Anda di halaman 1dari 27

BAB II

KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR


DAN RUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pendidikan Kejuruan

Banyak istilah terkait dengan pendidikan kejuruan antara lain,

vocational education, technical education, professional education, dan

occupational education. Huges sebagaimana dikutip oleh Soeharto

(1988:1) mengemukakan vocational education (pendidikan kejuruan)

adalah pendidikan khusus yang program-programnya atau materi

pelajarannya dipilih untuk siapapun yang tertarik untuk mempersiapkan

diri bekerja sendiri, atau untuk bekerja sebagai bagian dari suatu grup

kerja.

Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik

untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan

program kejuruannya. Dari tujuan pendidikan kejuruan tersebut

mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan di samping menyiapkan

tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta didik untuk

dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan

program kejuruan atau bidang keahlian.

Fokus kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada

pengembangan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus

10
11

secara simultan mempersiapkan peserta didik yang produktif. Finch dan

Crunkilton (1984: 13) mengemukakan bahwa : Kurikulum pendidikan

kejuruan berhubungan langsung dengan membantu siswa untuk

mengembangkan suatu tingkat pengetahuan, keahlian, sikap dan nilai yang

luas. Setiap aspek tersebut akhirnya bertambah dalam beberapa

kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar pendidikan kejuruan

mengupayakan di dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik,

keahlian meniru, sikap dan nilai serta penggabungan aspek-aspek tersebut

dan aplikasinya bagi lingkungan kerja yang sebenarnya.

Seluruh kemampuan tersebut di atas, dapat dikuasai oleh peserta

didik melalui pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan

yang diaplikasikan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses

belajar mengajar di sekolah maupun situasi kerja yang sebenarnya pada

dunia usaha atau industri (pembelajaran di dunia kerja). Dari hasil belajar

atau kemampuan yang telah dikuasai diharapkan dapat memberikan

kontribusi pada pengembangan diri peserta didik, sehingga mereka mampu

bekerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.

Sejalan dengan pendapat tersebut Evans sebagaimana dikutip Muliati

(2007:7) mengemukakan pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem

pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja

pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-

bidang pekerjaan lain. Hamalik (1990:24), mengemukakan pendidikan

kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar


12

keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja

yang dipandang sebagai latihan keterampilan. Djohar (2007:1285)

mengemukakan pendidikan kejuruan adalah suatu program pendidikan

yang menyiapkan individu peserta didik menjadi tenaga kerja yang

profesional. Ditegaskan oleh Byram dan Wenrich (1956:50) bahwa

“vocational education is teaching people how to work effectively”. Secara

lebih spesifik Wenrich sebagaimana dikutip Soeharto (1988:2)

mengemukakan pendidikan kejuruan adalah seluruh bentuk pendidikan

persiapan untuk bekerja yang dilakukan di sekolah menengah.

Technical education, menurut Roy W. Robert (dalam Soeharto,

1988:2) adalah pendidikan kejuruan yang bidang keahliannya meliputi

masalah teknik industri. Dijelaskan pula bahwa pendidikan teknik yang

dilaksanakan di berbagai fakultas teknik di lingkungan perguruan tinggi

tidak termasuk di dalamnya. Berkenaan dengan istilah professional

education, Wenrich (dalam Soeharto, 1988:2) mengemukakan bahwa

istilah ini terkait dengan pendidikan persiapan kerja yang dilakukan di

perguruan tinggi.

Sejalan dengan Undang-undang Sistem pendidikan Nasional,

pendidikan vokasional di Indonesia terdiri atas tiga jenis, yaitu pendidikan

kejuruan, vokasi dan profesional. Pendidikan kejuruan merupakan

pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk

bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan

yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan


13

keahlian terapan tertentu maksimal setara program sarjana. Pendidikan

profesional merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik

untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Ketiga

jenis pendidikan tersebut tujuannya sama yaitu mempersiapkan peserta

didik untuk bekerja pada bidang tertentu.

Standar Kompetensi Lulusan pada pendidikan SMK adalah kriteria

mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dapat dicapai setelah

peserta didik menyelesaikan masa belajar. Standar Kompetensi Lulusan ini

juga digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar

proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga

pendidik, standar sarana dan prasarana, standar pengolahan, dan standar

pembiayaan.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Kejuruan : merupakan

pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk

bekerja dalam bidang tertentu. Namun berdasarkan fakta yang ada, lulusan

SMK tidak hanya dapat bekerja pada bidang tertentu, tetapi juga bisa

melanjutkan ke perguruan tinggi dan wirausaha. Oleh karena itu lulusan

SMK bisa bekerja di dunia kerja dan dunia industri, melanjutkan ke

perguruan tinggi khususnya ke pendidikan vokasi, atau pendidikan profesi,

atau menjadi guru SMK dan wirausaha.


14

Karakteristik pendidikan kejuruan menurut Djohar (2007:1295-

1297) adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memiliki sifat untuk

menyiapkan penyediaan tenaga kerja.  Oleh karena itu orientasi

pendidikan kejuruan tersebut mengarah pada lulusan yang dapat

dipasarkan di dunia kerja.

b. Justifikasi pendidikan kejuruan mengacu pada kebutuhan nyata tenaga

kerja di dunia usaha dan industri.

c. Pengalaman belajar yang didapatkan melalui pendidikan kejuruan

meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diterapkan baik

pada situasi simulasi kerja melalui proses belajar mengajar, maupun

situasi kerja yang nyata dan sebenarnya.

d. Keberhasilan pendidikan kejuruan diukur dari dua kriteria, yaitu

keberhasilan siswa di sekolah (in-school success), dan keberhasilan

siswa di luar sekolah (out-of school success. Kriteria pertama meliputi

keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler, sedangkan

kriteria kedua ditunjukkan oleh keberhasilan atau kinerja lulusan setelah

berada di dunia kerja yang nyata dan sebenarnya.

e. Pendidikan kejuruan memiliki kepekaan/daya suai (responsiveness)

terhadap perkembangan dunia kerja.  Oleh karena itu pendidikan

kejuruan harus dapat responsif dan proaktif terhadap perkembangan

ilmu dan teknologi, dengan menekankan pada upaya adaptabilitas dan


15

fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir anak didik dalam jangka

panjang.

f. Bengkel kerja dan laboratorium merupakan kelengkapan utama dalam

pendidikan kejuruan, untuk dapat mewujudkan situasi belajar yang

dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif.

g. Hubungan kerjasama antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia

usaha dan industri merupakan suatu keharusan, seiring dengan

tingginya tuntutan relevansi program pendidikan kejuruan dengan

tuntutan dunia usaha dan industri.

Mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif (TDO) merupakan mapel

yang harus dikuasai setiap siswa SMK yang mengambil jurusan teknik

sepeda motor, yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan

dasar teknologi otomotif. Didalam silabus mata pelajaran teknologi

Teknologi Dasar Otomotif berisi materi tentang keselamatan dan

kesehatan kerja, standar operasional prosedur pekerjaan bengkel, dan

dasar-dasar mesin.

Mata pelajaran Teknologi Dasar Otomotif merupakan mata pelajaran

teori yang diajarkan pada siswa di SMK YPE Sawunggalih Kutoarjo kelas

X Teknik Sepeda Motor, mata pelajaran Teknologi Teknologi Dasar

Otomotif ini berisi tentang dasar otomotif yang akan dijadikan modal

wajib bagi siswa untuk melanjutkan mata pelajaran otomotif kejenjang

selanjutnya. Adapun materi ini sengaja dipilih untuk menjadi bahan

penelitian karena materi yang diajarkan adalah materi yang wajib dilalui
16

siswa untuk lebih mendalam mempelajari otomotif. Oleh karena itu

peneliti menilai metode yang digunakan sesuai tepat dengan materi

keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan satu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga

masyarakat. Terutama dalam bidang pendidikan, belajar menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari kegiatan menuntut ilmu baik di lembaga

pendidikan formal maupun informal. Kegiatan belajar dapat dilakukan

kapan saja, di mana saja dan siapa saja (tidak mengenal usia) selama

manusia masih mempunyai keinginan untuk belajar. Yang disebut dengan

belajar menurut para ahli:

a. Slameto juga merumuskan tentang belajar. Menurutnya belajar adalah

“suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”

(Syaiful Bahri Djamarah, 2008:13).

b. Skinner, dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-

Learning Process, berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses

adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif”

(Muhibbin Syah, 2001:60).

Dari definisi belajar yang telah dikemukakan tersebut dapat

disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh


17

individu untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang

berlangsung secara progresif sebagai hasil dari sebuah pengalaman.

3. Aktivitas-Aktivitas Belajar

Belajar bukanlah berproses dalam suatu kehampaan. Dalam belajar,

tidak akan terlepas dari suatu situasi. Situasi akan menetukan aktivitas apa

yang dilakukan dalam rangka belajar. Beberapa aktivitas belajar adalah

sebagai berikut:

a. Mendengarkan, adalah suatu aktivitas belajar yang menggunakan fungsi

telinga untuk mendengarkan penjelasan guru ataupun oleh media dalam

suatu pembelajaran.

b. Memandang, adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas

memandang berhubungan erat dengan mata. Dalam pendidikan aktivitas

memandang termasuk dalam kategori belajar.

c. Meraba, membau dan mencium, aktivitas ini dapat dikatakan belajar,

apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk

mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh

perubahan tingkah laku.

d. Menulis atau mencatat, merupakan aktivitas yang sering dilakukan dalam

belajar. Tidak semua mencatat adalah belajar. Mencatat yang termasuk

aktivitas belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang menyadari

kebutuhan dan tujuannya sehingga berguna bagi tujuan belajar.


18

e. Membaca, adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan dalam kegiatan

belajar. Jika belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, maka

membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan.

f. Membuat rangkuman, ikhtisar atau rangkuman adalah kegiatan belajar

yang sangat membantu dalam mengingat atau mencari kembali materi

yang penting. Ikhtisar dilakukan dengan cara membaca dan menggaris

bawahi materi-materi yang dianggap penting.

g. Mengamati tabel, diagram dan bagan, merupakan materi non verbal yang

dapat membantu dalam aktivitas belajar. Dengan tabel, diagram dan

bagan dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman

seseorang tentang sesuatu hal.

h. Menyusun paper, merupakan aktivitas belajar yang berkaitan erat dengan

tulis menulis. Penulisan yang dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah

dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

i. Mengingat, adalah salah satu aktivitas belajar. Ingatan adalah

kemampuan jiwa untuk memasukkan, menyimpan dan menimbulkan

kembali hal-hal yang telah lampau. Dalam belajar, mengingat jelas sekali

terlihat ketika seseorang sedang melakukan hafalan.

j. Berpikir, adalah aktivitas belajar yang sangat menggunakan kemampuan

kognitif sesorang untuk dapat memperoleh penemuan baru, setidaknya

menjadi tahu tentang sesuatu.


19

k. Latihan dan Praktik, adalah konsep belajar yang menghendaki adanya

suatu usaha dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini

termasuk belajar. (Syaiful Bahri Djamarah, 2008:45)

Siswa dalam pembelajaran dituntut belajar lebih aktif dalam menggali

informasi. Sesuai dengan konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dimana

sistem pembelajaran lebih menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental,

intelektual, dan emosional untuk dapat memperoleh hasil belajar yang

merupakan perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) menurut Hamalik

(2013:137) adalah pendekatan dalam pembelajaran yang berfokus pada

keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Dalam konsep

CBSA kegiatan belajar diwujudkan dalam bentuk kegiatan seperti

berdiskusi, mendengarkan, membuat sesuatu, memecahkan masalah,

memberikan gagasan, menyusun rencana, dan sebagainya. Konsep tersebut

merupakan cara pembelajaran secara aktif. Pembelajaran secara aktif

merupakan suatu metode pembelajaran yang mampu membuat siswa

menjadi lebih aktif.

Dalam pembelajaran secara aktif, anak didik tidak hanya sekedar

mendengarkan penjelasan dari guru, namun perlu dituntut pula untuk aktif

belajar seperti membaca, menulis, dan berdiskusi untuk memecahkan suatu

masalah, dan peran guru hanyalah membimbing sekaligus mengarahkan.

Aktivitas belajar di dalam kelas tersebut akan terwujud apabila terjadi

interaksi antar warga kelas. Dalam hal ini siswa dituntut untuk lebih aktif
20

belajar seperti membaca, menulis, dan berdiskusi, bukan hanya sekedar

menerima informasi dari guru.

(http://eproceedings.umpwr.ac.id/index.php/semnaspto/article/view/1188)

4. Teori-teori Belajar

Setiap tindakan akademik atau tindakan ilmiah tidak telepas dari suatu

teori. “Teori merupakan seperangkat prinsip-prinsip dan hubungan

kausalitas dari proposisi-proposisi yang terorganisasi mengenai peristiwa-

peristiwa tertentu dalam lingkungan” (Agus Suprijono, 2009:15). Teori

harus dipaparkan oleh akademisi sebagai dasar atas apa yang telah

dilakukan dan sebagai penguat argument atas apa yang telah dilakukan

dalam menyusun sebuah karya ilmiah. Hal ini disebabkan karena teori

mempunyai fungsi sebagai pisau analisis dari berbagai fakta dan fenomena.

Begitu juga dalam dunia pendidikan, seorang guru harus mengatahui

landasan rasional dalam setiap tindak ajarnya. Teori sangat penting untuk

dipahami seorang guru, fungsi teori dalam konteks belajar adalah

memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar,

memberikan rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran,

mendiagnosa masalah- masalah dalam kegiatan belajar, mengkaji kejadian

belajar dalam diri seseorang, mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi

proses belajar.
21

Berikut akan dipaparkan beberapa teori belajar yang telah dirumuskan

oleh para ahli pendidikan dan psikologi:

a. Teori Koneksionisme

Teori ini dikemukakan oleh Edward Lee Thorndike, menurutnya

“belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon antara

aksi dan reaksi, sehingga akan terjadi hubungan yang erat jika sering

dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan

respon akan menjadi terbiasa dan otomatis” (Syaiful Bahri Djamarah,

2008:24).

b. Teori Belajar Kognitif

Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget dan Jerome Bruner, dalam

perspektif teori kognitif, “belajar adalah proses mental yang aktif untuk

mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Belajar adalah

aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks” (Agus

Suprijono, 2009:22).

c. Teori Perilaku

Teori ini dikemukakan oleh Ivan Petrovich Pavlov, JB. Watson dan

Edwin Guthrie. Teori ini berpendapat bahwa “tingkah laku manusia

dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforment

dari lingkungan. Guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa

tingkah laku peserta didik merupakan reaksi terhadap lingkungan dan

tingkah laku adalah hasil belajar” (Agus Suprijono, 2009:16).


22

d. Teori Tanggapan

Teori tanggapan adalah teori belajar yang berpendapat bahwa

dengan memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang

dan sejelas- jelasnya akan menjadikan orang pintar, sebab tanggapan

diartikan sebagai sebuah kesan yang tersimpan dalam otak. Teori ini

dikemukan oleh Herbert” (Syaiful Bahri Djamarah, 2008:18).

e. Teori Belajar R. Gagne

R. Gagne mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses

untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan

dan tingkah laku. Belajar juga diartikan sebagai pengetahuan atau

keterampilan yang diperoleh dari instruksi” (Syaiful Bahri Djamarah,

2008:22).

Dengan mengetahui beberapa teori dalam belajar seorang guru

dapat menggunakan teor-teori tersebut sebagai pijakan atau landasan

dalam menentukan tindak ajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai

dengan baik.

5. Pengertian Hasil Belajar

Setelah melakukan aktivitas belajar, seseorang berhasil atau tidaknya

mengalami suatu proses belajar, dapat diukur oleh hasil belajar. Hasil

belajar sangat penting untuk diidentifikasi agar kita dapat mengetahui

seberapa besar perubahan yang dialami oleh seseorang setelah melakukan

aktivitas belajar. Apa yang dimaksud hasil belajar, berikut adalah

pengertian hasil belajar:


23

Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu

tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.

Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan

perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar

yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang

dikaji. Hasil belajar bias berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun

sikap (Kunandar, 2007:229).

Ada juga yang mengartikan hasil belajar sebagai pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa informasi

verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik

dan sikap. Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009:5-6), “hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif (pengetahuan, ingatan), afektif

(sikap) dan psikomotorik (keterampilan)”.

Dari dua definisi hasil belajar yang telah dipaparkan, dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu alat ukur untuk mengetahui

perubahan kemampuan seseorang (siswa) setelah melakukan aktivitas

belajar dengan standar kemampuan tertentu yang telah ditetapkan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. “Faktor internal meliputi faktor

dari keadaan fisiologi (fisik) dan panca indra peserta didik. Serta dari

faktor psikologi atau minat dan bakat peserta didik. Sedangkan faktor

eksternal meliputi lingkungan dan instrument pendidikan meliputi


24

kurikulum, sarana dan menejemen sekolah”(Zikri Neni Iska, 2006:85).

Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa “faktor yang mempengaruhi

proses belajar adalah faktor waktu, pengetahuan tentang materi yang

dipelajaripengetahuan akan prestasi sendiri dan faktor transfer

(pengetahuan yang pernah dipelajari sebelumnya)” (Sarwono, 2000:45).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dirangkum bahwa

hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang

cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari

proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

(http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/autotext/article/view/4870/4474).

6. Pengertian PTK

Penelitian dikalangan pendidikan bukan suatu hal yang baru lagi,

penelitian tidak hanya dilakukan oleh para ilmuwan atau para akademis

social saja, seorang guru juga merupakan seorang peneliti, karena seorang

guru secara langsunga atau tidak bergelut dengan suatu proses penelitian di

kelas atau di luar kelas. Jenis penilitian yang dilakukan oleh seorang guru

dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam istilah bahasa

Inggris disebut Classroom Action Research (CAR). Penelitian jenis ini

muncul pada tahun 1940-an yang merupakan salah satu model yang muncul

di tempat kerja untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja kerja (Isjoni,

2007:105). Berikut merupakan beberapa pengertian dari Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) menurut para ahli:


25

a. Kemmis menyatakan bahwa “penelitian tindakan merupakan upaya

mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau

mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi” (Nurul

Zuriah, 2007:70).

b. Ebbut mengemukakan bahwa “penelitian tindakan adalah kajian

sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh

sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam

pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-

tindakan tersebut” (Rochiati, 2009:12).

c. David Hopkins menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah

suatu tindakan yang dilakukan oleh guru atau kelompok guru untuk

menguji anggapan-anggapan dari suatu teori pendidikan dalam praktik

atau sebagai arti dari evaluasi dan melaksanakan seluruh prioritas

program sekolah” (Margaretha, 2008:4).

Dari beberapa pengertian penlitian tindakan kelas yang telah

dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas

adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh sorang guru (pendidik) yang

dilakukan di kelas untuk memecahkan masalah dalam kegiatan belajar

mengajar atau untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru dalam

mengajar dengan cara melakukan suatu tindakan yang diharapkan dapat

memberikan hasil berdasarkan atas tindakan yang telah dilakukan.


26

7. Langkah-langkah PTK

Pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling

terkait dan berkesinambungan yaitu tahapan perencanaan (planning),

tahapan pelaksanaan (acting), tahapan pengamatan (observing) dan tahapan

refleksi (reflecting). Namun sebelumnya tahapan ini diawali oleh suatu

tahapan pra-PTK yang meliputi: identifikasi masalah, analisis masalah,

rumusan masalah dan rumusan hipotesis. “Pada tahap pelaksanaan

(tindakan) merupakan realisasi teori dan teknik mengajar yang telah

dipersiapkan dalam tahap perencanaan. Tahap observasi dilakukan

bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini berisi tentang

pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat serta dampaknya

terhadap proses dan hasil tindakan. Tahap refleksi merupakan tahapan untuk

memproses data yang didapat pada saat melakukan pengamatan”

(Margaretha, 2008:19). Tahapan-tahapan tersebut membentuk sebuah siklus,

siklus-siklus ini kemudian akan diikuti oleh siklus-siklus lain jika indikator

keberhasilan belum tercapai.

8. Tujuan dan Manfaat PTK

Secara umum tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai

berikut:

a. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta kualitas pembelajaran di

kelas.

b. Meningkatkan layanan professional dalam konteks pembelajaran di

kelas, khususnya layanan peserta didik.


27

c. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakan dalam

pembelajaran yang di rencanakan di kelas.

d. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian

terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya.

Adapun manfaat dari penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran.

b. Merupakan upaya pengembangan kurikulum di tingkat kelas.

c. Untuk meningkatkan professional guru, melalui upaya penelitian yang

dilakukannya. (Mulyasa, 2006:155)

Dari tujuan dan manfaat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian

tindakan kelas dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam

kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan profesionalitas pendidikan

khususnya yang diemban oleh guru.

9. Metode Pembelajaran PQ4R

PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite and Review) adalah

suatu metode pembelajaran yang merupakan bagian dari metode kooperatif

learning yang bertujuan untuk meningkatkan daya paham dan daya ingat

siswa tentang materi yang mereka baca dengan cara membaca dan menulis.

Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai

tanggung jawab peserta didik atas belajar mereka sendiri dan berusaha

menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan kepada mereka.

Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi


28

tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan

sebelumnya (Agus Suprijono, 2009:54).

Strategi membaca yang digunakan untuk membaca buku pelajaran dan

bahan bacaan lainnya dalam suatu bidang pengetahuan telah banyak

dicetuskan oleh para ahli dengan berbagai strategi pembelajaran. Salah

satunya adalah:

a. Strategi PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect, Recite and Review)

yang dicetuskan oleh Francis Robinson pada tahun 1941. Strategi ini

membuat perubahan besar dalam perkembangan metodologi belajar. Pola

ini kemudian ditiru oleh ahli ahli lain dengan penyempurnaan uraian,

penambahan langkah-langkah atau perubahan sebutan saja. Sampai

sekarang telah berkembang begitu banyak sistem belajar yang serupa.

b. PQRST (Preview, Question, Read, State and Test) dari Thomas F.

Staton.

c. OK5R (Overview, Key Ideas, Read, Record, Recite, Review and Reflect)

oleh Walter Pauk.

d. STUDY (Survey, Think, Understand, Demonstrate and You Review) dari

William Resnick dan David Heller. (Trianto, 2009:150)

Metode PQ4R digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang

mereka baca dan membantu proses belajar mengajar di kelas dengan

kegiatan membaca buku. Metode ini dicetuskan oleh Thomas dan Robinson

pada tahun 1972. Metode PQ4R merupakan bagian dari strategi elaborasi.

Strategi elaborasi adalah proses penambahan perincian sehingga informasi


29

baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean

lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi PQ4R merupakan

strategi yang paling banyak dikenal untuk membantu siswa memahami

materi yang mereka baca.

10. Langkah-langkah PQ4R

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam stategi membaca PQ4R

adalah sebagai berikut:

a. Preview

Langkah pertama, siswa membaca selintas dengan cepat bahan

bacaan. Fokus preview adalah menemukan ide-ide pokok yang

dikembangkan dalam bahan bacaan. Bagian-bagian yang bisa dibaca

misalkan bab pengantar, daftar isi, topik, sub topik, judul, sub judul atau

ringkasan akhirpada suatu bab. Melalui preview peserta didik telah

mempunyai gambaran mengenai hal yang dipelajarinya.

b. Question

Langkah kedua, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada diri

sendiri dengan menggunakan kata 5W + H (what, where, who, when, why

and how). Pengalaman telah menunjukkan bahwa apabila seseorang

membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan maka akan membuat dia

membaca lebih hati-hati serta seksama agar dapat mengingat apa yang

dibaca dengan baik.


30

c. Read

Langkah ketiga, siswa membaca secara detail bahan bacaan yang

dipelajari. Pada tahap ini siswa diharapkan mencari jawaban terhadap

semua pertanyaan yang telah dirumuskan.

d. Reflect

Langkah keempat, bukanlah suatu langkah terpisah dari langkah

ketiga, tetapi merupakan suatu komponen esensial dari langkah ketiga.

Selama membaca siswa tidak hanya cukup mengingat atau menghafal

tetapi mencoba memahami informasi yang dipresentasikan dengan.

e. Recite

Langkah kelima, pada tahap ini peserta didik diminta untuk

merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Siswa dapat

melihat kembali catatan yang telah mereka buat. Siswa diminta untuk

membuat inti sari dari materi bacaan dengan redaksinya sendiri. Akan

lebih baik jika peserta didik tidak hanya menyampaikannya secara lisan,

namun juga dalam bentuk tulisan.

f. Review

Langkah terakhir, siswa diminta membuat rangkuman atau

merumuskan inti sari dari bahan yang telah dibacanya. Siswa mampu

merumuskan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang telah

diajukannya. (Agus Suprijono, 2009:103-104)


31

11. Desain Pembelajaran PQ4R

Desain alternatif intervensi tindakan pada penelitian dengan judul

Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R (Preview, Question, Read, Reflect,

Recite and Review) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa menggunakan

desain tindakan dengan menerapkan langkah-langkah PQ4R yaitu:

Tabel 2.1 Disain Alternatif Pembelajaran PQ4R

No Tahapan Tindakan
.
1. Preview Meminta siswa untuk memperhatikan judul-judul dan topik utama,
membaca tujuan umum rangkuman dan bacaan tersebut akan membahas
tentang dasar-dasar mesin, pembentukan logam dan mesin konversi
energi, dan lainnya. Setelah itu penjelasan secara singkat gambaran
secara jelas tentang tujuannya untuk memotivasi siswa untuk bertanya.
2. Question Membagikan kartu pertanyaan kepada siswa dan memintanya
untuk mengisinya.
3. Read Guru meminta siswa untuk membaca wacana yang berisikan materi
pembelajaran
4. Reflect Siswa diharuskan mencoba memahami materi yang dipelajari
5. Recite Guru melakukan tanya jawab secara acak keseluruh siswa
6. Review Bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi yang sudah diberikan
dengan tanya jawab interaktif

B. Tinjauan Pustaka

Berbagai hasil-hasil penelitian yang relevan dari permasalahan yang

diteliti adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian dari Eva Fitria (2018), penerapan metode pembelajaran

PQ4R terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII

SMPN 1 Rejotangan. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe PQ4R dapat meningkatkan motivasi dan hasil


32

belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Rejotangan tahun pelajaran

2017/ 2018 pada materi lingkaran.

2. penelitian yang dilakukan oleh Afrinawati (Sarjana S1 Pendidikan Biologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Strategi PQ4R terhadap Hasil Belajar Siswa (Kuasi Eksperimen di SMA

Darul Maarif). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengaruh hasil

belajar siswa dengan strategi PQ4R dalam rata-rata post test sebesar 61,88

lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pos test kelas kontrol yang hanya

sebesar 46.

3. Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Latifah Aryeni Shoffa (Sarjana

S1 Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dalam skripsinya

yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran PQ4R terhadap Hasil

Belajar Fisika (Kuasi Eksperimen di SMP Bakti Idatha Jakarta Selatan).

Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan hasil posttest antara kelompok

eksperimen yang diajarkan dengan metode PQ4R dengan kelompok kontrol

yang diajarkan dengan metode tanya jawab. Pada kelompok eksperimen

mengalami peningkatan sebesar 39, 35 angka, dimana nilai rata-rata hasil

pretest 35, 8 menjadi 75, 15 pada pottest. Hasil belajar kelompok kontrol

mengalami peningkatan sebesar 32 angka, dimana nilai rata-rata hasil

pretest 35, 2 menjadi 67, 2 pada hasil postest. Ini menunjukkan bahwa

kelompok eksperimen yang diajarkan dengan metode PQ4R memiliki

kenaikkan nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol

yang diajarkan dengan metode tanya jawab.


33

C. Kerangka Berpikir

Salah satu masalah dalam pembelajaran TDO materi keselamatan dan

kesehatan kerja di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Banyak faktor

yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, salah satunya adalah minat

belajar siswa rendah karena anggapan bahwa K3 adalah pelajaran yang

membosankan. Anggapan tersebut terjadi karena kurangnya aktifitas siswa

dalam proses pembelajaran.

Prestasi belajar adalah suatu alat ukur untuk mengetahui kemampuan

seorang siswa setelah melakukan aktivitas belajar dengan standar kemampuan

tertentu yang telah ditetapkan. Prestasi belajar merupakan suatu indikator yang

menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Faktor

yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. “Faktor internal meliputi faktor dari keadaan fisiologi (fisik) dan

panca indra peserta didik. Serta dari faktor psikologi atau minat dan bakat

peserta didik. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan dan instrument

pendidikan meliputi kurikulum, sarana dan menejemen sekolah” (Zikri Neni

Iska, 2007:85). Oleh karena itu diperlukan strategi pembelajaran yang dapat

mengaktifkan peran siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu metode

pembelajaran yang dapat mengaktifkan peran siswa yaitu metode PQ4R.

Metode PQ4R adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk membantu

siswa mengingat dan memahami apa yang mereka baca.


34

Metode PQ4R diharapkan dapat menumbuhkan dan mengembangkan

pemahaman dan keaktifan siswa pada materi K3. Dengan diterapkannya

metode ini siswa dapat menyiapkan materi tersebut dari memori jangka pendek

ke memori jangka panjang dan dapat membuat siswa disiplin dalam membaca.

1. Minat belajar K3 siswa rendah.


2. Minat baca siswa rendah.
3. Guru kesulitan untuk menguasai kelas.
4. Guru kurang menguasai materi K3 Terpadu.
5. Guru kesulitan menggunakan metode pembelajaran yang tepat.
6. Sekolah tidak menyediakan fasilitas yang menunjang untuk pembelajaran
K3.
7. Daya serap pemahaman siswa terhadap materi K3 masih rendah.

Hasil Belajar K3 yang masih rendah

Pemberian tindakan penerapan metode PQ4R


pada materi ajar “Penggunaan dan
Pemeliharaan alat kerja ”

Siklus I Siklus II

Meningkatkan hasil belajar K3

1. Siswa mampu belajar mandirii dan berkelompok


2. Terjadi interaksi baik siswa dengan siswa,
maupun siswa dengan guru
3. Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
4. Siswa melihat, membaca, menulis dan
mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa)
5. Siswa mengerjakan pertanyaan/pendapat.
35

Bagan 2.1 Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Pada setiap proses belajar dan pembelajaran guru akan melihat aktivitas

siswa. Untuk mencapai proses pembelajaran dan hasil belajar yang baik tentu

banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktornya adalah

penggunaan metode PQ4R yang diperkirakan cocok bila diterapkan dalam

mengajar maateri K3 karena dalam proses belajar dan pembelajaran guru tidak

lagi mendominasi kegiatan belajar siswa. Siswa akan mempunyai banyak

kesempatan untuk mengembangkan pola pikir dan melakukan berbagai

aktivitas yang sesuai dengan langkah-langkah dalam pembelajaran.

Pembelajaran dengan menggunakan metode PQ4R akan meningkatkan

aktivitas siswa, melalui masalah-masalah yang dikemukakan guru, siswa dapat

melakukan berbagai aktivitas untuk mencari penyelesaian dari masalah

tersebut. Keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas atau masalah yang

diberikan oleh guru akan memberikan pengaruh positif kepada siswa. Siswa

akan menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, sehingga

hasil belajar siswa akan semakin baik.

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran dengan metode PQ4R sangat

memungkinkan bagi siswa untuk melakuakan berbagai aktivitas belajar, seperti

diskusi, memberikan tanggapan, bertanya, menjawab pertanyaan dan lain-lain.

Dengan demikian akan ada peningkatan aktivitas jika dibandingkan dengan

kegiatan pembelajaran sebelumnya.


36

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Penerapan metode PQ4R dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan

aktivitas belajar materi K3 pada siswa kelas X TBSM SMK YPE

Sawunggalih Kutoarjo Tahun Pelajaran 2019/2020.

2. Penerapan metode PQ4R dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan

prestasi belajar materi K3 pada siswa kelas X TBSM SMK YPE

Sawunggalih Kutoarjo Tahun Pelajaran 2019/2020.

Anda mungkin juga menyukai