Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Pemanfaatan Suhu Kalor di Bidang Biologi”

Dosen Pengampu: Dr. Jurubahasa Sinuraya, M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 1

1. Asyer Simajuntak (4213121082)


2. Desnatalia Siahaan (4213121079)
3. Mailina Samosir (4213121010)
4. Nomi Marbun (4212421022)
5. Risma Angelina Sihotang (4213321012)

Mata Kuliah: Fisika Dalam Interdisiplin Ilmu

Kelas: Pspf 21 D

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur tim penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat, dan karunia-Nya kepada tim penulis sehinga dapat menyelesaikan tugas makalah pada
mata kuliah fisika dalam interdisiplin ilmu dengan topik yaitu pemanfaatan suhu kalor di bidang
biologi. Tim penulis mengucapkan terimakasih bapak dosen pengampu di Universitas Negeri
Medan, yaitu Dr. Jurubahasa Sinuraya, M.Pd yang telah membimbing sehingga laporan makalah
ini dapat tim penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Tim penulis menyadari bahwa laporan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi isi, tulisan maupun kualitasnya masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, tim penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini agar menjadi
lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata tim penulis mengharapkan semoga makalah ini
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, November 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3

2.1 Energi pada proses Biologis Makhluk Hidup................................................3


2.2 Energi Pada Proses Biologis Makhluk Hidup................................................4
2.3 Pemanfaatan Suhu dan Kalor Pada Bidang Biologi.......................................7

BAB III PENUTUP....................................................................................................11

3.1 Kesimpulan....................................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, suhu merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya
suatu zat atau benda. Oven yang panas dikatakan bersuhu tinggi, sedangkan es yang membeku
dikatakan memiliki suhu rendah. Suhu dapat mengubah sifat zat, contohnya sebagian besar zat
akan memuai ketika dipanaskan. Sebatang besi lebih panjang ketika dipanaskan daripada dalam
keadaan dingin. Jalan dan trotoar beton memuai dan menyusut terhadap perubahan suhu.
Hambatan listrik dan materi zat juga berubah terhadap suhu. Demikian juga wama yang
dipancarkan benda, paling tidak pada suhu tinggi. Kalau kita perhatikan, elemen pemanas
kompor listrik memancarkan warna merah ketika panas. Pada suhu yang lebih tinggi, zat padat
seperti besi bersinar jingga atau bahkan putih. Cahaya putih dari bola lampu pijar berasal dari
kawat tungsten yang sangat panas.

Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dingin dari suatu material. Ukuran panas
dingin ini relatif terhadap keadaan material tersebut. Suhu yang menjadi acuan disini atalah suhu
campuran air dan es yang didefinisikan sebesar 0°C pada skala Celcius. Untuk suhu tertinggi
digunakan suhu campuran air mendidih dan uap (air mendidih) pada tekanan atmosfer sebesar
100°C. Total energi dari suatu sistem sama dengan jumlah energi dari masing-masing partikel.
Ada dua cara total energi dalam sistem dapat berubah, yaitu dengan melibatkan usaha (kerja) dan
aliran panas yang di dalam system tersebut. Pengertian usaha dan panas di dalam suatu sistem
adalah cukup spesifik. Pemahaman tingkat energi dalam sistem ditentukan oleh sifat sistem
tersebut.

Manusia adalah mahluk yang paling sempurna di muka bumi ini. Manusia memiliki
akal,pikiran, dan kehendak yang tidak dimiliki oleh mahluk hidup lainnya di muka bumi ini.
Untuk dapat bertahan hidup, manusia harus memenuhi kebutuhan dasar seperti, makan, minum,
bernafas, dan bereproduksi. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, manusia perlu berinteraksi
dengan lingkungannya. Salah satu kebutuhan vital manusia yaitu bernafas. Manusia bernafas
dengan oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan. Untuk menghasilkan oksigen, tumbuhan harus

1
melaksanakan proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis, yang dibutuhkan oleh tumbuhan
yaitu karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil. Tumbuhan memiliki
peran penting guna kelangsungan hidup manusia. Dalam hidupnya, tumbuhan mengalami
pertukaran energi dengan lingkungannya. Tentunya terdapat berbagai mekanisme pertukaran
energi yang mempengaruhi terjadinya suhu daun. Untuk itu, penulismengangkat topik ini sebagai
bahan pembuatan makalah biofisik karena ini terkait dengan fisiologi tumbuhan pada cabang
ilmu biologi dan prinsip- prisnsip perpindahan panas pada cabang ilmu fisika.

Ketika kita berada dekat benda panas, pada dasarnya terjadi perpindahan kalor dalam
bentuk radiasi dari benda panas tersebut ke tubuh kita, sehingga kita merasakan panas melalui
kulit. Perubahan keadaan dari panas menjadi dingin atau sebaliknya selalu berkaitan dengan
adanya perpindahan panas atau kalor. Panas atau kalor adalah energi yang berpindah akibat
perbedaan suhu. Satuan SI untuk panas adalah joule. Panas bergerak dari daerah bersuhu tinggi
ke daerah bersuhu rendah. Setiap benda memiliki energi dalam yang berhubungan dengan gerak
acak dari atom-atom atau molekul penyusunnya. Energi dalam ini berbanding lurus terhadap
suhu benda. Ketika dua benda dengan suhu berbeda bergandengan, mereka akan bertukar energi
internal sampai suhu kedua benda tersebut seimbang. Jumlah energi yang disalurkan adalah
jumlah energi yang tertukar.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana energi pada proses Biologis Makhluk Hidup?
1.2.2 Bagaimana energi pada proses biologis makhluk hidup?
1.2.3 Apa saja pemanfaatan suhu dan kalor pada bidang biologi?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana energi pada proses Biologis Makhluk Hidup.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana energi pada proses biologis makhluk hidup.
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja pemanfaatan suhu dan kalor pada bidang biologi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Energi pada Proses Biologis Makhluk Hidup


Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Energi dapat diubah dari satu bentuk
ke bentuk yang lainnya. Energi bermanfaat pada saat terjadinya perubahan bentuk. Perubahan
bentuk energi tersebut disebut dengan transformasi energi. Sebagai contoh, energi kimia dalam
baterai kering bermanfaat untuk menyalakan senter ketika terjadi perubahan dari energi kimia
menjadi energi listrik. Energi juga dapat dipindahkan dari satu sistem ke sistem yang lainnya
yang disebut dengan transfer energi. Contohnya energi pembakaran yang ada dalam api
dipindahkan ke air yang ada dalam panci sehingga air mendidih. Energi total sebuah sistem dan
lingkungannya tidak berubah (kekal). Bila energi sistem berkurang, maka selalu ada
pertambahan energi yang terkait dengan lingkungannya atau sistem lain.

Pengawetan secara fisika melibatkan pendekatan fisik, diantaranya sebagai berikut.


Pertama, dengan penambahan sejumlah energi, seperti pada proses pemanasan dan radiasi.
Kedua, dengan penurunan suhu, seperti pada proses pendinginan dan pembekuan. Ketiga,
dengan mengatur kandungan air pada bahan yang diawetkan, seperti pada proses pemekatan,
pengeringan, atau pengeringan beku. Terakhir, dengan penggunaan kemasan pelindung.
Pengawetan secara fisika mematikan mikroorganisme yang ada pada bahan makanan dengan
cara pemanasan dan disertai dengan pengemasan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
rekontaminasi. Bisa juga dengan menggunakan cara pengeringan, yaitu pengurangan kadar air
produk makanan. Namun, metode-metode pengawetan tersebut memberikan konsekuensi yang
merugikan mutu sensori dan nilai gizi produk makanan. Sebagai contoh, panas yang digunakan
pada proses sterilisasi pengalengan akan melunakkan jaringan sel, mengurai klorofil dan zat-zat
antosianin, menghilangkan rasa dan merusak beberapa vitamin yang terkandung. Sehingga di
dalam pemilihan metoda pengawetan perlu usaha untuk meminimalkan kerugian yang akan
didapat dan memaksimumkan kualitas produk yang bisa diraih. Suhu dibutuhkan dalam proses
pengawetan untuk menjaga kelembaban.

Dalam ruang hampa udara, terjadi kekekalan energi karena tidak ada zat penghambat
lainnya. Oleh karena itu, ruang hampa udara digunakan dalam proses pengalengan untuk

3
membunuh bakteri dan menghambat pertumbuhannya. Lalu, panas kalor dibutuhkan dalam
proses pengasapan dan pengeringan, Teknik ini akan membuat makanan menjadi kering dengan
kadar air serendah mungkin yang menggunakan panas dari kalor. Berikut rumusnya:

Q=m. c . ∆T

2.1 Energi Pada Proses Biologis Makhluk Hidup

a. Pengaturan Suhu pada Makhluk Hidup

1. Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh Manusia

Manusia memiliki mekanisme pengaturan untuk bisa mempertahankan suhu tubuh tetap
optimal dalam berbagai macam kondisi lingkungan. Suhu tersebut, utamanya dipertahankan pada
suhu 37 °C apabila diukur secara oral atau melalui mulut. Akan tetapi, suhu tubuh masih
dianggap normal apabila suhu tubuh dalam rentang 35,5 °C pada pagi hari hingga 37,7 °C pada
malam hari Rata-ratanya adalah 36,7 °C. Pengaturan suhu ini amat penting supaya metabolisme
sel tetap optimal. Istilah ini kita sebut sebagai termoregulasi. Termoregulasi adalah suatu
mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran
yang dapat ditolelir. Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap
konstan dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas.

Mengapa Anda dapat Berkeringat? Sistem tubuh manusia bekerja optimal pada suhu
36,5°c hingga 37,5°c. Seringkali aktivitas dan lingkungan sekitar memaksa tubuh manusia
bereaksi untuk menjaga agar suhu tubuhnya tetap optimal. Pada saat Anda beraktivitas, misalnya
berolahraga akan terjadi peningkatan proses perubahan energi kimia makanan menjadi energi
gerak. Proses ini menghasilkan panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh. Pada saat ini,
mekanisme dalam tubuh Anda memberi perintah agar tubuh berkeringat. Pada saat keringat itu
menguap, proses penguapan keringat memerlukan kalor. Kalor ini diambil dari kulit tubuhmu,
sehingga tubuh Anda yang memanas itu menjadi dingin, dan kembali ke suhu optimal. Pada saat
itu, mengapa Anda merasa nyaman jika dikipasi? Saat dikipasi, proses penguapan keringat itu
terjadi lebih cepat, sehingga tubuhmu segera kembali ke suhu optimumnya.

4
Pada konveksi, panas berpindah melalui aliran udara atau air. Misalnya dengan hembusan
dari kipas angin maupun seperti pada saat mengendarai sepeda atau kendaraan dengan jendela
terbuka. Itulah mengapa pada kondisi tersebut, kita cenderung merasa lebih dingin. Sementara
itu, evaporasi berkaitan dengan keluarnya panas melalui penguapan keringat. Pada tubuh, fungsi
termostat diperankan oleh hipotalamus... Hipotalamus menerima informasi dari berbagai bagian
tubuh. Selanjutnya dilakukan koordinasi untuk penentuan mekanisme mempertahankan atau
melepaskan panas. Perubahan suhu hingga 0,01°C dapat terdeteksi oleh hipotalamus ini. Sensor
pada tubuh yang berperan untuk memberikan informasi mengenai suhu tubuh maupun suhu kulit
disebut sebagai termoreseptor.

Mengapa saat kedinginan Anda cepat merasa lapar? Pada saat Anda kedinginan, Anda
akan menggigil. Dengan menggigil, maka tubuh Anda bergerak cepat. Gerak tubuh Anda ini
memaksa tubuh melakukan metabolisme, membakar energi kimia makanan menjadi energi gerak
(dan tentu saja menghasilkan energi panas). Dengan cara ini, suhu tubuh tidak turun. Tentu saja,
ada “harga yang harus dibayar”. Pada saat kedinginan, Anda cepat merasa lapar. Pada bayi,
karena kemampuan untuk menggigilnya kurang, terdapat mekanisme non menggigil untuk
mempertahankan panas. Pada saat bayi baru lahir, terdapat deposit jaringan adiposa berupa
lemak coklat yang dapat mengkonversi energi kimia menjadi panas Selain sebagai jalur
pengiriman nutrisi, aliran darah pada pembuluh darah juga berperan dalam pengaturan suhu,
terutama aliran darah yang menuju kulit. Sebagai pengatur suhu, aliran darah kulit dapat
bervariasi dari 400 ml/menit hingga 2500 ml/menit. Semakin banyak darah yang mengalir ke
kulit, panas yang terbawa dari tubuh bagian dalam melalui darah akan semakin banyak yang
dapat keluar melalui proses konduksi-konveksi serta radiasi.

2. Mekanisme Pengaturan Suhu Tubuh pada Hewan

Pengaturan suhu tubuh hewan, semua jenis hewan memperoleh panas dari lingkungan
dan melepaskannya kembali kelingkungan, disamping mereka sendiri dapat menghasilkan panas
sendiri dari dalam tubuhnya sebagi akibat aktivitas metabolismenya. Panas dari kedua asal dan
peristiwa ini (dari luar dan dari dalam tubuh hewan tersebut) pada dasarnya merupakan sumber
kemampuan untuk mengatur suhu tubuhnya, yang selanjutnya akan berakibat kepada perilaku
metabolisme, perilaku gerak dan kelangsungan hewan tersebut. Berdasarkan karakteristik
temperatur tubuh yang dihasilkan hewan dan dipengaruhi tidaknya suhu tubuh hewan oleh

5
lingkungan, dikenal empat istilah mekanisme pengaturan suhu tubuh pada hewan sebagai
berikut:

1. Ecthothermic, hewan-hewan yang menyediakan suhu tubuhnya dari luar

2. Enhothermic, hewan-hewan yang mnyediakan panas tubuh dari dalam tubuhnya sendiri.

3. Homeothermic, hewan-hewan yang suhu tubuhnya konstan (relatif tetap)

4. Poikilothermic, hewan-hewan yang suhu tubuhnya fluktuatif mengikuti suhu tubuhnya


dan fluktuatif mengikuti suhu lingkungannya. Semua bangsa reptil termasuk ke dalam
kelompok ectothermic, sedangkan ikan dilaut dalam termasuk kedalam hewan yang
echtoterm-homoiterm; panas tubuhnya berasal dari luar tubuhnya (dari lingkungannya)
akan tetapi suhu tubuhnya konstan (tetap). Reptil adalah hewan ektoterm-poikiloterm
karena tubuh mereka sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, akan tetapi suhu
tubuh reptil juga dipengaruhi oleh tingkah lakunya. Mereka akan berjemur dibawah sinar
matahari untuk menghangatkan tubuhnya atau mencari tempat yang teduh untuk
menghindari overheating (panas yang berlebih).

Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan harus mengatur panas yang diterima atau yang
hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses,
yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.

a) Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu
benda

b) Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui
permukaan tubuh.

c) Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas
antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.

d) Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditransformasikan


dalam bentuk gas.

6
2.3 Pemanfaatan Suhu dan Kalor Pada Bidang Biologi
a. Pemanfaatan Kalor Pada Termos

Termos berfungsi untuk menyimpan zat cair yang berada di dalamnya agar tetap panas
dalam jangka waktu tertentu. Termos dibuat untuk mencegah perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, maupun radiasi.

Dinding termos dibuat sedemikian rupa, untuk menghambat perpindahan kalor pada termos,
yaitu dengan cara:

a. Permukaan tabung kaca bagian dalam dibuat mengkilap dengan lapisan perak yang
berfungsi mencegah perpindahan kalor secara radiasi dan memantulkan radiasi kembali
ke dalam termos.

b. Dinding kaca sebagai konduktor yang jelek, tidak dapat memindahkan kalor secara
konduksi, dan

c. Ruang hampa di antara dua dinding kaca, untuk mencegah kalor secara konduksi dan
agar konveksi dengan udara luar tidak terjadi.

7
b. Pemanfaatan Kalor Pada Setrika

Seterika terbuat dari logam yang bersifat konduktor yang dapat memindahkan kalor
secara konduksi ke pakaian yang sedang diseterika. Adapun, pegangan seterika terbuat dari
bahan yang bersifat isolator.

c. Pemanfaatan Kalor Pada Panci Masak

Panci masak terbuat dari bahan konduktor yang bagian luarnya mengkilap. Hal ini untuk
mengurangi pancaran kalor. Adapun pegangan panci terbuat dari bahan yang bersifat isolator
untuk menahan panas.

8
d. Pemanfaatan Kalor Pada Lemari Pendingin (Kulkas)

Penurunan suhu dalam kulkas disebabkan oleh penguapan freon yang mengalir dalam
pipa yang melewati kulkas Apabila freon menguap dalam pipa yang terletak di dalam ruang
pembeku, maka freon akan menyerap kalor dari ruang pembekuan.

Pompa listrik mengalirkan freon yang sudah dimampatkan melalui pipa. Freon
melepaskan kalor, terjadi pengembunan. Freon berubah wujud dari gas ke cair. Pada waktu
pengembunan, sirip pipa di bagian belakang terasa panas. Freon cair dialirkan ke dalam ruang
pembekuan. Freon menyerap kalor, mengakibatkan suhunya menjadi turun. Uap freon terus
dialirkan dan keluar ruang pembekuan, kemudian dimampatkan lagi. Dan seterusnya secara
berulang-ulang.

9
e. Solder

Untuk melekatkan komponen elektronika ke papan rangkaian kita menggunakan cairan


timah denga n menyoldernya. Solder listrik akan menerima panas dari konversi energy listrik.
Panas dari energy listrik ini akan diterukan ke ujung logam pada solder yang di sentuhkan ke
timah yang diposisikan di kaki-kaki komponen elektronika yang akan di lekatkan. Setelah
beberapa saat, timah akan meleleh dan pada saat itu solder kita angkat. Timah akan segera
mendingin dan membeku, melekatkan kaki komponen elektronika tadi ke papan rangkaian
dengan kuat.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

suhu dan kalor memainkan peran krusial dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam ilmu
biologi dan aplikasi teknologi sehari-hari. Pemahaman akan konsep suhu dan kalor sangat
penting untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengolahan makanan, pengaturan
suhu tubuh manusia, serta berbagai aplikasi teknologi seperti termos, setrika, kulkas, dan
soldering. Dalam konteks biologi, pemahaman suhu tubuh dan termoregulasi kritikal untuk
menjaga kesejahteraan makhluk hidup. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang suhu dan
kalor, kita dapat memaksimalkan manfaatnya dalam berbagai bidang dan berkontribusi pada
pengembangan teknologi yang lebih efisien dan berkelanjutan.

3.2 Saran

Pertama-tama, kami mengusulkan untuk meningkatkan pendidikan dan penelitian dalam


bidang suhu dan kalor, terutama dalam konteks ilmu biologi. Pemahaman yang lebih mendalam
tentang bagaimana suhu memengaruhi makhluk hidup dan lingkungan mereka sangat penting
untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Selanjutnya, dalam industri makanan, kami mendorong pencarian terus menerus terhadap
inovasi dalam pengawetan makanan. Teknik pengawetan dengan suhu dan kalor perlu
ditingkatkan agar dapat mempertahankan mutu dan keamanan makanan dengan lebih efisien dan
lebih ramah lingkungan.

Terakhir, pendidikan kesehatan yang lebih baik tentang pentingnya pengaturan suhu tubuh
dan mekanisme termoregulasi harus diterapkan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang
suhu tubuh dan kesehatan, kita dapat meningkatkan kualitas hidup dan memastikan kesejahteraan
manusia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Frank, Kreith. 1991. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Salisbury, Frank B. dan Ross Cleon W.1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB.

Damayanti, Cahaya, dkk. 2016. Biologi. Klaten: Viva pakarindo

Tim Master Eduka. 2016. Fokus Pemantapan Materi Fisika. Surakarta: Gentasmart

12

Anda mungkin juga menyukai