KLP-2 Audit Kinerja Keuangan
KLP-2 Audit Kinerja Keuangan
Oleh :
Kelompok II
AL AZHARI B1C120002
DIAN AGUNG SAPUTRA B1C120016
DIYANI S. B1C120017
HARDIANTI B1C120024
HELDA YULISTINA B1C120025
KETUT RISNA WATI B1C120031
LA ODE MUHAMMAD ALI SARMAN B1C120032
LIZA PUSPITA PURNAMA B1C120034
MARDIAN B1C120035
MELANI B1C120037
MUNADIRAH B1C120043
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang " Audit Kinerja
Keuangan".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
5. Memberikan keyakinan pada para stakeholder dan pemangku kepentingan
bahwa organisasi atau lembaga melakukan pengelolaan keuangan yang baik
dan bertanggung jawab.
3
1. Penetapan Sasaran, Objek Audit, dan Sumber Daya Anggaran
Berdasarkan pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya terhadap Sistem
Pengendalian Internal unit kerja, ketaatan auditi terhadap peraturan
perundang-undangan, dan kecurangan dan ketidakpatutan, maka atas
permasalahan tersebut pada awal tahun ditetapkan unit kerja dan objek audit
yang akan di audit pada tahun berjalan dengan mempertimbangkan
anggaran yang tersedia.
2. Pembentukan Tim Audit
Dengan mempertimbangkan sumber daya manusia, kualitas, jenjang
jabatan Auditor yang ada serta kemungkinan gangguan terhadap
independensi maupun objektivitas Auditor, maka dibentuk tim Audit secara
terkombinasi. Wewenang dalam pembentukan tim Audit ini terletak pada
Pengendali Mutu dengan atas persetujuan Inspektur. Dimana dalam
pembentukan tim tersebut dengan menggunakan metode sampling acak dan
berdasarkan pada jabatan dan pengalaman sebagai Auditor.
3. Penetapan Program Kerja Pengawasan Tahunan
Dengan adanya penetapan sasaran, objek serta tim Audit yang telah
dibentuk, maka disusun Penetapan Program Kerja Pengawasan Tahunan
(PKPT) untuk satu tahun berjalan..
4. Mengumpulkan Peraturan Perundang-Undangan Yang Terkait
Dengan telah adanya PKPT, sehingga setiap tim Audit telah mengetahui
unit kerja yang akan menjadi tugas dan tanggung -Jjawabnya, dengan
demikian setiap tim telah mengetahui dan dapat mengumpulkan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan objek audit yang akan diaudit
tim Audit.
5. Menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Audit
Berdasarkan jadwal yang telah ditentukan dalam PKPT, Inspektur
menetapkan surat penugasan kepada tim Audit. Bagian utama surat
penugasan pelaksanaan audit mencakup:
dasar penugasan;
nama dan peran masing-masing anggota tim Audit;
jenis Audit;
4
nama Auditi;
tanggal dimulai dan berakhirnya Audit;
unit Auditi;
objek Audit.
6. Melaksanakan Survei Pendahuluan
Pada tahap ini dilakukan upaya untuk memahami gambaran umum
tentang Auditi, termasuk mengenai prosedur penyelenggaraan kegiatan
operasional Auditi. Dari tahap ini menghasilkan antara lain berupa
kesimpulan mengenai berbagai aspek pengendalian yang perlu mendapat
perhatian untuk diteliti lebih lanjut pada tahap berikutnya yaitu evaluasi atas
sistem pengendalian internal.
Adapun tujuan dari tahap survei pendahuluan ini adalah untuk
mengidentifikasi area yang signifikan dan mendesain prosedur Audit yang
efisien. Dari survei pendahuluan ini diharapkan agar Auditor:
dapat mengerti informasi yang berkaitan dengan penugasan Audit;
memperoleh gambaran yang jelas mengenai penugasan;
fokus dalam menentukan prioritas ketika menyusun program Audit.
Hasil survei pendahuluan meliputi:
informasi internal Auditi, antara lain sejarah auditi, sistem
manajemen, struktur organisasi, dan informasi mengenai audit yang
telah dilaksanakan tahun lalu;
informasi eksternal Auditi, antara lain undang-undang, peraturan, dan
kebrjakan internal.
5
Menulis uraian kegiatan auditi;
Melakukan prosedur analitis.
2. Pengujian pengendalian (fest of contro[)
Prosedur yang dapat dilakukan oleh auditor dalam melakukan Pengujian
pengendalian melalui kegiatan:
Pengujian Sepintas (walkthrough testl;
Pengujian Terbatas (limited testing of the sgsteml;
Pengujian Pengendalian (test of controll.
3. Menaksir risiko pengendalian (control Risk)
Mekanisme menilai atau menaksir Risiko dilakukan dengan
mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola berbagai Risiko dalam
Sistem Pengendalian Internal tersebut dihubungkan dengan tujuan yang
ingin dicapai. Tahap-tahap penilaian Risiko meliputi:
Memahami tujuan pengendalian yang ingin dicapai;
Mengidentifikasi kondisi pengendalian yang terjadi;
Mengidentifikasi akibat yang potensi terjadi;
Memprioritaskan Risiko berdasarkan ukuran signifikannya.
Risiko pengendalian berbanding terbalik dengan derajat keandalan.
Dengan demikian, menaksir risiko pengendalian sama artinya dengan
menentukan derajat keandalan sistem pengendalian:
Pengendalian dianggap pengendaliannya rendah, dan kuat atau andal
bila risiko dan demikian juga sebaliknya;
Pengendalian dianggap lemah atau tidak andal bila mengandung
Risiko pengendalian yang tinggi.
4. Menyusun Program Kerja Audit
Evaluasi Sistem Pengendalian Internal diarahkan untuk memperoleh
identifikasi mengenai aspek-aspek pengendalian internal yang menunjukkan
kelemahan yang dapat dijadikan tujuan audit bagi tahap audit lanjutan yang
disajikan dalam bentuk Program Keda Audit (PKA).
6
1. Tujuan
Tujuan dari tahap ini apakah Auditi taat pada peraturan perundang-
undangan, serta menilai efektivitas pengendalian internal melalui pengujian
pengendalian yang dikoordinasikan dengan pengujian lainnya.
2. Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan audit meliputi:
a. Pengumpulan dokumen sumber.
Dokumen sumber digolongkan dalam 4 (empat) kelompok yang terdiri
atas:
1) Bukti dokumen, yaitu dokumen yang berisi informasi tertulis, seperti
surat, kontrak, kuitansi, faktur, catatan akuntansi, berita acara,
dokumen elektronik, dan dokumen tertulis lainnya.
2) Bukti kesaksian, yaitu catatan yang dibuat atas hasil wawancara,
kuesioner, surat pernyataan tertulis, dan informasi lainnya.
3) Bukti fisik, yaitu catatan atas hasil perhitungan, pengukuran,
pengamatan secara langsung terhadap fisik di lapangan, yang
wujudnya dapat berupa berita acara pemeriksaan fisik, foto, gambar,
bagan, peta, atau contoh fisik.
4) Bukti analisis, yaitu hasil analisis auditor setelah mempelajari bukti-
bukti lainnya, dan bukti ini dapat berupa pembandingan, perhitungan,
dan argumentasi lain yang logis.
Bukti yang harus dikumpulkan Tim Audit yaitu seluruh bukti-bukti
yang berkaitan dengan objek audit yang akan dilakukan.
b. Pengujian dokumen sumber
Setiap bukti yang diperoleh harus diteliti secara cermat untuk
mengetahui keabsahannya dan relevansinya dengan objek yang akan di
audit, dan kemudian dilakukan pembandingan antara informasi yang ada
dalam bukti dokumen dengan kriteria yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dari pembandingan tersebut akan diketahui adanya kesesuaian dengan
kriteria atau adanya penyimpangan dari kriteria. Oleh karena itu setiap
penyimpangan dari kriteria merupakan temuan audit. Bahwa
penyimpangan dari kriteria atau temuan tersebut dapat disebabkan adanya
7
kelalaian/kekeliruan, akan tetapi dapat juga dikarenakan ketidakpatuhan
atau kecurangan yang dilakukan secara sengaja.
c. Pengujian fisik di lapangan
Terhadap kegiatan tertentu yang dijadikan objek audit dapat
dilakukan pengujian bukti fisik di lapangan setelah terlebih dahulu
dilakukan pengujian bukti dokumen. Dimana dalam pengujian bukti fisik
dilapangan tersebut dilakukan dengan cara menghitung, mengukur dan
mengamati, untuk kemudian diperbandingkan dengan informasi yang ada
dalam bukti dokumen, serta untuk selanjutnya diperbandingkan dengan
kriteria dalam peraturan yang berlaku.
Apabila ada perbedaan dari hasil pengujian fisik dilapangan dengan
hasil pengujian bukti dokumen atau dengan kriteria dalam peraturan, maka
perbedaan tersebut merupakan penyimpangan yang merupakan temuan
audit.
d. Inventarisasi temuan rincian temuan
Setiap penyirnpangan yang ditemukan pada saat pengujian bukti
dokumen maupun yang ditemukan pada saat pengujian fisik dilapangan
disusun dalam suatu daftar inventarisasi dalam kertas kerja audit yang
disertai dengan rincian penjelasan yang menyebabkan penyimpangan
tersebut.
Seluruh temuan tersebut harus disampaikan kepada pejabat yang
bertanggung jawab dalam mengelolalmelaksanakan kegiatan untuk
mendapat penjelasan atau klarifikasi. Pengembangan temuan Langkah-
langkah
e. pengembangan temuan, meliputi:
1) mengenali secara khusus apa yang kurang atau tidak sesuai dengan
kriteria/tolok ukur yang lazim;
2) membandingkan "apa yang sebenarnya terjadi" dengan "apa yang
seharusnya", jika dalam audit tidak dijumpai tolak ukur maka auditor
harus merumuskannya bersama-sama dengan auditi;
3) mengenali batas wewenang dan tanggung jawab pejabat yang terkait
dalam pelaksanaan kegiatan, program dan fungsi;
8
4) mengenali batas wewenang pejabat yang bertanggung jawab langsung
terhadap kegiatan, program dan fungsi yang di audit serta pejabat
yang bertanggung jawab pada tingkat yang lebih tinggi untuk
mengetahui pada siapa laporan dan rekomendasi diajukan;
5) memastikan penyebab penyimpangannya agar lebih mudah
mempertimbangkan perbaikannya; rekomendasr.
6) menentukan apakah kelemahan tersebut merupakan kasus yang berdiri
sendiri atau tersebar luas atau berkaitan dengan kegiatan lain, agar
dapat membuat simpulan yang tepat atas kelemahan yang ada;
7) menentukan akibat atau arti pentingnya penyimpangan;
8) meminta penjelasan/klarifikasi dari pejabat yang terkait dengan
penyimpangan tersebut. Penjelasan/ klarifikasi dari pejabat terkait
tersebut dapat dilakukan secara lisan tetapi dicatat oleh auditor atau
dapat juga dilakukan secara tertulis.
9) Penjelasan/klarifikasi yang logis atau masuk akal sehat dapat
dipertimbangkan auditor untuk dimasukkan dalam laporan sebagai
latar belakang terjadinya penyimpangan.
10) meminta kesediaan auditi untuk menindaklanjuti.
f. Pelaporan Laporan hasil Audit
menginformasikan tentang hasil penilaian kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan
tugas dan fungsi instansi pemerintah.
g. Pemantauan tindak lanjut temuan
Pemantauan tindak lanjut hasil audit adalah salah satu proses
berkelanjutan dimana Inspektorat melaksanakan fungsinya untuk
pembinaan dan pengawasan berkelanjutan berupa pemantauan progres
penyelesaian temuan-temuan (rekomendasi) hasil audit yang tercantum
dalam Laporan Hasil Audit.
9
Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, waktu dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi, sehingga dapat menjadi dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat atas pelaporan keuangan dari
entitas yang diaudit.
10
a. Informasi keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
b. Entitas yang diaudit telah memenuhi persyaratan kepatuhan terhadap
peraturan keuangan tertentu.
c. Sistem pengendalian intern instansi tersebut, baik terhadap laporan
keuangan maupun terhadap pengamanan atas kekayaannya, telah
dirancang dan dilaksanakan secara memadai untuk tujuan pengendalian.
Audit atas hal yang berkaitan dengan keuangan yang meliputi, antara lain
audit terhadap unsur yang berikut;
11
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai
sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab
yang dipikul auditor.
12
Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan
keuangan auditan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tersebut sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-
hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
4. Pendapat tidak wajar.
Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan auditan tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat.
Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan, jika bukti audit tidak cukup untuk
membuat kesimpulan.
Menurut SA-IAI, materi pokok laporan hasil audit atas laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
13
Penentuan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi-estimasi
signifikan yang dibuat manajemen.
Penilaian penyajian laporan keuangan secara keseluruhan
g. Suatu pernyataan bahwa auditor yakin bahwa audit yang dilaksanakan
memberikan dasar memadai untuk memberikan pendapat.
h. Suatu pendapat mengenai laporan keuangan yaitu wajar tanpa pengecualian,
wajar dengan pengecualian, atau tidak wajar, atau tidak memberikan pendapat
i. Tanda tangan auditor yang memiliki Nomor Register Akuntan selaku
penanggung jawab.
j. Tanggal Laporan Audit
14
keuangan, penjelasan atas ruang lingkup pengujian pengendalian intern atas
pelaporan keuangan dan ketaatan terhadap peraturan perundangan, dan
batasan kontrak atau perjanjian hibah serta hasil dari pengujian pengendalian
tersebut.
Untuk audit atas laporan keuangan dimana auditor memberikan opini
atau tidak memberikan opini, auditor harus melaporkan ruang lingkup
pengujian atas pengendalian intern untuk pelaporan keuangan dan ketaatan
terhadap peraturan perundangan, batasan kontrak atau perjanjian hibah
termasuk apakah pengujian yang dilakukan tersebut mampu menyediakan
bukti yang cukup untuk mendukung opini terhadap efektivitas pengendalian
intern tersebut.
c. Untuk audit keuangan, termasuk audit atas laporan keuangan dimana auditor
menyediakan opini atau tidak memberikan opini, auditor harus melaporkan
sesuai tujuan auditnya;
kelemahan dalam pengendalian inern yang merupakan kondisi-kondisi
yang dapat dilaporkan seperti yang disebutkan dalam PSA-IAI,
semua kecurangan dan perbuatan melanggar hukum yang terjadi, serta
pelanggaran terhadap batasan kontrak atau perjanjuan hibah serta
ketidakpatutan.
Hal-hal yang dapat merupakan kondisi-kondisi yang dapat dilaporkan
misalnya:
1. Tidak adanya pemisahan tugas yang memadai dan konsisten dengan
tujuan pengendalian;
2. Tidak adanya telaah dan otorisasi yang memadai atas transaksi, jurnal
akuntansi, atau keluaran sistem;
3. Tidak memadainya batasan dalam pengamanan aktiva;
4. Adanya bukti kegagalan dalam mengamankan kativa dari kerugian,
kerusakan atau penyalahgunaan;
5. Adanya bukti bahwa sistem gagal untuk menyediakan keluaran yang
lengkap dan akurat yang konsisten dengan tujuan pengendalian auditan
karena kesalahan pelaksanaan kegiatan pengendalian;
15
6. Adanya bukti bahwa terjadi penyimpangan terhadap pengendalian intern
yang dilakukan dengan sengaja oleh pihak-pihak yang memiliki akses
dalam kerusakan sistem secara keseluruhan;
7. Adanya bukti bahwa terjadi kegagalan dalam melakukan tugastugas yang
merupakan bagian penting dari pengendalian intern misalnya rekonsiliasi
yang tidak disiapkan tepat pada waktunya;
8. kelemahan dalam lingkungan pengendalian auditan seperti tidak adanya
tindakan yang positif dan mendukung pengendalian intern dari
manajemen;
9. kelemahan dalam perancangan dan pelaksanaan pengendalian intern yang
dapat menyebabkan pelanggaran peraturan perundangan, pelanggaran
batasan kontrak atau perjanjian hibah, kecurangan, atau ketidakpatutan
secara material dan langsung mempengaruhi laporan keuangan atau
tujuan audit; dan
10. kelalaian dalam menindaklanjuti dan memperbaiki kelemahan
pengendalian intern yang ditemukan sebelumnya.
Dalam menyajikan temuan terhadap kelemahan pengendalian intern
termasuk juga perbuatan melanggar hukum, kecurangan, pelanggaran batasan
kontrak dan pelanggaran perjanjian hibah, auditor dapat menggunakan
sistematika penyajian temuan seperti yang telah dijelaskan dalam yang terdiri
dari kriteria, kondisi, sebab, akibat dan rekomendasi.
Ketika auditor menemukan kelemahan dalam pengendalian intern yang
bukan kondisi yang dapat dilaporkan, auditor harus menyampaikan
kelemahan-kelemahan tersebut secara terpisah dalam management letter.
Standar audit yang berlaku umum mensyaratkan auditor untuk
mengungkapkan dampak dari kecurangan, perbuatan melanggar hukum dan
pelanggaran terhadap batasan kontrak atau perjanjian hibah serta memastikan
bahwa komite audit atau pihak lain yang memiliki otoritas dan
tanggungjawab yang sama, telah mendapat informasi secara memadai
mengenai kecurangan, perbuatan melanggar hukumm dan pelanggaran-
pelanggaran tersebut.
16
Ketika auditor menemukan pelanggaran batasan kontrak atau perjanjian
hibah yang tidak material atau ketidakpatutan, auditor harus menyampaikan
temuan mereka dalam management letter. Dalam keadaan tertentu, sesuai
peraturan perundangan, auditor dapat menyampaikan secara langsung
pelanggaran batasan kontrak atau perjanjian hibah, kecurangan, perbuatan
melanggar hukum dan ketidakpatutan kepada pihak lain.
d. Apabila Laporan Audit menyebutkan adanya kelemahan dalam pengendalian
intern, kecurangan, perbuatan melanggar hukum, pelanggaran terhadap
kontrak atau perjanjian hibah, dan ketidakpatutan, auditor harus mendapatkan
dan melaporkan tanggapan dari pejabat yang bertanggungjawab mengenai
temuan, simpulan dan rekomendasi, begitu juga dengan tindakan perbaikan
yang direncanakan.
Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan telah
dibuat secara wajar, lengkap dan obyektif adalah dengan mendapatkan review
dan komentar dari pejabat yang bertanggung jawab dari entitas yang
diperiksa. Tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya
mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan
terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan, ketidakpatuhan
terhadap kontrak/perjanjian, atau ketidakpatutan yang dilaporkan oleh
auditor, tetapi juga mengenai pendapat pejabat tersebut tentang kelemahan
dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan dan
peraturan perundang-undangan, ketidakpatuhan terhadap kontrak/perjanjian,
atau ketidakpatutan dan tindakan perbaikan yang direncanakan.
Auditor harus memuat komentar pejabat tersebut dalam laporannya.
Auditor harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk memberikan
tanggapan tertulis terhadap temuan, simpulan dan rekomendasi, termasuk
tindakan korektif yang direncanakan oleh manajemen. Komentar yang
diperoleh harus dievaluasi secara seimbang dan obyektif.
Komentar yang berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan perbaikan
tidak boleh diterima sebagai alasan untuk menghilangkan temuan yang
signifikan atau rekomendasi terkait.
17
Apabila komentar dari entitas yang diperiksa bertentangan dengan
temuan dalam laporan, simpulan, atau rekomendasi, dan menurut auditor,
komentar tersebut tidak benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya
tidak sesuai dengan rekomendasi, maka auditor harus menyampaikan
ketidaksetujuannya atas komentar dan rencana tindakan perbaikan.
Ketidaksetujuan tersebut harus disampaikan secara seimbang dan obyektif.
Sebaliknya, auditor harus memperbaiki laporannya apabila menemukan
bahwa komentar tersebut benar.
e. Apabila ada informasi tertentu yang dilarang oleh ketentuan peraturan
perundangan untuk diungkapkan kepada umum, Laporan Audit harus
menyatakan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan
peraturan perundangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi
tersebut.
Informasi tertentu dapat dilarang untuk diungkapkan kepada umum oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut mungkin hanya
dapat diberikan kepada mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan mempunyai kewenangan untuk mengetahuinya. Situasi lain yang
berkaitan dengan keamanan publik dapat juga mengakibatkan informasi
tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam laporan. Sebagai contoh,
informasi rinci tentang pengamanan komputer untuk suatu program dapat
dikeluarkan dari pelaporan publik guna mencegah penyalahgunaan informasi
tersebut.
Dalam situasi tersebut, auditor dapat mengeluarkan satu laporan yang
resmi yang berisi informasi di atas dan mendistribusikannya kepada pihak
yang akan menindaklanjuti rekomendasi auditor. Bila memungkinkan, auditor
dapat berkonsultasi dengan konsultan hukum mengenai permintaan atau
situasi lain yang membutuhkan penghilangan informasi tertentu dari laporan.
f. Laporan Audit diserahkan oleh auditor kepada auditan, orngaisasi yang
meminta atau mengatur pelaksanaan suatu audit. Bagian dari Laporan Audit
yang relevan juga harus dikirimkan kepada pihak yang mempunyai
kewenangan mengantur auditan dan yang bertanggung jawab untuk
melakukan tindak lanjut hasil audit serta kepada pihak lain yang diberik
18
wewenang untuk menerima Laporan Audit tersebut. Auditor harus
menjelskan bahwa laporan bersifat terbukauntuk umum, kecuali apabila
laporan tersebut dibatasi oleh undang-undang atau peraturan, atau apabila
mengandung informasi khusus dan rahasia.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Audit kinerja keuangan merupakan alat yang sangat penting yang dapat
membantu organisasi atau lembaga dalam mengevaluasi keefektifan dan keefisienan
pengelolaan keuangan mereka. Audit ini juga dapat membantu organisasi atau
lembaga untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas mereka dan
memberikan keyakinan bagi para pemangku kepentingan bahwa organisasi atau
lembaga melakukan pengelolaan keuangan yang baik dan bertanggung jawab.
Penting bagi organisasi atau lembaga untuk melakukan audit kinerja keuangan
secara teratur untuk memastikan bahwa mereka terus berkinerja baik dan terus
meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan mereka.
20
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No.15 tentang Pemeriksan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
Lembaga Pengkajian keuangan public dan akuntansi pemerintah badan pendidikan dan
pelatihan keuangan Departmen keuangan RI
PERKA-BKN-NOMOR-23-TAHUN-2016-PEDOMAN-PELAKSANAAN-AUDIT KINERJA-
ATAS-PENGELOLAAN-KEUANGAN-DI-LINGKUNGAN BKN%20
21