Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian (Memahami)
Secara harfiah, “Al-Quran” berarti bacaan yang sempurna.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa kosakata memiliki jumlah sinonim
dan antonim yang seimbang. Di antaranya, kata di luar diulang 115
kali lebih sering daripada kata dunya; Kata hidup diimbangi dengan kata mawt yang
disebutkan sebanyak 145 kali.
Diungkapkan dengan kata-kata, Al-Qur'an adalah Firman Allah yang indah yang
diturunkan kepada para Nabi dan Rasul berikutnya oleh Malaikat Jibril, ditulis dalam
berbagai Mushafa, diberikan kepada
kita para Mutawatir, membangkitkan rasa hormat kepada para pembaca dan dimulai deng
an Sura Al- Fatihah dan diakhiri dengan huruf al-Nas (al-Shabuni, 2003: 8).
Fungsinya adalah hudan li al-muttaqin (penuntun bagi orang-orang saleh). Al-
Qur'an memuat pedoman dan ketentuan yang berimplikasi pada tercapainya kebaikan dan
kemaslahatan umat manusia.
Pedoman dan ketentuan yang terkandung dalam Al-Qur'an berupa pernyataan-
pernyataan yang samar-samar dan multitafsir, serta merupakan pernyataan-pernyataan ya
ng jelas dan monotafisis.
Dua bentuk istilah dalam terminologi “Ulum al-Qur'an” yaitu
dengan ayat muhkamat (cerah dan monotafsir)
dan ayat mutasyabihat (kabur dan multitafsir).

2. Karakteristik (Ciri-ciri ayat-ayat Al-Qur'an)
a.ayat dari Muhkamat
Kata muhkam dalam bentuk tunggal muhkamat secara etimologis berasal dari akar
kata hakama-hukum, yang berarti menetapkan, memutuskan, atau memisahkan
Menurut Manna' Al-Qaththan, secara terminologis, muhkam adalah ayat
yang maknanya mudah dilihat, mengandung makna, dan dapat dilihat secara langsung
tanpa perlu penjelasan lebih lanjut (Al-Qaththan, 1995:207).
Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang memiliki makna kuat, jelas dan mono-tafsirik

b. Ayat-ayat Mutasabihat
Secara harfiah, mutasyabih, bentuk tunggal dari mutasyabihat, berasal dari
kata syabahah, artinya serupa
Menurut Zarkase, ayat Mutasayabih adalah ayat yang memiliki teks yang sama secara
lahiriah tetapi memiliki makna yang berbeda
Menurut Mutakalimin, ayat Mutasyabih adalah ayat yang tidak
bisa diartikan secara harafiah dan
harus diterjemahkan untuk memahami makna sebenarnya.
Al-Zamakhsyari mendefinisikan kriteria ayat-ayat yang tergolong muhkamat, yaitu ayat-
ayat yang erat kaitannya dengan realitas (kenyataan); sedangkan mutasyabihat adalah
ayat-ayat yang memerlukan penelitian (tahqiqat).
definisi
Menurut bahasa, kata tafsir berasal dari kata tafsir-tafsir yang berarti
menjelaskan. Arti tafsir menurut bahasa juga berarti al-idhah (penjelasan), al-
bayan (penjelasan) dan al-kasif (wahyu).
Syekh al-Jazairi, Tafsir sebenarnya menjelaskan sebuah kata yang sulit dipahami oleh
pembaca dengan menghadirkan kata tersebut sebagai sinonim atau makna
yang dekat dengannya, atau dengan menghadirkan salah satu
makna semantik (dilala) dari kata tersebut.

3. Komponen untuk mendukung interpretasi (Tafsir)
Standar Kompetensi Tafsir Al-Qur'an meliputi pengetahuan bahasa Arab,
sejarah, kajian Hadits, dll, khususnya kajian Al-Qur'an. Bagian keilmuan Al-Qur'an yang
sangat penting bagi penafsiran Al-Qur'an antara lain Asbab al-Nuzul
Selain Asbab al-Nuzul, pemahaman Makiyah dan Madaniyah juga harus dikuasai dalam
memahami Al-Qur'an dan ilmu Qira'at.
Al-Syathib menegaskan bahwa seseorang tidak boleh memahami Al-Qur'an hanya dari
sisi teks saja tanpa memperhatikan
konteks turunnya ayat tersebut.Namun, perlu dicatat bahwa
tidak semua ayat Alquran menceritakan kisah Asbab al-Nuzul
Manfaat Menguasai Ayat Makiyah dan Madaniyah
a) Dapat membantu menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan lebih mudah,
b) Karena adanya perbedaan gaya
bahasa dalam ayat Makiyah dan Madaniyah, maka akan memberikan kontribusi dalam pe
mahaman ayat-ayat Al-Qur'an dan menonjolkan karakteristik masyarakat yang berbeda.
c. Dengan memahami Makiyah dan Madaniyah, maka akan lebih
mudah memahami aspek-aspek riwayat hidup Nabi Muhammad SAW
Ilmu Qiraat adalah salah satu cabang ajaran Al-Qur'an (uluum al-
Qur'an) yang mempelajari model dan teknik membaca Al-
Qur'an yang berbeda dan implikasi makna yang berbeda

4. Contoh (Penafsiran)  interpretasi


Misalnya dalam Surat Al-Baqarah: 222.

Artinya:
"Dan jangan mendekati mereka sampai mereka bersih."
Imam Qiraat berbeda pendapat tentang cara membaca ‫يتهرن‬ dalam ayat ini

5. Takwil
1. Memahami
Tergantung bahasanya, berasal dari kata awwala-yuawwilu-ta'wil artinya al-
ruju' atau al-'aud artinya kembali
Dari segi terminologi, al-Jurjani dalam kitabnya al Ta'rifat memberikan definisi takwil
sebagai berikut:
Membalikkan lafal dari makna tersurat ke makna tersiratnya, sepanjang makna yang
dimaksud dianggap sesuai dengan al-Qur'an dan al-Sunnah (Al-Jurjani, 2004: 46).
Berdasarkan definisi di atas, takwil berarti menemukan makna yang
tidak terdapat dalam Lafaz Zahir Al-Qur'an.

2. Peraturan takwil
Takwil berbeda dengan tafsir, meskipun sama-
sama menjelaskan makna suatu pernyataan Al-Qur'an.
Tafsir praktis memperjelas makna tersurat dari teks dan berkaitan dengan
pemahaman bahasa, sedangkan takwil mengungkap
makna dinamis yang tersembunyi dan berkaitan dengan konteks yang berbeda.
Takwil dalam fungsi penafsirannya, yang dapat
memudahkan asimilasi dan pengamalan ajaran Al-Qur'an sesuai
dengan peristiwa masa kini dan masa yang akan datang.
Takwil biasanya dilakukan pada ayat-ayat Mutasyabihat.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa semua
ayat Mutasyabihat dapat ditafsirkan secara keseluruhan, tetapi yang lain berpendapat
bahwa hanya sebagian saja
yang dapat ditafsirkan, dan bahkan jika itu sesuai dengan persyaratan takwil, termasuk se
mua yang berhak dilakukan Jadi.

3. Contoh takwil
Contoh-contoh Takkwil yang dibuat oleh ahli ayat-ayat Al Quran. Sura pertama al-Fil
(QS. 105:3) sebagai berikut:

Artinya:
“Dan dia mengirim mereka kawanan burung.”
Muhammad 'Abduh dalam penafsirannya tentang Juz Amma memasukkan kata “‫ ۡرا‬ ‫”ط‬ di
atas yang berarti burung dari kata thara-yathiru (terbang) dengan sejenis virus atau
bakteri terbang. Hal ini benar karena tidak menyimpang dari makna dasar kata tersebut.
Takwil yang hanya mengandalkan akal
tanpa memperhatikan aspek kebahasaan, dilarang oleh undang-undang karena membiarka
n niat yang diprakarsai melampaui makna hakikinya.

4. Terjemahan 

1. Memahami
Penerjemahan bukanlah suatu metode untuk memahami Al-Qur'an seperti tafsir dan
takwil, ia hanyalah suatu bentuk penerjemahan.
Al-Shabuni mendefinisikan terjemahan Al-
Qur'an sebagai menerjemahkan dari bahasa Al-Qur'an ke bahasa selain bahasa
Arab dan kemudian
mencetak terjemahan itu dalam berbagai aksara untuk dibaca oleh orang yang tidak
mengerti bahasa Arab.

2. Jenis-jenis terjemahan
Terjemahan terbagi menjadi dua bagian, yaitu terjemahan Harfiyyah dan terjemahan Tafs
iriyyah.
a. Terjemahan Harfiyyah atau sering disebut terjemahan Lafziyyah, di mana lafal dari
satu bahasa dipetakan ke lafal yang mirip dari bahasa
lain agar tata letak dan urutan bahasa kedua sesuai
dengan tata letak dan urutan bahasa pertama.
b. Tafsiriyyah terjemahan atau terjemahan ma'nawiyyah yang menjelaskan arti suatu per
nyataan dalam bahasa lain tanpa terikat pada susunan kata bahasa aslinya atau
memperhatikan struktur kalimat.
c.  Latar belakang budaya yang berbeda di setiap negara menghasilkan karakteristik
bahasa yang berbeda.

3. Contoh terjemahan
Di bawah ini adalah contoh terjemahan surat Al-Isra ayat 29
yang berbunyi sebagai berikut:
Sangat tidak mudah untuk meluangkan waktu dan melindungi diri Anda dari lebih dari sa
ٗ ُ‫َمل‬
tu tahun ‫ َّم ۡحسُورًا‬ ‫وما‬
Artinya:
"Dan jangan mengikat tanganmu di lehermu”
dan merentangkannya (juga) terlalu banyak (dengan sangat murah hati), maka kamu akan 
tercela dan penuh penyesalan."
Di atas adalah terjemahan Harfiyyah yang mempertahankan tata letak dan
struktur dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Diterjemahkan secara tafsir, ayat ini berarti: “Jangan pelit dan boros
dalam mengurus kekayaan.”

Anda mungkin juga menyukai