Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

a. Gambaran Georafis Tempat Penelitian

Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara memiliki bentuk

wilayah seperti huruf L terbalik. Desa-desanya seperti Lubuk Lesung,

Durian Daun, Dusun Raja, dan Air Padang berada memanjang di daerah

pesisir dan sekaligus membuat kecamatan Air Padang sebagai kecamatan

terkurung daratan. Disebabkan oleh bentuk wilayahnya, Lais memiliki

topografi yang sangat beragam. Kawasan pesisir umumnya rendah dan

datar dengan beberapa muara sungai yang agak besar. Sementara

kawasan pedalaman umumnya berbukit-bukit dan terdiri dari lereng-

lereng. Kontras wilayah ini tercermin dari rerata ketinggian medan yang

berkisar 0-500 m.dpl. Iklim wilayah ini adalah iklim tropis basah, dengan

curah hujan dan kelembaban yang tinggi sepanjang tahun. Curah hujan

tahunan ditaksir mencapai 1.000-2.000 mm, yang curah hujan bulanan

terbilang merata dan tidak terlalu kentara antara bulan basah dan bulan

kering. Kecamatan ini memiliki batas-batas administratif sebagai berikut:

1) Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Air Padang dan Arga

Makmur, Bengkulu Utara

2) Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Air Besi, Bengkulu Utara

3) Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Samudera Hindia

44
45

4) Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Air Padang dan Batik

Nau, Bengkulu Utara

b. Gambaran Demografis

Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara memiliki jumlah

penduduk sebanyak 13.599 jiwa. Lima desa dengan penduduk terbanyak

di kecamatan ini (berurutan dari terbesar ke selanjutnya) adalah Talang

Rasau (2.116 jiwa), Taba Baru (2.087 jiwa), Pal 30 (1.958 jiwa), Lubuk

Gedang (1.775 jiwa), dan Jago Bayo (1.497 jiwa). Dengan penduduk

masing-masing 325 jiwa, 325 jiwa, dan 345 jiwa, Suka Langu, Datar

Lebar, dan Air Padang adalah desa-desa dengan penduduk paling sedikit.

Angka seks rasio kecamatan ini adalah 102, yang artinya per 100

penduduk perempuan, terdapat 102 penduduk laki-laki. Namun, ada

empat desa/kelurahan, Air Padang, Durian Daun, Pasar Lais, dan Pal 30,

yang jumlah penduduk perempuannya lebih banyak dari penduduk laki-

laki. Angka seks rasio Air Padang 94,9, Durian Daun 99,4, Pasar Lais

94,1, dan Pal 30 98,6.

2. Jalannya penelitian

Penelitian ini diawali dengan pengurusan surat penelitian dari intitusi

pendidikan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu, selanjutnya dilakukan

pengurusan surat penelitian ke Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik

(KESBANGPOL) Kabupaten Bengkulu Selatan, setelah pengurusan surat di

Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) selanjutnya


46

dilakukan pengurusan surat ke Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara

setelah mendapat izin penelitian barulah penelitian dilakukan.

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kecamatan Lais Kabupaten

Bengkulu Utara, yang dilakukan pada tanggal 25 juli 2022 s/d 31 agustus

2022. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Lais Kabupaten

Bengkulu Utara.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian survei analitik dengan menggunakan desain cross-sectional.

sampel dalam peneltian ini sebanyak 57 orang diambil menggunakan teknik

simple random sampling.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan data primer yang diperoleh dengan cara membagikan

kuesioner kepada wanita yang tercatat menikah di KUA di Kecamatan Lais

pada bulan januari 2021 sampai juni 2022. Tahap selanjutnya data yang

telah di dapat dari responden sebanyak 61 responden selanjutnya, diolah dan

dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat

menggunakan analisis Chi-Square, dan untuk mengetahui keeratan

hubungan digunakan uji statistik Contingency Coefficient (C).

3. Analisis Univariat.

Analilis univariat pada penelitian ini untuk melihat distribusi

frekuensi variabel penelitian yaituvariabel independen faktor risiko

(Pendidikan Ayah, Status Ekonomi dan Sosial Budaya) atau variabel independen
47

dengan efek atau variabel dependent (Pernikahan dini), analisis univariat ini

dapat dilihat pada tabel berikut:

a. Pernihakan dini di Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Tabel 3
Distribusi frekuensi pernihakan dini di Kecamatan Lais
Kabupaten Bengkulu Utara

Pernikahan Dini Frekuensi Persentase


(f) (%)
Menikah pada usia <20 tahun 23 37.7
Menikah pada usia > 20 tahun 38 62.3
Total 61 100.0

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari 61 responden terdapat 23

responden yang menikah pada usia <20 tahun dan 38 responden yang

menikah pada usia > 20 tahun.

b. Pendidikan ayah responden yang melakukan pernihakan dini di

Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah Responden yang
Melakukan Pernihakan Dini di Kecamatan Lais
Kabupaten Bengkulu Utara

Pendidikan Frekuensi Persentase


(f) (%)
Dasar 19 31.1
Menengah 27 44.3
Tinggi 15 24.6
Total 61 100.0

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa dari 61 responden terdapat

19 Ayah responden yang mempunyai pendidikan dasar 27 Ayah

responden mempunyai pendidikan menengah dan 15 Ayah responden

yang mempunyai pendidikan tinggi.


48

c. Status Ekonomi Ayah Responden yang Melakukan Pernihakan Dini di

Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Status Ekonomi Ayah Responden yang
Melakukan Pernihakan Dini di Kecamatan Lais
Kabupaten Bengkulu Utara

Status Ekonomi Ayah Frekuensi Persentase


(f) (%)
Rendah 25 41.0
Menengah 20 32.8
Tinggi 16 26.2
Total 61 100.0

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa dari 61 responden terdapat

25 ayah responden yang mempunyai status ekonomi rendah, 20 ayah

responden mempunyai status ekonomi menengah dan 16 Status ekonomi

tinggi.

d. Sosial budaya ayah remaja yang melakukan pernihakan dini di Kecamatan Lais

Kabupaten Bengkulu Utara

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Sosial Budaya Ayah Remaja Yang
Melakukan Pernihakan Dini di Kecamatan Lais
Kabupaten Bengkulu Utara

Sosial Budaya Frekuensi Persentase


(f) (%)
Kurang baik 27 44.3
Baik 34 55.7
Total 61 100.0

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa dari 61 responden terdapat

27 responden yang mempunyai sosial budaya yang kurang baik terhadap

pernihakan dini dan 34 respoden mempunyai sosial budaya yang baik

terhadap pernihakan dini.

4. Analisis Bivariat
49

Analisis bivariat pada penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor

(Pendidikan Ayah, Status ekonomi dan sosial budaya) yang berhubungan

dengan pernikahan dini, yang dapat dilihat pada tabel berikut:

a. Hubungan Pendidikan Ayah dengan Pernikahan Usia Dini di

Kecamatan LaisKabupaten Bengkulu Utara

Tabel 7
Hubungan Pendidikan Ayah Dengan Pernikahan Usia Dini
di Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Variabel Pernikahan Usia Dini


Menikah Menikah Total x2 p
Pendidikan usia <20 usia > 20 Value C
Ayah tahun tahun
f % f % f %
Dasar 12 63.2 7 36.8 19 100
Menengah 9 33.3 18 66.7 27 100
Tinggi 2 13.3 13 86.7 15 100 9.253 0.010 0,363
Total 23 37.7 38 62.3 61 100

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa dari 19 responden yang

Ayahnya mempunyai pendidikan dasar terdapat 12 responden melakukan

menikah pada usia < 20 tahun dan 7 responden menikah pada usia > 20

tahun, dari 27 responden yang Ayahnya mempunyai pendidikan menengah

terdapat 9 responden melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 18

responden menikah pada usia > 20 tahun, sedangkan dari 15 responden

yang Ayahnya mempunyai pendidikan tinggi terdapat 2 responden

melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 13 responden menikah pada

usia > 20 tahun

Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa nilai x2=9.253 dan

p=0,010 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 artinya ada hubungan pendidikan

ayah dengan pernikahan usia dini di Kecamatan LaisKabupaten Bengkulu


50

Utara. Hasil analisis keeratan hubungan pendidikan ayah dengan

pernikahan usia dini di Kecamatan LaisKabupaten Bengkulu Utara

diketahui bahwa nilai uji Contingency Coefficient (C) sebesar 0, 363 karena

nilai tersebut jauh dari nilai Cmax=0,707 maka hubungan tersebut

dikategorikan lemah.

b. Hubungan status ekonomi ayah dengan pernikahan usia dini di

Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Tabel 8
Hubungan Status Ekonomi Ayah dengan Pernikahan Usia Dini
di Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Variabel Pernikahan Usia


Dini Total x2 p
Status Menikah Menikah Value C
ekonomi usia <20 usia > 20
ayah tahun tahun
f % f % f %
Rendah 16 64.0 9 36.0 25 100
Menengah 6 30.0 14 70.0 20 100
Tinggi 1 6.2 15 93.8 16 100 14.605 0,001 0,440
Total 23 37.7 38 62.3 61 100

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa dari 25 responden yang

Ayahnya mempunyai status ekonomi rendah terdapat 16 responden

melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 9 responden menikah pada

usia > 20 tahun, dari 20 responden yang Ayahnya mempunyai status

ekonomi sedang terdapat 6 responden melakukan menikah pada usia < 20

tahun dan 14 responden menikah pada usia > 20 tahun, sedangkan dari 16

responden yang Ayahnya mempunyai status ekonomi, terdapat 1 responden

melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 15 responden menikah pada

usia > 20 tahun


51

Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa nilai x2=14.605 dan

p=0,001 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 artinya ada hubungan status

ekonomi ayah dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Lais Kabupaten

Bengkulu Utara. Hasil analisis keeratan hubungan status ekonomi ayah

dengan pernikahan usia dini di Kecamatan LaisKabupaten Bengkulu Utara

diketahui bahwa nilai uji Contingency Coefficient (C) sebesar 0,440 karena

nilai tersebut tidak terlalu jauh dari nilai Cmax=0,707 maka hubungan

tersebut dikategorikan sedang.

c. Hubungan Sosial Budaya dengan Pernikahan Usia Dini di Kecamatan

Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Tabel 9
Hubungan Sosial Budaya Ayahdengan Pernikahan Usia Dini
di Kecamatan LaisKabupaten Bengkulu Utara

Variabel Resiko Kehamilan


4T Total x2 p
Bukan Value C
Sosial Beresiko resiko
Budaya f % f % f %
Kurang baik 21 77.8 6 22.2 27 100
Baik 2 5.9 32 94.1 34 100 30.128 0,000 0,593
Total 23 37.7 38 62.3 61 100

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa dari 27 responden yang

mempunyai sosial budaya kurang baik terdapat 21 responden melakukan

menikah pada usia < 20 tahun dan 6 responden menikah pada usia > 20

tahun, Sedangkan dari 34 responden yang mempunyai sosial budaya baik

terdapat 2 responden melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 32

responden menikah pada usia > 20 tahun.


52

Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa nilai x2=30.128 dan

p=0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 artinya ada hubungan sosial

budaya dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Lais Kabupaten

Bengkulu Utara. Hasil analisis keeratan hubungan sosial budaya dengan

pernikahan usia dini di Kecamatan LaisKabupaten Bengkulu Utara

diketahui bahwa nilai uji Contingency Coefficient (C) sebesar 0,593 karena

nilai tersebut dekat dari nilai Cmax=0,707 maka hubungan tersebut

dikategorikan kuat.

B. Pembahasan

1. Gambaran Pernihakan dini di Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 61 responden terdapat

23 responden yang menikah pada usia <20 tahun , hal ini dapat terjadi karena

adaya faktor dari keluarga, sosial budaya, mauapun adanya pergaulan

dengan lingkungan teman sebaya, maupun faktor lingkungan. Selain itu

hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 61 responden dan 38 responden

yang menikah pada usia > 20 tahun. Hal ini dapat terjadi karena adanya

wawasan responden tentang dampak buruknya pernikahan dini dan adanya

faktor pendidikan.

Masih banyaknya ibu yang melakukan pernikahan dini dapat beresiko

terhadap kehamilan yang beresiko dimana kehamilan yang kurang dari 20

tahun meningkatkan angka kesakitan maupun kematian ibu, karena belum

matangnya organ reproduksi.


53

Menurut Khadijah (2018), kematian maternal yang tinggi juga

disebabkan oleh tingginya angka kehamilan yang tidak diharapkan. Lebih

kurang 65% kehamilan masih terjadi karena kehamilan dengan usia terlalu

muda (kurang dari 20 tahun).

Menurut Kumalasari (2017), perkawinan usia dini memiliki dampak

yang terjadi karena pernikahan dini yaitu alat reproduksi belum siap

menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi,

kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri, resiko

anemia, meningkatnya angka kejadian depresi, perceraian, beresiko pada

kematian usia dini serta meningkatkan angka kematian ibu (AKI), resiko

meningkat lebih dari 10 kali bila jumlah mitra seks enam lebih atau bila

berhubungan seks pertama dibawah usia 15 tahun semakin muda perempuan

memiliki anak pertama, semakin rentan terkena kanker serviks.

2. Gambaran Pendidikan ayah responden yang melakukan pernihakan

dini di Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 61

responden terdapat 19 Ayah responden yang mempunyai pendidikan dasar

27 Ayah responden mempunyai pendidikan menengah dan 15 Ayah

responden yang mempunyai pendidikan tinggi. Kondisi ini menunjukkan

bahwa cukup banyaknya ayah responden yang mempunyai pendidikan

menengah keadaan demikian dapat mempengaruhi pemahaman tentang

dampak pernikahan dini pada anaknya karena dengan adanya pendidikan


54

yang baik akan meningkatkan pola fikir serta memudahkan penerimaan

informasi.

Menurut Rahayu, (2017), semakin tinggi pendidikan seseorang maka

makin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cenderung mudah untuk mendapatkan informasi, baik

dari orang lain maupun media masa, semakin banyak informasi yang masuk,

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Menurut Yulianti (2019), pendidikan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi persepsi seseorang dalam menentukan pernikahan,

dengan pendidikan tinggi seseorang akan lebih mudah menerima atau

memilih suatu pilihan yang lebih baik. Tingkat pendidikan menggambarkan

tingkat kematangan kepribadian seseorang dalam merespon suatu hal yang

dapat mempengaruhi wawasan berpikir atau merespon pengetahuan yang

ada di sekitarnya. Pendidikan remaja dan ayah juga menentukan sebuah

aspek yang penting dalam mendidik anak untuk berkembang dan berfikir

secara mandiri. Sehingga tinggi rendahnya tingkat pendidikan remaja dan

ayah akan mempengaruhi kualitas pendidikan yang akan diwariskan oleh

anakanya. Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orangtua,

anak dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan

anaknya yang masih dibawah umur.

3. Gambaran status ekonomi ayah remaja yang melakukan pernihakan

dini di Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara


55

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa dari 61 responden

terdapat 25 ayah responden yang mempunyai status ekonomi rendah, 20

ayah responden mempunyai status ekonomi menengah dan 16 Status

ekonomi tinggi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa responden paling

banyak ayah responden mempunyai status ekonomi rendah, hal inin terjadi

karena rata-rata pekerjan ayah responden menjadi petani baik sawah maupun

pekebunan karet, yang mana penghasilan tersebut tergantung pada hasil

panen. Selain itu dengan rendahnya status ekonomi ini dapat menjadikan

salah satu faktor yang menyebabkan pernikahan dini.

Menurut Indanah, (2020), keluarga dengan sosial ekonomi yang

rendah, kurang bisa menjamin kelanjutan pendidikan anak. Kondisi tersebut

membuat seorang anak yang telah menamatkan pendidikan dasar tidak

melanjutkan kejenjang pendidikan tinggi. Anak hanya tinggal dirumah, tidak

produktif dan dianggap menambah beban ekonomi keluarga. Salah satu

pertimbangan untuk mengurangi beban ekonomi keluarga adalah dengan

menikahkan anak secara dini. Dengan menikah tersebut anak dianggap

menjadi salah satu solusi meringankan beban ayah

4. Sosial budaya ayah remaja yang melakukan pernihakan dini di Kecamatan

Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 61 responden

terdapat 27 responden yang mempunyai sosial budaya yang kurang baik

terhadap pernihakan dini dan 34 respoden mempunyai sosial budaya yang

baik terhadap pernihakan dini. Berdasarkan hasil pengumpulan data


56

kuesioner penelitian diketahui bahwa sosial budaya yang menunjukkan

kurang baiknya terhadap penikahan dini terlihat dari jawaban responden,

pernikahan usia dini merupakan tradisi yang turun temurun pada masyarakat

kami, kebudayaan kami terdapat kebiasaan dan aturan bahwa dalam

keluarga anak perempuan sebaiknya menikah pada usia < 20 tahun, karena

sebagian masyarakat akan menganggap bahwa perempuan tersebut akan

menjadi perawan tua dan kebudayaan kami terdapat kebiasaan dan aturan

bahwa anak perempuan harus menikah secepat mungkin untuk cepat

mendapatkan keturunan

Menurut Kartika, (2018), budaya berpengaruh terhadap perilaku

kesehatan, sehingga dapat memberikan dampak baik, namun tidak sedikit

pula yang memberikan dampak kurang baik. Masalah kematian maupun

kesakitan dan pernikahan tidak terlepas dari faktor sosial budaya dan

lingkungan di dalam masyarakat. Disadari atau tidak, faktor kebudayaan,

kepercayaan membawa dampak positif maupun negatif terhadap kesehatan.

5. Hubungan Pendidikan Ayah dengan Pernikahan Usia Dini di

Kecamatan LaisKabupaten Bengkulu Utara

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 responden

yang Ayahnya mempunyai pendidikan dasar terdapat 12 responden

melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 7 responden menikah pada

usia > 20 tahun, hal ini terjadi karena danaua faktor lain seperti pendidikan

remaja, pengetahuan yang baik maupu adanya pengaruh dari fakor sosial

budaya yang berlaku pada keluaga.


57

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 27 responden yang

Ayahnya mempunyai pendidikan menengah terdapat 18 responden menikah

pada usia > 20 tahun dan 9 responden melakukan menikah pada usia < 20

tahun, hal ini terjadi karena adanya faktor lain seperti ekonomi keluarga,

pergaulan lingkungan remaja dan pengaruh kehamilan di luar nikah.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 15 responden yang

Ayahnya mempunyai pendidikan tinggi terdapat 13 responden menikah pada

usia > 20 tahun dan 2 responden melakukan menikah pada usia < 20 tahun,

hal ini terjadi karena adanya faktor pengaruh lingkungan pergaulan teman

sebaya.

Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan

pendidikan ayah dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Lais Kabupaten

Bengkulu Utara, hubungan tersebut dikategorikan lemah (C=0,363). Hal ini

dapat terjadi karena masih adanya responden yang ayahnya mempunyai

pendidikan dasar yang tidak melakukan pernikahan dini hal ini terjadi

karena adanya faktor lain yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini

seperti faktor lingkungan, pergaulan bebas dan faktor pengetahuan remaja

itu sendiri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Junaidi (2018), yang

menyatakan bahwa pendidikan orang tua merupakan sebuah aspek yang

penting untuk mendidik anak untuk meningkatkan fungsi kognitif, men-

cerdaskan dan membentuk karakter anak. Sehingga tinggi rendahnya

tingkat pendidikan orang tua akan mempengaruhi kualitas pendidikan yang


58

akan diwariskan oleh anaknya. Tingkat pendidikan yang rendah orang tua

akan mendorong keputusan untuk segera menikahkan anak-anak mereka

meskipun masih di bawah umur. Ini terkait dengan rendahnya pemahaman

dan kurang pengetahuan orang tua tentang dampak negatif dari pernikahan

dini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Febriawati

(2020), dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan

usia dini di Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten Seluma,

menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara pendidikan, dengan

pernikahan usia dini di Kecamatan Semidang Alas Maras Kabupaten

Seluma.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tifana

(2018), dengan judul hubungan karakteristik sosio-demografi orang tua dengan

kejadian pernikahan usia dini pada wus Kecamatan Tembalang Kota Semarang,

menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna tingkat pendidikan orang tua

dengan kejadian pernikahan usia dini pada WUS di Kelurahan Sendangguwo dan

Meteseh, Kecamatan Tembalang

Berdasarakan hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas dapat

dijelaskan bahwa pendidikan ayah mempunyai pengaruh terhadap

kehamilan terjadinya pernikahan dini, keadaan terjadi karena pendidikan

seseorang akan berpengaruh pada pengetahuan dan pola pikir ibu sehingga

ibu memiliki daya serap terhadap informasi yang cukup tinggi, sebaliknya,

pendidikan yang rendah ataupun kurang dapat menghambat perkembangan

sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga


59

berpengaruh terhadap kurangnya pengetahuan tehadap resiko bagi kesehatan

akibat pernikahan dini.

6. Hubungan status ekonomi ayah dengan pernikahan usia dini di

Kecamatan Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 25

responden yang Ayahnya mempunyai status ekonomi rendah terdapat 16

responden melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 9 responden

menikah pada usia > 20 tahun, dari 20 responden yang Ayahnya

mempunyai status ekonomi sedang terdapat 6 responden melakukan

menikah pada usia < 20 tahun dan 14 responden menikah pada usia > 20

tahun, sedangkan dari 16 responden yang Ayahnya mempunyai status

ekonomi, terdapat 1 responden melakukan menikah pada usia < 20 tahun

dan 15 responden menikah pada usia > 20 tahun

Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan status

ekonomi ayah dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Lais Kabupaten

Bengkulu Utara, hubungan tersebut dikategorikan sedang (C=0,440).

Terdapatnya hubungan sedang dalam penelitian ini terjadi karena adanya

faktor lain dimana adanya pengaruh sosial budaya, pengaruh pergaulan

bebas maupun faktor lingkungan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapt Yunita (2018), yang

menyatakn bahwa kehidupan seseorang sangat ditunjang oleh kemampuan ekonomi

keluarga, sebuah keluarga yang berada digaris kemiskinan akan mengambil

keputusan bahwa untuk meringgangkan beban orang tua maka anak wanita

dikawinkan dengan orang-orang yang dianggap mampu. Desyanti, (2019), juga


60

menyebutkan bahwa pekerjaan dapat mengukur status sosial, ekonomi serta

masalah kesehatan dan kondisi tempat seseorang bekerja. Pekerjaan seseorang

dapat mencerminkan pendapatan, status sosial, pendidikan dan masalah kesehatan

bagi orang itu sendiri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Indanah (2020), dengan

judul faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini, menunjukkan bahwa

faktor sosial ekonomi keluarga merupakan faktor yang paling dominan

berhubungan dengan pernikahan dini dengan Odd Ratio 2,784. Orangtua

dengan sosial ekonomi rendah memberikan peluang 2,784 kali terjadinya

pernikahan dini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurhikmah (2020),

dengan judul faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini berdasarkan

hasil penelitian didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara

pendapatan keluarga responden dengan pernikahan usia dini. Nilai OR=

6,920, maka remaja dengan pendapatan keluarga rendah berisiko 6,920 kali

melakukan pernikahan usia dini dibandingkan remaja dengan pendapatan

keluarga tinggi.

7. Hubungan Sosial Budaya dengan Pernikahan Usia Dini di Kecamatan

Lais Kabupaten Bengkulu Utara

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 27

responden yang mempunyai sosial budaya kurang baik terdapat 21

responden melakukan menikah pada usia < 20 tahun dan 6 responden

menikah pada usia > 20 tahun. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa

responden dengan sosial budaya yang kurang baik akan lebih beresiko
61

menikah pada usia < 20, dibandingkan dengan yang menikah pada usia > 20

tahun. Keadaan ini terjadi karena adanya pengaruh sosial kebudayaan yang

turun menurun yang salah terhadap pernikahan akan menciptakan

pandangan dan keyakinan yang salah terhadap pernikahan pada usia yang

sehat. Walaupun demikian masih ada responden dengan sosial budaya yang

kurang menikah pada usia < 20 hal ini terjadi karena adanya faktor lain

seperti pengetahuan responden yang baik, pendidikan responden, tidak

terpengaruhnya dengan lingkungan pergaulan yang bebas.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dari 34 responden yang

mempunyai sosial budaya baik terdapat 2 responden melakukan menikah

pada usia < 20 tahun dan 32 responden menikah pada usia > 20 tahun. Hal

ini mencermikan bahwa budaya yang baik terhadap pernikahan akan dapat

menentukan pernikahan pada usia yang tepat (usia > 20 tahun), walupun

demikian masih adanya responden yang mempunyai sosial budaya baik

namun masih menikah pada usia < 20 tahun hal ini terjadi karena adanya

faktor lain sebagai pendukung hal tersebut, seperti adanya tuntutan dari

orang tua, tidak melanjutkan sekolah, maupun adanya faktor lingkungan dan

kehamilan yang tidak diinginkan sebelum menikah.

Menurut Maharni, (2018), budaya termasuk salah satu faktor

determinan yang berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat, karena

dapat menjadi faktor pendukung sekaligus penghambat bagi kesehatan

masyarakat. Budaya berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, sehingga


62

dapat memberikan dampak baik, namun tidak sedikit pula yang memberikan

dampak kurang baik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ada hubungan sosial

budaya dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Lais Kabupaten

Bengkulu Utara, hubungan tersebut dikategorikan kuat (C=0,593).

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Marwan (2018),

Pernikahan usia dini merupakan gejala sosial masyarakat yang dipengaruhi

oleh kebudayaan yang mereka anut yaitu hasil olah pikir masyarakat

setempat, yang sifatnya dapat mengakar kuat pada kepercayaan pada

masyarakat. Menurut hadi supeno, ada tiga faktor pernikahan usia dini yaitu

tradisi yang turun temurun yang menganggap bahwa pernikahan usia dini

merupakan suatu hal yang wajar. Dalam masyrakat indonesia, bila ada anak

gadisnya yang tidak segera menikah, orang tua merasa malu karena anak

gadisnya belum menikah dan takut menjadi perawan tua.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyowati (2019),

dengan judul hubungan dukungan budaya tentang pernikahan dini dengan

pengambilan keputusan melakukan pernikahan dini pada perempuan di Desa

Silo Kabupaten Jember menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan

budaya tentang pernikahan dini dengan pengambilan keputusan melakukan

pernikahan dini pada perempuan di Desa Silo Kabupaten Jember.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurhikmah (2020),

dengan judul faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini berdasarkan

hasil penelitian, didapatkan hasil ada hubungan yang bermakna antara


63

budaya pernikahan dini dengan pernikahan usia dini. Nilai OR= 54,857,

maka remaja dengan positif budaya pernikahan dini berisiko 54,857 kali

melakukan pernikahan usia dini dibandingkan dengan remaja yang negatif

budaya pernikahan dini.

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori yang dikemukakan

dapat disimpulkan bahwa pendidikan ayah, status ekonomi ayah dan sosial

budaya keluarga tentang pernikahan dini akan memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap terjadinya pernikahan dini. Maka dari itu mengingat

besarnya pengaruh pendidikan ayah, status ekonomi ayah dan sosial budaya

terhadap pernikahan dini maka diharapkan kepada pihak KUA amupun

puskesmas dapat lebih mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya

remaja tentang pentingnya menentukan usia kehamilan yang tepat agar tidak

menimbulkan beresiko pada remaja yang melakukan pernikahan dini.

Anda mungkin juga menyukai