JM Lexcrimen,+17.+Jefier+Raifaldy Crimen
JM Lexcrimen,+17.+Jefier+Raifaldy Crimen
8/Ags/2019
154
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
155
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
f. apa yang didakwakan kepada terdakwa hakim tidak menerima perkara yang telah
bukan merupakan tindak pidana akan tetapi diajukan oleh terdakwa atau penasehat
termasuk perselisihan perdata. hukumnya tersebut7.
3. Eksepsi atau Keberatan Surat dakwaan harus Menurut Luhut M.P Pangaribuan
dibatalkan pengertian Eksepsi (keberatan) sebagai suatu
Eksepsi atau keberatan ini apabila surat tangkisan untuk menjawab surat dakwaan
dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum tersebut berhubungan dengan tiga hal sebagai
tidak memenuhi syarat materiil sebagaimana berikut 8:
ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP a. Pengadilan tidak berwenang untuk
yang berbunyi: “Penuntut Umum membuat mengadili suatu perkara,
surat dakwaan yang diberi tanggal dan b. Dakwaan tidak dapat diterima,
ditandatangani serta berisi: uraian secara c. Surat dakwaan harus dibatalkan.
cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak Berbeda dengan pendapat yang
pidana yang didakwakan dengan menyebutkan dikemukakan oleh H.A.K. Mochamad Anwar,
waktu dan tempat tindak pidana itu Chalimah Suyanto, Soeprijadi yang
dilakukan.” menyatakan, “Bahwa eksepsi ini diajukan oleh
terdakwa atau pembelaan pada umumnya
2. Prosedur Pengajuan dan Pemeriksaan hanya untuk menghambat jalannya sidang,
Eksepsi sebab sebelumnya hakim ketua maupun jaksa
Berdasar pada sistem peradilan pidana, penuntut umum sudah mempelajari dan
Eksepsi dapat diajukan setelah jaksa penuntut meneliti kemungkinan-kemungkinan
umum membacakan surat dakwaan, sekalipun diajukannya eksepsi. Sehingga praktis setiap
biasanya eksepsi diajukan pada hari sidang eksepsi umumnya oleh pengadiian dapat
yang berbeda, apabila hal itu dilakukan maka ditolak. Hanya kadang-kadang saja pengadilan
terdakwa dan/atau advokatnya telah dapat mengabulkan suatu eksepsi, bila dalam
melaksanakan dengan baik asas peradilan persidangaan ada hal-hal yang dilupakan oleh
cepat, murah dan sederhana.karena tujuan majelis hakim” 9.
dari eksepsi itu tidak semata-mata dalam arti Dalam perkara pidana masalah mengenai
yuridis sempit tetapi dalam arti yang luas, keberatan (eksepsi) diatur dalam Pasal 156
yaitu agar hakim mempunyai informasi yang ayat 1 -7 KUHAP yang menyatakan :
lebih objektif tentang perkara. Dengan kata (1) Dalam hal tedakwa alau penasehat
lain eksepsi itu berfungsi sekaligus semacam hukum mengajukan keberatan bahwa
“opening statement” sebagaimana dalam pengadilan tidak berwenag mengadili
sidang-sidang di common law system ). perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima
Eksepsi yang diajukan terdakwa atau kuasa atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka
hukum yang telah ditentukan dalam peraturan telah diberi kesempatan kepada penuntut
perundang-undangan (Pasal 156 ayat 1, umum untuk menyatakan pendapatnya, hakim
KUHAP) baik dalam hukum pidana ataupun mempertimbangkan keberatan tersebut untuk
perdata yang berkaitan dengan kewenangan selanjutnya mengambil keputusan.
mengadili perkara tersebut, hakim dapat (2) Jika hakim menyatan keberatan
secara memutuskan kewenangan tersebut tersebut diterima, maka perkara itu tidak
harus menunggu jawaban dari pihak JPU. diperiksa lebih lanjut, sebaliknya dalam hal
Menurut Achmad Soemadipraja, Eksepsi tidak diterima atau hakim berpendapat bahwa
adalah bantahan, tangkisan atau merupakan hal tersebut baru dapat diputus setelah selesai
alat pembelaan yang bertujuan untuk pemeriksaan, maka sidang dilanjutkan.
menghindari diadakannya suatu putusan (3) Dalam hal penuntut umum
tentang pokok perkara. Sedangkan Andi
Hamzah mengatakan, Eksepsi adalah 7
156
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
berkeberatan terhadap keputusan tersebut, Berdasarkan dari ketentuan Pasal 156 ayat
maka ia dapat rnengajukan perlawanan kepda (1) KUHAP menyatakan : Dalam hal terdakwa
Pengadilan Tinggi melalui Pengdilan Negeri atau penasehat hukum mengajukan keberatan
yang bersangkutan. bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili
(4) Dalam hal perlawanan yang diajukan perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima
oleh terdakwa atau penasihat hukumnya atau surat dakwaan barus dibatalkan, maka
diterima oleh Pengadilan Tinggi, maka dalam diberi kesempatan kepada penuntut umum
waktu empat belas hari, Pengadilan Tinggi untuk menyatakan pendapatanya mengambil
dengan surat penetapannya membatalkan keputusan. Kesempatan untuk saling tanggap
putusan Pengadilan Negeri dan menanggapi diberikan setelah eksepsi diajukan
memerintahkan Pengadilan Negeri yang terlebih dahulu. Kemudian, setelah itu hakim
berwenang untuk memeriksa perkara itu. akan mempertimbangkan keberatan tersebut
(5) a) Dalam hal perlawanan diajukan untuk selanjutnya mengambil keputusan.
bersama-sama dengan permintaan banding b. Putusan diambil setelah mendengar
terdakwa atau penasihat hukumnya kepada tanggapan.
Pengadilan Tinggi, maka dalam waktu empat Berdasarkan dari ketentuan Pasal 156 ayat
belas hari sejak ia menerima perkara dan (2) KUHAP menyatakan : Jika hakim
membenarkan perlawanan terdakwa, menyatakan keberatan tersebut diterima,
Pengadilan Tinggi dengan keputusan maka perkara itu tidak diperiksa lebih lanjut,
membatalkan keputusan Pengadilan Negeri sebaliknya dalam hal tidak diterima atau hakim
yang bersangkutan dan menunjuk Pengadilan berpendapat bahwa hal tersebut baru dapat
Negeri yang berwenang. diputus setelah selesai pemeriksaan, maka
b) Pengadilan Tinggi menyampaikan salinan sidang dilanjutkan.
keputusan tersebut kepada Pengadilan Negeri Putusan atas eksepsi dijatuhkan hakim setelah
yang berwenang dan kepada Pengadilan lebih dulu mendengar pendapat dan
Negeri yang semula mengadili perkara yang tanggapan penuntut umum. Putusan yang
bersangkutan dengan disertai berkas perkara dijatuhkan bisa berupa:
untuk diteruskan kepada kejaksaan negeri 1) Menyatakan eksepsi (keberatan) diterima.
yang teiah melimpahkan perkara itu. Jika hakim menerima eksepsi yang diajukan
(6) Apabila pengadilan yang berwenang oleh terdakwa atau penasehat hukumnya,
sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (5) maka prosedur pemeriksaan dihentikan.
berkedudukan di daerah hukum Pengadilan 2) Menyatakan eksepsi (keberatan) tidak dapat
Tinggi lain maka kejaksaan negeri mengirimkan diterima atau ditolak.
perkara tersebut kepada kejaksaan negeri Jika hakim menolak eksepsi yang diajukan
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri yang oleh terdakwa atau penasehat hukumnya,
berwenang di tempat itu. maka penolakan atas eksepsi ini akan
(7) Hakim ketua sidang karena jabatannya membuka prosedur selanjutnya
walaupun tidak ada perlawanan, setelah untuk memeriksa pokok perkara.
mendengar pendapat penuntut umum dan c. Eksepsi diputus bersama dengan putusan
terdakwa dengan surat penetapan yang pokok perkara.
membuat alasannya dapat menyatakan Kemungkinan yang ketiga dapat diambil
pengadilan tidak berwenang. oleh hakim terhadap eksepsi (keberatan) yang
Prosedur pengajuan dan pemeriksaan diajukan oleh terdakwa, yaitu tidak menerima
eksepsi berada dalam tahap sebelum pokok atau menolak eksepsi. Tetapi cukup dengan
materil perkara diperiksa. Untuk lebih jelasnya menyatakan bahwa putusan terhadap eksepsi
mengenai prosedur pemeriksaan eksepsi, akan diputus nanti setelah selesai pemeriksaan
maka dapat dilihat pada Pasal 156 ayat (1) dan pokok perkara.
(2) KUHAP. Dari apa yang dijelaskan dalam Hal seperti ini dalam praktek hukum
ketentuan kedua ayat ini, maka dapat dilihat disebut eksepsi akan diputus bersamaan
bagaimana tata cara pemeriksaan eksepsi. dengan putusan pokok perkara. Antara ketiga
a. Hakim memberikan kesempatan kepada eksepsi ini, maka kemungkinan ketiga inilah
penuntut umum untuk menanggapi. pada dasarnya merupakan pengecualian
157
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
158
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
159
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
mengenai dasar hukumanya maupun sasaran Terdapat beberapa faktor yang menjadi
dakwaannya. Oleh karna itu dakwaan harus alasan yang dapat diajukan terdakwa atau
dinyatakan oleh pengadilan tidak dapat penasehat hukumnya terhadap eksepsi atau
diterima. keberatan dakwaan tidak dapat diterima atau
Mengenai alasan-alasan keberatan tuntutan Penuntut Umum tidak dapat
(eksepsi) dakwaan tidak dapat diterima adalah: diterima, yaitu:14
1. Bahwa apa yang dilakukan kepada a. apa yang didakwakan Penuntut
terdakwa adalah bukan suatu tindakan Umum dalam surat dakwaannya telah
pidana kejahatan atau pelanggaran. kadaluarsa. (Pasal 78 KUHP):
2. Apa yang didakwakan kepada terdakwa b. “Kewenangan menuntut pidana
telah pernah diputus dan telah hapus karena daluwarsa: mengenai
mempunyai kekuatan hukum yang tetap. semua pelanggaran dan kejahatan
3. Apa yang didakwakan kepada terdakwa yang dilakukan dengan percetakan
itu telah lewat waktu atau kadaluarsa. sesudah satu tahun; mengenai
4. Apa yang didakwakan kepada terdakwa kejahatan yang diancam dengan
tiadak sesuai dengan tindak pidana yang pdana denda, pidana kurungan, atau
dilakukannya. pidana penjara paling lama tiga
5. Apa yang didakwakan kepada terdakwa tahun,sesudah enam tahun;
bukan merupakan tindak pidana, akan mengenai kejahatan yang diancam
tetapi termasuk ruang lingkup perkara dengan pidana penjara lebih dari tiga
perdata. tahun, sesudah dua belas tahun;
c. Keberatan (eksepsi) surat dakwaan batal mengenai kejahatan yang diancam
Mengenai alasan keberatan ini, bukan dengan pidana mati atau pidana
dakwaannya yang dinyatakan tidak dapat penjara seumur hidup, sesudah
diterima, melainkan yang harus dibatalkan delapan belas tahun.
adalah surat dakwaannya. Pada dasarnya c. Bagi orang yang pada saat melakukan
alasan yang dapat dijadikan sebagai dasar perbuatan umurnya belum delapan
hukum untuk mengajukan keberatan (eksepsi) belas tahun, masing-masing tenggang
agar surat dakwaan dapat dibatalkan adalah, daluwarsa di atas dikurangi menjadi
apabila surat dakwaan yang dibuat oleh sepertiga.”)15
penuntut umum tersebut tidak memenuhi d. adanya asas nebis in idem. (Pasal 76
ketentuan dari Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHP: (1). Kecuali dalam hal putusan
KUHAP menyatakan : hakim masih mungkin diulangi, orang
Penuntut umum dalam membuat surat tidak dapat dituntut dua kali karena
dakwaan haruslah diuraikan secara cermat, perbuatan yang oleh hakim Indonesia
jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang terhadap dirinya telah diadili dengan
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan putusan yang menjadi tetap.)16
tempat tindak pidana itu dilakukan. e. tidak adanya unsur pengaduan. (Pasal
Berdasarkan uraian di atas, Bahwa eksepsi 74 KUHP: (1), “Pengaduan hanya
ini diajukan oleh terdakwa atau pembelaan boleh diajukan dalam waktu enam
pada umumnya hanya untuk menghambat bulan sejak orang yang berhak
jalannya sidang, sebab sebelumnya hakim mengadu mengetahui adanya
ketua maupun jaksa penuntut umum sudah kejahatan, jika bertempat tinggal di
mempelajari dan rneneliti kemungkinan- Indonesia atau dalam waktu sembilan
kemungkinan diajukannya eksepsi. Sehingga bulan jika bertempat tinggal di luar
praktis setiap eksepsi umumnya oleh Indonesia.”)17
pengadilan dapat ditolak. Hanya kadang-
kadang saja pengadilan dapat mengabulkan 14 Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana, Perspektif
suatu eksepsi, bila dalam persidangaan ada Teoritis dan Praktik, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008.
15 R. Soesilo, Kitab undang-Undang hukum Pidana (KUHP)
hal-hal yang dilupakan oleh majelis hakim. Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
Sehingga dapat disimpulkan dalam Pasal 156 Politea, Bogor, 1996, hlm. 91.
ayat 1 -7 KUHAP yang telah di uraikan di atas. 16 Ibid, hlm. 89.
17 Ibid, hlm. 88.
160
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
161
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
tidak tidak memiliki kewenangan untuk karena dapat mengakibatkan eror in persona.
mengadili.
2. Keberatan bahwa surat dakwaan tidak PENUTUP
dapat diterima; A. Kesimpulan
Keberatan dengan alasan surat dakwaan 1. Eksepsi merupakan hak dari terdakwa
tidak dapat diterima pada umumnya yang diajukan penasehat hukum sesuai
didasarkan atas kewenangan menuntut dari dengan ketentuan Pasal 156 KUHAP.
Penuntut Umum, apabila wewenang Penuntut Eksepsi atau keberatan merupakan dasar
Umum dalam menuntut suatu tindak pidana dari pembelaan yang dalam Undang-
sudah hapus dan tindak pidana sudah hapus undang Nomor 8 tahun 1981 tentang
dan tindak pidana tersebut diajukan ke KUHAP menyebutkan secara tegas hal-hal
Pengadilan Negeri untuk disidangkan, yang dapat dilakukan eksepsi yakni dalam
terdakwa/ penasehat hukumnya berhak bentuk : Eksepsi atau keberatan tidak
mengajukan keberatan atas hak menuntuk dari berwenang mengadili; eksepsi atau
Penuntut Umum atas suatu perkara sudah keberatan dakwaan tidak dapat diterima
hapus. Apa yang dimaksud kewenangan hak dan eksepsi atau keberatan surat
Penuntut Umum untuk menuntut suatu tindak dakwaan harus dibatalkan atau batal demi
pidana sudah dihapus diatur dalam Pasal: hukum karena tidak memenuhi syarat
i. Pasal 75 KUHP mengatur ”orang yang materil sebagaimana diatur dalam Pasal
mengadukan Pengaduan berhak menarik 144 ayat (2) dan ayat (3) KUHAP. Proses
kembali dalam waktu 3 bulan setelah pengajuan eksepsi hanya boleh diajukan
pengaduan diajukan” Menurut Pasal terhadap hal-hal yang bersifat prosedural,
tersebut apabila suatu tindak pidana eksepsi tidak diperkenankan menyentuh
aduan, dimana pengadu telah menarik materi perkara yang akan diperiksa dalam
kembali aduannya, namun tindak pidana sidang pengadilan yang bersangkutan,
tersebut dilimpahkan ke pengadilan oleh dengan perkataan lain eksepsi hanya
Penuntut Umum untuk disidangkan. Dalam ditunjukan kepada aspek formil yang
hal tersebut, terdakwa/penasehat berkaitan dengan penuntutan atau
hukumnya dapat mengajukan keberatan pemeriksaan perkara tersebut oleh
bahwa surat dakwaan tidak dapat diterima pengadilan.
dengan alasan bahwa aduan telah ditarik 2. Gugurnya kewenangan mengadili perkara
kembali dan menurut Pasal 75 KUHP pidana dapat disebabkan oleh beberapa
kewenangan Penuntut umum telah faktor, yakni apa yang didakwakan
dihapus. Penuntut Umum dalam surat dakwaannya
ii. Kasus pidana yang diatur dalam Pasal 76 telah kadaluarsa (Pasal 78 KUHP), adanya
KUHP yang biasa disebut ”nebis in idem” asas nebis in idem, apa yang didakwakan
iii. Kasus pidana yang diatur dalam Pasal 78 terhadap terdakwa bukan tindak pidana
KUHP yang biasa disebut ”daluwarsa” kejahatan atau pelanggaran. Dan apa yang
iv. Surat dakwaan yang didakwakan oleh didakwakan kepada terdakwa tidak sesuai
Penuntut Umum bukan perkara pidana dengan tindak pidana yang dilakukannya.
tetapi perkara perdata
3. Keberatan bahwa surat dakwaan harus B. Saran
dibatalkan. 1. Proses peradilan suatu perkara pidana
Dasar surat dakwaan harus dibatalkan diharapkan penerapan eksepsi tidak
diatur dalam Pasal 143 ayat 2 dan 3 KUHAP. dikesampingkan atau diabaikan dan harus
Apabila surat dakwaan yang dibuat oleh dipandang perlu dan penting bagi hakim
penuntut umum tidak memenuhi unsur dan jaksa karena eksepsi merupakan hak
materiil yang dimuat dalam Pasal 143 ayat (2) dari terdakwa yang diajukan penasehat
b KUHAP adalah batal demi hukum. Sedangkan hukum sesuai dengan ketentuan Pasal
surat dakwan yang tidak memenuhi syarat 156 KUHAP. Eksepsi juga sangat penting
formil sebagaimana diatur dalam Pasal 143 bagi penasehat hukum terdakwa karena
ayat (2) a KUHAP dapat dibatalkan oleh hakim memberikan ruang bagi terdakwa atau
162
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
penasehat hukum untuk mengkoreksi Lilik Mulyadi, 2012. Hukum Acara Pidana
atau membantah isi dakwaan dari jaksa Indonesia Suatu Tinjauan Khusus
penuntut umum dan menyangkut hak dan Terhadap: Surat Dakwaan, Eksepsi, Dan
kepentingan hukum dari terdakwa sesuai Putusan Peradilan. PT. Citra Aditya Bakti.
KUHAP. Bandung
2. Para pihak terkait dalam menyelesaikan ___________, Bunga Rampai Hukum Pidana,
suatu perkara pidana dalam hal ini para Perspektif Teoritis dan Praktik, Citra
penyidik maupun penuntut umum Aditya Bakti, Bandung, 2008
diharapkan harus dilakukan secara Kertanegara Satochid, Hukum Pidana I
profesional dalam arti memahami dengan (kumpulan kuliah), Balai Lektur
baik proses suatu perkara pidana Mahasiswa, Jakarta
khususnya berkaitan dengan hukum acara M. Yahya Harahap, Pembahasan
pidana untuk mengindari diterimanya Permasalahan dan Penerapan KUHAP,
eksepsi terdakwa/penasehat hukum Sinar Grafika, Jakarta,2006, 2001.
sebab hal ini menyangkut wibawa M. Taufik Makarao dan Suhasril, 2004, Hukum
penegakkan hukum (law enforcement) Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek,
Ghalia Indonesia, Jakarta
DAFTAR PUSTAKA Pangaribuan M P Luhut, Hukum Acara Pidana :
Ansorie Sabuan, et. ail, Hukum acara pidana, Surat-surat Resmi Di Pengadilan oleh
Angkasa Bandung, 1990 Advocat, Djambatan, Jakarta, 2002
Abdoel Djamali, 2010, Pengantar Hukum Poernomo Bambang, 1993, Pola Dasar Teori
Indonesia, PT. Raja Grafindo Presda, Asas Umum Hukum Acara Pidana dan
Jakarta Penegakan Hukum Pidana, Liberty,
Atmasasmita Romli, sebagaimana yang di Yogyakarta
kutibYesmil Anwar dan Adang, Sistem Prodjodikoro Wirjono, Asas-asas Hukum
Peradilan Pidana, Konsep, Komponen dan Pidana di Indonesia, PT Eresco, Jakarta-
Pelaksanaannya dalam Penegakan Hukum Bandung, cetakan ke-3, 1981.
di Indonesia, Widya Padjajaran, __________, Hukum Acara Pidana di
Bandunng, 2009 Indonesia, Sumur, Bandung, cetakan ke-
_________, “Sistem Peradilan Pidana (Criminal 10, 1981,
Jutice System) Perspektif Ekstensialisme , Hukum Acara Pidana di Indonesia,
dan Abolisionisme” 1996 Sumur, Bandung, cetakan ke-10, 1981.
B.Simanjuntak. 1982. Hukum Acara Pidana & RD, Achmad, S, Soeman, Dipradja. 1977.
Tindak Pidana Khusus Bandung Pokok-Pokok Hukum Acara Pidana
Ch. J. Enschede dan A. Heijder. Asas-asas Indonesia, Penerbit Alumni Bandung
Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1982 R. Tresna, Komentar HIR, Pradnya Paramita,
Hamzah Andi , 2004, Hukum Acara Pidana Jakarta, 1976
Indonesia, Edisi Revisi, Sinar Grafika, Samidjo, 1985, Pengantar Hukum Indonesia,
Cetakan Ketiga, Jakarta CV. Armico, Bandung
Hendrastanto Yudowidagdo, Kapita Selekta Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian
Hukum Acara Pidana di Indonesia, PT Bina Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985.
Aksara, Jakarta, 1987 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi
Hamrat Hamid dan Harun Husein, 1991, Hukum, 1988, Jakarta, Rajawali Pers
Penyidikan dan Penuntutan dalam ___________, Soekanto., Efektifitas Hukum
Proses Pidana, Jakarta, Rineka Cipta dan Peranan Sanksi, Remadja Karya,
I.B Ngurah Adi. Tahun IV No. 72 Juli 1991. Bandung, 1985
Majalah Varia Peradilan Penerbit : Ikatan Seno Adji Indrianto “Arah Sistem Peradilan
Hakim Indonesia (IKAHI) Pidana”, Kantor Pengacara dan Konsultan
Jeremias Lemek. 2009. Penuntun Praktis Hukum. Prof. Oemar Seno Adji, SH dan
Membuat Pledoi, Yogyakarta : New Merah Rekan. 2001
Putih
163
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
164