PROPOSAL PENELITIAN Dwi Purwahyuni
PROPOSAL PENELITIAN Dwi Purwahyuni
Oleh :
Penyusun Proposal II
( Dwi Purwahyuni )
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
(……………..) (……………..)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul "MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD NEGERI 01 CIBODAS KECAMATAN
BOJONGGENTENG KABUPATEN SUKABUMI MELALUI BUDAYA POSITIF" tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah Mendeskripsikan bagaimana
pelaksanaan kedisiplinan siswa dalam lingkungan SD Negeri 01 Cibodas Kecamatan
Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi serta Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat
kedisiplinan siswa yang ada di SD Negeri Negeri 01 Cibodas Kecamatan Bojonggenteng
Kabupaten Sukabumi
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal penelitian ini dapat selesai.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin, penulis menyadari
bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan proposal penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para pembaca dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan.
Dwi Purwahyuni
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan................................................................................................... ii
Kata Pengantar .......................................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................................... iv
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................., 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………………………….. 3
1.3 Pemabatasan Masalah………………………………………………………… 3
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Anak dapat memperolah suatu batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah
dengan disiplin. Kedisiplinan juga membantu anak memperoleh perasaan puas karena kesetiaan dan
kepatuhannya dan juga mengajarkan kepada anak bagaimana berpikir secara teratur. Kedisiplinan
dalam nilai karakter bangsa adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
SD Negeri 01 Cibodas Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi mempunyai
beberapa aturan yang harus ditaati oleh seluruh siswa. Aturan tersebut antara lain;
(1) Membiasakan kebersihan toilet dan halaman sekolah,
(2) Menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
(3) Ikut menjaga ketenangan belajar baik di kelas, perpustakaan, maupun di lingkungan
sekolah,
(4) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya (Sumber Tata Tertib SD
Negeri 01 Cibodas).
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada siswa kelas VI di SD
Negeri 01 Cibodas Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi Pasca Pandemi Covi-19
terdapat beberapa permasalahan mengenai kedisiplinan. Permasalahan tersebut antara lain:
1.Siswa datang terlambat ke sekolah.
2.Siswa tidak berpakaian rapi.
3.Siswa masih berada di luar saat bel masuk berbunyi.
4.Siswa membuat kegaduhan saat jam pelajaran berlangsung.
5.Siswa terlambat mengumpulkan tugas
6.Siswa sering tidak masuk sekolah/absent
2
1.2 Identifikasi Masalah
Penelitian ini difokuskan pada tingkat kedisiplinan siswa kelas VI SD Negeri 01 Cibodas
Kecamatan Bojonggenteng tahun ajaran 2022/2023 dan implikasinya terhadap nilai-nilai budaya
positif di sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.
2. NIlai-nilai budaya positif yang seperti apa yang sesuai untuk meningkatkan
kedisiplinan para siswa kelas VI SD Negeri 01 Cibodas Kecamatan Bojonggenteng
Kabupaten Sukabumi?
3
1.6 Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini mempunyai dua manfaat, yakni manfaat yang bersifat teoritis dan
manfaat yang sifatnya praktis:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi dan sumbangan bagi ilmu
pendidikan, khususnya bagi ilmu pendidikan dan keguruan mengenai tingkat kedisiplinan para
siswa sekolah dasar .
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Dapat digunakan guru kelas sekolah dasar sebagai referensi atau bahan kajian mengenai
permasalahan dan kebutuhan siswa terutama permalahan kedisiplinan para Siswa SD Negeri 01
Cibodas Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi
c. Bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti tentang kedisiplinan dan meningkatkan
kemampuan untuk membuat kalimat yang efektif.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus
yang berarti siswa. Istilah disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kerap
kali menyatu dengan istilah ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib, yaitu seperangkat
peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib. Munandar (Susanto, 2018:
117) menyatakan bahwa disiplin merupakan kesadaran diri untuk menaati nilai-nilai,
norma, dan aturan yang berlaku di lingkungannya. Wayson (Susanto, 2018:117)
menyatakan bahwa disiplin adalah responsible behaviour atau perilaku bertanggung jawab
yang didasarkan atas pertimbangan kata hatinya. Berdasarkan beberapa pengertian tentang
kata disiplin dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan kata sifat yang artinya mampu
mengikuti tata tertib yang berlaku.
Kedisiplinan adalah kebiasaan taat dan patuh pada peraturan sekolah yang berkaitan
dengan keamanan, kebersihan, ketertiban, dan keteladanan. Kedisiplinan bukan hanya
merupakan kepatuhan pada norma yang dipaksakan dari luar. Kedisiplinan adalah
kebiasaan yang pengembangannya membutuhkan proses dan komitmen dengan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan keinginan (Covey, 1994: 37).Komensky
(Koesama, 2007: 236) menyatakan bahwa kedisiplinan merupakan proses pengajaran,
pelatihan, seni mendidik, dan materi kedisiplinan di sekolah. Foestar (Koesama, 2007:
233) menyatakan bahwa kedisiplinan merupakan tindakan preventif, yaitu sekolah tidak
sekedar mengembangkan kemampuan intelektual para siswa, melainkan juga melatih siswa
untuk melaksanakan nilai-nilai idealis tentang tata tertib hidup bersama.
5
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan dan ketertiban. Nilai-nilai tersebut tercipta
melalui proses binaan melalui keluarga.
B. Ciri-ciri Kedisiplina
Arikunto (2005: 270) mengemukakan bahwa ada hal-hal indikator ciri- ciri
kedisiplinan siswa yaitu:
Merapihkan rumah.
6
merupakan suatu kebutuhan bukan sebagai kewajiban atau tekanan. Kedisiplinan di
sekolah, antara lain mencakup:
C . Manfaat Kedisiplinan
b. Membangun kepribadian
Pengembangan kepribadian dapat dilakukan dengan pola pembiasaan di masing-
masing lingkungannya. Membangun kepribadian dapat terjadi karena pembiasaan diri
yang disiplin. Pembiasaan diri yang disiplin di sekolah dapat membantu siswa untuk
menciptakan lingkungan yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sehingga terbentuk
7
kepribadian yang baik.
c.Melatih kepribadian
Sikap dan perilaku orang tidak dapat dibentuk dalam waktu singkat. Melatih
kepribadian dengan pola pembiasaan diri, mencoba berusaha secara gigih tanpa
adanya paksaan dari luar. Fungsi melatih harus dimulai dari lingkungan keluarga.
d . Pemaksaan
Kedisiplinan berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan tertentu. Pemaksaan dapat dilakukan
melalui pendampingan guru-guru, pembiasaan, dan latihan kepada siswa bahwa
kedisiplinan sangat penting dan sangat bermanfaat untuk kesejahteraan hidupnya.
e .Hukuman
Hukuman dapat mengandung empat fungsi, yakni:
Sebagai peringatan atas perbuatan salah yang telah dilakuan.
Sebagai pencegahan dan adanya rasa takut orang melakukan pelanggaran.
Sebagai koreksi perbuatan yang salah.
Sebagai pendidikan, yaitu hukuman menyadarkan siswa untuk menjadi tahu
apakah perbuatan yang bersangkutan benar atau salah
8
Terbentuknya kedisiplinan tidak terlepas dari yang mendukungnya. Ada beberapa faktor
yang dapat memengaruhi dan membentuk perkembangan kedisiplinan peserta didik. Menurut
Tulus (Susanto, 2018:125), mengungkapkan bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi
perkembangan kedisiplinan, yaitu Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan membentuk
perkembangan kedisiplinan peserta didik. Menurut Tulus (Susanto, 2018:125), mengungkapkan
bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan kedisiplinan, yaitu:
Penerapan dan praktik atas peraturan sekolah dapat diterapkan melalui adanya kesadaran
diri serta mengikuti dan menaati peraturan yang berlaku di sekolah yang dapat membantu
mengatur perilakunya. Penerapan dan praktik atas peraturan sekolah dapat dibuat sesuai
kebutuhan sekolah dalam mengembangkan peserta didiknya. Peraturan sekolah yang jelas, serta
partisipasi pihak guru, karyawan dan masyarakat dapat membantu dalam membentuk
perkembangan kedisiplinan pada diri siswa untuk mengikuti dan mentaati peraturan yang
berlaku.
b. Kesadaran diri
Kesadaran diri akan pemahaman diri untuk disiplin dapat membantu mencapai kebaikan dan
keberhasilan dirinya. Kesadaran diri menjadi motif sangat kuat terwujudnya disiplin. Misalnya,
siswa menyadari bahwa dengan membiasakan diri disiplin dapat membantu dirinya untuk
mencapai keberhasilan di sekolah.
c. Alat pendidikan
Alat pendidikan yang tepat dapat mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. Misalnya, menciptakan
disiplin belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dapat
mendukung terciptanya sikap siswa yang disiplin. Siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
menyenangkan dan mencontoh perbuatan sikap guru yang positif.
d. Hukuman
Hukuman dapat membantu upaya menyadarkan, mengkoreksi, dan meluruskan yang salah
sehingga mendapatkan perilaku yang sesuai dengan harapan. Melalui hukuman, diharapkan
dapat membuat sadar siswa akan sikap dan perbuatannya dan dampak dari sikap dan
perbuatannya. Misalnya, siswa dihukum karena terlambat sekolah, melalui hukuman point
dapat membantu melatih siswa untuk bersikap disiplin dan menyadari kesalahannya.
9
e. Sikap teladan
Sikap teladan akan perbuatan, dan tindakan yang baik dan tepat dapat membantu siswa
meniru perilaku tersebut. Sikap teladan dari pihak lingkungan sekolah yang baik dapat
membentuk karakter disiplin siswa. Sikap teladan dari lingkungan keluarga dapat membentuk
pribadi individu untuk bertanggung jawab dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
f. Lingkungan disiplin
g. Latihan disiplin
Latihan disiplin dapat dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaan. Artinya,
melakukan disiplin secara berulang-ulang pola pembiasaan dalam praktik disiplin dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Kesibukan berteman (mengobrol, menjahili teman, mengajak teman tanpa izin, dan
sebagainnya).
c. Mencari perhatian, melalui tulisan atau gambar dengan maksud mengalihkan perhatian dari
pembelajaran.
d. Menantang guru (memberontak, memprotes dengan kasar, tidak mau nurut dan
e. Etika berpakaian, meliputi: tidak memakai atribut sekolah, tidak memakai seragam sesuai
10
g. Merusak fasilitas sekolah.
F. Budaya Positif
Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-
kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi
pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya
positif ini, guru memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat
untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah.
Pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru
diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Oleh
karena itu, dua konsep yaitu posisi kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi landasan
dari budaya positif.
Dalam komponen kelas, posisi guru dapat dikatakan sebagai penggerak utama. Hal
ini mewujudkan juga adanya kontrol guru dalam proses belajar mengajar. Budaya positif
Di sekolah terdiri 6 hal yaitu
1) Perubahan Paradigma Stimulus Respon,
Perubahan paradigma stimulus respon, Untuk membangun budaya yang positif,
sekolah perlu menyediakan lingkungan yang aman, dan nyaman agar murid-murid mampu
berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah
satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah
bentuk disiplin yang dijalankan sekolah .
2) konsep disiplin positif,
konsep disiplin positif, Merupakan topik pembahasan tentang disiplin. belajar
tentang konsep disiplin positif
yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita citacitakan di
sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa kalau saja anak-anak bisa disiplin, pasti
mereka akan bisa belajar. Para guru juga berpendapat bahwa mendisiplinkan anak-anak
adalah bagian yang paling menantang dari pekerjaan mereka. Ketika mendengar kata
“disiplin”, Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur,
dan kepatuhan pada peraturan. Ada Tiga macam Motivasi Perilaku Manusia yaitu 1) Untuk
menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, 2) Untuk mendapatkan imbalan atau
11
penghargaan dari orang lain, 3) Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
3) keyakinan kelas,
keyakinan kelas. Dalam pembentukan keyakinan kelas, 1) Keyakinan kelas bersifat
lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. 2) Keyakinan kelas berupa
pernyataan-pernyataan universal. 3) Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam
bentuk positif. 4) Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat
dan dipahami oleh semua warga kelas. 5) Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat
diterapkan di lingkungan tersebut. 6) Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi
dalam pembuatan
keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat. 7) Bersedia meninjau kembali keyakinan
kelas dari waktu ke waktu. pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati adalah keyakinan-
keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama warga kelas. Dan salah satu yang telah
disepakati yaitu budaya malu, dengan kesepakatan “ Saya malu jika”
pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia. Semua tindakan yang kita lakukan di
dalam kelas harus dapat menciptakan sebuah lingkungan positif, aman dan nyaman. Dari
keyakinan kelas yang telah disepakati bersama akhirnya terbentuklah budaya positif,.
Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha
terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang
kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan
dasar kita, yaitu 1) kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), 2) cinta dan kasih sayang
(love and belonging) Kebutuhan untuk diterima, 3) kebebasan (freedom) kebutuhan akan
pilihan,4) kesenangan (fun) kebutuhan akan rasa senang, dan 5) Penguasaan (power)
kebutuhan pengakuan atas kemampuan. Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan
yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu
sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Murid kita juga
mempunyai gambaran dunia berkualitas mereka. Tentunya sebagai guru kita ingin mereka
memasukkan hal-hal yang bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki ke dalam dunia
berkualitas mereka. Bila guru dapat membangun interaksi yang memberdayakan dan
memerdekakan murid, maka murid akan meletakkan dirinya sendiri sebagai individu yang
positif dalam dunia berkualitas karena mereka menghargai nilai-nilai kebajikan
12
5) lima posisi control,
lima posisi control. Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr. William
Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua
ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah
1. Penghukum (Hukuman fisik atau verbal) “Patuhi tata tertib”
2. Pembuat Orang Merasa Bersalah (Biasanya guru menyampaikan dengan suara yang lembut.
“Bagaimana kalau orang tuamu tahu”
3. Teman (Guru memposisikan sebagai teman) “Ingat tidak bantuan bapak selama ini
4. Monitor (Pemantau/mengawasi) “apa yang telah kamu lakukan?”
5. Manajer (mempersilahkan murid untuk mempertagungjawabkan perilakunya dan mencari
solusinya .
6) Segitiga Restitusi.
segitiga restitusi . Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan, langkah-langkahnya yaitu 1) Menstabilkan Identitas (Kita semua
akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan), 2) Validasi Tindakan yang Salah
(Semua perilaku memiliki alasan) 3) Menanyakan Keyakinan (Kita semua memiliki
motivasi internal)
2.2 HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah sebelumnya telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal ini
dapat dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan sementara hanya pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis sebagai jawaban adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif sedangkan pada Penelitian kualitatif tidak menggunakan rumusan
hipotesis tetapi diharapkan dapat menemukan suatu hipotesis yang dapat diujikan oleh
peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Berdasarkan hal di atas, dapat diambil suatu rumusan hipotesis dalam penelitian ini:
1. Kenaikan tingkat kedisiplinan siswa di karena kan penerapan budaya positif akan
memberi dampak kedisiplinan yang mendasar karena membangun motivasi intrinsik
2. Budaya positif yang membuat anak merasa di hargai serta budaya positif yang membuat
anak tak merasa dirinya lemah.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
2023.
C. Subjek Penelitian
siswa. Peneliti memilih kelas VI karena kelas akan lebih mudah dalam
14
Tabel 3.1
Jumlah Subjek Penelitian
siswa Jumlah
Laki -laki 23orang
Perempuan 11 orang
Jumlah siswa 34 orang
Tidak respon -
Total 34
responden
Menurut Sugiyono (2012: 59) “variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
2013)
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang
15
empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS)
dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Norma skoring kuisioner tingkat kedisiplinan para
Tabel 3.2
Norma Scoring Kuesioner Tingkat Kedisiplinan
Skor Skor
Alternatif Jawaban
Favourable Unfavourable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
16
Tidak Sesuai: 1. Sebaliknya pernyataan negatif (unfavourable).adalah
Sangat Sesuai: 1, Sesuai: 2, Tidak Sesuai: 3, Sangat Tidak Sesuai: 2 dan Sangat
Tidak Sesuai: 4.
Tabel 3.7
Norma Kategorisasi
Norma Kategori
μ + 1,5 σ < X Sangat Tinggi
μ + 0,5σ < X ≤ μ + 1,5σ Tinggi
μ - 0,5σ < X ≤ μ + 0,5σ Sedang
μ - 1,5σ < X ≤ μ - 0,5σ Rendah
X ≤ μ – 1,5σ Sangat Rendah
Keterangan:
skala.
17
σ (Standar Deviasi) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6
minimum.
Asams ,Linda &Lenz,Elinor.(1995) Be Your Best.Jadilah diri Anda Sendiri.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama .
Bandung:Alfabeta.