Anda di halaman 1dari 4

 Communicative language teaching (CLT) :

Communicative language teaching (CLT), or the communicative approach (CA) , is


an approach to language teaching that emphasizes interaction as both the means
and the ultimate goal of study.

Learners in environments using communication to learn and practice the target


language by interactions with one another and the instructor, the study of
"authentic texts" (those written in the target language for purposes other than
language learning), and the use of the language both in class and outside of class.

Learners converse about personal experiences with partners, and instructors


teach topics outside of the realm of traditional grammar to promote language
skills in all types of situations. That method also claims to encourage learners to
incorporate their personal experiences into their language learning environment
and to focus on the learning experience, in addition to the learning of the target
language.

According to CLT, the goal of language education is the ability to communicate in


the target language.This is in contrast to previous views in which grammatical
competence was commonly given top priority.

CLT also positions the teacher as a facilitator, rather than an instructor.


Furthermore, the approach is a non-methodical system that does not use a
textbook series to teach the target language but works on developing sound oral
and verbal skills prior to reading and writing.

 Indonesia :
Pengajaran Bahasa Komunikatif (bahasa Inggris: Communicative language
teaching, CLT, disebut juga sebagai pendekatan komunikatif) adalah sebuah
pendekatan pengajaran bahasa yang menekankan interaksi sebagai sarana dan
tujuan akhir dari pembelajaran.

Para pembelajar bahasa di dalam lingkungan pembelajaran yang menggunakan


teknik CLT yaitu belajar dan berlatih bahasa target melalui interaksi dengan satu
sama lain beserta dengan instrukturnya, pembelajaran tentang "naskah asli"
(yang ditulis dalam bahasa target untuk tujuan selain pembelajaran bahasa), serta
melalui penggunaan bahasa baik di dalam maupun di luar kelas.

Peserta didik saling berbagi tentang pengalaman pribadi dengan rekan mitranya,
dan instruktur mengajarkan topik di luar bidang tata bahasa tradisional untuk
meningkatkan keterampilan bahasa dalam berbagai jenis situasi. Metode ini juga
menuntut untuk mendorong peserta didik agar menambahkan pengalaman
pribadi mereka ke dalam lingkungan belajar bahasa mereka, dan supaya fokus
pada pengalaman belajar selain mempelajari bahasa target.

Menurut CLT, tujuan pendidikan bahasa adalah kemampuan untuk berkomunikasi


dalam bahasa target. Hal ini berbeda dengan pandangan sebelumnya di mana
kompetensi tata bahasa umumnya ditempatkan sebagai prioritas utama.

CLT juga berfokus pada peran guru sebagai seorang fasilitator, bukan sebagai
instruktur. Selanjutnya, pendekatan teknik ini adalah sistem non-metodis yang
tidak menggunakan seri-seri buku pelajaran untuk mengajarkan bahasa target,
akan tetapi lebih pada pengembangan keterampilan lisan atau verbal yang baik
sebelum pembelajaran lanjut tentang membaca dan menulis.
 Audio lingual method :
The Audio-lingual Method is a method of foreign language teaching which
emphasizes the teaching of listening and speaking before reading and writing. It
uses dialogues as the main form of language presentation and drills as the main
training techniques. Mother tongue is discouraged in the classroom.

Applied to language instruction, and often within the context of the language lab,
it means that the instructor would present the correct model of a sentence and
the students would have to repeat it. The teacher would then continue by
presenting new words for the students to sample in the same structure. In audio-
lingualism, there is no explicit grammar instruction: everything is simply
memorized in form.

Example :

Inflection: Teacher: I ate the sandwich. Student: I ate the sandwiches.

Replacement: Teacher: He bought the car for half-price. Student: He bought it for
half-price.

Restatement: Teacher: Tell me not to smoke so often. Student: Don't smoke so


often!

 Indonesia :

Metode Audio-lingual adalah metode pengajaran bahasa asing yang menekankan


pada pengajaran mendengarkan dan berbicara sebelum membaca dan menulis.
Ini menggunakan dialog sebagai bentuk utama presentasi bahasa dan latihan
sebagai teknik pelatihan utama. Bahasa ibu tidak dianjurkan di dalam kelas.
Diterapkan pada pengajaran bahasa, dan seringkali dalam konteks lab bahasa, itu
berarti bahwa instruktur akan menyajikan model kalimat yang benar dan siswa
harus mengulanginya. Guru kemudian akan melanjutkan dengan menyajikan kata-
kata baru bagi siswa untuk sampel dalam struktur yang sama. Dalam audio-
lingualisme, tidak ada instruksi tata bahasa yang eksplisit: semuanya hanya dihafal
dalam bentuk.

Contoh :

Infleksi: Guru: Saya makan sandwich. Siswa: Saya makan sandwich.

Pengganti: Guru: Dia membeli mobil itu dengan setengah harga. Siswa: Dia
membelinya dengan setengah harga.

Pernyataan Ulang: Guru: Katakan pada saya untuk tidak terlalu sering merokok.
Siswa: Jangan terlalu sering merokok!

Anda mungkin juga menyukai