Anda di halaman 1dari 9

PEDOMAN PRAKTIKUM

PENGURUSAN JENAZAH
(BAGI PRIA)

MATA PELAJARAN :
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
BUDI PEKERTI

PENYUSUN :
JUWARSIH,S.Pd.I
PEDOMAN PRAKTIKUM
PENGURUSAN JENAZAH (BAGI PRIA)

A. DEFINISI PENYELENGGARAAN JENAZAH


Penyelenggaraan Jenazah adalah prosesi pengurusan jenazah yang dilakukan mulai dari
memandikan, mengkafani, menyolatkan hingga menguburkan mayit berdasarkan tuntunan
syariat Islam.

B. HUKUM MEYELENGGARAKAN JENAZAH


Hukum menyelenggarakan jenazah adalah Fardhu Kifayah, artinya apabila disuatu daerah telah
ada orang yang telah menguasainya maka gugurlah kewajiban atas yang lain, namun bila disuatu
daerah tidak ada yang menguasainya maka wajib atas semua orang untuk melaksanakannya,
bila tidak ada yang melakukannya maka semua orang yang berada di daerah tersebut berdosa.

C. KEUTAMAAN MENYELENGGARAKAN JENAZAH


Adapun diantara keutamaannya adalah :
1. Rasulullah bersabda :
“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga menyolatkannya maka baginya satu qirath, dan
barangsiapa yang menyasikannya hingga dimakamkan maka baginya dua qirath, dikatakan ;
‘apakah majsud dua qirath itu? beliau menjawab ‘seperti dua buah gunung yang sangat besar”
(Muttafaqun ‘alaihi)

D. PETUNJUK PRAKTIS DALAM PENYELENGGARAAN JENAZAH

I. Hukum yang berkenaan dengan orang sakit atau sekarat


1) Seorang yang ditimpa oleh penyakit wajib atasnya untuk bersabar dengan senantiasa mengharap
pahala dari Allah
2) Senantiasa menjaga prasangka yang baik terhadap Allah
Allah berfirman dalam hadits Qudsi:
“ Aku sesuai dengan prasangka hambaku” (HR. Bukhari Muslim, dari Abu Hurairah)
3) Tidak berobat dengan hal yang diharamkan
Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya Allah Menurunkan penyakit dan obat, Allah menjadikan untuk setiap penyakit itu
obatnya, maka berobatlah namun janganlah kalian berobat dengan sesuatu yang
diharamkan.”(HR. Abu Daud).*
4) Sunnah bagi orang yang sakit (parah) untuk memberikan wasiat berkenaan dengan harta atau
amal kebajikan.

Rasulullah bersabda:
“Tidak hak bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu untuk diwasiatkan , melainkan setelah
tinggal dua malam dan wasiat itu telah tertulis disisinya”. (Muttafaqun ‘alaihi, dari hadits Ibnu
‘Umar) *
5) Disunnahkan bagi orang yang menjenguknya untuk memberikan motivasi agar bersabar dijalan
Allah, misalnya dengan mengatakan, “tidak mengapa bagimu, insya Allah suci” (Penyakit yang
diderita akan menghapuskan dosa-dosa). HR. Bukhari dari Ibnu Abbas
6) Jika orang yang sakit telah sekarat, maka orang yang membesuknya sangat dianjurkan untuk
mentalqinkndengan kalimat “Laa ilaaha illallaah”
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“ Talqinkanlah orang yang akan meninggal diantara kalian dengan kalimat “Laa ilaaha illallaah”
(HR. Muslim dari Abu Hurairah)

II. Hukum-hukum berkenaan dengan kematian


Apabila seorang muslim telah dipastikan meninggal Dunia, wajib bagi orang didekatnya melakukan
beberapa perkara.
1. Memejamkan kedua mata mayit, dan mendoakannya. Hal ini berdasarkan petunjuk Rasulullah
Shalallaahu ‘alaihi wasallam.
Ummu Salamah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam masuk ke
rumah Abu Salamah sewaktu matanya masih terbuka, lalu beliau memejamkan matanya. Kemudian
berkata: "Sesungguhnya ruh itu bila dicabut maka pandangannya mengikutinya." Maka
menjeritlah Orang-orang dari keluarganya, lalu beliau bersabda: "Janganlah kamu
berdoa untuk dirimu sendiri kecuali demi kebaikan, karena sesungguhnya malaikat itu mengamini
apa yang kamu ucapkan." Kemudian beliau berdoa: "Ya Allah berilah ampunan kepada Abu Salamah,
tinggikanlah derajatnya ke tingkat Orang-orang yang mendapat petunjuk, lapangkanlah baginya
dalam kuburnya, terangilah dia didalamnya, dan berilah penggantinya dalam turunannya." Riwayat
Muslim.
Adapun Doa tatkala memejamkan mata mayit :

ُ‫ع ِق ِب ُِه ُفِي‬َ ُ‫ي‬ ُْ ِ‫اخل ْفهُ ُف‬ْ ‫ ُ َو‬، َ‫ارفَ ُْع ُدَ َر َجتَهُ ُفِي ْال َم ْهد ِِييْن‬ ْ ‫اَللَّهُ َُّم ُا ْغ ِف ُْر ُ ِلفالَنُ ُ( ِباس ِْم ُِه)ُ َو‬
‫يُقَب ِْرُِهُ َون َِو ُْرُلَهُُفِ ْي ُِه‬
ُْ ِ‫سحُُْلَهُ ف‬ َ ‫ُ َوا ْف‬، َ‫ُ َوا ْغ ِف ُْرُلَنَاُ َو َلهُُيَاُ َربَُُّ ْالعَالَ ِميْن‬، َ‫ْالغَابِ ِريْن‬
ُ
“Ya Allah! Ampunilah si Fulan (hendaklah menyebut namanya), angkatlah derajatnya bersama orang-
orang yang mendapat petunjuk, berilah penggantinya bagi orang-orang yang ditinggalkan sesudahnya.
Dan ampunilah kami dan dia, wahai Tuhan, seru sekalian alam. Lebarkan kuburannya dan berilah
penerangan di dalamnya.”

2. Melemaskan seluruh persendian mayit agar tidak mengeras


3. Menutup sekujur jasad mayit dengan kain
A’isyah Rhadiallahu ‘anha menuturkan:
“Ketika Rasulullah wafat, jenazah beliau ditutupi dengan kain yang bercorak” (HR.Muttafaqun ‘alaihi).
4. Mempercepat penyelenggaraan jenazah
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Bersegera
dalam mengurus jenazah, karena jika ia baik maka engkau telah memajukan suatu kebaikan untuknya,
dan jika tidak maka engkau menurunkan suatu kejelekan dari lehermu." Muttafaq Alaihi.
5. Tidak mengapa untuk menunggu keluarga mayit apabila tidak dikhawatirkan terjadinya perubahan pada
jasad mayit
6. bagi keluarga yang dutinggalkan (ahlinya) wajib menyelesaikan pembayaran utangnya
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi Wasalam bersabda :
“Jiwa seorang mukmin itu tergantung pada utangnya hingga dibayarkan” (HR. Ahmad)
7. Menguburkan jenazah ditempat meninggalnya.

III. Memandikan Jenazah


Sebelum memandikan jenazah, maka ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, antara lain :

1. Air bersih untuk memandikan


2. Air yang telah dicampur dengan daun bidara (sabun jika tidak ada)
3. Air yang telah dicampur dengan kapur barus (yang telah dihaluskan)
4. Gunting kuku
5. Alat cukur
6. Sarung tangan (jika dibutuhkan)
7. Tempat mandi yang tertutup.
8. Handuk
9. Sisir

Adapun yang berhak memandikan mayit :


1. Orang yang telah ditunjuk (diwasiatkan) oleh mayit ketika hidup
2. Ay ah kemudian keluarga terdekat mayit
3. Jenazah pria dimandikan oleh pria dan jenazah wanita dimandikan oleh wanita
4. Suami boleh memandikan istrinya dan sebaliknya
5. Mayit yang berusia dibawah tujuh tahun (belum baligh) boleh dimandikan oleh lawan jenisnya
6. Apabila seoarang pria atau wanita yang meninggal ditengah-tengah suatu kaum dimana mereka
tidak memiliki mahram, maka bagi yang hidup tidak perlu untuk memandikan akan tetapi cukup
dengan ditayamumkan saja (agar aurat tidak terlihat kepada yang tidak berhak).
7. Tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk memandikan mayat orang kafir. Q.S. At Taubah:84
*semua yang memandikan mayit harus memenuhi syarat yaitu menguasai tatacara memandikan
jenazah (*penj), apabila tidak maka dikembalikan kepada yang ahli sekalipun bukan dari keluarga mayit

Tata cara memandikan jenazah :

1. Menutup aurat mayit dengan menggunakan kain sarung (kain yang bercorak)
2. Membersihkan Kotoran pada dubur dan Qubul Mayit (*prtk 1)
3. Berniat memandikan, membaca basmalah kemudian mewudukan mayit sebagaimana wudhu ketika
shalat. (*prtk 2)
4. Mencuci kepala dan jenggot dengan menggunakan air yang telah dicampur dengan daun bidara (sabun
jika tidak ada). (*prtk 3)
5. Memandikan seluruh badan dengan mendahulukan yang kanan kemudian yang kiri, sebanyak 3 kali
atau cukup sekali apabila sudah bersih atau lebih dari tiga apabila masih dirasakan kurang bersih, dan
pada siraman yang terakhir dengan menggunakan air yang telah dicampur kapur barus. (*prtk 4)
6. Mengeringkan sisa-sisa air pada mayit dengan menggunakan handuk.
7. menggunting kuku, serta mencukur bulu kemaluan, ketiak dan merapikan kumis mayit .(*prtk 5)
8. Membungkus jasad mayit dengan kain sarung sebelum pengkafanan agar aurat mayit tetap terjaga.

IV. Mengkafani Jenazah


Bebrapa hal yang harus dipersiapkan sebelum pengkafanan:

1. Tiga helai Kain kafan yang diambilkan dari harta mayit atau keluarga terdekat apabila si mayit tidak
memiliki harta yang cukup.Kain kafan yang digunakan hendaknya berwarna putih dan menutupi seluruh
badan.
2. Kapas
3. Wewangian (parfum)

Tatacara Pengkafanan :
1. Siapkan Kain kafan tiga helai yang disusun secara bertumpuk, dan telah diukur sesuai dengan besar
mayit. (*prtk 5)
2. Menyiapkan tali pengikat kafan dengan jumlah sesuai kebutuhan, yang di hamparkan dibawah
tumpukan kain.
3. Menyiapkan kain yang telah dibubuhi kapas (menyerupai popok bayi) yang telah diberi wewangian untuk
menutup aurat mayit yang diletakan di bokong mayit. (*prtk 6)
4. Meletakkan mayit diatas kain kafan, kemudian melilitkan popok pada mayit untuk menjaga agar kotoran
tidak keluar.
5. Sisa kapas yang telah diberi wewangian diletakkan pada kedua mata, lubang hidung, mulut, lubang
telinga, dan diatas anggota sujudnya, demikian pula dengan lipatan-lipatan tubuh; ketiak, bawah siku,
bawah lutut dan pusar.
6. Memberikan wewangian pada kain kafan (tumpukan teratas) dan kepala mayit.
7. Mengambil sisi kanan lembaran kain yang paling atas kemudian diikuti dengan sisi kiri untuk
membungkus mayit, sambil melepaskan kain sarung yang menutupinya.setelah itu diikuti dngan
lembaran kedua dan ketiga. (*prtk 7)
8. Mengikat kafan dengan tali yang telah disediakan. (*prtk 8)
9. Sisa kafan dibagian kepala diarhkan ke wajah, dan pada kaki diarahkan ke bagian depan kaki.

V. Menyolatkan Jenazah
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan shalat jenazah:

1. Mayat diletakkan dihadapan imam dengan posisi kepala diarah utara


2. Shalat dilakukan dengan menghadap ke kiblat
3. Bagi jenazah laki-laki maka posisi imam menghadap sejajar dengan dada mayit, sedangkan apabila
jenazahnya adalah wanita maka posisi imam menghadap sejajar dengan perut mayit
4. Apabila jumlah orang yang menyolatkan cukup banyak maka disunnahkan untuk membentuk tiga shaf

Adapun tata cara shalat jenazah :

1. Takbiratul Ihram (takbir yang pertama), diikuti dengan membaca Surat Al Fatihah
2. Takbir kedua yang diikuti dengan membaca shalawat kepada Nabi
3. Takbir ketiga, diikuti dengan mendoakan mayit
4. Takbir keempat kemudian diam sejenak atau berdoa dengan doa yang dikehendaki (menurut
pendapat beberapa ‘ulama)
5. Salam

Adapun doa untuk jenazah adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dengan lafadz :

‫ب ْاْل َ ْبيَضَ مِ ْن‬


َ ‫طايَا َك َما نَقَّيْتَ الث َّ ْو‬ ِ ‫ع ْنهُ َوأَك ِْر ْم نُ ُزلَهُ َو َوس ِْع ُم ْد َخلَهُ َوا ْغ‬
َ ‫س ْلهُ ِبا ْل َماءِ َوالث َّ ْلجِ َوا ْلبَ َر ِد َونَ ِق ِه مِ ْن ا ْل َخ‬ َ ‫ْف‬ ُ ‫للَّ ُه َّم ا ْغف ِْر لَهُ َو ْارح َْمهُ َوعَافِ ِه َواع‬
ِ ‫عذَا‬
‫ب النَّ ِار‬ ِ ‫َارا َخي ًْرا مِ ْن د َِار ِه َوأ َ ْه ًًل َخي ًْرا مِ ْن أ َ ْه ِل ِه َو َز ْو ًجا َخي ًْرا مِ ْن َز ْو ِج ِه َوأ َ ْدخِ ْلهُ ا ْل َجنَّةَ َوأ َ ِع ْذهُ مِ ْن عَذَا‬
َ ‫ب ا ْلقَب ِْر أ َ ْو مِ ْن‬ ً ‫ال َّدنَ ِس َوأ َ ْب ِد ْلهُ د‬
Allaahummagfirlahu, wa’afihi wa’fu’anhu waakrim nuzuulahu wawassi’ madkhalahu, wagsilhu bilmaa
watstsalji walbarod, wanaqqihi minalkhataaya kama naqqaita tsaubalabyadu minaddanasi,
waabdilhu daaran khairan min daarihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi, wa
adkhilhuljannata, wa a’idzhu min ‘adzaabilqabri wa min adzaabinnari.
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang
tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya,
mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia),
berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami)
yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa
kubur dan Neraka.”

*Ini merupakan doa apabila jenazahnya seorang laki-laki yang ditunjukkan oleh dhomirnya (huruf yang
dicetak merah) . Apabila jenazahnya selain dari seorang laki-laki, maka tinggal mengganti Dhomir sesuai
dengan kaidah bahasa Arab.

VI. Menguburkan Jenazah


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penguburan jenazah

1. Disunnahkan untuk mengiringi mayit ke pemakamannya


2. Disunnahkan menyegerakan (tidak terburu-buru) dalam mengusung jenazah
Rasulullah bersabda:
“Bersegeralah dalam mengusung jenazah”(Muttafaqun ‘alaihi, dari Abu Hurairah)
3. Diharamkan bagi wanita untuk mengiringi jenazah.
4. Bagi yang menyaksikan iringan Jenazah Disunnahkan untuk berdiri, sedangkan bagi yang
mengantarnya, hendknya mereka tidak duduk hingga jenazah diletakkan di lahad terkecuali untuk
sebuah keperluan.
Dari Abu Said bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Bila kalian melihat jenazah
maka berdirilah, dan barangsiapa mengantarkannya hendaknya ia tidak duduk sampai jenazah itu
diletakkan." Muttafaq Alaihi.
5. Disunnahkan memperdalam dan memperluas kuburan
Rasulullah bersabda:
“Galilah, luaskanlah dan dalamkanlah” (HR. Abu Daud)
6. Bagi setiap orang yang masuk ke kompleks pekuburan disunnahkan untuk meberi salam kepada
penghuni kubur, membuka sandal, tidak duduk diatas kuburan serta banyak mengingat kematian
Doa ketika masuk ke Pekuburan:

َ ‫هللا ْال ُم ْست َ ْقدِّمِّ يْنَ مِّ نَّا َو ْال ُم ْست َأْخِّ ِّريْنَ ] أ َ ْسأ َ ُل‬
َ‫هللا لَنَا َولَ ُك ُم ْالعَافِّيَة‬ ُ ‫ َو ِّإنَّا ِّإ ْن شَا َء‬، َ‫الدي َ ِّار مِّ نَ ْال ُمؤْ مِّ نِّيْنَ َو ْال ُم ْسلِّمِّ يْن‬
َ َ‫هللا ِّب ُك ْم الحِّ قُ ْون‬
ُ ‫[ويَ ْر َح ُم‬ ِّ ‫علَ ْيكُ ْم أ َ ْه َل‬
َ ‫سال َ ُم‬
َّ ‫ال‬
" Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penduduk kampung (Barzakh) dari orang-orang mukmin dan
muslim. Sesungguhnya kami –insya Allah- akan menyusulkan, kami mohon kepada Allah untuk kami
dan kamu, agar diberi keselamatan (dari apa yang tidak diinginkan).

Adapun tatacara penguburan jenazah:


1. Beberapa orang turun kedalam kubur (untuk menyambut mayit)
2. Mayit diturunkan darkkannya Zi arah selatan kubur dengan mendahulukan bagian kepala. (*prtk 9)
3. Mayit diletakkan dilahad dengan dimiringkan bertumpu pada sisi kanannya menghadap kiblat, bagi
orang yang meletakkannya mengucapkan “Bismillah wa ‘ala millati Rasulillah”(HR.Ahmad)
4. Meletakkan batu atau yang lain dibawah kepalanya
5. Mayit didekatkan pada dinding lahad
6. Diletakkan sesuatu dibelakang punggung mayit sebagai penahan agar tidak terbalik kebelakang.
7. Mulut liang lahad ditutup dengan batu atau semacamnya
8. Menuangkan tanah ke kuburan dengan menggunakan tanah bekas galian kuburnya
9. Tanah makam ditinggikan kurang lebih satu jengkal diatas permukaan tanah dan di bentuk
seperti punggung unta agar air hujan tidak menggenang diatasnya
10. Boleh ditaburi kerikil dan disiram dengan air agar tanah menjadi padat sehingga tidak mudah
terperosok
11. Memberi tanda (nisan) pada kedua ujungnya untuk menjelaskan batas-batasnya agar dikenali sebagai
kuburan.
12. Bagi para pelayat disunnahkan untuk mendoakan mayit.
Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Mintakanlah ampun (kepada Allah) untuk saudara kalian (yang wafat) dan mintakanlah keteguhan
untuknya, sesungguhnya sekarang dia sedang ditanya”(HR.Abu Daud, dari hadits Utsman)
adapun doanya bisa dengan membaca:
ُ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغف ِّْر لَهُ اَللَّ ُه َّم ثَبِّتْه‬
“Ya Allah, ampunilah dia, ya Allah teguhkanlah dia”

- Demikianlah Petunjuk Praktis Penyelenggaraan Jenazah,


mudah-mudahan bermanfaat, terimakasih -

Anda mungkin juga menyukai