Anda di halaman 1dari 7

PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD

BAB XI Evaluasi Program Pembelajaran di SD


Bab XII Sumber Daya SD

KELOMPOK 6:
Tarsisius Magar (857147866)
Mariaty Melda (857151644)
Maria Regina Pangastuti (857144932)
Mohamad Azzam (857151748)
Modul 11
Evaluasi Program Pembelajaran di SD

KBM 1 Hakikat dan Potret Evaluasi Program Pembelajaran di SD

Salah satu cara untuk meningkatkan kinerja guru adalah melalui evaluasi program pembelajaran, yang
seharusnya dilakukan secara teratur. Evaluasi yang periodik ini dimaksudkan untuk mengetahui
kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan pada akhirnya dapat dijadikan sebagai acuan dalam
merancang perbaikan.

A. Hakikat Evaluasi Program dan Evaluasi Program Pembelajaran


Evaluasi program dapat dilihat sebagai pendekatan formal yang dipakai untuk menilai kebijakan,
pekerjaan atau program tertentu. Sebagai suatu pendekatan formal yang sistematis, evaluasi program
sering kali juga disebut sebagai penelitian evaluasi yang didefenisikan sebagai penelitian yang hasilnya
digunakan untuk mengambil keputusan tertentu misalnya untuk merancang perbaikan, melanjutkan
program atau menghentikan program. Model yang sering dipakai dalam menilai adalah CIPP (context,
input, process, product). Dalam konteks pembelajaran, misalnya, evaluasi menyasar lingkungan
pembelajaran (context), kurikulum beserta elemennya (input), pelaksanaan pembelajaran (process) dan
hasil belajar siswa (product).
Ada beberapa konsekuensi logis jika sebuah evaluasi pembelajaran tidak dilakukan, antara lain:
 Kualitas program pembelajaran sulit ditentukan
 Budaya untuk perbaikan tidak akan muncul
 Absenya insentif bagi tumbuhnya profesionalisme guru
 Pembelajaran yang membosankan

Desain evaluasi program pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk mencapai beberapa tujuan
khusus:

1. Terciptanya lingkungan yang mendukung pembelajaran


2. Adanya rencana pembelajaran yang efektif
3. Keterlibatan siswa yang aktif
4. Meningkatnya semangat guru
5. Penilaian oleh guru yang sistematis
6. Hasil belajar yang memuaskan

Keberadaan desain evaluasi program pembelajaran yang baik akan bermanfaat bagi banyak pihak.
Buat siswa, mereka berpotensi mendapatkan pelayan pendidikan yang baik. Bagi guru, desain tersebut
mendorong mereka untuk mengembangkan profesionalisme mereka. Bagi sekolah, desain tersebut
menjamin adanya program pembelajaran berkualitas yang dapat ditawarkan ke masyarakat luas. Dan
tentu saja masyarakat akan diuntungkan karena menjadi puas dengan pelayananan yang didapatkan dari
sekolah.

Evaluasi program pembelajaran biasanya dilakukan oleh orang luar yang dianggap kompeten. Akan
tetapi, evaluasi sebenarnya biasanya dimungkinkan dilakukan oleh guru secara mandiri dalam bentuk
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pihak sekolah sebagai sebuah institusi mandiri juga dapat membentuk
tim penilai yang dapat melibatkan Komite Sekolah untuk melaksanakan evalusi setiap semester atau
tahun ajaran.

B. Potret Evaluasi Pembelajaran di SD

Ada beberapa fakta penting yang membentuk potret evaluasi pembelajaran di SD:

 Keberadaan komponen evaluasi dan analisis hasil evaluasi dan tindak lanjut di setiap RPP namun
jarang ditindaklanjuti oleh guru
 Keberadaan rapat guru yang dipimpin oleh kepala sekolah untuk mengetahui kemanjuan hasil
belajar tiap kelas
 Pelaksanaan PTK belum membudaya dalam kalangan guru
 Keterlibatan komite sekolah yang belum maksimal dalam proses evaluasi

KBM 2 Langkah-langkah dan Tindak Lanjut Evaluasi Program Pembelajaran

A. Langkah-Langkah Evaluasi Program Pembelajaran di SD


Sebuah institusi yang baik biasanya melakukan monitoring evaluasi atas program tertentu bahkan
ketika program tersebut masih berjalan. Tujuannya tentu saja untuk memaksimalkan hasil (evaluasi
formatif). Ketika program tersebut berakhir, evaluasi juga dilakukan dengan fokus untuk
menghasilkan kebijakan di masa mendatang (evaluasi sumatif).
Ada beberapa cara melakukan penilaian program pembelajaran berdasarkan Lampiran Permen
No.20/2007:
1. Guru menginformasikan silabus yang berisi rancangan dan kriteria penilaian di awal
semester
2. Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik penilaian
yang sesuai
3. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian
4. Melaksanakan penilaian
5. Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar
6. Mengembalikan hasil pekerjaan siswa dengan balikan yang konstruktif
7. Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran
8. Melaporkan hasil penilaian kepada pimpinan satuan pendidikan

Dalam level guru, ada beberapa langkah evaluasi pembelajaran yang seyogyanya dilakukan oleh
guru, antara lain:

1. Memeriksa kembali RPP beserta seluruh komponennya


2. Menilai pelaksanaan pembelajaran melalui refleksi dan menyaring masukan dari siswa
3. Menganalisis hasil belajar siswa
4. Menyimpulkan kekuatan dan kelemahan pembelajaran
5. Menindaklanjuti poin keempat di atas dengan merencanakan pembelajaran berikutnya.

Di level sekolah, langkah-langkah evaluasi program pembelajaran antara lain:

1. Menentukan kriteria ketuntasan minimal untuk setiap mata pelajaran


2. Mengkoordinasikan ulangan tenga semester, ulangan akhir semester dan ulangan
kenaikan kelas
3. Menentukan kriteria kenaikan kelas
4. Melaporkan hasil penilaian semua mata pelajaran kepada wali wurid
5. Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan
kabupaten/kota

Karena evaluasi program pada hakikatnya merupakan penelitian evaluasi, maka laporan hasil
evaluasi program pembelajaran khususnya kepada instansi terkait seharusnya mengikuti langkah-
langkah penelitian yaitu:

1. Pengembangan desain evaluasi program yang berisi rumusan masalah, tujuan evaluasi,
model evaluasi, target responden, teknik dan instrumen yang dipakai untuk
mengumpulkan data
2. Mengembangkan instrumen. Langkah ini dimulai dengan mengidentifikasi variabel-
variabel yang ada dan penjabaran tiap variabel ke dalam beberapa indikator. Kisi-kisi
instrumen kemudian disusun berdasarkan indikator-indikator tersebut.
3. Mengumpulkan data
4. Menganalisis data
5. Menulis laporan.

B. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Program Pembelajaran


Tindak lanjut hasil evaluasi program pembelajaran beragam bentuknya. Dalam PTK misalnya,
tindak lanjut dapat berupa tindakan nyata, segera yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki
RPP yang telah disusunnya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di mata pelajaran yang
diampu. Dalam level sekolah, tindak lanjut memerlukan waktu yang lebih lama terutama karena
melibatkan banyak pihak dan harus memperhatikan berbagai variabel yang berpengaruh dalam
mendesain perbaikan.

Modul 12
Sumber Daya SD
KBM 1 Potret Sumber Daya di SD
Sumber daya yang berperan dalam penyelenggaraan pendidikan di SD dapat dikelompokkan
berdasarkan jenisnya, dan dapat berdasarkan asalnya.
Berdasarkan jenisnya sumber daya dapat dipilah menjadi:
A. Sarana dan prasarana
B. Sumber daya manusia (SDM)
C. Sumber Dana di SD

A. Potret Sarana dan Prasarana


Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42
menetapkan bahwa sarana dan prasarana yang harus ada pada setiap satuan pendidikan sebagai
berikut:
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan,
media pendidikan, buku, dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang
pimpinan, ruang pendidik, ruang TU, ruang perpustakaan, laboratorium, ruang workshop,
ruang unit produksi, kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat ibadah, tempat
bermain, tempat rekreasi, dan ruang lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran.
Pada kenyataannya banyak sekolah yang ruang belajarnya saja tidak memenuhi syarat, bahkan
menimbulkan rasa khawatir bagi guru dan murid, lebih-lebih jika terjadi angin kencang atau
hujan lebat.
Sebaliknya ada sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap, seperti alat-alat
peraga atau pun buku-buku pendidikan, namun tersimpan rapi dalam lemari, dan hampir tidak
pernah digunakan. Tidak jarang peta-peta terlihat tergulung berdebu, tanda tidak pernah
digunakan.
Berdasarkan contoh-contoh di atas tidak dapat dipungkiri bahwa peran sarana dan prasarana di
SD sebagai penunjang berlangsungnya pembelajaran, sangat bergantung dari kreativitas yang
memanfaatkannya, dalam hal ini guru, siswa, dan juga kepala sekolah.

B. Potret Sumber Daya Manusia di SD


Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pasal 15
menetapkan sumber daya manusia di SD/ MI sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah,
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan sekolah.
Tapi pada kenyataanya di beberapa sekolah ada peran rangkap seorang tenaga keamanan dengan
tenaga kebersihan. Terkadang juga tenaga administrasi dan pustakawan tidak ada. Sebaliknya di
sekolah unggulan lebih beragam jenis SDM nya, seperti ketersediaan tenaga bimbingan
konseling.
Beberapa sekolah terkendala dengan ketersediaan jumlah guru, terutama yang ada di daerah
terpencil. Bagaimanakah situasi ketersediaan guru di sekitar anda? Jika kondisi SDM tidak
merata seperti ini pasti sangat berpengaruh kepada kualitas lulusan peserta didik sekolah di kota-
kota besar dan di daerah-daerah terpencil.
Mungkin saja banyak peserta didik lulusan SD di daerah pelosok belum mampu calistung.
Meskipun UU Nomor 14 tahun 2005 kualifikasi guru SD adalah Sarjana PGSD namun pada
kenyataannya masih sekitar 50% guru SD yang berpendidikan DII PGSD. Kompetensi guru
sangat menentukan kadar peran yang dapat ditunjukkannya dalam pembelajaran.
Menurut PP No 19/ 2005 tentang kriteria menjadi kepala SD/ MI adlaah sebgaai berikut:
● Berstatus sebagai guru SD/ MI
● Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan
perundang-undangan.
● Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
● Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan.
Dalam standar kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah yang disusun oleh BSNP bersama
PMPTK standar kompetensi kepsek dipilah menjadi empat rumpun sebagai berikut:
1. Kompetensi Kepribadian
2. Kompetensi Manajerial
3. Kompetensi Supervisi
4. Kompetensi Sosial
Tidak semua guru mampu menjadi kepala sekolah. Dari gambaran tersebut peran dan tanggung
jawab kepsek dalam penyelenggaraan pendidikan SD sangat besar. Kepemimpinan yang kuat
dan demokratis akan membuat pengelolaan sekolah menjadi dinamis, sehingga berbagai
kemajuan dalam penyelenggaraan pendidikan akan terwujud.
C. Potret Sumber Dana di SD
Meskipun banyak yang mengatakan kemauan dan kemampuan adalah modal utama dalam
menjalankan suatu usaha, tidak dipungkiri dana juga menjadi kunci utama berlangsung tidaknya
satu kegiatan. Dana penyelenggaraan pendidikan secara umum berasal dari SPP, masyarakat
melalui komite sekolah, dari pemerintah pusat atau daerah serta dari dermawan.
Standar pembiayaan berdasarkan pasal 62 PP Nomor 19/ 2002 mencantumkan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, operasi, dan biaya personal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan SDM dan modal kerja tetap.
3. Biaya personal sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 meliputi biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan peserta didik untuk bisa mengikuti prose pembelajaran secara
berkelanjutan.
4. Biaya operasional satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi:
a. gaji pendidik
b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai.
c. biaya operasi pendidik tak langsung, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uag lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dlsb.
Dalam pembiayaan satuan pendidikan terdapat 3 jenis biaya, yaitu: biaya investasi, operasional,
dan personal. Pada saat ini beberapa media telah menyorot tingginya biaya pendidikan yang
harus dikeluarkan oleh orangtua murid. Bagaimanakah dengan penyediaan sumber dana di
pelosok, pasti sangat berbeda ceritanya. Kesimpulannya adalah kondisi sumber dana di SD
sangat bervariasi dan tidak merata. Hal ini juga dapat berdampak kepada kualitas
penyelenggaraan kegiatan dari sekolah masing-masing.

KBM 2 Sumber Daya yang Berasal dari Luar SD


A. Sarana dan Prasarana dari Luar SD
Keterbatasan sarana dan prasarana di sebuah sekolah dasar dapat disiasati dengan
mendayagunakan sarana dan prasarana di lingkungan sekitar. Dalam hal ini, kompetensi sosial
kepala sekolah sangat dituntut untuk menjalin hubungan yang baik dengan tokoh-tokoh
masyarakat dan pemerintahan sehingga sarana dan prasarana di lingkungan sekitar dapat
digunakan oleh siswa/i SD.
B. Sumber Daya Manusia (SDM)
Ada beberapa SDM yang dapat diberdayakan dalam memaksimalkan hasil belajar di SD, antara
lain:
1. Pengawas SD dengan kewenangan pembinaan dan pengawasan. Sejatinya, pengawas
harus dibekali oleh kompetensi akademik dan manajerial. Kompetensi ini perlu dalam
rangka menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan baik terhadap guru maupun
kepala sekolah yang berada dalam wewenangnya. Beberapa isyu penting yang
menghambat fungsi pengawas antara lain: pembinaan karir pengawas yang kurang,
rekrutmen pengawas dari kepegawaian struktural, dan rendahnya kemampuan manajerial
pengawas
2. Kepala dinas pendidikan yang berfungsi membuat kebijakan daerah yang menerjemahkan
kebijakan pendidikan nasional untuk daerahnya masing-masing. Menurut PP no.19/2005
menegaskan bahwa kepala dinas di provinsi memiliki fungsi koordinasi, pengembangan
tenaga kependidikan dan penyedian fasilitas penyelenggaran pendidkan lintas daerah
kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan menengah. Peraturan yang sama juga
menggarisbawahi wewenang kepala dinas kabupaten kota untuk mengelolah pendidikan
dasar dan menengah yang berbasis keunggulan lokal.
3. Menteri Pendidikan Nasional, memegang tanggung jawab tertinggi penyelenggara
pendidikan SD di negeri ini
4. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dewan Pendidikan merupakan institusi
pemerintah yang dibentuk untuk memberikan advokasi dalam peningkatan mutu
pelayanan pada tingkat nasional, provinsi dan kabupaten kota. Komite sekolah memiliki
fungsi yang sama hanya saja dengan wilayah kerja yang terbatas, yaitu di satuan
pendidikan tertentu. Menarik bahwa Komite Sekolah memiliki wewenang yang strategis
dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan seperti memberi arahan kepada sekolah
menyangkut beberapa hal penting seperti peningkatan pelayanan, desain program
nonakademik, struktur organisasi sekolah, pembiayaan operasional sekolah dan tata tertib
dalam satuan pendidikan. Hanya saja, ada beberapa isyu penting yang menjadi catatan
tentang pelaksanaan wewenang dan fungsi Komite Sekolah dalam kehidupan nyata,
antara lain: kurangnya sosialisasi tentang keberadaan Komite Sekolah ke masyarakat,
perannya yang hanya untuk mengumpulkan dana seperti Badan Pembantu Pengelolahan
Pendidikan (BP3) di masa lalu.
C. Dana
Ada beberapa sumber pendanaan bagi pendidikan satuan pendidikan Sekolah Dasar, antara lain:
1. Anggaran APBN dari pemerintahan pusat dan APBD dari pemerintahan daerah
2. Orang tua murid/masyarakat yang disalurkan melalui Komite Sekolah
3. Dana Operasional dan Pemeliharan (DOP)
4. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berasal dari subsidi BBM yang bertujuan
mensukseskan wajib belajar 9 tahun. Dana yang dicairkan berdasarkan jumlah siswa ini
diperuntukkan untuk bermacam kebutuhan seperti pengadaan buku teks, kegiatan
kesiswaan, pengembangan profesi guru, pembayaran gaji guru honorer, dll. Tentu saja
ketentuan-ketentuan penggunaan dana BOS diawasi oleh regulasi yang ketat misalnya
regulasi bahwa dana tersebut tidak boleh digunakan untuk bonus tenaga kependidikan,
diinvestasikan, mendirikan bangunan sekolah baru, dll.

Anda mungkin juga menyukai