
“Bapak sangat senang kalian menyelesaikan tugas ini dengan baik”. Dapat juga memberikan
sebuah penghargaan lain

D. KELEBIHAN DALAM PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN

Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat
apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain.
1. Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4. Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5. Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri. Kelebihan-kelebihan
dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila
guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai
secara maksimal.
E. KELEMAHAN DALAM PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula
pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena
penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian
penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah
secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis. Penguatan adalah
respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku
itu.

III. PENUTUP
Esensi merdeka belajar adalah kebebasan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Kebebasan ini tidak
dialami guru dan siswa selama ini karena guru lebih mengerjakan adminstrasi pendidikan dan pembelajaran. Guru juga
kurang memahami konsep dan perannya dalam kebijakan merdeka belajar. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan
tentang konsep dan makna merdeka belajar, peran guru dalam merdeka belajar. Metode yang digunakan adalah metode
kepustakaan. Analisis konten digunakan untuk menganalisis data penelitian. Hasil penelitian ini adalah
(1) Merdeka belajar meliputi 4 kebijakan yaitu ujian sekolah berstandar nasional dilaksanakan oleh pihak sekolah,
asesmen kecakapan minimum dan survei karakter, penyederhanaan RPP, sistem zonasi penerimaan siswa baru;
(2) makna merdeka belajar meliputi merdeka berpikir, merdeka berinovasi, belajar mandiri dan kreatif, merdeka untuk
kebahagiaan;
(3) peran guru sangat bervariasi meliputi fasilitator pembelajaran merdeka belajar, guru inovatif dan kreatif, guru
berkarakteristik sebagai guru, dan guru penggerak. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini
menyimpulkan bahwa pemahaman makna merdeka belajar dan peran guru dalam merdeka belajar membantu guru
dan siswa lebih merdeka dalam berpikir, lebih inovatif dan kreatif, serta bahagia dalam kegiatan pembelajaran.

Asesmen pembelajaran diharapkan bisa menjadi tolak ukur secara komprehensif aspek-aspek yang seharusnya
diukur. Penilaian dapat berupa formatif dan sumatif. Asesmen formatif dapat berupa penilaian pada awal pembelajaran
dan penilaian selama proses pembelajaran. Pada awal pembelajaran, penilaian digunakan untuk mendukung
pembelajaran terdiferensiasi. Sehingga siswa bisa memperoleh pembelajaran yang mereka butuhkan. Selain pada saat
pembelajaran, asesmen formatif juga bisa menjadi dasar refleksi pada seluruh proses pembelajaran dan bisa menjadi
menginformasikan rencana pembelajaran serta revisi yang sesuai kebutuhan. Setelah siswa berhasil mencapai tujuan
pembelajaran, guru bisa melanjutkan ke tujuan pembelajaran selanjutnya. Tetapi, jika tujuan pembelajaran belum
terpenuhi, guru harus memperkuat siswa terlebih dahulu. Selain itu, guru harus melakukan penilaian komprehensif
untuk memastikan tercapainya tujuan pembelajaran secara keseluruhan.

Pada implementasi kurikulum 2013, kita mengenal persyaratan penilaian yaitu Penilaian Harian (PH),
Penilaian Tengah Semester (PTS), dan Penilaian Akhir Semester(PAS)/Penilaian Akhir Tahun (PAT).
Dengan adanya penilaian Kurikulum Merdeka, istilah penilaian di atas sudah mengalami perubahan. Perubahan yang
dimaksud bisa Anda cermati dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudyaan, Riset, dan Teknologi nomor 21 Tahun
2022 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia dini, Jenjang Pendidikan dasar, dan Jenjang
Pendidikan Menengah yang diundangkan tanggal 26 April 2022.

 Pengertian Penilaian atau Asesmen


Penilaian atau Asesmen merupakan proses mengumpulkan dan mengolah informasi untuk mengetahui kebutuhan
belajar dan capaian perkembangan atau hasil belajar dari peserta didik. Dalam pasal 9 atat 1 dinyatakan bahwa
Penilaian hasil belajar peserta didik berbentuk: penilaian formatif dan penilaian sumatif.

 Prinsip Penilaian
Apa saja prinsip penilaian yang harus dilaksanakan dalam penilaian Kurikulum Merdeka? Simak penjelasannya
berikut ini.
1. Penilaian adalah bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran, dan menyediakan
informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk guru, siswa, dan orang tua siswa, agar bisa memandu
mereka dalam menentukan strategi pembelajaran berikutnya.
2. Penilaian dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut dengan keleluasaan untuk
menentukan waktu dan teknik pelaksanaan asesmen, agar efektif dan bisa mencapai tujuan pembelajaran.
3. Penilaian dirancang secara adil, valid, proporsional, dan reliable (dapat dipercaya) untuk menjelaskan
kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah yang akan ditempuh berikutnya.
4. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian siswa, sifatnya sederhana dan informatif serta memberikan
informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai dan juga strategi tindak lanjutnya.
5. Hasil penilaian digunakan untuk guru, siswa, tenaga kependidikan, dan orang tua siswa sebagai bahan refleksi
untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Lalu, bagaimana prosedur penilaian dilakukan? Prosedur penilaian dilakukan dengan mengikuti prosedur penilaian
hasil belajar siswa, yaitu:
1. Perumusan tujuan penilaian.
2. Pemilihan dan/atau pengembangan instrumen penilaian.
3. Pelaksanaan penilaian.
4. Pengolahan hasil penilaian.
5. Pelaporan hasil penilaian.

Anda mungkin juga menyukai