Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TRANSKULTURAL SUNRISE MODEL

( MATAHARI TERBIT )

Diajukan untuk memenuhi tugas remidi mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan

DOSEN PENGAMPU :
Purnomo S.Kep,Ners.M.Kep

DISUSUN OLEH :
ARIMBI AULIA WALIDANI
NIM. A1R22010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim Puji syukur, saya panjatkan kepada Allah Swt yang telah
menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


“ TRANSKULTURAL SUNRISE MODEL ” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.

Tulungagung, 15 Januari 2022

PENYUSUN

2
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL............................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 4
A.Latar Belakang.............................................................................. 4
B.Rumusan Masalah......................................................................... 4
C.Tujuan Penulisan.................................. ........................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 6
A.Definisi Teori Sunrise Model........................................................ 6
B.Konsep Keperawatan Transkultural (Transcultural Nursing)....... 7
C.Proses Keperawatan Transkultural................................................ 9
D.Aplikasi Transcultural Nursing dalam Asuhan Keperawatan....... 10
BAB III ANALISA TEORI............................................................ 12
A.Kelebihan...................................................................................... 12
B.Kelemahan..................................................................................... 12
BAB IV PENUTUP......................................................................... 13
A.Simpulan....................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh
perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan,
perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi
perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut
perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi
perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang
memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di
lingkungan yang tepat.
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran
spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting
terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati
sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,krisisspiritual,dan krisis
kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan
perhatian khusus”.
Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan utama dari keluarga, seakan
proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya,
perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi
perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian
klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia,
menjelang kematian, dan saat kematian.
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani).
Seseorang yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga
gizi rohaninya harus terpenuhi. Menurut hasil Riset Psycho Spiritual For AIDS Patient,
Cancepatients, and for Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,
krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal
perlu mendapat perhatian khusus (Hawari, 1977).
Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehinnga di sebut juga sebagai sunrise
model matahari terbit (sunrise model ) ini melambangkan esensi keperawatan dalam
transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus
mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya
serta struktur sosial yang, bersyarat dalam lingkungan yang sempit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah , sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud Teori Sunrise Model ?
2. Bagaimana konsep keperawatan transkultural ?
3. Bagaimana proses keperawatan transkultural ?
4. Bagaimana aplikasi transcultural nursing dalam asuhan keperawatan ?

4
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi Teori Sunrise Model.
2. Menjelaskan konsep keperawatan transkultural.
3. Menjelaskan proses keperawatan transkultural.
4. Menjelaskan aplikasi transcultural nursing dalam asuhan keperawatan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi Teori Sunrise Model


Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang pemberian
traskultural. Konsepnya “ sunrise model ” di publikasikan di berbagai buku dan artikel jurnal
dan menarik banyak perhatian dari berbagai penjuru dunia (Leninger, 1984). Yang kemudian
diakui publik pada tahun 1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat
psikiatrik, Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli
antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai kultur dan subkultur. Bersama
dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan penelitian terhadap fenomena pemberian asuhan
dan perilaku pemberian asuhan lebih dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia.
Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan
bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock.
Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi.
Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan.
Inti dari teori yang dikembangkan oleh M.Leininger , yaitu :
a. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok yang
memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan hidup dan
kondisinya.
b. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok tertentu,
berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan, dikembangkan , dan
dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.
c. Asuhan transkultural
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari
norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan bantuan
dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan tingkat
kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup atau kondisinya, dan belajar menerima batasan-
batasan.
d. Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang
kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan. Keanekaragaman ini
terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau subkultur tertentu.
Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan
cara hidup kultur atau sumber kultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat
muncul dari nilai-nilai dan norma-norma budaya tertentu tentang kematian, kesehatan,
seksualitas, dan lain sebagainya.
e. Universalitas asuhan kultural
Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural merujuk

6
pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat berupa tindakan- tindakan seperti
tersenyum, dan memberikan bantuan berkaitan dengan kebutuhan primer.
Asumsi mendasar dari teori ini adalah perilaku Caring. Caring adalah esensi
dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir,
dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu
meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan
dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan
fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu
tempat dengan tempat lainnya.

B. Konsep Keperawatan Transkultural (Transcultural Nursing)


Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis yang
difokuskan pada prilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau
meningkatkan perilaku sehat dan perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya. (Leininger, 2002).
1. Konsep Utama Transcultural Nursing
a. Care
Perawat memberikan bimbingan dukungan kepada klien untuk
meningkatkan kondisi klien.
b. Caring
Tindakan mendukung, berbentuk aksi atau tindakan.
c. Culture
Perawat mempelajari, saling share/berbagi pemahaman tentang kepercayaan dan budaya
klien.
d. Cultural care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, norma/ kepercayaan.
e. Nilai kultur
Keputusan/kelayakan untuk bertindak.
f. Perbedaan kultur
Berupa variasi-variasi pola nilai yang ada di masyarakat mengenai
keperawatan.
g. Cultural care university
Hal-hal umum dalam sistem nilai, norma dan budaya.
h. Etnosentris
Keyakinan ide, nilai, norma, kepercayaan lebih tinggi dari yang lain.
i. Cultural Imposion
Kecenderungan tenaga kesehatan memaksakan kepercayaan kepada klien.

2. Paradigma Transcultural Nursing


Leininger (2002) mengartikan paradigma keperawatan transcultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral
keperawatan yaitu: manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995).
a. Manusia / klien
Menurut Leininger (2002), manusia memiliki kecenderungan untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada.

7
b. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya,
terletak pada rentang sehat sakit (Leininger, 2002).
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai
suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu fisik, sosial dan simbolik (Andrew & Boyle, 1995).
d. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan
kepada klien dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle, 1995). Asuhan
keperawatan ditujukan memandirikan klien sesuai dengan budaya klien.

3.Konsep dalam Transkultural


1. Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2. Nilai budaya
Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi
tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari pemberian asuhan
keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang
mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi
yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang
terbaik.
5. Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan
menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras
Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia.
7. Etnografi
Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi
pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care
Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik
actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.

8
9. Caring
Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
10. Cultural Care
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau
memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan,
sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian
dengan damai.
11. Cultural Imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide
yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural


sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral
keperawatan, yaitu :
1. Manusia
2. Sehat
3. Lingkungan dan
4. Keperawatan

C. Proses Keperawatan Transkultural


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model).
1. Pengkajian
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu :
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
e. Faktor ekonomi (economical factors)
f. Faktor pendidikan (educational factors)
g. Faktor tekhnologi
2. Diagnosa keperawatan
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam
asuhan keperawatan transkultural yaitu :
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
b. Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
c. Ketidakpatuhandalampengobatanberhubungandengansistemnilaiyang
diyakini.
3. Perencanaan keperawatan
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien

9
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural care accomodation/negotiation


1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultural care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan keluarga.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.

D. Aplikasi Transcultural Nursing dalam Asuhan Keperawatan


Terlaksananya asuhan keperawatan transkultural sangat ditentukan oleh pemahaman
pengetahuan perawat pelaksana tentang teori asuhan keperawatan transkultural, karena
pengetahuan yang dimiliki tersebut akan mengklarifikasi fenomena, mengarahkan dan
menjawab fenomena yang dijumpai pada diri klien
dan keluarganya.

1. Pengkajian
a. Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya.
b. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “ Leininger’s Sunrise models”
dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :
1) faktor teknologi
2) faktor agama dan falsafah hidup
3) faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan
4) faktor nilai-nilai budayan dan gaya hidup
5) faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
6) faktor ekonomi
7) faktor pendidikan

2. Diagnosa keperawatan
Respon klien yang ditegakkan oleh perawat dengan cara mengidentifikasi budaya yang
mendukung kesehatan, budaya yang menurut klien pantang untuk dilanggar, dan budaya yang
bertentangan dengan kesehatannya. Terdapat tiga diagnosa keperawatan transkultural yang
sering ditegakkan yaitu:
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. Gangguan interksi sosial berhubungan dengan disorientasi sosiokultural
c. Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini

3. Perencanaan
Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga strategi
sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :
a. Perlindungan/mempertahankan (culture care preservation/maintenance)

10
b. Bila budaya klien tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi/menegosiasi
budaya (culture care accommodation/negotiations)
c. Apabila budaya klien kurang mendukung kesehatan mengubah dan mengganti budaya klien
dan keluarganya (Cultural care repartening/recontruction).
Apabila budaya klien bertentangan dengan kesehatan, perawat perlu melakukan 3 hal
dibawah ini:
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep
2) Bersikap tenang
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah
2) Libatkan keluarga
3) Lakukan negosiasi
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan
2) Tentukan tingkat perbedaan
3) Gunakan pihak ketiga
4) Terjemahkan terminologi
5) Berikan informasi

4. Implementasi
Bila budaya klien dengan perawat berbeda maka perawat dan klien mencoba memahami
budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang pada akhirnya akan memperkaya budaya mereka, sehingga akan terjadi
tenggang rasa terhadap budaya masing-masing.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak tidak percaya pada
klien yang akan mengakibatkan hubungan perawat-klien yang bersifat terapeutik terganggu.

5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya
baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi
dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

11
BAB III

ANALISA TEORI

A. Kelebihan :
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada
perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan
model-model teori lainnya (teori Orem, King, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori transkultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan .

B. Kelemahan :
1. Teori transkultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.
2. Teori transkultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang


difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan
perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya.
2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien.
3. Diagnosa keperawatan dapat mengidentifikasi tindakan yang dibutuhkan untuk
mempertahankan budaya, membentuk budaya baru atau bahkan mengganti budaya
yang tidak sesuai dengan kesehatan.
4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja
dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

13
DAFTAR PUSTAKA

Siti Nurbaeti, 2015, MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR “PENDEKATAN


TRANSKULTURAL NURSING”. STIKes PERTAMINA BINA MEDIKA, Jakarta.

Wiky Wijaksana, Sunrise Model

14

Anda mungkin juga menyukai