BAB IV Pernikahan Dini
BAB IV Pernikahan Dini
A. Hasil Penelitian
Durian Daun, Dusun Raja, dan Air Padang berada memanjang di daerah
lereng. Kontras wilayah ini tercermin dari rerata ketinggian medan yang
berkisar 0-500 m.dpl. Iklim wilayah ini adalah iklim tropis basah, dengan
curah hujan dan kelembaban yang tinggi sepanjang tahun. Curah hujan
terbilang merata dan tidak terlalu kentara antara bulan basah dan bulan
44
45
b. Gambaran Demografis
Rasau (2.116 jiwa), Taba Baru (2.087 jiwa), Pal 30 (1.958 jiwa), Lubuk
Gedang (1.775 jiwa), dan Jago Bayo (1.497 jiwa). Dengan penduduk
masing-masing 325 jiwa, 325 jiwa, dan 345 jiwa, Suka Langu, Datar
Lebar, dan Air Padang adalah desa-desa dengan penduduk paling sedikit.
Angka seks rasio kecamatan ini adalah 102, yang artinya per 100
empat desa/kelurahan, Air Padang, Durian Daun, Pasar Lais, dan Pal 30,
laki. Angka seks rasio Air Padang 94,9, Durian Daun 99,4, Pasar Lais
2. Jalannya penelitian
Bengkulu Utara, yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2022 s/d 31 agustus
Bengkulu Utara.
pada bulan januari 2021 sampai juni 2022. Tahap selanjutnya data yang
3. Analisis Univariat.
(Pendidikan Ayah, Status Ekonomi dan Sosial Budaya) atau variabel independen
47
dengan efek atau variabel dependent (Pernikahan dini), analisis univariat ini
Tabel 3
Distribusi frekuensi pernihakan dini di Kecamatan Lais
Kabupaten Bengkulu Utara
responden yang menikah pada usia <20 tahun dan 38 responden yang
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah Responden yang
Melakukan Pernihakan Dini di Kecamatan Lais
Kabupaten Bengkulu Utara
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Ayah Responden yang
Melakukan Pernihakan Dini di Kecamatan Lais
Kabupaten Bengkulu Utara
tinggi.
d. Sosial budaya ayah remaja yang melakukan pernihakan dini di Kecamatan Lais
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ayah Remaja Yang
Melakukan Pernihakan Dini di Kecamatan Lais
Kabupaten Bengkulu Utara
4. Analisis Bivariat
49
Tabel 7
Hubungan Pendidikan Ayah Dengan Pernikahan Usia Dini
di Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara
menikah pada usia < 20 tahun dan 7 responden menikah pada usia > 20
melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 13 responden menikah pada
p=0,010 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 artinya ada hubungan pendidikan
diketahui bahwa nilai uji Contingency Coefficient (C) sebesar 0, 363 karena
dikategorikan lemah.
Tabel 8
Hubungan Status Ekonomi Ayah dengan Pernikahan Usia Dini
di Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara
melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 9 responden menikah pada
tahun dan 14 responden menikah pada usia > 20 tahun, sedangkan dari 16
melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 15 responden menikah pada
p=0,001 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 artinya ada hubungan status
diketahui bahwa nilai uji Contingency Coefficient (C) sebesar 0,440 karena
nilai tersebut tidak terlalu jauh dari nilai Cmax=0,707 maka hubungan
Tabel 9
Hubungan Sosial Budaya Ayahdengan Pernikahan Usia Dini
di Kecamatan LaisKabupaten Bengkulu Utara
menikah pada usia < 20 tahun dan 6 responden menikah pada usia > 20
p=0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 artinya ada hubungan sosial
diketahui bahwa nilai uji Contingency Coefficient (C) sebesar 0,593 karena
dikategorikan kuat.
B. Pembahasan
23 responden yang menikah pada usia <20 tahun , hal ini dapat terjadi karena
yang menikah pada usia > 20 tahun. Hal ini dapat terjadi karena adanya
faktor pendidikan.
kurang 65% kehamilan masih terjadi karena kehamilan dengan usia terlalu
yang terjadi karena pernikahan dini yaitu alat reproduksi belum siap
kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri, resiko
kematian usia dini serta meningkatkan angka kematian ibu (AKI), resiko
meningkat lebih dari 10 kali bila jumlah mitra seks enam lebih atau bila
informasi.
dari orang lain maupun media masa, semakin banyak informasi yang masuk,
aspek yang penting dalam mendidik anak untuk berkembang dan berfikir
banyak ayah responden mempunyai status ekonomi rendah, hal inin terjadi
karena rata-rata pekerjan ayah responden menjadi petani baik sawah maupun
panen. Selain itu dengan rendahnya status ekonomi ini dapat menjadikan
pernikahan usia dini merupakan tradisi yang turun temurun pada masyarakat
keluarga anak perempuan sebaiknya menikah pada usia < 20 tahun, karena
menjadi perawan tua dan kebudayaan kami terdapat kebiasaan dan aturan
mendapatkan keturunan
kesakitan dan pernikahan tidak terlepas dari faktor sosial budaya dan
melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 7 responden menikah pada
usia > 20 tahun, hal ini terjadi karena danaua faktor lain seperti pendidikan
remaja, pengetahuan yang baik maupu adanya pengaruh dari fakor sosial
pada usia > 20 tahun dan 9 responden melakukan menikah pada usia < 20
tahun, hal ini terjadi karena adanya faktor lain seperti ekonomi keluarga,
usia > 20 tahun dan 2 responden melakukan menikah pada usia < 20 tahun,
hal ini terjadi karena adanya faktor pengaruh lingkungan pergaulan teman
sebaya.
pendidikan dasar yang tidak melakukan pernikahan dini hal ini terjadi
itu sendiri.
akan diwariskan oleh anaknya. Tingkat pendidikan yang rendah orang tua
dan kurang pengetahuan orang tua tentang dampak negatif dari pernikahan
dini.
Seluma.
kejadian pernikahan usia dini pada wus Kecamatan Tembalang Kota Semarang,
dengan kejadian pernikahan usia dini pada WUS di Kelurahan Sendangguwo dan
seseorang akan berpengaruh pada pengetahuan dan pola pikir ibu sehingga
ibu memiliki daya serap terhadap informasi yang cukup tinggi, sebaliknya,
menikah pada usia < 20 tahun dan 14 responden menikah pada usia > 20
keputusan bahwa untuk meringgangkan beban orang tua maka anak wanita
pernikahan dini.
6,920, maka remaja dengan pendapatan keluarga rendah berisiko 6,920 kali
keluarga tinggi.
menikah pada usia > 20 tahun. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
responden dengan sosial budaya yang kurang baik akan lebih beresiko
61
menikah pada usia < 20, dibandingkan dengan yang menikah pada usia > 20
tahun. Keadaan ini terjadi karena adanya pengaruh sosial kebudayaan yang
pandangan dan keyakinan yang salah terhadap pernikahan pada usia yang
sehat. Walaupun demikian masih ada responden dengan sosial budaya yang
kurang menikah pada usia < 20 hal ini terjadi karena adanya faktor lain
pada usia < 20 tahun dan 32 responden menikah pada usia > 20 tahun. Hal
ini mencermikan bahwa budaya yang baik terhadap pernikahan akan dapat
menentukan pernikahan pada usia yang tepat (usia > 20 tahun), walupun
namun masih menikah pada usia < 20 tahun hal ini terjadi karena adanya
faktor lain sebagai pendukung hal tersebut, seperti adanya tuntutan dari
orang tua, tidak melanjutkan sekolah, maupun adanya faktor lingkungan dan
dapat memberikan dampak baik, namun tidak sedikit pula yang memberikan
oleh kebudayaan yang mereka anut yaitu hasil olah pikir masyarakat
masyarakat. Menurut hadi supeno, ada tiga faktor pernikahan usia dini yaitu
tradisi yang turun temurun yang menganggap bahwa pernikahan usia dini
merupakan suatu hal yang wajar. Dalam masyrakat indonesia, bila ada anak
gadisnya yang tidak segera menikah, orang tua merasa malu karena anak
budaya pernikahan dini dengan pernikahan usia dini. Nilai OR= 54,857,
maka remaja dengan positif budaya pernikahan dini berisiko 54,857 kali
dapat disimpulkan bahwa pendidikan ayah, status ekonomi ayah dan sosial
besarnya pengaruh pendidikan ayah, status ekonomi ayah dan sosial budaya
remaja tentang pentingnya menentukan usia kehamilan yang tepat agar tidak