KTI Pilmapres
KTI Pilmapres
OLEH
AGATHA RIA BUDIYANA
NIM 23175178A
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
SURAT PERNYATAAN
Fakultas : Farmasi
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya sampaikan pada
kegiatan Pilmapres ini adalah benar karya saya sendiri tanpa tindakan
plagiarisme dan belum pernah diikutsertakan dalam lomba karya tulis.
Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan saya tersebut tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi dalam bentuk pembatalan predikat Mahasiswa
Berprestasi.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang
telah memberikan kasih setia serta penyertaan-Nya yang tak pernah berhenti
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini guna memenuhi
persyaratan untuk mengikuti pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat universitas.
Karya tulis ini berjudul “Potensi Pendayagunaan Limbah Kulit Buah
Rambutan (Nephelium lappaceum Linn.) di Bidang Kesehatan sebagai Upaya
Mendukung SDGs 2030”, dengan harapan dapat memberikan sumbangan
terhadap kemajuan di bidang kesehatan khususnya bidang kesehatan.
Karya tulis ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari beberapa pihak,
baik material maupun spiritual. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penulisan karya tulis ini. Semoga Tuhan Yesus Kristus memberikan balasan yang
lebih baik pada mereka semua.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik serta saran
yang diberikan dalam upaya penyempurnaan penulisan karya tulis ini. Akhir kata,
penulis berharap semoga apa yang telah penulis persembahkan dalam karya ini
akan bermanfaat bagi banyak pihak.
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
RINGKASAN (SUMMARY)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Uraian Singkat Gagasan
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
1.6 Metode Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Su
2.2 a
2.3
BAB III ANALISIS SINTESIS
3.1 Analisis Permasalahan Limbah di Indonesia
3.2
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
v
RINGKASAN
vi
PENDAHULUAN
1
Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Singapura, Nederland dan Taiwan
(Wahyuningsih, 2019).
Tingginya tingkat konsumsi masyarakat terhadap buah rambutan
terutama pada musim rambutan, menyumbang begitu banyak sampah organik
seperti kulit buah rambutan. Pada kenyataannya, limbah rambutan ini belum
dimanfaatkan secara optimal dan hanya didiamkan. Hal itu tentunya dapat
menimbulkan dampak negatif berupa ketidaknyamanan pada masyarakat,
kerusakan lingkungan seperti pencemaran lingkungan baik pada air, tanah
maupun udara dan sumber penyebaran berbagai penyakit (Wahyuningsih,
2019).
Pemanfaatan sampah organik merupakan solusi pemecahan
problematika sampah. Salah satu pemanfaatan sampah organik adalah dengan
menggunakan kulit buah rambutan sebagai alternatif pengobatan di bidang
kesehatan (Kumaidah et al, 2017). Beberapa aktivitas biologis buah rambutan
dan bagiannya (kulit dan biji) beserta komposisi kimia telah dilaporkan seperti
antidiabetes, antikanker, antioksidan karena adanya flavonoid dan polifenol,
antibakteri karena adanya fenol (polifenol) dan saponin serta antiinflamasi
karena adanya asam elagat, korilagin dan geraniin (Riza & Saptarini, 2018).
Salah satu manfaat kulit rambutan adalah sebagai antibakteri alami terhadap
bakteri S.Aerus dan E.Coli. Selain itu, limbah kulit rambutan ternyata dapat
menolak radikal bebas bahkan lebih efektif dari pada vitamin E dan bisa
menjadi antioksidan alami dikarenakan adanya senyawa fenolik yang diisolasi
dari ekstrak methanol kulit buah rambutan (Ramdhan & Kholid, 2019).
Banyaknya manfaat yang terdapat pada kulit rambutan ternyata tidak
sebanding dengan upaya masyarakat dalam memanfaatkan dan mengolahnya.
Hal ini justru menyisakan masalah berupa melimpahnya limbah kulit
rambutan dari masa panen ke masa panen selanjutnya menjadi limbah yang
terbuang sehingga menimbulkan dampak negatif. Berdasarkan kenyataan
tersebut peneliti berkeinginan meningkatkan potensi pendayagunaan limbah
kulit rambutan menjadi bahan pengobatan di bidang kesehatan sebagai upaya
mendukung SDGs 2030.
2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat dipaparkan sesuai dengan latar belakang
yang telah dijelaskan adalah:
1. Apa saja manfaat dan kegunaan limbah kulit buah rambutan (Nephelium
lappaceum Linn.) di bidang kesehatan sebagai upaya mendukung SDGs
2030?
2. Bagaimana upaya pendayagunaan limbah kulit buah rambutan (Nephelium
lappaceum Linn.) di bidang kesehatan sebagai upaya mendukung SDGs
2030?
3
2. Mengetahui upaya pendayagunaan limbah kulit buah rambutan
(Nephelium lappaceum Linn.) di bidang kesehatan.
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
5
Filipina. Tanaman tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga
ketinggian 500 m dpl dengan tipe iklim basah. Curah hujan 1.500-3000
mm/tahun. Tanah yang gembur dan subur lebih disenangi. Tanaman ini
relatif tahan pada lahan gambut masam dan tanah latosol cokelat dengan
pH tanah 4-6,5 dan Suhu udara 22-35°C. Rambutan merupakan buah-
buahan tropis bertipe iklim basah, jenis batang pada rambutan adalah
lignosus, batang berbentuk teres, sedangkan permukaan batang rambutan
memperlihatkan lepasnya kerak (bagian kulit mati). Arah tumbuh batang
erectus, sedangkan arah tumbuh cabangnya sympodial, cabang pada
rambutan bersifat patens. Pohon rambutan memiliki ketinggian 5-9 meter.
Batang rambutan berkayu keras, berbentuk gilig, tumbuh kokoh dan
berwarna kecoklat-coklatan sampai putih kecoklatan. Percabangan tumbuh
secara horizontal, namun terkadang sedikit miring ke arah atas (Ulfah,
2016).
Buah rambutan terdiri atas salut biji, biji dan kulit buah. Buahnya
berbentuk bulat hingga lonjong.
6
Spesies : Nephelium lappaceum L.
(Pratiwi, 2015)
1. Antibakteri
Berdasarkan analisis fitokimia dari kulit buah rambutan dilaporkan
bahwa kulit buah rambutan mengandung senyawa tanin, alkaloid,
saponin, flavonoid, dan triterpenoid yang mempunyai fungsi sebagai
antibakteri. Kandungan terbanyak dari ekstrak kulit rambutan yaitu
senyawa tanin dan saponin. Berdasarkan senyawa-senyawa yang
terkandung tersebut, mekanisme penghambatan bakteri adalah dengan
merusak dinding dan membran plasma sel bakteri (Apriliana &
Hawarima, 2016). Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah
tanin mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga
pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna, sehingga
7
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotic maupun
fisik sehingga sel bakteri akan mati. Tanin juga bekerja merusak
membran sel, inaktivasi enzim-enzim esensial, dan dekstruksi fungsi
material genetik sehingga dapat menghambat perkembangan bakteri
E. Coli (penyebab penyakit diare) (Alina et al, 2016).
2. Antioksidan
Komponen fenolik dari kulit buah rambutan (Nephelium lappaceum L)
antara lain berupa geranin dan corilagin merupakan golongan
flavonoid, dan asam alegat dari golongan tannin. Ekstrak kulit
rambutan mempunyai IC50 sebesar 20,39 µg/dl yang dapat menekan
bebas DPPH. Diketahui bahwa aktivitas antioksidan ekstrak etanol
kulit buah rambutan dengan metode DPPH menunjukkan bahwa
ekstrak etanol kulit buah rambutan mempunyai aktivitas antioksidan
yang baik (Suparmi et al, 2012). Penelitian lain menyebutkan dengan
metode linoleat-tiosianat bahwa ekstrak etanol kulit buah rambutan
(Nephelium lappaceum, L.) mempunyai aktivitas sebagai antioksidan
dengan mekanisme menghambat pembentukan radikal bebas asam
linoleat. Kemampuan menghambat pembentukan radikal bebas asam
linoleat dari ekstrak etanol kulit buah rambutan sama dengan vitamin E
pada setiap konsentrasinya (Suparmi et al, 2012).
Berdasarkan penelitian tersebut, bahwa kulit rambutan mengandung
flavonoid dan telah diketahui bahwa flavonoid baik digunakan untuk
kulit sebagai antioksidan dan penangkal radikal bebas. Antioksidan
dapat digunakan sebagai anti-aging yang dapat mencegah penuaan
dini, untuk penggunaan yang menyenangkan maka diperlukan
kosmetik anti-aging dengan antioksidan agar dapat merawat kulit
wajah. Antioksidan dapat diformulasikan sebagai sediaan kosmetik
berbentuk krim, gel, dan lotion (Hasan et al, 2018).
3. Antidiabetes
8
Ekstrak kulit rambutan (Naphelium lappaceum) yang memiliki nilai
persen penghambat aktivitas enzim xantin oksidase yang paling tinggi
adalah ekstrak metanol dengan nilai IC sebesar 3,71µg/mL. Senyawa
yang terdapat dalam ekstrak metanol adalah flavonoid, tanin, saponin
dan terpenoid (Putri et al, 2016). Senyawa yang terkandung di dalam
fraksi kulit buah rambutan yang berperan dalam penurunan kadar
glukosa darah adalah Alkaloid terbukti mempunyai kemampuan
meregenerasi sel ß-pankreas yang rusak. Adanya perbaikan pada
jaringan pankreas, maka akan terjadi peningkatan jumlah insulin di
dalam tubuh sehingga glukosa darah akan masuk ke dalam sel dan
mengakibatkan penurunan kadar glukosa darah dalam tubuh
(Adawiyah & Yusriadi, 2019).
4. Antikanker
Kandungan kulit buah rambutan yang meliputi asam ellagic, korilagin
dan geraniin memiliki potensi sebagai antikanker. Asam ellagic
merupakan hasil hidrolisis tanin seperti ellagitanin dan geraniin.
Aktivitas antikanker suatu tanin terjadi melalui mekanisme
penghambatan kerja enzim sel, pencegahan proses mutagenesis yang
dapat menimbulkan kanker. Aktivitas antikanker dari ekstrak metanol
merah dan varietas kuning (Nephelium lappaceum L.) pada sel kanker
payudara, sel kanker serviks (HeLa) dan sel kanker osteosarkoma
menunjukkan bahwa ekstrak metanol varietas kuning (Nephelium
lappaceum L.) memiliki aktivitas terhadap sel kanker payudara dan sel
kanker osteosarkoma dengan nilai IC50 masing-masing 5.42+1.67
µg/ml dan 6.97+1.02 µg/ml (Sukmandari et al, 2017).
9
BAB III. ANALISIS SINTESIS
10
membahayakan lingkungan di sekitarnya, termasuk dalam hal ini
membahayakan manusia. Apabila limbah tersebut memasuki lingkungan
dan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang
merugikan atau tidak diharapkan, maka limbah tersebut dikatakan telah
mencemari lingkungan tersebut dan terjadilah pencemaran lingkungan.
Secara umum pencemaran lingkungan meliputi pencemaran tanah,
pencemaran air, dan pencemaran udara. Ketiga pencemaran di atas dapat
disebabkan oleh masuknya limbah padat, cair, maupun gas. Mengingat
dampak buruk atas pembuangan limbah yang melebihi ambang batas,
maka diperlukan suatu upaya untuk “memperlakukan” limbah. Limbah
yang terbuang hendaknya dipilah-pilah atau diproses terlebih dahulu
menjadi bentuk yang tidak membahayakan. Perlakuan yang lebih baik
terhadap limbah adalah memproses limbah menjadi sesuatu yang
bermanfaat untuk manusia dan lingkungannya.
11
menghadapi permasalahan besar dalam pengelolaan sampah. Peningkatan
volume sampah akan meningkatkan kebutuhan lahan pembuangan
sampah, sementara di lain pihak semakin sulit mencari lokasi
penampungan sampah di perkotaan dan membutuhkan biaya pengelolaan
yang tidak sedikit. Pada dasarnya pelaksanaan penanganan dan
pengendalian limbah harus sekaligus disertai upaya pemanfaatannya,
sehingga dapat menghemat biaya operasi, bahkan diharapkan mempunyai
keuntungan berupa nilai tambah. Limbah domestik, baik padat (sampah)
maupun cair (air limbah domestik dan tinja) belum banyak dikelola,
padahal dapat dijadikan kompos dan sumber energi.
Produksi buah rambutan yang berlimpah di masyarakat, sebagian
hasil panen rambutan dikosumsi sendiri dan sebagian langsung dijual ke
tengkulak tanpa mengolah menjadi produk yang memiliki nilai jual lebih
tinggi dan mempunyai profit oriented. Dengan berlimpahnya hasil panen
rambutan berdampak pada limbah yang melimpah yang seharusnya bisa
dimanfaatkan. Limbah yang bisa dimanfaatkan tersebut berupa daun, kulit
dan biji. Namun kenyataannya, limbah rambutan ini belum dimanfaatkan
secara optimal apabila hanya didiamkan dapat menimbulkan dampak
negatif. Dampak tersebut berupa ketidaknyamanan pada masyarakat,
kerusakan lingkungan seperti pencemaran lingkungan baik pada air, tanah
maupun udara dan sumber penyebaran berbagai penyakit. Namun limbah
rambutan yang diolah bermanfaat bagi masyarakat.
Kulit buah rambutan mengandung asam elagat, korilagin dan
geranin. Geranin diketahui memiliki aktivitas antioksidan lebih besar
dibandingkan BHT dan DPPH. Geranin mampu menghambat enzim alfa-
glukosidase dan alfa-amilase. Dengan kemampuan tersebut geranin dapat
menurunkan kadar glukosa darah (Muhtadi et al, 2018). Namun, perlu
adanya penelitian lebih lanjut secara in vitro dan in vivo mengenai
mekanisme spesifik kulit buah rambutan sebagai antidiabates, serta
pengembangan produk formulasi obat yang sesuai.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kulit buah rambutan
memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri, antioksidan,
12
antidiabetes, dan antikanker. Kulit buah rambutan memiliki kandungan
polifenol yang tinggi dan dapat digunakan sebagai antibakteri, sehingga
dapat dikembangkan menjadi produk kesehatan yang bermanfaat bagi
masyarakat seperti produk sabun, krim wajah, salep, gel hand sanitizer,
dan emulgel (Rizka & Saptarini, 2018). Senyawa flavonoid mempunyai
potensi sebagai antioksidan sebab mempunyai gugus hidroksil yang
melekat pada cincin karbon aromatik sehingga dapat menangkap radikal
bebas yang dihasilkan dari reaksi peroksidasi lemak dengan
menyumbangkan satu atom hidrogen untuk menstabilkan radikal peroksi
lemak. Adanya kandungan flavonoid dalam kulit buah rambutan, menjadi
dasar dibuatnya sediaan masker gel peel-off, krim, lip cream (Rizka &
Saptarini, 2018).
Kandungan kulit buah rambutan yang meliputi asam ellagic,
korilagin dan geraniin memiliki potensi sebagai antikanker. Aktivitas
antikanker dari ekstrak metanol merah dan varietas kuning (Nephelium
lappaceum L.) pada sel kanker payudara, sel kanker serviks (HeLa) dan
sel kanker osteosarkoma menunjukkan bahwa ekstrak metanol varietas
kuning (Nephelium lappaceum L.) memiliki aktivitas terhadap sel kanker
payudara dan sel kanker osteosarkoma (Sukmandari et al, 2017). Namun,
penelitian mengenai kulit buah rambutan sebagai antikanker masih sangat
minim di Indonesia, sehingga perlu adanya penelitian lanjut mengenai
aktivitas antikanker kulit buah rambutan serta pengenbangan produknya
sehingga dapat memiliki nilai tambah sebagai obat kemoterapi.
13
kesehatan untuk memastikan aktivitas farmakologi kulit buah rambutan
dan keamananya sebagai obat. Upaya untuk mengoptimalkan
pendayagunaan limbah kulit buah rambutan ini perlu adanya riset dan
penelitian terlebih dahulu, mengenai senyawa atau metabolit sekunder
yang berperan sebagai antibakteri, antioksidan, antidiabetes, dan
antikanker. Penelitian secara in vitro dan in vivo.
Selain itu, perlu adanya pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan
kepada masyarakat luas, sehingga pengetahuan dan keterampilan dalam
mengelola dan memanfaatkan limbah kulit buah rambutan di bidang
kesehatan akan bertambah. Hal ini tidak saja membantu mengurangi
pencemaran dan kerusakan lingkungan, tetapi juga membantu pemerintah
dalam upaya menyadarkan masyarakat supaya tidak membuang limbah
kulit buah rambutan.
Pelatihan dan penyuluhan tentang cara mengolah limbah kulit buah
rambutan di bidang kesehatan harus dirangkai dalam sebuah program yang
menarik dan mudah dipahami oleh masyarakat, khususnya kaum milenial.
Berbagai macam pengembangan produk obat perlu dilakukan riset dan
penelitian terlebih dahulu. Pada pelaksanaan pelatihan pemanfaatan
limbah kulit buah rambutan diberikan oleh ahli farmasi atau tenaga
kesehatan lainnya yang mendukung dalam proses pengembangan limbah
kulit buah rambutan di bidang kesehatan. Oleh karena itu, pelatihan dan
penyuluhan kepada kaum milenial sangatlah penting.
14
BAB IV. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 Simpulan
Indonesia memiliki tantangan dalam menyelesaikan kesehatan serta
penanganan limbah di beberapa daerah. Minimnya pendayagunaan limbah
hasil panen seperti kulit buah rambutan menyebabkan dampak negatif
berupa kerusakan lingkungan. Dengan adanya upaya pendayagunaan limbah
kulit buah rambutan dapat mengurangi dampak kerusakan lingkungan serta
memberikan manfaat bagi kesehatan. Optimalisasi pendayagunaan limbah
kulit buah rambutan perlu adanya kerjasama antara pemerintah, tenaga
kesehatan dan kefarmasian, serta masyarakat.
4.2 Rekomendasi
Dibutuhkan koordinasi dan kolaborasi yang lebih intensif antara
pemerintah dan tenaga kesehatan serta tenaga kefarmasian dengan
pendekatan yang lebih terorganisir untuk mencapai hasil yang maksimal.
Dalam konteks ini disarankan kepada masyarakat untuk tidak membuah
limbah kulit buah rambutan karena dapat memberikan banyak manfaat bagi
kesehatan apabila dilakukan pengolahan secara baik dan benar.
15
DAFTAR PUSTAKA
Adawiyah R., Yusriadi. 2019. Uji Aktivitas Antidiabetes Fraksi Kulit Buah
Rambutan (Nephaliumlappaceum L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus
Norvegicus) Hiperkolesterolemia-Diabetes. Farmakologika Jurnal Farmasi
16(1):69-79.
Alina R., Hidayati S.N., Antares D.A., Fuadah F.S., Wijayanti R. 2016. Uji
Aktivitas Antibakteri Fraksi Kulit Buah Rambutan (Nephellium Lappaceum
L.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri E. Coli Penyebab Diare.
Media Farmasi Indonesia 12(2):1210-1217.
Hasan H., Tomagola M.I., Mayasari S. 2018. Pemanfaatan Ekstrak Etanol Kulit
Rambutan (Nephelium lappaceum L) Sebagai Krim Antioksidan. JK FIK
UINAM 6(1):10-15.
Khumaida A., Mulyawati D., Irawati I., Prawati N., Amrillah F. 2017. Formulasi
Tablet Effervescent Berbahan Baku Ekstrak Kulit Buah Rambutan
(Nephelium lappaceum) Sebagai Antioksidan. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology 6(1):27-36.
Megawati, Roosevelt A., Akhir L.O. 2018. Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik
Sediaan Gel Ekstrak Kulit Buah Rambutan (Nephelium lappaceum L.)
Sebagai Obat Sariawan Menggunakan Variasi Konsentrasi Basis Carbopol.
Jurnal Farmasi Sandi Karsa 5(1): 5-10.
Muhtadi, Faroska A.A., Suhendi A., Sutrisna E.M. 2018. Aktivitas Antidiabetes
Dari Kombinasi Serbuk Ikan Gabus (Channa Striata) Dan Ekstrak Etanol
Kulit Buah Rambutan (Nephelium Lappaceum) Pada Tikus Putih Jantan
Galur Wistar. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis 4 (2):9-14.
16
Muhtadi, Haryoto, Sujono T.A., Indaryudha P., Suhendi A. 2013. Pengembangan
Potensi Ekstrak Kulit Buah Rambutan Sebagai Bahan Obat Herbal
Antihiperkolesterol. Biomedika 5(2):22-25.
Putri N.E., Rissyelly, Mauldina M.G. 2016. Uji Penghambatan Xantin Oksidase
secara In Vitro Ekstrak Kulit Rambutan. Pharm Sci Res 3(1): 12-20.
Pratiwi, B. E. 2015. Isolasi dan Skrining Fitokimia Bakteri Endofit dari Daun
Rambutan (Nephelium lappaceum L.) Yang Berpotensi Sebagai Antibakteri.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rahardian A.H. 2016. Strategi Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding Seminar
STIAMI 3(1):46-56.
Ramdhan T.W., Kholid M. 2019. Pengolahan Limbah Kulit Rambutan menjadi
Produk Minuman dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa
Rong Durin Kabupaten Bangkalan. Jurnal Pengabdian Masuarakat 1(1):
96-102.
Rizka H.A., Saptarini N.M. 2018. Artikel Ulasan : Pemanfaatan Kulit Buah
Rambutan (Nephelium lappaceum Linn) Sebagai Sediaan Fungsional.
Farmaka 16(2):78-83.
Rufaidah V.W., Iskak P.I. 2019. Peran Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Kementan Dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB). Journal of Documentation and Information Science
3(1):45-55.
Sukmandari, N. S., Dash, G. K., Jusof, W. H., & Hanafi, M. 2017. A Review on
Nephelium lappaceum L. Research J. Pharm. And Tech. 10(8): 1-9.
17
Wahyuningsih, D. 2019. Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kewirausahaan
Pengolahan Limbah Buah Rambutan di Desa Keleyan Kabupaten
Bangkalan. Jurnal Ilmiah Pangabdhi 5(1):56-61.
18