Mengengenal Pendidikan Karakter Islam20190628 23832 1m90ps9 With Cover Page v2
Mengengenal Pendidikan Karakter Islam20190628 23832 1m90ps9 With Cover Page v2
MENGENAL PENDIDIKAN
KARAKTER ISLAM
Robet Ediyanto
Urgensi Pendidikan Hadis Dalam Pembent ukan Karakt er Anak Usia Dini
Jeandra Muhammad
Robet Ediyanto
Rusman Nurhadi
Abstract
Sudden character education becomes a matter of difference in society, the
problems faced by the nation in education such as violence, corruption, and the
formulation of lies in practice in our current pedidics. This is described by a
student who many of them did plagiarism, cheated on the exam until they
collaborated with educators. Maybe this happens because there are many people
in our nation who are doing a lot of things like that, so they emulate what is done
by our country's officials. The world of education is expected to be the driving
force as stated by Mendinas Muhammad Nuh in the commemoration of National
Education Day 2010 that "Character Building and Education is a necessity
because education does not only make intelligent students. Education is also to
build character and manners in life ". Many character education is described in
Islamic religion where this is the connection of one's self.
Abstrak
Pendidikan berkarakter tiba tiba menjadi hal yang diperbncangkan di
masyarakat, masalah yang dihadapi oleh bangsa dalam pedidikan seperti
kekerasan, korupsi, serta maipulasi kebohongan praktek pada pedidika kita saat
ini. Hal ini digambarkan seorang pelajar yang banyak diantara mereka melakukan
plagiat, mencontek dalam ujian sampai melakukan kerja sama dengan oknum
pendidik. Mungkin hal ini terjadi karena banyaknya oknum bangsa kita yang
banyak melakukan kecurngan hal seperti itu maka dicontohlah oleh mereka apa
yang di kerjakan oleh para petinggi negeri kita. Dunia pendidikan diharapkan
menjadi motor penggerak sebagaimana telah dikemukakan oleh Mendinas
Muhammad Nuh dalam peringatan Hardiknas tahun 2010 yang lalu bahwa “
Pembangunan dan Pendidikan Karakter menjadi keharusan karena pendidikan
tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas. Pendidikan juga untuk membangun
budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan “. Pendidikan berkarakter
banyak dipaparkan dalam agama islam dimana hal ini yang menjadi keterkaitan
dari diri seseorang .
PENDAHULUAN
Di antara isu penting yang sedang mencuat ke permukaan dalam dunia pendidikan saat ini,
khususnya di Indonesia adalah pendidikan karakter. Program ini adalah bentuk respon
terhadap dekadensi moral dalam bangunan realitas sosial yang berkonsekuensi pada
keterpurukan bangsa di berbagai lini. Bahkan keruntuhan moral telah memaksa bangsa ini
untuk bertekuk lutut kepada nilai-nalai dehumanisasi dalam lingkaran struktural maupun
kultural.
Abuddin Nata menggambarkan bahwa gejala keruntuhan moral dewasa ini sudah benar-
benar mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong, dan kasih sayang
sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal, dan saling
merugikan. Banyak terjadi adu domba dan fitnah, menjilat, menipu, mengambil hak orang lain
sesuka hati, dan perbuatanperbuatan maksiat lainnya.( Abuddin Nata, 2003, 197).
Semua itu menjadi alasan mengapa pendidikan karakter penting diterapkan dalam dunia
pendidikan.
Sebenarnya hal dalam pegembagan pendidikan karakter tidak hanya baru di bincankan atau
baru di pelajari. Kita semua sudah menerimanya, seperti pembelajaran moral, pembelajara
akhlak, pembelajaran agama, hal itu semua adalah pengembangan dalam pendidikan karakter
yag telah di pelajarkan kita.
Dalam agama islam pendidikan karakter sangatlah hal yang sangant ditekankan. Karena
islam menekankan dalam pembelajaran akhlakul karimah (akhlak yang mulia). Hal ini sudah
menjadi peglihata masyarakat tentang seseorang baik birikya seseorang tergatung dari
akhlaknya. Karena kelakuan yang dikerjakan kita akan mencerminkan seperti apa dirikita
sendiri. Makanya dalam hal ini Allah Swt, begitu tegas mengatakan bahwa manusia mulia itu
adalah manusia yang bertakwa (tunduk atas segala perintah-Nya). Kemuliaan manusia di sisi-
Nya bukan diukur dengan nasab, harta maupun fisik, melainkan kemuliaan yang secara batin
memiliki kualitas keimanan dan mampu memancarkannya dalam bentuk sikap, perkataan dan
perbuatan. (QS. al-Hujuraat 49 : 13)
Berdasarkan uraian diatas telah dipaparkan pendidikan karakter dalam islam dimana Untuk
menjawab masalah utama ini maka penulis akan membuat beberapa pokok bahasan antara
lain; menyoroti aspek ontologis pendidikan karakter, urgensi dan nilai yang ditawarkannya,
bagaimana pendidikan karakter dalam Islam dan bagaimana metodologi pendidikan karakter
dalam Islam.
PEMBAHASAN
Hakikat Pendidikan Karakter
Pengembangan sumber daya manusia merupakan proses peningkatan pengetahuan
keterampilan dan kemampuan anggota masyarakat. Jalan utama untuk meningkatkan kualitas
manusia adalah menambah pengetahuan. Pembangunan tidak dapat dilakukan sendiri oleh
pemerintah, melainkan harusbersama-sama dengan masyarakat. (Eko Widodo, 2014, 5)
Karakter adalah watak, sifat, akhlak ataupun kepribadian yang membedakan seorang
individu dengan individu lainnya. Atau karakter dapat di katakan juga sebagai keadaan yang
sebenarnya dari dalam diri seorang individu, yang membedakan antara dirinya dengan individu
lain. Dan yang dimaksud dengan pendidikan karakter adalah suatu sistem yang menanamkan
nilai-nilai karakter kepada seorang individu, yang meliputi: ilmu pengetahuan, kesadaran,
kemauan dan tindakan untuk dapat melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan
YME, dirinya sendiri, orang lain, lingkungannya maupun bangsa dan negaranya.
Menurut Redja Mudyahardjo pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga, yakni secara
sempit, luas dan alternatif. Definisi pendidikan secara luas adalah mengartikan pendidikan
sebagai hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
lingkungan dan sepanjang hidup (long life education). Pendidikan adalah segala situasi hidup
yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Secara simplistik pendidikan didefinisikan sebagai
sekolah, yakni pengajaran yang dilaksanakan atau diselenggarakan di sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan terhadap
anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna
dan kesadaran penuh terhadap hubunganhubungan dan tugas sosial mereka. Secara alternatif
pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan
pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang berlangsung di sekolah
dan luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan
peranan dalam berbagai lingkungan secara tepat di masa yang akan datang.
Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan
melibatkan seluruh komponen bangsa. Pengembangan karakter bangsa hanya dapat
dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan
sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah
Pancasila, sehingga pendidikan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Dengan kata lain, mendidik karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada
diri.
Adapun pendidikan karakter, menurut Thomas Licona adalah pendidikan untuk
membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat
dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,
menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya.
Terkait dengan makna pendidikan karakter, Raharjo sebagaimana dikutip oleh Nurchaili,
bahwa pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan secara holistik yang
menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai
pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki
prinsip kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan karakter merupakan suatu
proses pembentukan perilaku atau watak seseorang, sehingga dapat membedakan hal-hal
yang baik dengan yang buruk dan mampu menerapkannya dalam kehidupan. Pendidikan
karakter pada hakikatnya merupaan konsekuensi tanggung jawab seseorang untuk memenuhi
suatu kewajiban. (Nurchaili, 2010, Volume 16 Edisi khusus III, Oktober Balitbang Kementerian
Pendidikan Nasional)
Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter telah teridentifikasi 18 nilai
yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1)
Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8)
Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12)
Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/ Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca,
(16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab. Meskipun telah terdapat
18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas
pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai pra kondisi yang diperkuat dengan beberapa
nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis karakter
yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang
lain. (Oos M. Anwas, Volume 16 Edisi khusus III, Oktober 2010, Balitbang Kementerian
Pendidikan Nasional, 8)
Berdasarkan uraian di atas yang menjelaskan secara ontologis pendidikan karakter, dapat
dipahami sebagai upaya kolaborasi edukatif dari tiga aspek yaitu pengetahuan, perasaan dan
perbuatan. Pengertian akhir dari pendidikan karakter adalah realisasi pengetahuan yang
diperoleh seseorang yang diwujudkan dengan perasaan dan pemikiran moralitas sehingga
mampu melahirkan perbuatan yang bernilai positif baik secara individu maupun terpilih.
Pendidikan karakter dapat juga dipahami sebagai upaya yang dirancang dan dilaksanakan
secara sistematis dan terencana untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dipahami. Secara ontologis pendidikan karakter
merupakan upaya kolaborasi edukatif dari tiga aspek yaitu pengetahuan, perasaan dan
perbuatan. Dalam Islam pendidikan karakter merupakan pendidikan Akhlak atau budi pekerti
yang pada hakekatnya merupakan jiwa dari pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan pendidikan
karakter dalam Islam adalah untuk membentuk karakter muslim sejati yang dinginkan oleh
Alquran, yaitu karakter muslim yang memiliki akhlakul karimah. pengabdi, muttaqin, mu’min
dan muslim, karakter al asma al husna, ulul albab, dan karakter kenabian.
metode pendidikan karakter dari aspek kognitif meliputi nasehat, cerita, ceramah dan
metode dialog. Untuk membentuk aspek perasan dalam pendidikan karakter, metode yang
dapat digunakan adalah metode perumpamaan (amtsal) dan metode tarhib dan targhib.
Adapun pendidikan karakter dalam aspek perbuatan dapat digunakan metode pembiasaan
(habituasi) dan ketauladan (uswah/qudwah). Lebih spesifik, metode yang dapat digunakan
dalam pendidikan karakter adalah metode 4 M dalam pendidikan Karakter, yaitu mengetahui,
mencintai, menginginkan, dan mengerjakan (knowing the good, loving the good, desiring the
good, and acting the good) kebaikan secara berkala dan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyyah. Dasar-Dasar Pendidikan Islam, terj, Bustami Abdul Ghani.
Cet III. Jakarta: Bulan Bintang, 1994.
Anwas, Oos M. Televisi Mendidik Karakter Bangsa: Harapan dan Tantangan, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan Volume 16 Edisi khusus III. Oktober 2010. Balitbang
Kementerian Pendidikan Nasional.
bin Hambal, Imam Ahmad. Musnad Imam Ahmad bin Hambal. Jilid II. Beirut: Dar al-Fikr, 1991.
Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2006. Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter, Menjawab
Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Nurchaili. Membangun Karakter Siswa Melalui Keteladanan Guru. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan Volume 16 Edisi khusus III, Oktober 2010, Balitbang Kementerian
Pendidikan Nasional.
Syukur, M. Amin. (2010), Studi Akhlak. Semarang: Wali Songo Press.
Widodo, Eko Ari, (2014), Relevansi Pengetahuan Masyarakat tentang Lingkungan dan Etika
Lingkungan dengan Partisipasinya dalam Pelestarian Lingkungan, Nuansa, Vol. 11 No. 1
Januari –Juni, Retrieved from
http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/nuansa/article/view/179/170