Resume KB 2 Evaluasi Pembelajaran
Resume KB 2 Evaluasi Pembelajaran
C. Refleksi
II. PEMBAHASAAN
Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif adalah penguatan yang bertujuan untuk mempertahankan dan
memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara
menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Misalnya dalam penguatan
negatif, guru memberikan sindiran kepada siswa yang tidak memperhatikan saat guru tersebut
menerangkan suatu materi pelajaran. Manfaat penguatan bagi siswa, antara lain.
1. Meningkatnya perhatian dalam belajar.
2. Membangkitkan dan memelihara perilaku.
3. Menumbuhkan rasa percaya diri.
4. Memelihara suasana belajar yang kondusif.
Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh guru
karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan membangkitkan semangat dalam melakukan
kegiatan pembelajaran. Semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga
nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik. Penguatan harus dilakukan secara
merata kepada siswa yang baik ataupun kurang baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan
dalam memberikan penguatan.
1. Penguatan Verbal Salah satu bentuk penguatan yang bisa diberikan oleh guru untuk memotivasi siswa
agar berpartisipasi dalam pembelajaran adalah lewat ucapan. Segala ungkapan kata-kata yang
dilontarkan guru untuk menanggapi balik aktivitas siswa termasuk ke dalam penguatan verbal.
Beberapa contoh pemberian penguatan verbal.
1) Guru bertanya ,“Konsep apa yang diterapkan pada kapal laut?” Beny mengacungkan tangan dan
menjawab, “Hukum Archimedes, Bu!!” Guru menanggap balik, “Ya benar. Bagaimana bunyi
Hukum Archimedes?” Beny menjawab, “Setiap benda padat yang dimasukan ke dalam zat cair
akan mendapat gaya ke atas seberat zat cair yang dipisahkan. Gaya ke atas itulah yang membuat
kapal terapung di dalam air.” Guru menanggapi, “Hebat Beny. Kita beri tepuk tangan buat Beny.”
2) Pada saat belajar tentang tekanan, guru mengajukan pertanyaan, “Mengapa ujung paku dibuat
runcing?” Sally menjawab, “Karena ujung paku yang runcing memiliki luas penampang kecil,
sehingga tekanan terhadap benda menjadi besar.” Guru menanggap balik, “Iya, lengkap sekali
jawaban Santi,” atau “Betul, tepat sekali’
3) Pada saat belajar tentang pemuaian, guru meminta siswanya untuk menyebutkan aplikasi konsep
pemuaian di kehidupan sehari-hari. Salah satu siswa menyebutkan, “Penyambungan rel kereta api,
Bu!!” Guru menanggapi balik, “Bagaimana dengan penyambungan rel kereta api?” Siswa tersebut
menjelaskan, “Pada daerah sambungan diberi jarak antara batang satu dengan lainnya, sehingga
pada saat panas batang tersebut memiliki tempat untuk memuai.” Guru memberikan tanggapan
balik, “Tepat sekali. Kamu memang pintar, Nak!!”
4) Pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswanya. Jawaban dari siswa kurang benar. Guru
tidak boleh berkata, “Jawabanmu salah!!” atau “Bodoh sekali, Kamu!”.
2. Penguatan Non Verbal Memberikan tanggapan balik yang bertujuan agar siswa terdorong untuk lebih
berprestasi, tidak terbatas dalam bentuk ucapan saja. Banyak bentuk pemberian penguatan yang dapat
dipilih oleh guru, sehingga tidak membosankan bagi siswa. Bentuk-bentuk perbuatan tersebut dapat
dibedakan dalam kategori berikut.
1) Mimik dan gerak badan Komunikasi akan berjalan dengan baik apabila dua orang atau lebih yang
berinteraksi saling berhadapan. Selama proses interaksi tersebut dipertahankan agar mimik muka atau
wajah tidak cemberut, dingin, tanpa ekspresi, dan tampilan-tampilan lain yang menimbulkan kesan
tidak simpatik. Selama proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan guru berlangsung terus
menerus selama waktu 2 x 40 menit atau 2 x 45 menit. Selama selang waktu yang relatif panjang
tersebut diharapkan siswa berpartisipasi secara aktif dan untuk mempertahankan kondisi positif
tersebut guru secara berkesinambungan memberikan berbagai penguatan. Salah satu bentuk
penguatan tersebut adalah mimik. Senyuman, anggukan, gelengan yang mengisyaratkan rasa takjub
dengan tanggapan siswa, mengangkat kedua alis, acungan jempol, dan lain-lain. Variasi-variasi
tersebut dapat dipilih dan divariasikan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
2) Mendekati Setiap siswa memiliki kecenderungan yang sangat mungkin berbeda dengan temannya.
Ada siswa yang senang dipuji dan dibesarkan hatinya dengan kata-kata manis dan simpatik, ada siswa
yang puas hanya dengan senyuman atau tatapan bangga sesaat dari gurunya. Tapi ada siswa yang
berharap lebih dari itu. Mereka lebih senang kalau guru berada di sampingnya saat memberikan
penguatan. Tipe siswa yang lebih suka didekati tersebut. Sebaiknya guru berusaha memenuhi harapan
tersebut. Karena tidak berat bagi guru untuk berpindah dari depan ke tempat siswa yang baru saja
memberi tanggapan atau jawaban dari pertanyaan yang diberikan, atau memberi penjelasan.
Mendekati di sini bukan sekedar berdekatan secara fisik, tetapi digabung dengan bentuk penguatan
yang lain, sehingga tidak terkesan hambar atau dingin.
3) Sentuhan Kontak fisik atau sentuhan yang diberikan oleh guru suatu kebanggaan tersendiri bagi
sekelompok siswa. Bagi siswa yang sudah memberikan jawaban pertanyaan, melengkapi jawaban
temannya atau memberi penjelasan, tanggapan bahkan kritikan atau meralat argumentasi temannya,
guru dapat memberikan penguatan dengan menyalami, menepuk- nepuk pundak siswa, membelai
kepala siswa atau sentuhan lain yang membuat siswa bangga dan ingin tampil lebih baik lagi.
4) Kegiatan yang menyenangkan hati siswa Guru yang profesional berusaha mengenal kecenderungan
dan karakter semua siswanya. Guru berusaha mengetahui hal-hal seperti apa yang lebih disenangi
oleh siswa. Sehingga apabila diberikan suatu tugas, mereka merasa senang melakukannya.
Sehubungan dengan pemberian penguatan di dalam pembelajaran fisika guru juga dapat memilih
aktivitas yang membuat siswa senang. Misalnya, mengajukan pertanyaan yang bersifat kompetisi
dalam menjawab, memperagakan sesuatu di depan kelas, mengerjakan latihan berbentuk teka-teki
silang, melakukan studi tour, atau memberikan tugas proyek dan banyak lagi aktivitas lain yang dapat
dipilih dan divariasikan.
5) Simbol atau benda Bentuk lain dari penguatan non verbal adalah simbol atau pemberian hadiah
berbentuk benda. Misalnya guru mempersiapkan mainan kecil dan lucu atau alat tulis, atau mungkin
hanya permen untuk dibagikan kepada siswa yang berpartisipasi secara aktif di dalam pembelajaran.
Bagi siswa yang mendapatkan hadiah, pemberian tersebut akan mendorong dia untuk tampil lebih
baik dari sebelumnya. Sedangkan siswa yang lain menjadi lebih bersemangat, juga ingin mendapat
hadiah. Karena hadiah tersebut melambangkan prestasi mereka dalam belajar fisika. Hadiah dapat
memberi kebanggaan dan mendorong semangat mereka untuk lebih baik lagi pada kesempatan
berikutnya.
6) Penguatan tak penuh Pada penguatan ini, siswa yang menyampaikan pendapat yang kurang benar atau
tidak benar tidak langsung disalahkan secara kasar tetapi dengan memberikan penguatan tetapi tidak
penuh, misalnya “Jawabanmu sudah baik, tetapi masih kurang tepat”. Kemudian guru meminta siswa
lain untuk menyempurnakan atau menambahkan sehingga siswa tadi mengetahui bahwa jawabannya
tidak seluruhnya benar, namun juga tidak salah.
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat
apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain.
1. Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2. Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3. Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4. Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5. Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri. Kelebihan-kelebihan
dalam memberikan penguatan bergantung pada guru yang memberikan penguatan. Apabila
guru tersebut sesuai dalam memberikan penguatan, maka proses pembelajaran akan tercapai
secara maksimal.
E. KELEMAHAN DALAM PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN
Walaupun pemberian penguatan sifatnya sederhana dalam pelaksanaannya, namun dapat pula
pemberian penguatan yang diberikan kepada siswa justru membuat siswa enggan belajar karena
penguatan yang diberikan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan siswa tersebut. Pemberian
penguatan yang berlebihan juga akan berakibat fatal. Misalnya, pemberian penguatan berupa hadiah
secara terus-menerus dapat mengakibatkan siswa menjadi bersifat materialistis. Penguatan adalah
respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku
itu.
III. PENUTUP
Esensi merdeka belajar adalah kebebasan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Kebebasan ini tidak
dialami guru dan siswa selama ini karena guru lebih mengerjakan adminstrasi pendidikan dan pembelajaran. Guru juga
kurang memahami konsep dan perannya dalam kebijakan merdeka belajar. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan
tentang konsep dan makna merdeka belajar, peran guru dalam merdeka belajar. Metode yang digunakan adalah metode
kepustakaan. Analisis konten digunakan untuk menganalisis data penelitian. Hasil penelitian ini adalah
(1) Merdeka belajar meliputi 4 kebijakan yaitu ujian sekolah berstandar nasional dilaksanakan oleh pihak sekolah,
asesmen kecakapan minimum dan survei karakter, penyederhanaan RPP, sistem zonasi penerimaan siswa baru;
(2) makna merdeka belajar meliputi merdeka berpikir, merdeka berinovasi, belajar mandiri dan kreatif, merdeka untuk
kebahagiaan;
(3) peran guru sangat bervariasi meliputi fasilitator pembelajaran merdeka belajar, guru inovatif dan kreatif, guru
berkarakteristik sebagai guru, dan guru penggerak. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini
menyimpulkan bahwa pemahaman makna merdeka belajar dan peran guru dalam merdeka belajar membantu guru
dan siswa lebih merdeka dalam berpikir, lebih inovatif dan kreatif, serta bahagia dalam kegiatan pembelajaran.
Asesmen pembelajaran diharapkan bisa menjadi tolak ukur secara komprehensif aspek-aspek yang seharusnya
diukur. Penilaian dapat berupa formatif dan sumatif. Asesmen formatif dapat berupa penilaian pada awal pembelajaran
dan penilaian selama proses pembelajaran. Pada awal pembelajaran, penilaian digunakan untuk mendukung
pembelajaran terdiferensiasi. Sehingga siswa bisa memperoleh pembelajaran yang mereka butuhkan. Selain pada saat
pembelajaran, asesmen formatif juga bisa menjadi dasar refleksi pada seluruh proses pembelajaran dan bisa menjadi
menginformasikan rencana pembelajaran serta revisi yang sesuai kebutuhan. Setelah siswa berhasil mencapai tujuan
pembelajaran, guru bisa melanjutkan ke tujuan pembelajaran selanjutnya. Tetapi, jika tujuan pembelajaran belum
terpenuhi, guru harus memperkuat siswa terlebih dahulu. Selain itu, guru harus melakukan penilaian komprehensif
untuk memastikan tercapainya tujuan pembelajaran secara keseluruhan.
Pada implementasi kurikulum 2013, kita mengenal persyaratan penilaian yaitu Penilaian Harian (PH),
Penilaian Tengah Semester (PTS), dan Penilaian Akhir Semester(PAS)/Penilaian Akhir Tahun (PAT).
Dengan adanya penilaian Kurikulum Merdeka, istilah penilaian di atas sudah mengalami perubahan. Perubahan yang
dimaksud bisa Anda cermati dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudyaan, Riset, dan Teknologi nomor 21 Tahun
2022 tentang Standar Penilaian Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia dini, Jenjang Pendidikan dasar, dan Jenjang
Pendidikan Menengah yang diundangkan tanggal 26 April 2022.
Prinsip Penilaian
Apa saja prinsip penilaian yang harus dilaksanakan dalam penilaian Kurikulum Merdeka? Simak penjelasannya
berikut ini.
1. Penilaian adalah bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi pembelajaran, dan menyediakan
informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk guru, siswa, dan orang tua siswa, agar bisa memandu
mereka dalam menentukan strategi pembelajaran berikutnya.
2. Penilaian dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut dengan keleluasaan untuk
menentukan waktu dan teknik pelaksanaan asesmen, agar efektif dan bisa mencapai tujuan pembelajaran.
3. Penilaian dirancang secara adil, valid, proporsional, dan reliable (dapat dipercaya) untuk menjelaskan
kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang langkah yang akan ditempuh berikutnya.
4. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian siswa, sifatnya sederhana dan informatif serta memberikan
informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai dan juga strategi tindak lanjutnya.
5. Hasil penilaian digunakan untuk guru, siswa, tenaga kependidikan, dan orang tua siswa sebagai bahan refleksi
untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Lalu, bagaimana prosedur penilaian dilakukan? Prosedur penilaian dilakukan dengan mengikuti prosedur penilaian
hasil belajar siswa, yaitu:
1. Perumusan tujuan penilaian.
2. Pemilihan dan/atau pengembangan instrumen penilaian.
3. Pelaksanaan penilaian.
4. Pengolahan hasil penilaian.
5. Pelaporan hasil penilaian.