Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

“MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PESERTA


DIDIK KELAS VI SD NEGERI 01 CIBODAS
KECAMATAN BOJONGGENTENG
KABUPATEN SUKABUMI MELALUI BUDAYA
POSITIF DI SEKOLAH”

NAMA : DWI PURWAHYUNI


NIM : 60403070121208

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP BINA MUTIARA SUKABUMI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD


NEGERI 01 CIBODAS KECAMATAN BOJONGGENTENG
KABUPATEN SUKABUMI
Nama : Dwi Purwahyuni
NIM : 60403070121208
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan Ilmu Pendidikan

Proposal ini telah diterima dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal : 20 Januari ,2023

Oleh :

Penyusun Proposal II

( Dwi Purwahyuni )

Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II

(……………..) (……………..)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul "MENINGKATKAN
KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS VI SD NEGERI 01 CIBODAS KECAMATAN
BOJONGGENTENG KABUPATEN SUKABUMI MELALUI BUDAYA POSITIF" tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah Mendeskripsikan bagaimana
pelaksanaan kedisiplinan siswa dalam lingkungan SD Negeri 01 Cibodas Kecamatan
Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi serta Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat
kedisiplinan siswa yang ada di SD Negeri Negeri 01 Cibodas Kecamatan Bojonggenteng
Kabupaten Sukabumi

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal penelitian ini dapat selesai.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal penelitian ini sebaik mungkin, penulis menyadari
bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan proposal penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para pembaca dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan.

Sukabumi, 21 Januari 2023

Dwi Purwahyuni

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan................................................................................................... ii
Kata Pengantar .......................................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................., 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………………………….. 3
1.3 Pemabatasan Masalah………………………………………………………… 3
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4

BAB II : LANDASAN TEORI


2.1. Teori yang Mendasari ....................................................................................... 5
2.2. Hipotesis ...........................................................................................................13

BAB III : METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian………………………………………………………………. 13
3.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian………………………………….. 13
3.3. Pemilihan Subyek Penelitian ........................................................................... 13
3.4. Definisi Variabel Penelitian………………………………………………….. 14
3.5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ............................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah tempat bersemanyamnya benih benih kebudayaan,maka dari itu
pendidikan adalah usaha untuk menciptakan peradaban manusia yang lebih baik . Pendidikan
merupakan faktor penting, strategis dan determinatif bagi masyarakat. Maju-mundurnya kualitas
peradaban suatu masyarakat atau bangsa sangat bergantung pada bagaimana kualitas pendidikan
diselenggarakan oleh masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa hanya bangsa-bangsa yang
menyadari dan memahami makna strategisnya pendidikanlah yang mampu meraih kemajuan dan
menguasai dunia. pendidikan merupakan alat terefektif bagi perubahan dan pencapaian kemajuan
dalam berbagai dimensi kehidupan.
Tujuan dari pendidikan itu sendiri adalah menuntun segala kodrat yang ada pada peserta
didik. agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pada tahun 2020 indonesia di landa pandemi Covid-19,semua sektor kehidupan terkena
dampak dari pademi. perekonomian semakin melemah, hubungan sosial semakin menurun yang
menyebabkan kurangnya interaksi dan kepedulian terhadap sesama,Semuanya telah merasakan
dampak dari pandemi covid 19 , terutama pada dunia pendidikan.
Sekolah pada dasarnya adalah tempat melaksanakan pendidikan dan pengajara sehingga
Pada umumnya sekolah termasuk dalam kategori yang memiliki kedisiplinan yang tinggi.
Tujuan kedisiplinan itu sendiri adalah membentuk perilaku sedemikian rupa sehingga
perilaku tersebut sesuai dengan peran-peran yang telah ditetapkan oleh kelompok budaya dimana
tempat individu itu tinggal (Hurlock dalam Anggraini 2015).
Selain itu, kedisiplinan merupakan suatu cara untuk membantu anak membangun
pengendalian diri mereka, dan bukan membuat anak mengikuti dan mematuhi perintah orang
dewasa. Anak yang mau mengikuti pendidikan tertentu pada suatu sekolah tentunya harus
mengikuti aturan yang berlaku di sekolah khususnya aturan yang berlaku di dalam kelas. Mengikuti
aturan yang berlaku erat kaitannya dengan kedisiplinan. Kedisiplinan belajar adalah salah satu cara
untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri mereka selama proses belajar
mengajar (Wantah, 2015:140).

1
Anak dapat memperolah suatu batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah
dengan disiplin. Kedisiplinan juga membantu anak memperoleh perasaan puas karena kesetiaan dan
kepatuhannya dan juga mengajarkan kepada anak bagaimana berpikir secara teratur. Kedisiplinan
dalam nilai karakter bangsa adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
SD Negeri 01 Cibodas Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi mempunyai
beberapa aturan yang harus ditaati oleh seluruh siswa. Aturan tersebut antara lain;
(1) Membiasakan kebersihan toilet dan halaman sekolah,
(2) Menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
(3) Ikut menjaga ketenangan belajar baik di kelas, perpustakaan, maupun di lingkungan
sekolah,
(4) Membiasakan membuang sampah pada tempatnya (Sumber Tata Tertib SD
Negeri 01 Cibodas).
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada siswa kelas VI di SD
Negeri 01 Cibodas Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi Pasca Pandemi Covi-19
terdapat beberapa permasalahan mengenai kedisiplinan. Permasalahan tersebut antara lain:
1.Siswa datang terlambat ke sekolah.
2.Siswa tidak berpakaian rapi.
3.Siswa masih berada di luar saat bel masuk berbunyi.
4.Siswa membuat kegaduhan saat jam pelajaran berlangsung.
5.Siswa terlambat mengumpulkan tugas
6.Siswa sering tidak masuk sekolah/absent

Latar belakang pengambilan judu proposal “Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik


Kelas VI SD Negeri 01 Cibodas Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten sukabumi Melalui
Budaya Posistif Sekolah” yaitu akibat kurangnya interaksi langsung antara guru dan siswa pada
masa pandemic Covid-19, otomatis berkuranglah internalisasi nilai-nilai karakter yang semestinya
harus ditanamkan seorang guru ke dalam diri siswa. Ini akan mengakibatkan degradasi moral pada
peserta didik, karena tugas seorang guru bukan hanya mengajar, mentrasferkan ilmu pengetahuan
(pelajaran) saja, tetapi seorang guru juga dituntut untuk menuntun siswa agar memiliki ahlak mulia
sesuai profil pelajar pancasila. Akibat kesulitan kesulitan tersebut membuat kompetensi siswa
menurun dan di khawatiran akan terjadi lost caracters.

2
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah- masalah sebagai


berikut:
1. Siswa datang terlambat ke sekolah.
2. Siswa tidak berpakaian rapi.
3. Siswa masih berada di luar saat bel masuk berbunyi.
4. Siswa membuat kegaduhan saat jam pelajaran berlangsung.
5. Siswa terlambat mengumpulkan tugas
6. Siswa serin bolos ke sekolah

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada tingkat kedisiplinan siswa kelas VI SD Negeri 01 Cibodas
Kecamatan Bojonggenteng tahun ajaran 2022/2023 dan implikasinya terhadap nilai-nilai budaya
positif di sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat kedisiplinan para siswa kelas VI SD Negeri 01 Cibodas
Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2022/2023?

2. NIlai-nilai budaya positif yang seperti apa yang sesuai untuk meningkatkan
kedisiplinan para siswa kelas VI SD Negeri 01 Cibodas Kecamatan Bojonggenteng
Kabupaten Sukabumi?

1.5 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tujuan penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan para siswa kelas VI SD Negeri 01 Cibodas Kecamatan
Bojonggenteng Kabupaten sukabumi tahun ajaran 2022/2023.
2. Menentukan nilai-nilai budaya positif yang bagaimana yang sesuai untuk meningkatkan
kedisiplinan para siswa kelas VI SD Negeri 01 Cibodas Kecamatan Bojonggenteng

3
1.6 Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini mempunyai dua manfaat, yakni manfaat yang bersifat teoritis dan
manfaat yang sifatnya praktis:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi dan sumbangan bagi ilmu
pendidikan, khususnya bagi ilmu pendidikan dan keguruan mengenai tingkat kedisiplinan para
siswa sekolah dasar .

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Dapat digunakan guru kelas sekolah dasar sebagai referensi atau bahan kajian mengenai
permasalahan dan kebutuhan siswa terutama permalahan kedisiplinan para Siswa SD Negeri 01
Cibodas Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi

c. Bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti tentang kedisiplinan dan meningkatkan
kemampuan untuk membuat kalimat yang efektif.

4
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori yang Mendasari

A. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus
yang berarti siswa. Istilah disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kerap
kali menyatu dengan istilah ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib, yaitu seperangkat
peraturan yang berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib. Munandar (Susanto, 2018:
117) menyatakan bahwa disiplin merupakan kesadaran diri untuk menaati nilai-nilai,
norma, dan aturan yang berlaku di lingkungannya. Wayson (Susanto, 2018:117)
menyatakan bahwa disiplin adalah responsible behaviour atau perilaku bertanggung jawab
yang didasarkan atas pertimbangan kata hatinya. Berdasarkan beberapa pengertian tentang
kata disiplin dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan kata sifat yang artinya mampu
mengikuti tata tertib yang berlaku.

Kedisiplinan adalah kebiasaan taat dan patuh pada peraturan sekolah yang berkaitan
dengan keamanan, kebersihan, ketertiban, dan keteladanan. Kedisiplinan bukan hanya
merupakan kepatuhan pada norma yang dipaksakan dari luar. Kedisiplinan adalah
kebiasaan yang pengembangannya membutuhkan proses dan komitmen dengan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan keinginan (Covey, 1994: 37).Komensky
(Koesama, 2007: 236) menyatakan bahwa kedisiplinan merupakan proses pengajaran,
pelatihan, seni mendidik, dan materi kedisiplinan di sekolah. Foestar (Koesama, 2007:
233) menyatakan bahwa kedisiplinan merupakan tindakan preventif, yaitu sekolah tidak
sekedar mengembangkan kemampuan intelektual para siswa, melainkan juga melatih siswa
untuk melaksanakan nilai-nilai idealis tentang tata tertib hidup bersama.

Susanto (2018: 119) menyatakan bahwa kedisiplinan adalah suatu kemampuan


seseorang dalam berperilaku yang tepat dan tumbuh berdasarkan kesadaran dan dorongan
dari diri sendiri yang tercipta melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan

5
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan dan ketertiban. Nilai-nilai tersebut tercipta
melalui proses binaan melalui keluarga.

Berdasarkan uraian mengenai pengertian kedisiplinan di atas dapat disimpulkan bahwa


kedisiplinan adalah kebiasaan taat dan patuh pada peraturan sekolah yang berkaitan
dengan keamanan, kebersihan, ketertiban, dan keteladanan seperti yang dimaksudkan
dengan butir- butir kuesioner yang digunakan. Kedisiplinan merupakan kebiasaan

yang pengembangannya membutuhkan proses dan komitmen untuk mencapai kebiasaan


yang efektif berupa pengetahuan, keterampilan dan keinginan. Siswa yang disiplin dapat
membantu menciptakan kegiatan belajar yang kondusif dalam proses kegiatan
pembelajaran di sekolah dan meningkatkan hubungan sosial di lingkungan sekitarnya.

B. Ciri-ciri Kedisiplina

Arikunto (2005: 270) mengemukakan bahwa ada hal-hal indikator ciri- ciri
kedisiplinan siswa yaitu:

1. Kedisiplinan siswa di lingkungan keluarga


Kedisiplinan di lingkungan keluarga adalah kebiasaan anak di rumah yang
mengajarkan apa yang harus dan apa yang boleh dilakukan di rumah atau dalam
hubungan dengan anggota keluarga. Lingkungan keluarga sering disebut lingkungan
pertama di dalam pendidikan dan sangat penting dalam membentuk pola kepribadian
anak karena anak belajar pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma.
Kedisiplinan siswa di lingkungan keluarga, antara lain mencakup:

 Mengerjakan tugas sekolah di rumah.

 Mempersiapkan keperluan sekolah di rumah.

 Merapihkan rumah.

2. Kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah

Kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah adalah kebiasaan yang mengatakan


kepada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan di lingkungan sekolah.
Kedisiplinan di sekolah ditunjukkan kepada siswa untuk belajar mematuhi peraturan
tara tertib sekolah sehingga siswa benar-benar mengganggap kalau belajar di sekolah

6
merupakan suatu kebutuhan bukan sebagai kewajiban atau tekanan. Kedisiplinan di
sekolah, antara lain mencakup:

1) Sikap siswa di kelas.


2) Melaksanakan tata tertib di sekolah.
3.. Kedisiplinan siswa di lingkungan pergaulan

Kedisiplinan siswa di lingkungan pergaulan adalah kebiasaan yang dipusatkan


pada permainan dan olah raga. Kebiasaan itu juga mengatur tingkah laku kelompok.
kebiasaan disini mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturanmemperkenalkan pada
anak perilaku yang disetujui anggota kelompoknya.

C . Manfaat Kedisiplinan

Kedisiplinan sangat penting dan dibutuhkan siswa untuk membentuk sikap,


perilaku, dan tata kehidupan. Hal tersebut berguna mengantarkan siswa mencapai
keberhasilan dalam belajar dan ketika kerja nanti. Adapun manfaat kedisiplinan
menurut Tulus (Susanto, 2018: 120), adalah:
a. Menata kehidupan bersama

Kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam menata kehidupan bersama dengan cara


menghargai orang lain dan menaati peraturan yang berlaku, agar hubungan dengan
sesama tetap baik. Kedisiplinan yang dikembangkan di sekolah dapat membantu siswa
menyesuaikan diri dan mendorong siswa melakukan hal-hal positif dalam menjalin
hubungan dengan sesama di lingkungan sekolah. Jadi, kedisiplinan berfungsi untuk
mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu dan masyarakat.

b. Membangun kepribadian
Pengembangan kepribadian dapat dilakukan dengan pola pembiasaan di masing-
masing lingkungannya. Membangun kepribadian dapat terjadi karena pembiasaan diri
yang disiplin. Pembiasaan diri yang disiplin di sekolah dapat membantu siswa untuk
menciptakan lingkungan yang tertib, teratur, tenang, tenteram, sehingga terbentuk

7
kepribadian yang baik.

c.Melatih kepribadian
Sikap dan perilaku orang tidak dapat dibentuk dalam waktu singkat. Melatih
kepribadian dengan pola pembiasaan diri, mencoba berusaha secara gigih tanpa
adanya paksaan dari luar. Fungsi melatih harus dimulai dari lingkungan keluarga.

d . Pemaksaan
Kedisiplinan berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan tertentu. Pemaksaan dapat dilakukan
melalui pendampingan guru-guru, pembiasaan, dan latihan kepada siswa bahwa
kedisiplinan sangat penting dan sangat bermanfaat untuk kesejahteraan hidupnya.

e .Hukuman
Hukuman dapat mengandung empat fungsi, yakni:
 Sebagai peringatan atas perbuatan salah yang telah dilakuan.
 Sebagai pencegahan dan adanya rasa takut orang melakukan pelanggaran.
 Sebagai koreksi perbuatan yang salah.
 Sebagai pendidikan, yaitu hukuman menyadarkan siswa untuk menjadi tahu
apakah perbuatan yang bersangkutan benar atau salah

f. Menciptakan lingkungan yang kondusif


Kedisiplinan di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan
kegiatan pendidikan agar dapat berjalan dengan lancar. Sikap disiplin siswa dapat
membantu menciptakan kegiatan belajar yang kondusif dalam proses belajar
mengajar dan meningkatkan hubungan sosial. Kebijakan sekolah dalam
mewujudkan kedisiplinan siswa dapat mencegah dan mengontrol perilaku siswa,
yakni dengan melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dan menginformasikan
kepada siswa tentang perilaku yang diharapkan dan yang dilarang.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

8
Terbentuknya kedisiplinan tidak terlepas dari yang mendukungnya. Ada beberapa faktor
yang dapat memengaruhi dan membentuk perkembangan kedisiplinan peserta didik. Menurut
Tulus (Susanto, 2018:125), mengungkapkan bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi
perkembangan kedisiplinan, yaitu Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan membentuk
perkembangan kedisiplinan peserta didik. Menurut Tulus (Susanto, 2018:125), mengungkapkan
bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan kedisiplinan, yaitu:

a. Mengikuti dan menaati peraturan yang berlaku.

Penerapan dan praktik atas peraturan sekolah dapat diterapkan melalui adanya kesadaran
diri serta mengikuti dan menaati peraturan yang berlaku di sekolah yang dapat membantu
mengatur perilakunya. Penerapan dan praktik atas peraturan sekolah dapat dibuat sesuai
kebutuhan sekolah dalam mengembangkan peserta didiknya. Peraturan sekolah yang jelas, serta
partisipasi pihak guru, karyawan dan masyarakat dapat membantu dalam membentuk
perkembangan kedisiplinan pada diri siswa untuk mengikuti dan mentaati peraturan yang
berlaku.

b. Kesadaran diri

Kesadaran diri akan pemahaman diri untuk disiplin dapat membantu mencapai kebaikan dan
keberhasilan dirinya. Kesadaran diri menjadi motif sangat kuat terwujudnya disiplin. Misalnya,
siswa menyadari bahwa dengan membiasakan diri disiplin dapat membantu dirinya untuk
mencapai keberhasilan di sekolah.

c. Alat pendidikan

Alat pendidikan yang tepat dapat mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. Misalnya, menciptakan
disiplin belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dapat
mendukung terciptanya sikap siswa yang disiplin. Siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
menyenangkan dan mencontoh perbuatan sikap guru yang positif.

d. Hukuman

Hukuman dapat membantu upaya menyadarkan, mengkoreksi, dan meluruskan yang salah
sehingga mendapatkan perilaku yang sesuai dengan harapan. Melalui hukuman, diharapkan
dapat membuat sadar siswa akan sikap dan perbuatannya dan dampak dari sikap dan
perbuatannya. Misalnya, siswa dihukum karena terlambat sekolah, melalui hukuman point
dapat membantu melatih siswa untuk bersikap disiplin dan menyadari kesalahannya.

9
e. Sikap teladan

Sikap teladan akan perbuatan, dan tindakan yang baik dan tepat dapat membantu siswa
meniru perilaku tersebut. Sikap teladan dari pihak lingkungan sekolah yang baik dapat
membentuk karakter disiplin siswa. Sikap teladan dari lingkungan keluarga dapat membentuk
pribadi individu untuk bertanggung jawab dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

f. Lingkungan disiplin

Lingkungan disiplin dapat mempengaruhi individu untuk melatih kemampuan beradaptasi


dengan lingkungannya. Lingkungan yang disiplin dapat melatih individu untuk mengontrol diri
dan mendukung individu dalam perkembangannya.

g. Latihan disiplin

Latihan disiplin dapat dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaan. Artinya,
melakukan disiplin secara berulang-ulang pola pembiasaan dalam praktik disiplin dalam
kehidupan sehari-hari.

E. Permasalahan Ketidakdisiplinan Siswa

Permasalahan ketidak disiplinan siswa dapat merugikan lingkungan sekitarnya. Perbuatan


tidak disiplin akan merugikan diri sendiri dan membuat pandangan tidak baik kepada
lingkungan sekolah. Menurut Susanto (2018: 132) permasalahan ketidakdisiplinan siswa, yaitu:

a. Agresif fisik yang merugikan.

b. Kesibukan berteman (mengobrol, menjahili teman, mengajak teman tanpa izin, dan

sebagainnya).

c. Mencari perhatian, melalui tulisan atau gambar dengan maksud mengalihkan perhatian dari

pembelajaran.

d. Menantang guru (memberontak, memprotes dengan kasar, tidak mau nurut dan

sebagainnya) sehingga membuat perselisihan.

e. Etika berpakaian, meliputi: tidak memakai atribut sekolah, tidak memakai seragam sesuai

dengan aturan sekolah).

f. Siswa terlambat masuk kelas dan membolos dari sekolah.

10
g. Merusak fasilitas sekolah.

h. Membuat kegaduhan di kelas sehingga pembelajaran tidak kondusif.

F. Budaya Positif
Budaya positif di sekolah ialah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-
kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi
pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab. Dalam mewujudkan budaya
positif ini, guru memegang peranan sentral. Guru perlu memahami posisi apa yang tepat
untuk dapat mewujudkan budaya positif baik lingkup kelas maupun sekolah.
Pemahaman akan disiplin positif juga diperlukan karena sebagai pamong, guru
diharapkan dapat menuntun murid untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Oleh
karena itu, dua konsep yaitu posisi kontrol guru dan disiplin positif yang menjadi landasan
dari budaya positif.
Dalam komponen kelas, posisi guru dapat dikatakan sebagai penggerak utama. Hal
ini mewujudkan juga adanya kontrol guru dalam proses belajar mengajar. Budaya positif
Di sekolah terdiri 6 hal yaitu
1) Perubahan Paradigma Stimulus Respon,
Perubahan paradigma stimulus respon, Untuk membangun budaya yang positif,
sekolah perlu menyediakan lingkungan yang aman, dan nyaman agar murid-murid mampu
berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah
satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah
bentuk disiplin yang dijalankan sekolah .
2) konsep disiplin positif,
konsep disiplin positif, Merupakan topik pembahasan tentang disiplin. belajar
tentang konsep disiplin positif
yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita citacitakan di
sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa kalau saja anak-anak bisa disiplin, pasti
mereka akan bisa belajar. Para guru juga berpendapat bahwa mendisiplinkan anak-anak
adalah bagian yang paling menantang dari pekerjaan mereka. Ketika mendengar kata
“disiplin”, Kebanyakan orang akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur,
dan kepatuhan pada peraturan. Ada Tiga macam Motivasi Perilaku Manusia yaitu 1) Untuk
menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, 2) Untuk mendapatkan imbalan atau

11
penghargaan dari orang lain, 3) Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
3) keyakinan kelas,
keyakinan kelas. Dalam pembentukan keyakinan kelas, 1) Keyakinan kelas bersifat
lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit. 2) Keyakinan kelas berupa
pernyataan-pernyataan universal. 3) Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam
bentuk positif. 4) Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat
dan dipahami oleh semua warga kelas. 5) Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat
diterapkan di lingkungan tersebut. 6) Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi
dalam pembuatan
keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat. 7) Bersedia meninjau kembali keyakinan
kelas dari waktu ke waktu. pertama-tama perlu diciptakan dan disepakati adalah keyakinan-
keyakinan atau prinsip-prinsip dasar bersama warga kelas. Dan salah satu yang telah
disepakati yaitu budaya malu, dengan kesepakatan “ Saya malu jika”

4) pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia,

pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia. Semua tindakan yang kita lakukan di
dalam kelas harus dapat menciptakan sebuah lingkungan positif, aman dan nyaman. Dari
keyakinan kelas yang telah disepakati bersama akhirnya terbentuklah budaya positif,.
Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha
terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang
kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan
dasar kita, yaitu 1) kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), 2) cinta dan kasih sayang
(love and belonging) Kebutuhan untuk diterima, 3) kebebasan (freedom) kebutuhan akan
pilihan,4) kesenangan (fun) kebutuhan akan rasa senang, dan 5) Penguasaan (power)
kebutuhan pengakuan atas kemampuan. Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan
yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu
sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Murid kita juga
mempunyai gambaran dunia berkualitas mereka. Tentunya sebagai guru kita ingin mereka
memasukkan hal-hal yang bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki ke dalam dunia
berkualitas mereka. Bila guru dapat membangun interaksi yang memberdayakan dan
memerdekakan murid, maka murid akan meletakkan dirinya sendiri sebagai individu yang
positif dalam dunia berkualitas karena mereka menghargai nilai-nilai kebajikan

12
5) lima posisi control,

lima posisi control. Melalui serangkaian riset dan bersandar pada teori Kontrol Dr. William
Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua
ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah
1. Penghukum (Hukuman fisik atau verbal) “Patuhi tata tertib”
2. Pembuat Orang Merasa Bersalah (Biasanya guru menyampaikan dengan suara yang lembut.
“Bagaimana kalau orang tuamu tahu”
3. Teman (Guru memposisikan sebagai teman) “Ingat tidak bantuan bapak selama ini
4. Monitor (Pemantau/mengawasi) “apa yang telah kamu lakukan?”
5. Manajer (mempersilahkan murid untuk mempertagungjawabkan perilakunya dan mencari
solusinya .

6) Segitiga Restitusi.
segitiga restitusi . Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan, langkah-langkahnya yaitu 1) Menstabilkan Identitas (Kita semua
akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan), 2) Validasi Tindakan yang Salah
(Semua perilaku memiliki alasan) 3) Menanyakan Keyakinan (Kita semua memiliki
motivasi internal)
2.2 HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah sebelumnya telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal ini
dapat dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan sementara hanya pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis sebagai jawaban adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif sedangkan pada Penelitian kualitatif tidak menggunakan rumusan
hipotesis tetapi diharapkan dapat menemukan suatu hipotesis yang dapat diujikan oleh
peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Berdasarkan hal di atas, dapat diambil suatu rumusan hipotesis dalam penelitian ini:
1. Kenaikan tingkat kedisiplinan siswa di karena kan penerapan budaya positif akan
memberi dampak kedisiplinan yang mendasar karena membangun motivasi intrinsik
2. Budaya positif yang membuat anak merasa di hargai serta budaya positif yang membuat
anak tak merasa dirinya lemah.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,

subjek penelitian, definisi operasional variabel penelitan, teknik dan instrumen

pengumpulan data, validitas dan reliabilitas instrumen dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan metode survei. Data dikumpulkan dengan menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik (Sugiyono,

2012). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi terbaru

tentang tingkat kedisiplinan para siswa kelas VI SD Negeri 01 Cibodas

Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten sukabumi tahun Ajaran 2022/2023.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 01 Ciboda Kecamatan

Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat tahun ajaran

2022/2023. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Maret

2023.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 01 Cibodas

Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi yang berjumlah 34

siswa, dan responden penelitian yang berhasil terkumpul berjumlah 34

siswa. Peneliti memilih kelas VI karena kelas akan lebih mudah dalam

pengumpulan data ,Penelitian ini termasuk penelitian populas .karena

semua anggota populasi menjadi subjek penelitian. Berikut rincian

populasi subjek penelitian yang disajikan pada tabel 3.1.

14
Tabel 3.1
Jumlah Subjek Penelitian

siswa Jumlah
Laki -laki 23orang
Perempuan 11 orang
Jumlah siswa 34 orang
Tidak respon -
Total 34
responden

D. Definisi Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012: 59) “variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dalam

penelitian ini, variabel yang diteliti adalah kedisiplinan. Kedisiplinan adalah

kebiasaan yang pengembangannya membutuhkan proses dan komitmen dengan

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan keinginan.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,

2013)

Kuesioner ini bersifat tertutup, yaitu berupa pernyatan-pernyataan dengan

menggunakan teknik pilihan yang sudah ada pilihan jawabannya, sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang dikehendaki. Metode yang digunakan

mengacu pada prinsip-prinsip skala Likert. Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Instrumen pengumpulan data menyediakan

15
empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS)

dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Norma skoring kuisioner tingkat kedisiplinan para

siswa kelas X dan XI terdapat dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2
Norma Scoring Kuesioner Tingkat Kedisiplinan

Skor Skor
Alternatif Jawaban
Favourable Unfavourable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

A. Responden diminta untuk menjawab pernyataan yang terdapat dalam angket


kedisiplinan dengan menjawab setiap item-item dengan memilih salah satu
alternatif jawaban dengan cara memberi tanda (√) pada lembar jawaban kolom item
yang telah disediakan. Skoring dilakukandengan menjumlahkan jawaban responden
pada masing-masing item. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka
semakin tinggi pula kedisiplinan siswa, sebaliknya semakin rendah jumlah skor
yang diperoleh, maka semakin rendah pula kedisiplinan siswa. Kisi-kisi Teknik
Analisa Data

Analisa data merupakan pengelompokan data berdasarkan variabel

dan jenis responden, mentabulasi data dari seluruh responden, menyajikan

data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah (Sugiyono, 2012). Berikut merupakan langkah-langkah

teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini:

1. Menentukan skor pada item kuisioner dilakukan dengan cara

memberikan nilai angka 1 sampai 4 berdasarkan skoring yang berlaku

dengan melihat sifat pernyataan positif (favourable) atau pernyataan

negatif (unfavourable). Norma skoring untuk pernyataan positif

(favourable) adalah Sangat Sesuai: 4, Sesuai: 3, Tidak Sesuai: 2, Sangat

16
Tidak Sesuai: 1. Sebaliknya pernyataan negatif (unfavourable).adalah

Sangat Sesuai: 1, Sesuai: 2, Tidak Sesuai: 3, Sangat Tidak Sesuai: 2 dan Sangat

Tidak Sesuai: 4.

2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor masing-masing responden

menggunakan bantuan Microsoft Excel .

3. Membuat kategori tingkat kedisiplinan para siswa kelas VI SD Negeri 01

Cibodas Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi dengan

mengacu pada pedoman Azwar (2011). Pengelompokkan tingkat

kedisiplinan dibagi ke dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah,

sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun norna kategorisasi yang

digunakan dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7
Norma Kategorisasi

Norma Kategori
μ + 1,5 σ < X Sangat Tinggi
μ + 0,5σ < X ≤ μ + 1,5σ Tinggi
μ - 0,5σ < X ≤ μ + 0,5σ Sedang
μ - 1,5σ < X ≤ μ - 0,5σ Rendah
X ≤ μ – 1,5σ Sangat Rendah

Keterangan:

Skor maksimum teoritik: Skor tertinggi yang diperoleh

subjek penelitian menurut perhitungan

skala.

Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian menurut perhitungan skala.

17
σ (Standar Deviasi) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6

satuan deviasi sebaran.

μ (Mean Teoritik) : Rata-rata teoritis skor maksimum dan

minimum.

Norma di atas digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya

tingkat kedisiplinan para siswa kelas VI SD Negeri 01 Cibodas

Kecamatan Bojonggenteng Kabupaten Sukabumi. kategoridisesuaikan

dengan jumlah item penelitian yaitu sebanyak 54 itemyang valid

sehingga perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut: Skor

maksimum teoritik : 54 x 4 = 216


DAFTAR PUSTAKA

Asams ,Linda &Lenz,Elinor.(1995) Be Your Best.Jadilah diri Anda Sendiri.Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama .

Arikanto,Suharsimi.(2005) Manajemen Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta

Masidjo ,Ign.(1995)Penilaian Pencapaian Hasil Belajar sekolah.Yogyakarat:kanisius.

Sugiyono .(2012)Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,Kualitatifdan R&D

Bandung:Alfabeta.

Sugiyono.(2013)Metode Penelitian Pendidikan Bandung:Alfabeta.

Arifin,”Implementasi nilai nilai Budaya Sekolah Dalam mewujudkan sekolah berkualitas”jurnal

online Pendagogika ,Vol:3 No.4 Universitas Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai