CJR Kepemimpinan Kel.10
CJR Kepemimpinan Kel.10
KEPEMIMPINAN
Oleh kelompok 10
Nama:
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
RahmatNyalah tugas Critical Journal Review ini dapat saya selesaikan dengan baik dan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, saya meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki tugas ini.
Akhir kata saya berharap semoga Critical Journal Review ini dapat memberikan manfaat bagi
saya dan terlebih pembaca.
Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Medan,September 2021
Penulis,
I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
ii
1. Kesimpulan ...................................................................................................................
10
2. Rekomendasi .................................................................................................................
10 DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................ 11
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Critical Journal Review (CJR) dilakukan untuk menyelesaikan salah satu tugas
individu mata kuliah Kepemimpinan. CJR dibuat sebagai salah satu kegiatan yang
bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari sebuah jurnal, menjadi bahan pertimbangan, meningkatkan
dan melatih mahasiswa untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
jurnal utama dan jurnal pembanding.
1.3 Manfaat
1. Menambah wawasan mahasiswa tentang ilmu Kepemimpinan,
2. Melatih mahasiswa merumuskan serta mengambil kesimpulan atas karya ilmiah
yang dianalisis tersebut.
1
II.Jurnal Pembanding
1. Judul Jurnal : INFLUENCE OF COMPETENCE, TRANSFORMATIONAL
LEADERSHIP, SOCIAL CAPITAL AND PERFORMANCE ON EMPLOYEE
CAREERS
2. Edisi Terbit :December 2017
3. Pengarang : Nia Kusuma Wardhani
4. Kota Terbit :Jakarta Barat
5. Nomor E-ISSN : 2580-916
6. Jumlah halaman :14
2
BAB II
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Menurut Kadarusman (2012) kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga, yaitu: (1) Self
Leadership; (2) Team Leadership; dan (3) Organizational Leadership. Self Leadership yang
dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai gagal menjalani hidup. Team
Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain. Pemimpinnya dikenal dengan istilah team
leader(pemimpin kelompok) yang memahami apa yang menjadi tanggung jawab
kepemimpinannya, menyelami kondisi bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri
dengan tuntutan dan konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki
komitmen untuk membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga
menghasilkan prestasi tertinggi. Sedangkan organizational leadership dilihat dalam konteks
suatu organisasi yang dipimpin oleh organizational leader (pemimpin organisasi) yang
mampu memahami nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya, membangun visi dan misi
pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur dengan tuntutan dan konsekuensi
tanggung jawab sosial, serta komitmen yang tinggi untuk menjadikan perusahaan yang
dipimpinnya sebagai pembawa berkah bagi komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun
internasional.
Menurut Crainer ada lebih dari 400 definisi tentang leadership (Mullins, 2005). Dari
sekian banyaknya definisi tentang kepemimpinan, ada yang menyebutkan kepemimpinan
merupakan suatu kegiatan untuk memengaruhi orang lain. Kepemimpinan merupakan suaru
proses untuk memengaruhi aktivitas kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan
memeroleh kesepakatan pada tujuan bersama. Kepemimpinan adalaah suatu upaya untuk
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah sebuah
hubungan yang saling memengaruhi antara pemimpin dan pengikutnya. Walaupun cukup
sulit menggeneralisir, pada prinsipnya kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan
seseorang memengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Tapi bukan berarti bahwa
setiap orang yang memengaruhi orang lain untuk suatu tujuan disebut pemimpin
Istilah manajemen dan kepemimpinan memang sering dipertukarkan. Hal ini terjadi
karena aktivitas manajemen, yang mencakup perencanaan (planning), pengarahan (leading),
pengorganisasian (organizing), dan pengendalian (controlling), dianggap tidak berbeda
dengan aktivitas kepemimpinan. Namun John Kotter, dari Harvard Business School
mengemukakan pendapatnya bahwa manajemen berkenaan dengan mengatasi kerumitan,
sedangkan kepemimpinan berkenaan dengan mengatasi perubahan (Robbins, 2003). Hal
tersebut dapat dipertegas lagi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan visi terhadap masa
3
depan, sedangkan manajemen berkaitan dengan mengimplementasikan visi dan strategi yang
disajikan oleh para pemimpin. Perbedaan kedua istilah tersebut dikemukakan juga oleh
Robert House dari Wharton School pada University of Pennsyulvania (Robbins, 2003).
Pengertian kekuasaan seperti yang dikemukakan oleh Walter Nord (Thoha, 2010)
adalah kemampuan untuk memengaruhi aliran, energi, dan dana yang tersedia untuk suatu
tujuan yang berbeda secara jelas dengan tujuan lainnya. Definisi kekuasaan juga banyak
dikemukakan oleh para ahli lainnya seperti Bierstedt yang mengemukakan kekuasaan adalah
kemampuan untuk menggunakan kekuatan, Roger mengemukakan kekuasaan adalah suatu
potensi dari suatu pengaruh. Secara sederhana, kepemimpinan adalah setiap usaha untuk
memengaruhi, sementara itu kekuasaan dapta diartikan sebagai suatu potensi pengaruh dari
seorang pemimpin. Jadi kekuasaan merupakan salah satu sumber seorang pemimpin untuk
mendapatkan hak untuk mengajak atau memengaruhi orang lain. Sedangkan otoritas dapat
dirumuskan sebagai suatu bentuk khusus dari kekuasaan yang biasanya melekat pada jabatan
yang ditempati oleh pemimpin. Dengan demikian, otoritas adalah kekuasaan yang disahkan
(legitimatized) oleh suatu peranan formal seseorang dalam suatu organisasi.
TEORI KARAKTER
TEORI PERILAKU
4
Teori perilaku berusaha untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku pemimpin. Bila
perilaku pemimpin ada perbedaan yang berarti jika dibandingkan dengan perilaku yang
dipimpin, maka kepemimpinan akan dapat diajarkan. Bila kepemimpinan bisa diajarkan,
maka pasokan pemimpin bisa diperbesar. Perbedaan yang paling mendasar antara teori
karakter dan teori perilaku adalah terletak pada asumsi yang mendasarinya. Jika teori karakter
yang benar, maka pada dasarnya kepemimpinan dibawa dari lahir. Sedangkan jika teori
perilaku yang benar, maka kepemimpinan bisa diajarkan atau ditanamkan.
Teori terkenal yang berkaitan dengan perilaku dimulai dari penelitian pada
Universitas Negeri Ohio sekitar tahun 1940-an. Lebih dari 1.000 dimensi independen dari
perilaku pemimpin diidentifkasi, namun pada akhirnya dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori yang secara mendasar menjelaskan kebanyakan perilaku pemimpin. Mereka
menyebut dua dimensi tersebut adalah struktur prakarsa (initiating structure) dan
pertimbangan (consideration). Struktur prakarsa berkenaan dengan sejauh mana seorang
pemimpin menetapkan dan menstruktur perannya dan peran bawahannya dalam kaitannya
dengan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan pertimbangan digambarkan sejauh mana
seseorang berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan oleh saling percaya,
menghargai gagasan bawahan, kesejahteraan, status, dan kepuasan pengikut-pengikutnya.
TEORI KEMUNGKINAN
Ada keinginan untuk dapat memprediksi kemungkinan seorang pemimpin akan sukses
dikemudian hari. Banyak peneliti yang terlibat dalam hal ini, namun beberapa peneliti justru
berpandangan bahwa meramalkan sukses kepemimpinan lebih rumit dibandingkan dengan
memisahkan beberapa karakter atau perilaku yang lebih disukai.Model kemungkinan
menyeluruh yang pertama dikenal adalah model kepemimpinan yang diperkenalkan oleh Fred
Fiedler. Model ini mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada
padanan yang sesuai antara gaya pemimpin dan sampai sejauh mana situasi memberikan
kendali dan pengaruh kepada si pemimpin. Oleh karena itu, Fiedler berupaya untuk dapat
mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang merupakan kunci sukses seseorang untuk
memimpin. Untuk dapat mengidentifikasi gaya kepemimpinan, Fiedler menggunakan LPC
(Least Preferred Co-worker). LPC tersebut adalah suatu kuesiuoner yang berisi 16 kata sifat
yang saling berlawanan (seperti menyenagkan – tidak menyenangkan, terbuka – tertutup,
mendukung – memusuhi).
TEORI SITUASIONAL
5
Model yang berkaitan dengan teori situasional dikembangkan oleh Paul Hersey dan
Ken Blanchard. Model yang mempunyai banyak pengikut ini telah digunakan sebagai
perangkat utama pelatihan pada lebih dari 400 perusahaan Fortune 500; dan lebih dari 1 juta
manajer setahun dari beragam organisasi (Robbins, 2003). Teori ini lebih menekankan pada
pengikut dibandingkan dengan pemimpin untuk tercapainya kepemimpinan yang efektif.
Hersey dan Blanchard berpendapat bahwa kepemimpinan yang efektif bergantung dari
tingkat kesiapan atau kedewasaan para pengikutnya. Jika pengikut tidak mampu dan tidak
ingin melakukan tugas, maka pemimpin perlu memberikan arahan khusus dan jelas. Jika para
pengikut tidak mampu dan ingin, maka pemimpin perlu memaparkan orientasi tugas dengan
jelas untuk mengkompensasi kekurangan kemampuan para pengikutnya sehingga sesuai
dengan keinginan pemimpin. Jika para pengikut mampu dan tidak ingin, maka pemimpin
perlu menggunakan gaya yang mendukung dan partisipatif. Jika para pengikut mampu dan
ingin, maka pemimpin tidak perlu berbuat banyak.
Hal ini sedikit banyak sejalan dengan pandangan tokoh di Indonesia yaitu Ki Hajar
Dewantoro. Menurut pandangan Ki Hajar Dewantoro, kepemimpinan dapat dilakukan dengan
melalui pendekatan: hing ngarso sung tuladha, hing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Jika pemimpin memposisikan dirinya di depan, maka pemimpin harus mampu memberikan
keteladana atau contoh yang baik terhadap anak buahnya. Jika pemimpin memposisikan
dirinya di tengah, maka pemimpin dapat berperan sebagai seorang motivator. Jika pemimpin
memposisikan dirinya di belakang, maka pemimpin memberikan kepercayaan kepada
bawahannya untuk menjalankan tugas dan senantiasa mengawal kerja dan aktivitas
bawahannya.
TEORI JALUR-TUJUAN
Teori jalur-tujuan pada mulanya dikembangkan oleh Robert House. Pada prinsipnya
teori ini berpendapat bahwa merupakan tugas si pemimpin untuk membantu pengikutnya
dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberikan pengarahan dan dukungan agar dapat
dipastikan tujuan mereka sesuai dengan sasaran secara keseluruhan dari suatu kelompok atau
organisasi. House mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan, yaitu:
6
1. Kepemimpinan yang direktif membawa kepuasan yang lebih besar bila tugas-tugas
bersifat ambigu atau penuh tekanan daripada tugas-tugas sangat terstruktur dan ditata
dengan baik
2. Kepemimpinan suportif menghasilkan kinerja dan kepuasan karyawan yang tinggi
bila bawahan mengerjakan tugas yang terstruktur
3. Kemungkinan besar kepemimpinan direktif dipersepsikan sebagai berlebih jika
bawahannya memiliki kemampuan pemahaman yang tinggi atau pengelaman yang
cukup banyak
4. Bawahan dengan suatu tempat kedudukan kontrol internal (mereka yang yakin
mengendalikan nasibnya sendiri) akan lebih dipuaskan dengan suatu gawa partisipatif
5. Kepemimpinan yang berorientasi prestasi akan meningkatkan pengharapan bawahan
yang mendorong kinerja yang tinggi bila tugas-tugas itu terstruktur secara ambigu
KESIMPULAN
Noe believes that those who succeed in careers are those who continue to perform
well. The willingness to sacrifice for the company is also needed (such as accepting new
7
tasks or moving to different areas). Good oral and written communication skills, ease in
interpersonal relationships, and talent for leadership are essential.
Cascio argues that the word career can be viewed from two different perspectives,
among others from an objective and subjective perspective. Viewed from an objective
perspective, a career is a sequence of positions occupied by a person during his life, while
from a subjective perspective, a career is a change in values, attitudes, and motivations that
occur because someone becomes older.
According to Sutanto, there are three factors that are considered important for career
success, among others, can put themselves in a precise condition, without sacrificing the
principle of life; dare to face the risks and challenges with full responsibility; and able to
communicate seamlessly with various parties.
Moeheriono explains the notion of a career is a process a person during work, there
are ways and pathways to develop it. In general, qualified companies always strive to create a
clear career ladder in accordance with the capacity, quality and dedication of employees for
the contribution and excellent performance. A career is part of one's journey and purpose.
According to Tohardi, a career is the level of position (occupation) that had been held
by someone during the person working in the organization or company. There are five factors
that affect whether or not an employee's career, namely: Attitude of boss and co-worker,
experience, education, achievement and fate factors.
8
Competence (X1)
To realize the goals of the organization required a reliable leader, able to bring the
organization in achieving its vision and mission. According Moeheriono, this also
requires the organization always open up to adjust to changes in both internal and external
environment. This means the organization must be able to formulate strategies and
policies that quickly, accurately and effectively to overcome any such changes.
In the results of his research Mukhtar et al explains that the style of leadership is
the way leaders in directing subordinates where it also affects the career development of
employees. So 'Likes and Dislikes' is an unavoidable factor and should be an individual
concern if you want to succeed in his career.
According to David Wilkins and Greg Carolin, "Leadership is rooted in the ability
to think critically, instill such practices in others, and engage the entire organization in
critical and aligned thinking in the areas of strategy, innovation and implementation".
9
Leadership is rooted in the ability to think critically, apply it to others, and engage the
entire organization in critical ways and align its thinking in terms of strategy, innovation
and implementation.
Performance (X4)
According Wibowo, performance is about doing the job and the results achieved
from the job. Performance is about what to do and how to do it. Performance is
10
determined by the objectives to be achieved and to do so required the motive. But
performance requires the support of facilities, competencies, opportunities, standards and
feedback.Sedarmayanti argues that performance is defined as a record of the outcomes
generated from a particular activity, over a period of time.
Rivai explains that performance is a real behavior that everyone displays as work
performance generated by employees in accordance with its role in the company.
Performance appraisal is a formal and structured system used to measure, assess and
influence the properties related to work, behavior and results, including
absenteeism.According to Harvard Business Essentials, performance appraisal is a formal
method for measuring how well individual workers do the work in relation to the goals
given. Armstrong explained that assessment is an opportunity to see thoroughly the
content of work, load and volume, reconsider what is achieved during the reporting period
and agree on the next objective.
A.A.Anwar Prabu Mangkunegara states the term performance is derived from the
words Job Performance or Actual Performance (actual performance or achievement
achieved by someone). Performance (work performance) is the work of quality and
quantity achieved by an employee in performing their duties in accordance with the
responsibilities given to him. Factors tha affect the achievement of performance is a factor
of ability (ability) and motivation factor (motivation).
CONCLUSSION
Social Capital has a direct positive effect on the Employee Career.If the employee
wants to have a good career at Mercu Buana University then the employee can maximize
the relationship of his social network or social capital to get information about matters
related to experience in solving problems in the job as well as information about work
operations and opportunities in the work both internally and external organizations,
making it easier for employees in completing their work and able to compete according to
the required qualifications.
11
Competence has a positive direct effect on Performance.If the employee wants to
have high performance then it is necessary to improve the Competency both hardskill and
softskill.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada jurnal utama dan jurnal pembanding, dari kedua jurnal ini membahas tentang
teori teori kepemimpinan secara lengkap dan jelas,mulai dari penjelasan dan
karakteristik yang didukung teori penelitian,adapun penjelasan di jurnal pemanding
kedua pembahasan tentang kepemimpinan yang lebih mendalam,tetapi jelas
penjabarannya,
Adapun kelebihan dari kedua jurnal ini sepertinya tidak jauh beda yaitu
seperti pemaparan teori yang jelas,dan adanya penjelasan pendapat para ahli
lalu dibuktikan dengan penelitian.Isi teori pun cukup lengkap untuk
12
dipelajari,serta bahasa inggris pada jurnal pembanding jelas dalam alur
penjabaran
B. Kekurangan jurnal
Menurut saya Adapun kekurangan dari kedua jurnal ini sama yaitu,
terlalu rumit dan bahasanya sulit dipahami sehingga dapat membuat pembaca
malas karna merasa jenuh saat memahami isi jurnal tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari kedua jurnal diatas yang membahas tentang materi dan penelitian dari
teori teori kepemimpinan dengan penjelasan yang sangat dalam, Penjelasan dan
pembagian teori sangat jelas, sehingga kedua jurnal ini sudah bisa dijadikan referensi
untuk melakukan penelitian. Jadi dalam menganalisa kelebihan dan kekurangan pada
kedua jurnal ini saya dapat menarik sebuah kesimpulan bahwasanya jurnal – jurnal ini
secara keseluruhan lebih banyak keunggulan dari pada kelemahannya.
13
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu agar critical journal review ini dapat menjadi
rujukan bagi mahasiswa lainnya. Dan hasil analisa atau review kedua jurnal ini dapat
menjadi penilaian untuk menciptakan jurnal yang lebih baik lagi agar memudahkan
pembaca untuk memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/%20MKFIS/article/viewFile/1681/1469
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/ijhcm/article/view/4760
14