Anda di halaman 1dari 11

Lex Crimen Vol. VIII/No.

8/Ags/2019

EKSEPSI ATAS KEWENANGAN MENGADILI Kata kunci: eksepsi; perkara pidana;


PERKARA PIDANA MENURUT KITAB UNDANG-
UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)1 PENDAHULUAN
Oleh: Jefier Raifaldy2 A. Latar Belakang Masalah
Eksepsi adalah tangkisan atas dakwaan
ABSTRAK jaksa penuntut umum oleh terdakwa atau
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk penasehat hukum karena dakwaan dinilai
mengetahui bagaimanakah bentuk dan salah dalam hal prosedur, dan bukan
prosedur diajukannya eksepsi dalam suatu menyangkut materi dakwaan.3 Berdasarkan
Perkara Pidana menurut KUHAP dan Pasal 156 ayat (1) Kitab Undang-undang
bagaimanakah faktor yang dapat Hukum Acara Pidana (KUHAP), pengajuan
menyebabkan gugurnya kewenangan keberatan adalah hak dari terdakwa dengan
mengadili Perkara Pidana, di mana dengan memperhatikan bahwa eksepsi harus diajukan
berdasarkan metode penelitian hukumn pada sidang pertama, yaitu setelah Jaksa
normatif disimpulkan: 1. Eksepsi merupakan Penuntut Umum membacakan surat dakwaan.
hak dari terdakwa yang diajukan penasehat Eksepsi yang dapat diajukan di luar tenggang
hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 156 waktu tersebut adalah eksepsi mengenai
KUHAP. Eksepsi atau keberatan merupakan kewenangan mengadili sebagaimana disebut
dasar dari pembelaan yang dalam Undang- dalam Pasal 156 ayat (7) KUHAP.
undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP
menyebutkan secara tegas hal-hal yang dapat B. Rumusan Masalah
dilakukan eksepsi yakni dalam bentuk : Eksepsi 1. Bagaimanakah bentuk dan prosedur
atau keberatan tidak berwenang mengadili; diajukannya eksepsi dalam suatu
eksepsi atau keberatan dakwaan tidak dapat Perkara Pidana menurut KUHAP ?
diterima dan eksepsi atau keberatan surat 2. Bagaimanakah faktor yang dapat
dakwaan harus dibatalkan atau batal demi menyebabkan gugurnya kewenangan
hukum karena tidak memenuhi syarat materil mengadili Perkara Pidana ?
sebagaimana diatur dalam Pasal 144 ayat (2)
dan ayat (3) KUHAP. Proses pengajuan eksepsi C. Metode Penelitian
hanya boleh diajukan terhadap hal-hal yang Penelitian ini merupakan penelitian
bersifat prosedural, eksepsi tidak hukum normative.
diperkenankan menyentuh materi perkara
yang akan diperiksa dalam sidang pengadilan PEMBAHASAN
yang bersangkutan, dengan perkataan lain A. Bentuk Dan Prosedur Diajukannya
eksepsi hanya ditunjukan kepada aspek formil Eksepsi Dalam Suatu Perkara Pidana
yang berkaitan dengan penuntutan atau Menurut KUHAP
pemeriksaan perkara tersebut oleh Menurut ketentuan hukum acara pidana
pengadilan. 2. Gugurnya kewenangan masalah “eksepsi” ini diatur pada ketentuan
mengadili perkara pidana dapat disebabkan Pasal 156 ayat (1) Kitab Undang-Undang
oleh beberapa faktor, yakni apa yang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang Nomor
didakwakan Penuntut Umum dalam surat 8 Tahun 1981) yang berbunyi bahwa : Dalam
dakwaannya telah kadaluarsa (Pasal 78 KUHP), hal terdakwa atau penasehat hukum
adanya asas nebis in idem, apa yang mengajukan keberatan bahwa pengadilan
didakwakan terhadap terdakwa bukan tindak tidak berwenang mengadili perkaranya atau
pidana kejahatan atau pelanggaran. Dan apa dakwaan tidak dapat diterima atau surat
yang didakwakan kepada terdakwa tidak dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi
sesuai dengan tindak pidana yang kesempatan kepada penuntut umum untuk
dilakukannya. menyatakan pendapatnya, Hakim
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk
1Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing: Dr. Rodrigo F. Elias,
SH, MH; Boby Pinasang, SH,MH
2 Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM : 3 Jeremias Lemek. 2009. Penuntun Praktis Membuat
15071101250 Pledoi, Yogyakarta : New Merah Putih,hlm.19

154
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019

selanjutnya mengambil keputusan. 4 Pasal 84 KUHAP : “ Pengadilan Negeri


Surat dakwaan sangat penting dalam berwenang mengadili segala perkara tindak
pemeriksaan perkara pidana , sebab surat pidana yang dilakukan dalam daerah
dakwaanlah yang menjadi dasarnya, dan hukumnya.”)
menentukan batas-batas bagi pemeriksaan 2. Eksepsi atau Keberatan dakwaan tidak dapat
hakim. Kepentingan surat dakwaan bagi diterima
terdakwa yaitu, bahwa terdakwa mengetahui Terdapat beberapa alasan yang dapat
setepat-tepatnya dan seteliti-telitinya apa diajukan terdakwa atau penasehat hukumnya
yang didakwakan kepadanya sehingga terhadap eksepsi atau keberatan dakwaan
terdakwa sampai pada hal yang sekecil- tidak dapat diterima atau tuntutan Penuntut
kecilnya untuk dapat mempersiapkan Umum tidak dapat diterima, yaitu:
bantahan atau eksepsi terhadap dakwaan a. apa yang didakwakan Penuntut Umum
jaksa penuntut umum, hal ini sebagaimana dalam surat dakwaannya telah kadaluarsa.
telah diatur didalam Pasal 156 ayat (1), (Pasal 78 KUHP: (1). “Kewenangan
KUHAP.5 menuntut pidana hapus karena daluwarsa:
1. Bentuk-Bentuk Eksepsi mengenai semua pelanggaran dan
Berdasarkan ketentuan Pasal 156 ayat (1) kejahatan yang dilakukan dengan
KUHAP, ada 3 (tiga) hal dapat diajukannya percetakan sesudah satu tahun; mengenai
eksepsi atau keberatan oleh terdakwa atau kejahatan yang diancam dengan pdana
penasehat hukumnya, yaitu: denda, pidana kurungan, atau pidana
1. Eksepsi atau Keberatan tidak berwenang penjara paling lama tiga tahun,sesudah
mengadili enam tahun; mengenai kejahatan yang
Eksepsi atau Keberatan ini dapat berupa diancam dengan pidana penjara lebih dari
ketidak wenangan mengadili, baik absolut tiga tahun, sesudah dua belas tahun;
(kompetensi absolut) maupun relative mengenai kejahatan yang diancam dengan
(kompetensi relative). Mengenai Eksepsi atau pidana mati atau pidana penjara seumur
Keberatan tidak wenang mengadili, ada hidup, sesudah delapan belas tahun. (2).
macam-macam alasan, yaitu6: Bagi orang yang pada saat melakukan
a. tidak wenang, karena yang wenang ialah perbuatan umurnya belum delapan belas
Pengadilan Militer (kompetensi absolut, tahun, masing-masing tenggang daluwarsa
Pasal 10 UU No. 4 Tahun 2002 jo UU No. 31 di atas dikurangi menjadi sepertiga.”
Tahun 1997 tentang KUHPM); b. adanya asas nebis in idem. (Pasal 76 KUHP:
b. tidak wenang, karena yang wenang ialah (1). Kecuali dalam hal putusan hakim masih
majelis pengadilan Koneksitas (Pasal 89 mungkin diulangi, orang tidak dapat
KUHAP : “Tindak pidana yang dilakukan dituntut dua kali karena perbuatan yang
bersama-sama oleh mereka yang termasuk oleh hakim Indonesia terhadap dirinya telah
lingkungan Peradilan Umum dan lingkungan diadili dengan putusan yang menjadi tetap.
Peradilan Militer, diperiksa dan diadili oleh c. tidak adanya unsur pengaduan. (Pasal 74
pengadilan dalam lingkungan Peradilan KUHP: (1). Pengaduan hanya boleh diajukan
Umum kecuali jika menurut keputusan dalam waktu enam bulan sejak orang yang
Menteri Pertahanan dan Keamanan dengan berhak mengadu mengetahui adanya
persetujuan Menteri kehakiman perkara itu kejahatan, jika bertempat tinggal di
harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan Indonesia atau dalam waktu sembilan bulan
dalam lingkungan Peradilan Militer.” jika bertempat tinggal di luar Indonesia.”
c. tidak wenang, yang wenang ialah d. apa yang didakwakan terhadap terdakwa
Pengadilan Negeri lain (Kompetensi relatif, bukan tindak pidana kejahatan atau
pelanggaran.
e. apa yang didakwakan kepada terdakwa
4Hamrat Hamid dan Husein. 1997. Pembahasan tidak sesuai dengan tindak pidana yang
Permasalahan KUHAP, Sinar Grafika, hlm.171
dilakukannya.
5Ansorie Sabuan, et. ail, Hukum acara pidana, Angkasa
Bandung, 1990, Hlm 121-124.
6

155
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019

f. apa yang didakwakan kepada terdakwa hakim tidak menerima perkara yang telah
bukan merupakan tindak pidana akan tetapi diajukan oleh terdakwa atau penasehat
termasuk perselisihan perdata. hukumnya tersebut7.
3. Eksepsi atau Keberatan Surat dakwaan harus Menurut Luhut M.P Pangaribuan
dibatalkan pengertian Eksepsi (keberatan) sebagai suatu
Eksepsi atau keberatan ini apabila surat tangkisan untuk menjawab surat dakwaan
dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum tersebut berhubungan dengan tiga hal sebagai
tidak memenuhi syarat materiil sebagaimana berikut 8:
ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP a. Pengadilan tidak berwenang untuk
yang berbunyi: “Penuntut Umum membuat mengadili suatu perkara,
surat dakwaan yang diberi tanggal dan b. Dakwaan tidak dapat diterima,
ditandatangani serta berisi: uraian secara c. Surat dakwaan harus dibatalkan.
cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak Berbeda dengan pendapat yang
pidana yang didakwakan dengan menyebutkan dikemukakan oleh H.A.K. Mochamad Anwar,
waktu dan tempat tindak pidana itu Chalimah Suyanto, Soeprijadi yang
dilakukan.” menyatakan, “Bahwa eksepsi ini diajukan oleh
terdakwa atau pembelaan pada umumnya
2. Prosedur Pengajuan dan Pemeriksaan hanya untuk menghambat jalannya sidang,
Eksepsi sebab sebelumnya hakim ketua maupun jaksa
Berdasar pada sistem peradilan pidana, penuntut umum sudah mempelajari dan
Eksepsi dapat diajukan setelah jaksa penuntut meneliti kemungkinan-kemungkinan
umum membacakan surat dakwaan, sekalipun diajukannya eksepsi. Sehingga praktis setiap
biasanya eksepsi diajukan pada hari sidang eksepsi umumnya oleh pengadiian dapat
yang berbeda, apabila hal itu dilakukan maka ditolak. Hanya kadang-kadang saja pengadilan
terdakwa dan/atau advokatnya telah dapat mengabulkan suatu eksepsi, bila dalam
melaksanakan dengan baik asas peradilan persidangaan ada hal-hal yang dilupakan oleh
cepat, murah dan sederhana.karena tujuan majelis hakim” 9.
dari eksepsi itu tidak semata-mata dalam arti Dalam perkara pidana masalah mengenai
yuridis sempit tetapi dalam arti yang luas, keberatan (eksepsi) diatur dalam Pasal 156
yaitu agar hakim mempunyai informasi yang ayat 1 -7 KUHAP yang menyatakan :
lebih objektif tentang perkara. Dengan kata (1) Dalam hal tedakwa alau penasehat
lain eksepsi itu berfungsi sekaligus semacam hukum mengajukan keberatan bahwa
“opening statement” sebagaimana dalam pengadilan tidak berwenag mengadili
sidang-sidang di common law system ). perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima
Eksepsi yang diajukan terdakwa atau kuasa atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka
hukum yang telah ditentukan dalam peraturan telah diberi kesempatan kepada penuntut
perundang-undangan (Pasal 156 ayat 1, umum untuk menyatakan pendapatnya, hakim
KUHAP) baik dalam hukum pidana ataupun mempertimbangkan keberatan tersebut untuk
perdata yang berkaitan dengan kewenangan selanjutnya mengambil keputusan.
mengadili perkara tersebut, hakim dapat (2) Jika hakim menyatan keberatan
secara memutuskan kewenangan tersebut tersebut diterima, maka perkara itu tidak
harus menunggu jawaban dari pihak JPU. diperiksa lebih lanjut, sebaliknya dalam hal
Menurut Achmad Soemadipraja, Eksepsi tidak diterima atau hakim berpendapat bahwa
adalah bantahan, tangkisan atau merupakan hal tersebut baru dapat diputus setelah selesai
alat pembelaan yang bertujuan untuk pemeriksaan, maka sidang dilanjutkan.
menghindari diadakannya suatu putusan (3) Dalam hal penuntut umum
tentang pokok perkara. Sedangkan Andi
Hamzah mengatakan, Eksepsi adalah 7

tangkisan, keberatan sangkalan atau https://www.scribd.com/document/405251674/PENGER


TIAN-EKSEPSI-docx, diakses pada hari Kamis Tgl 15
sanggahan dari pembela yang tidak Agustus 2019 Pkl. 17.25
menyinggung isi dari surat dakwaan atau 8 Ibid

gugatan, tetapi semata-mata bertujuan supaya 9 http://digilib.unila.ac.id/9382/3/BAB%20II.pdf, diakses

pada hari Kamis Tgl.15 Agustus 2019 Pkl. 17.30

156
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019

berkeberatan terhadap keputusan tersebut, Berdasarkan dari ketentuan Pasal 156 ayat
maka ia dapat rnengajukan perlawanan kepda (1) KUHAP menyatakan : Dalam hal terdakwa
Pengadilan Tinggi melalui Pengdilan Negeri atau penasehat hukum mengajukan keberatan
yang bersangkutan. bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili
(4) Dalam hal perlawanan yang diajukan perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima
oleh terdakwa atau penasihat hukumnya atau surat dakwaan barus dibatalkan, maka
diterima oleh Pengadilan Tinggi, maka dalam diberi kesempatan kepada penuntut umum
waktu empat belas hari, Pengadilan Tinggi untuk menyatakan pendapatanya mengambil
dengan surat penetapannya membatalkan keputusan. Kesempatan untuk saling tanggap
putusan Pengadilan Negeri dan menanggapi diberikan setelah eksepsi diajukan
memerintahkan Pengadilan Negeri yang terlebih dahulu. Kemudian, setelah itu hakim
berwenang untuk memeriksa perkara itu. akan mempertimbangkan keberatan tersebut
(5) a) Dalam hal perlawanan diajukan untuk selanjutnya mengambil keputusan.
bersama-sama dengan permintaan banding b. Putusan diambil setelah mendengar
terdakwa atau penasihat hukumnya kepada tanggapan.
Pengadilan Tinggi, maka dalam waktu empat Berdasarkan dari ketentuan Pasal 156 ayat
belas hari sejak ia menerima perkara dan (2) KUHAP menyatakan : Jika hakim
membenarkan perlawanan terdakwa, menyatakan keberatan tersebut diterima,
Pengadilan Tinggi dengan keputusan maka perkara itu tidak diperiksa lebih lanjut,
membatalkan keputusan Pengadilan Negeri sebaliknya dalam hal tidak diterima atau hakim
yang bersangkutan dan menunjuk Pengadilan berpendapat bahwa hal tersebut baru dapat
Negeri yang berwenang. diputus setelah selesai pemeriksaan, maka
b) Pengadilan Tinggi menyampaikan salinan sidang dilanjutkan.
keputusan tersebut kepada Pengadilan Negeri Putusan atas eksepsi dijatuhkan hakim setelah
yang berwenang dan kepada Pengadilan lebih dulu mendengar pendapat dan
Negeri yang semula mengadili perkara yang tanggapan penuntut umum. Putusan yang
bersangkutan dengan disertai berkas perkara dijatuhkan bisa berupa:
untuk diteruskan kepada kejaksaan negeri 1) Menyatakan eksepsi (keberatan) diterima.
yang teiah melimpahkan perkara itu. Jika hakim menerima eksepsi yang diajukan
(6) Apabila pengadilan yang berwenang oleh terdakwa atau penasehat hukumnya,
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (5) maka prosedur pemeriksaan dihentikan.
berkedudukan di daerah hukum Pengadilan 2) Menyatakan eksepsi (keberatan) tidak dapat
Tinggi lain maka kejaksaan negeri mengirimkan diterima atau ditolak.
perkara tersebut kepada kejaksaan negeri Jika hakim menolak eksepsi yang diajukan
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri yang oleh terdakwa atau penasehat hukumnya,
berwenang di tempat itu. maka penolakan atas eksepsi ini akan
(7) Hakim ketua sidang karena jabatannya membuka prosedur selanjutnya
walaupun tidak ada perlawanan, setelah untuk memeriksa pokok perkara.
mendengar pendapat penuntut umum dan c. Eksepsi diputus bersama dengan putusan
terdakwa dengan surat penetapan yang pokok perkara.
membuat alasannya dapat menyatakan Kemungkinan yang ketiga dapat diambil
pengadilan tidak berwenang. oleh hakim terhadap eksepsi (keberatan) yang
Prosedur pengajuan dan pemeriksaan diajukan oleh terdakwa, yaitu tidak menerima
eksepsi berada dalam tahap sebelum pokok atau menolak eksepsi. Tetapi cukup dengan
materil perkara diperiksa. Untuk lebih jelasnya menyatakan bahwa putusan terhadap eksepsi
mengenai prosedur pemeriksaan eksepsi, akan diputus nanti setelah selesai pemeriksaan
maka dapat dilihat pada Pasal 156 ayat (1) dan pokok perkara.
(2) KUHAP. Dari apa yang dijelaskan dalam Hal seperti ini dalam praktek hukum
ketentuan kedua ayat ini, maka dapat dilihat disebut eksepsi akan diputus bersamaan
bagaimana tata cara pemeriksaan eksepsi. dengan putusan pokok perkara. Antara ketiga
a. Hakim memberikan kesempatan kepada eksepsi ini, maka kemungkinan ketiga inilah
penuntut umum untuk menanggapi. pada dasarnya merupakan pengecualian

157
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019

terhadap prinsip umum yang mengharuskan KUHAP).


pengambiian keputusan terhadap eksepsi Pasal 156 ayat (1) KUHAP, ada 3 (tiga) hal
sebelum dilanjutkan pemeriksaan materi dapat diajukannya eksepsi atau keberatan oleh
perkara. Pengecualian ini mempunyai alasan, terdakwa atau penasehat hukumnya, yaitu:11
sebab kadang-kadang eksepsi yang diajukan a. Eksepsi atau Keberatan tidak
sangat erat kaitannya dengan materi perkara berwenang mengadili;
itu sendiri atau kadang-kadang eksepsi Eksepsi atau Keberatan ini dapat berupa
tersebut dapat diteliti lebih lanjut setelah ketidak wenangan mengadili, baik
pokok perkaranya diperiksa. Maka sebaiknya absolut (kompetensi absolut) maupun
hakim memeriksa lebih dulu perkara itu sendiri relative (kompetensi relative).
untuk selanjutnya rnengambil keputusan. Mengenai Eksepsi atau Keberatan tidak
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui wenang mengadili, ada macam-macam
antara ketiga eksepsi ini, maka kemungkinan alasan, yaitu:12
ketiga inilah pada dasarnya merupakan prinsip b. tidak wenang, karena yang wenang
umum yang mengharuskan pengambilan ialah Pengadilan Militer (kompetensi
keputusan kepada eksepsi sebelum dilanjutkan absolut, Pasal 10 UU No. 4 Tahun 2002
pemeriksaan materi perkara. jo UU No. 31 Tahun 1997 tentang
KUHPM);
B. Beberapa Faktor Yang Dapat Menyebabkan c. tidak wenang, karena yang wenang
Gugurnya Kewenangan Mengadili Perkara ialah majelis pengadilan Koneksitas
Pidana (Pasal 89 KUHAP : “Tindak pidana yang
Secara hukum eksepsi berhubungan dilakukan bersama-sama oleh mereka
dengan, (1) pengadilan tidak berwenang yang termasuk lingkungan Peradilan
mengadili perkara; (2) dakwaan tidak dapat Umum dan lingkungan Peradilan
diterima; (3) surat dakwaan harus dibatalkan10. Militer, diperiksa dan diadili oleh
Secara procedural, setelah diberi pengadilan dalam lingkungan Peradilan
kesempatan kepada penuntut umum Umum kecuali jika menurut keputusan
menyatakan pendapatnya, hakim Menteri Pertahanan dan Keamanan
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk dengan persetujuan Menteri
selanjutnya mengambil keputusan (Pasal 156 kehakiman perkara itu harus diperiksa
ayat (1) KUHAP), pengertian maupun batasan- dan diadili oleh pengadilan dalam
batasan eksepsi tidak diberikan dengan jelas lingkungan Peradilan Militer.”)13
atau secara definitif, istilah yang digunakan d. tidak wenang, yang wenang ialah
dalam ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP Pengadilan Negeri lain (Kompetensi
adalah “keberatan”. Keberatan dalam relatif, Pasal 84 KUHAP : “ Pengadilan
ketentuan ini hanya memberikan pengertian Negeri berwenang mengadili segala
secara teknis yuridis. Oleh karena itu dapat perkara tindak pidana yang dilakukan
dikatakan lebih dekat pengertiannya dengan dalam daerah hukumnya.”)
objection dalam sistem Common Law, yang Sebagai contoh konkrit surat dakwaan batal
berarti perkara yang diajukan tehadap demi hukum adalah surat dakwaan yang
terdakwa mengandung tertib acara yang tidak mencampuradukkan elemen atau unsur
tepat (improper) atau tidak sah (illegal). penipuan dengan penggelapan, padahal
Keputusan hakim bisa menerima atau menolak perbedaannya sangat esensial yaitu penipuan
keberatan, jika eksepsi diterima maka adalah adanya rangkaian perkataan-perkataan
penuntut umum dapat menggunakan bohong seolah-olah benar, sedangkan
perlawanan kepada Pengadilan Tinggi (Pasal penggelapan yaitu barang itu ada padanya
156 ayat (3) KUHAP)1. Sebaliknya bila ditolak bukan hasil kejahatan, karena jaksa penuntut
terdakwa atau penasehat hukumnya dapat umum mencampur adaukkan unsur yang satu
mengajukan perlawan (Pasal 156 ayat (4)
11 KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. 260.
10Luhut M.P. Pangaribuan, 2013, Hukum Acara Pidana : 12 Eksepsi, diakses tanggal 22 Maret 2019, dari
peradilan, eksepsi,pledoi, Papas Sinar Sinanti, Jakarta, hacrpidana-kemahiran-2-1.pdf
Halaman 116. 13 KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. 234

158
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019

dengan yang lain, mengakibatkan surat dibatalkan (verneitigbar), sedangkan apabila


dakwaan menjadi tidak jelas dan kabur, syarat materilnya tidak dipenuhi
sehinnga terdakwa tidak mengerti tindak mengakibatkan surat dakwaan tersebut batal
pidana yang didakwakan kepadanya, demi hukum (null and void), sebagaimana
penggelapan atau penipuan. Oleh karenanya, diatur dalam Pasal 143 ayat (3) KUHAP, surat
surat dakwaan yang seperti itu harus dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan
dibatalkan. Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP, batal
Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 156 demi hukum, oleh karena itu mengenai kapan
ayat (1) KUHAP tersebut, yang dapat diajukan dalam hal apa “dakwaan batal demi hukum”
sebagai alasan keberatan / eksepsi adalah : bahwa tidak ada pengaturannya secara tegas
1. Pengadilan tidak berwenang memeriksa didalam KUHAP, oleh sebab itu eksistensi
perkaranya eksepsi sangat diperlukan terhadap surat
2. Dakwaan tidak dapat diterima dakwaan batal demi hukum.
3. Dakwaan batal Berdasarkan uraian diatas, terdapat
Berdasar penjelasan tersebut, eksepsi beberapa faktor yang merupakan jenis
merupakan upaya hukum yang bersifat keberatan (eksepsi) yang dapat diajukan oleh
insidental, berupa tangkisan sebelum terdakwa atau penasehat hukumnya, yaitu:
dilakukan pemeriksaan materi pokok perkara a. Keberatan (eksepsi) tidak berwenang
dengan tujuan utama guna menghindari mengadili.
diadakannya proses pemeriksaan dan putusan Setiap pengadilan mempunyai wewenang
akhir dari pokok perkaranya, sehingga dapat untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara.
disebutkan bahwa acara pemeriksaan dalam Kewenangan mengadili ada dua jenis, yaitu
eksepsi pada dasarnya merupakan kewenangan mengadili secara absolut dan
pemeriksaan persiapan, untuk menentukan kewenangan secara relatif. Yang dimaksud
apakah pemeriksaan pokok perkara dapat dengan kewenangan mengadili secara absolut
dilanjutkan sampai putusan akhir atau tidak. adalah kewenangan mengadili mengenai
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perkara apa ia berwenang untuk mengadilinya.
disebutkan bahwa batasan eksepsi itu Contoh, dalam perkara tindak pidana yang
mencakup hal-hal sebagai berikut : dilakukan oleh anggota tentara maka yang
1. Merupakan aspek dalam hukum acara menjadi kekuasaan absolut adalah peradilan
pidana yang berisikan eksepsi atau militer. Dalam perkara tindak pidana sipil maka
pembelaan terhadap cacat formal menjadi kekuasaan absolut adalah pengadilan
surat dakwaan atau tidak negeri dalam lingkungan peradilan umum.
menyinggung pokok perkara Sedangkan kewenangan mengadili secara
2. Ruang lingkup dan luas dari keberatan relatif adalah, kewenangan mengadili
itu mencakup mengenai pengadilan mengenai perkara yang berhubungan dengan
tidak berwenang mengadili perkaranya daerah hukumnya, Dalam kejadian seperti ini,
atau dakwaan tidak dapat diterima maka terdakwa atau penasehat hukumnya
atau surat dakwaan harus dibatalkan dapat mengajukan keberatan (eksepsi) bahwa
3. Pihak yang dapat mengajukan Pengadilan Negeri Kota Bumi tidak berwenang
keberatan adalah terdakwa atau untuk memeriksa dan mengadili perkara
penasehat hukumnya. tersebut, tetapi yang berwenang untuk
4. Keputusan diambil oleh hakim setelah memeriksa dan mengadili perkara tersebut
penuntut umum diberi kesempatan adalah Pengadilan Negeri Tanjung Karang.
untuk menyatakan pendapatnya. b. Keberatan (eksepsi) dakwaan tidak dapat
Bahwa kaitannya dengan surat dakwaan diterima
jaksa penuntut umum tersebut apabila surat Eksepsi atas alasan dakwaan tidak dapat
dakwaan dibuat tidak memenuhi ketentuan diterima adalah berupa eksepsi yang berisi
sebagaimana yang diisyaratkan dalam Pasal bahwa dakwaan yang diajukan oleh penuntut
143 ayat (2) KUHAP, baik mengenai syarat umum terhadap terdakwa tidak tepat, karena
formal yang tidak dipenuhi yang apa yang didakwakan kepada terdakwa
mengakibatkan surat dakwaan tersebut dapat tersebut merupakan hal yang tidak tepat, baik

159
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019

mengenai dasar hukumanya maupun sasaran Terdapat beberapa faktor yang menjadi
dakwaannya. Oleh karna itu dakwaan harus alasan yang dapat diajukan terdakwa atau
dinyatakan oleh pengadilan tidak dapat penasehat hukumnya terhadap eksepsi atau
diterima. keberatan dakwaan tidak dapat diterima atau
Mengenai alasan-alasan keberatan tuntutan Penuntut Umum tidak dapat
(eksepsi) dakwaan tidak dapat diterima adalah: diterima, yaitu:14
1. Bahwa apa yang dilakukan kepada a. apa yang didakwakan Penuntut
terdakwa adalah bukan suatu tindakan Umum dalam surat dakwaannya telah
pidana kejahatan atau pelanggaran. kadaluarsa. (Pasal 78 KUHP):
2. Apa yang didakwakan kepada terdakwa b. “Kewenangan menuntut pidana
telah pernah diputus dan telah hapus karena daluwarsa: mengenai
mempunyai kekuatan hukum yang tetap. semua pelanggaran dan kejahatan
3. Apa yang didakwakan kepada terdakwa yang dilakukan dengan percetakan
itu telah lewat waktu atau kadaluarsa. sesudah satu tahun; mengenai
4. Apa yang didakwakan kepada terdakwa kejahatan yang diancam dengan
tiadak sesuai dengan tindak pidana yang pdana denda, pidana kurungan, atau
dilakukannya. pidana penjara paling lama tiga
5. Apa yang didakwakan kepada terdakwa tahun,sesudah enam tahun;
bukan merupakan tindak pidana, akan mengenai kejahatan yang diancam
tetapi termasuk ruang lingkup perkara dengan pidana penjara lebih dari tiga
perdata. tahun, sesudah dua belas tahun;
c. Keberatan (eksepsi) surat dakwaan batal mengenai kejahatan yang diancam
Mengenai alasan keberatan ini, bukan dengan pidana mati atau pidana
dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat penjara seumur hidup, sesudah
diterima, melainkan yang harus dibatalkan delapan belas tahun.
adalah surat dakwaannya. Pada dasarnya c. Bagi orang yang pada saat melakukan
alasan yang dapat dijadikan sebagai dasar perbuatan umurnya belum delapan
hukum untuk mengajukan keberatan (eksepsi) belas tahun, masing-masing tenggang
agar surat dakwaan dapat dibatalkan adalah, daluwarsa di atas dikurangi menjadi
apabila surat dakwaan yang dibuat oleh sepertiga.”)15
penuntut umum tersebut tidak memenuhi d. adanya asas nebis in idem. (Pasal 76
ketentuan dari Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHP: (1). Kecuali dalam hal putusan
KUHAP menyatakan : hakim masih mungkin diulangi, orang
Penuntut umum dalam membuat surat tidak dapat dituntut dua kali karena
dakwaan haruslah diuraikan secara cermat, perbuatan yang oleh hakim Indonesia
jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang terhadap dirinya telah diadili dengan
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan putusan yang menjadi tetap.)16
tempat tindak pidana itu dilakukan. e. tidak adanya unsur pengaduan. (Pasal
Berdasarkan uraian di atas, Bahwa eksepsi 74 KUHP: (1), “Pengaduan hanya
ini diajukan oleh terdakwa atau pembelaan boleh diajukan dalam waktu enam
pada umumnya hanya untuk menghambat bulan sejak orang yang berhak
jalannya sidang, sebab sebelumnya hakim mengadu mengetahui adanya
ketua maupun jaksa penuntut umum sudah kejahatan, jika bertempat tinggal di
mempelajari dan rneneliti kemungkinan- Indonesia atau dalam waktu sembilan
kemungkinan diajukannya eksepsi. Sehingga bulan jika bertempat tinggal di luar
praktis setiap eksepsi umumnya oleh Indonesia.”)17
pengadilan dapat ditolak. Hanya kadang-
kadang saja pengadilan dapat mengabulkan 14 Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana, Perspektif
suatu eksepsi, bila dalam persidangaan ada Teoritis dan Praktik, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008.
15 R. Soesilo, Kitab undang-Undang hukum Pidana (KUHP)
hal-hal yang dilupakan oleh majelis hakim. Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
Sehingga dapat disimpulkan dalam Pasal 156 Politea, Bogor, 1996, hlm. 91.
ayat 1 -7 KUHAP yang telah di uraikan di atas. 16 Ibid, hlm. 89.
17 Ibid, hlm. 88.

160
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019

f. apa yang didakwakan terhadap 6. akibat apa yang ditimbulkan tindak


terdakwa bukan tindak pidana pidana tersebut (delik materil);
kejahatan atau pelanggaran. 7. apakah yang mendorong terdakwa
g. apa yang didakwakan kepada melakukan tindak pidana tersebut;
terdakwa tidak sesuai dengan tindak 8. ketentuan-ketentuan pidana yang
pidana yang dilakukannya. diterapkan.
h. apa yang didakwakan kepada Keberatan atau eksepsi diajukan setelah
terdakwa bukan merupakan tindak surat dakwaan dibacakan oleh Penuntut
pidana akan tetapi termasuk Umum dan keberatan diajukan secara tertulis
perselisihan perdata. sebelum sidang memeriksa materi perkara,
Eksepsi atau keberatan ini apabila surat apabila keberatan diajukan di luar kesempatan
dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum tersebut tidak akan diperhatikan. Untuk
tidak memenuhi syarat materiil sebagaimana mengajukan keberatan tidak diatur bagaimana
ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP bentuk keberatan itu, hanya dalam undang-
yang berbunyi: “Penuntut Umum membuat undang dijelaskan tentang jenis dari keberatan
surat dakwaan yang diberi tanggal dan itu. Menurut Pasal 156 ayat (1) KUHAP, jenis
ditandatangani serta berisi: uraian secara keberatan ada 3 macam dengan 3 macam
cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak keberatan tersebut terdakwa/ penasehat
pidana yang didakwakan dengan menyebutkan hukumnya dapat mengajukan 3 macam
waktu dan tempat tindak pidana itu sekaligus atau memilih salah satu yang ada
dilakukan.”18 relevansinya antara keberatan dengan surat
Kadang eksepsi atau keberatan ini masuk dakwaan. 3 macam keberatan tersebut
eksepsi surat dakwaan obscuur libel, akibat diantaranya adalah sebagai berikut :
dari penafsiran terhadap kata yang tidak 1. Keberatan bahwa pengadilan tidak
lengkap, tidak jelas dan tidak lengkap.19 Suatu berwenang mengadili perkaranya;
surat dakwaan sebagai ‘tidak cermat’ terjadi Keberatan tentang wewenang pengadilan
karena perbuatan yang dirumuskan bukan tersebut adalah berkenaan dengan
merupakan tindak pidana atau bahkan kompetensi dari pengadilan tersebut yaitu
faktanya bukan merupakan perbuatan Kompetensi Absolut dan Kompetensi Relatif.
terdakwa, juga karena kasus itu sudah nebis in - Kompetensi Absolut, adalah berhubungan
idem atau daluwarsa. Kemudian ‘tidak jelas’ dengan kekuasaan mengadili dari suatu
terjadi bila rumusan perbuatan itu pengadilan, bahwa tidak setiap pengadilan
sesungguhnya adaah akibat perbuatan orang mempunyai kekuasaan mengadili satu kasus
lain (perintah jabatan). Sedangkan surat perkara. Pengadilan Negeri Umum tidak
dakwaan ‘tidak lengkap’ bisa terjadi dalam hal memiliki kekuasaan mengadili jenis perkara
tindak pidana dilakukan beberapa orang Tata Usaha Negara, Pengadilan Agama tidak
namun setiap orang berbuat tidak sempurna. memiliki kekuasaan mengadili jenis perkara
Secara materiil, suatu surat dakwaan Pidana.
dipandang telah memenuhi syarat apabila - Kompetensi Relatif, adalah bahwa tiap
surat dakwaan tersebut telah memberi pengadilan itu mempunyai daerah hukum.
gambaran secara bulat dan utuh tentang: Contoh apabila suatu tindak pidana
1. tindak pidana yang dilakukan; dilakukan seseorang di daerah hukum A
2. siapa yang melakukan tindak pidana maka yang memiliki
tersebut; kekuasaan/kewenangan mengadili adalah
3. dimana tindak pidana dilakukan; Pengadilan Negeri daerah hukum A. Jadi
4. bilamana tindak pidana dilakukan; apabila terdakwa melakukan tindak pidana
5. bagaimana tindak pidana itu dilakukan; di daerah hokum A, akan tetapi perkara
tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri
daerah hokum B, maka
18KUHAP dan KUHP, Op-Cit, hlm. 254.
terdakwa/penasehat hukumnya dapat
19Luhut Pangaribuan, Hukum Acara Pidana : Surat-surat mengajukan keberatan/ eksepsi dengan
Resmi Di Pengadilan oleh Advocat, Djambatan, Jakarta, alasan bahwa Pengadilan Negeri Pasuruan
2002. hlm. 125.

161
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019

tidak tidak memiliki kewenangan untuk karena dapat mengakibatkan eror in persona.
mengadili.
2. Keberatan bahwa surat dakwaan tidak PENUTUP
dapat diterima; A. Kesimpulan
Keberatan dengan alasan surat dakwaan 1. Eksepsi merupakan hak dari terdakwa
tidak dapat diterima pada umumnya yang diajukan penasehat hukum sesuai
didasarkan atas kewenangan menuntut dari dengan ketentuan Pasal 156 KUHAP.
Penuntut Umum, apabila wewenang Penuntut Eksepsi atau keberatan merupakan dasar
Umum dalam menuntut suatu tindak pidana dari pembelaan yang dalam Undang-
sudah hapus dan tindak pidana sudah hapus undang Nomor 8 tahun 1981 tentang
dan tindak pidana tersebut diajukan ke KUHAP menyebutkan secara tegas hal-hal
Pengadilan Negeri untuk disidangkan, yang dapat dilakukan eksepsi yakni dalam
terdakwa/ penasehat hukumnya berhak bentuk : Eksepsi atau keberatan tidak
mengajukan keberatan atas hak menuntuk dari berwenang mengadili; eksepsi atau
Penuntut Umum atas suatu perkara sudah keberatan dakwaan tidak dapat diterima
hapus. Apa yang dimaksud kewenangan hak dan eksepsi atau keberatan surat
Penuntut Umum untuk menuntut suatu tindak dakwaan harus dibatalkan atau batal demi
pidana sudah dihapus diatur dalam Pasal: hukum karena tidak memenuhi syarat
i. Pasal 75 KUHP mengatur ”orang yang materil sebagaimana diatur dalam Pasal
mengadukan Pengaduan berhak menarik 144 ayat (2) dan ayat (3) KUHAP. Proses
kembali dalam waktu 3 bulan setelah pengajuan eksepsi hanya boleh diajukan
pengaduan diajukan” Menurut Pasal terhadap hal-hal yang bersifat prosedural,
tersebut apabila suatu tindak pidana eksepsi tidak diperkenankan menyentuh
aduan, dimana pengadu telah menarik materi perkara yang akan diperiksa dalam
kembali aduannya, namun tindak pidana sidang pengadilan yang bersangkutan,
tersebut dilimpahkan ke pengadilan oleh dengan perkataan lain eksepsi hanya
Penuntut Umum untuk disidangkan. Dalam ditunjukan kepada aspek formil yang
hal tersebut, terdakwa/penasehat berkaitan dengan penuntutan atau
hukumnya dapat mengajukan keberatan pemeriksaan perkara tersebut oleh
bahwa surat dakwaan tidak dapat diterima pengadilan.
dengan alasan bahwa aduan telah ditarik 2. Gugurnya kewenangan mengadili perkara
kembali dan menurut Pasal 75 KUHP pidana dapat disebabkan oleh beberapa
kewenangan Penuntut umum telah faktor, yakni apa yang didakwakan
dihapus. Penuntut Umum dalam surat dakwaannya
ii. Kasus pidana yang diatur dalam Pasal 76 telah kadaluarsa (Pasal 78 KUHP), adanya
KUHP yang biasa disebut ”nebis in idem” asas nebis in idem, apa yang didakwakan
iii. Kasus pidana yang diatur dalam Pasal 78 terhadap terdakwa bukan tindak pidana
KUHP yang biasa disebut ”daluwarsa” kejahatan atau pelanggaran. Dan apa yang
iv. Surat dakwaan yang didakwakan oleh didakwakan kepada terdakwa tidak sesuai
Penuntut Umum bukan perkara pidana dengan tindak pidana yang dilakukannya.
tetapi perkara perdata
3. Keberatan bahwa surat dakwaan harus B. Saran
dibatalkan. 1. Proses peradilan suatu perkara pidana
Dasar surat dakwaan harus dibatalkan diharapkan penerapan eksepsi tidak
diatur dalam Pasal 143 ayat 2 dan 3 KUHAP. dikesampingkan atau diabaikan dan harus
Apabila surat dakwaan yang dibuat oleh dipandang perlu dan penting bagi hakim
penuntut umum tidak memenuhi unsur dan jaksa karena eksepsi merupakan hak
materiil yang dimuat dalam Pasal 143 ayat (2) dari terdakwa yang diajukan penasehat
b KUHAP adalah batal demi hukum. Sedangkan hukum sesuai dengan ketentuan Pasal
surat dakwan yang tidak memenuhi syarat 156 KUHAP. Eksepsi juga sangat penting
formil sebagaimana diatur dalam Pasal 143 bagi penasehat hukum terdakwa karena
ayat (2) a KUHAP dapat dibatalkan oleh hakim memberikan ruang bagi terdakwa atau

162
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019

penasehat hukum untuk mengkoreksi Lilik Mulyadi, 2012. Hukum Acara Pidana
atau membantah isi dakwaan dari jaksa Indonesia Suatu Tinjauan Khusus
penuntut umum dan menyangkut hak dan Terhadap: Surat Dakwaan, Eksepsi, Dan
kepentingan hukum dari terdakwa sesuai Putusan Peradilan. PT. Citra Aditya Bakti.
KUHAP. Bandung
2. Para pihak terkait dalam menyelesaikan ___________, Bunga Rampai Hukum Pidana,
suatu perkara pidana dalam hal ini para Perspektif Teoritis dan Praktik, Citra
penyidik maupun penuntut umum Aditya Bakti, Bandung, 2008
diharapkan harus dilakukan secara Kertanegara Satochid, Hukum Pidana I
profesional dalam arti memahami dengan (kumpulan kuliah), Balai Lektur
baik proses suatu perkara pidana Mahasiswa, Jakarta
khususnya berkaitan dengan hukum acara M. Yahya Harahap, Pembahasan
pidana untuk mengindari diterimanya Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
eksepsi terdakwa/penasehat hukum Sinar Grafika, Jakarta,2006, 2001.
sebab hal ini menyangkut wibawa M. Taufik Makarao dan Suhasril, 2004, Hukum
penegakkan hukum (law enforcement) Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek,
Ghalia Indonesia, Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Pangaribuan M P Luhut, Hukum Acara Pidana :
Ansorie Sabuan, et. ail, Hukum acara pidana, Surat-surat Resmi Di Pengadilan oleh
Angkasa Bandung, 1990 Advocat, Djambatan, Jakarta, 2002
Abdoel Djamali, 2010, Pengantar Hukum Poernomo Bambang, 1993, Pola Dasar Teori
Indonesia, PT. Raja Grafindo Presda, Asas Umum Hukum Acara Pidana dan
Jakarta Penegakan Hukum Pidana, Liberty,
Atmasasmita Romli, sebagaimana yang di Yogyakarta
kutibYesmil Anwar dan Adang, Sistem Prodjodikoro Wirjono, Asas-asas Hukum
Peradilan Pidana, Konsep, Komponen dan Pidana di Indonesia, PT Eresco, Jakarta-
Pelaksanaannya dalam Penegakan Hukum Bandung, cetakan ke-3, 1981.
di Indonesia, Widya Padjajaran, __________, Hukum Acara Pidana di
Bandunng, 2009 Indonesia, Sumur, Bandung, cetakan ke-
_________, “Sistem Peradilan Pidana (Criminal 10, 1981,
Jutice System) Perspektif Ekstensialisme , Hukum Acara Pidana di Indonesia,
dan Abolisionisme” 1996 Sumur, Bandung, cetakan ke-10, 1981.
B.Simanjuntak. 1982. Hukum Acara Pidana & RD, Achmad, S, Soeman, Dipradja. 1977.
Tindak Pidana Khusus Bandung Pokok-Pokok Hukum Acara Pidana
Ch. J. Enschede dan A. Heijder. Asas-asas Indonesia, Penerbit Alumni Bandung
Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1982 R. Tresna, Komentar HIR, Pradnya Paramita,
Hamzah Andi , 2004, Hukum Acara Pidana Jakarta, 1976
Indonesia, Edisi Revisi, Sinar Grafika, Samidjo, 1985, Pengantar Hukum Indonesia,
Cetakan Ketiga, Jakarta CV. Armico, Bandung
Hendrastanto Yudowidagdo, Kapita Selekta Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Acara Pidana di Indonesia, PT Bina Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985.
Aksara, Jakarta, 1987 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi
Hamrat Hamid dan Harun Husein, 1991, Hukum, 1988, Jakarta, Rajawali Pers
Penyidikan dan Penuntutan dalam ___________, Soekanto., Efektifitas Hukum
Proses Pidana, Jakarta, Rineka Cipta dan Peranan Sanksi, Remadja Karya,
I.B Ngurah Adi. Tahun IV No. 72 Juli 1991. Bandung, 1985
Majalah Varia Peradilan Penerbit : Ikatan Seno Adji Indrianto “Arah Sistem Peradilan
Hakim Indonesia (IKAHI) Pidana”, Kantor Pengacara dan Konsultan
Jeremias Lemek. 2009. Penuntun Praktis Hukum. Prof. Oemar Seno Adji, SH dan
Membuat Pledoi, Yogyakarta : New Merah Rekan. 2001
Putih

163
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019

Simons, 1993, Leerboek van het Nederlandse


Strafrecht, P. Noordhof N.V., Groningen –
Batavia
Soesilo.R, 1980. Taktik dan Teknik
Penyidikan Perkara Kriminil. Bogor:
Politea
Van Hattum, 1953, Hand en Leerboek van het
Nederlanse Strafrecht l, S. Gouda uint D.
Brouwer en Zoon, Arnhem, Martinus
Nijhoff, s’ Gravenhage
Wisnubroto dan G. Widiartana, Pembaharuan
Hukum Acara Pidana, Penerbit, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2005
Yan Pramadya Puspa. 1977. Kamus Hukum
Edisi Lengkap Bahasa Belanda-Indonesia-
Inggris, Semarang : Aneka
Zen A. Patra , Pedoman bantuan Hukum di
Indonesia, YLBHI Jakarta, 2007
____________ dan Daniel Hutagalung,
Panduan Bantuan Hukum di Indonesia,
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007
Sumber lain :
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP)
- KUHAP dan Penjelasannya, Edisi lengkap,
Permata Press, 2004
- Undang-Undang RI No. 2/2002 tentang
Kepolisian Negara RI.
- UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman
- http://dc305.4shared.com, di akses
tanggal, 31 agustus 2019.
- WWW. Google. Com, Diakses April 2019
- Black Henry C, Black’s Law Dictionary,
1979.
- S, Wojowasito. 1978. Kamus Umum
Belanda Indonesia, Jakarta : Ikhtiar Baru
- http://digilib.unila.ac.id/9382/3/BAB%20II
.pdf
- https://www.scribd.com/document/4052
51674/PENGERTIAN-EKSEPSI-docx,

164

Anda mungkin juga menyukai