Anda di halaman 1dari 6

ESSAY

KEWARGANEGARAAN

HILANGNYA NILAI DEMOKRASI AKIBAT PEMBATASAN PERS DAN


KRITIK TERHADAP PEMERINTAH

DOSEN PENGAMPU
Beni Kharisma Arrasuli, S.H.I.,LL.M.

DISUSUN OLEH
Ahmad Bayu Saputra
2210412021

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
HILANGNYA NILAI DEMOKRASI AKIBAT PEMBATASAN PERS DAN
KRITIK TERHADAP PEMERINTAH

Oleh : Ahmad Bayu Saputra

Indonesia adalah Negara demokrasi. Demokrasi yang saaat ini dipahami di


Indonesia merupakan bagian dari pengaruh konsep demokrasi modern. Demokrasi
memberikan pemahaman, bahwa dari sebuah kekuasaan dari rakyat. Dengan
pemahaman seperti itu, rakyat akan melahirkan sebuah aturan yang menguntungkan
dan melindungi hak-haknya. Agar itu bisa terlaksana, diperlukan sebuah peraturan
bersama yang mendukung dan menjadi dasar pijakan dalam kehidupan bernegara
untuk menjamin dan melindungi hak-hak rakyat. Peraturan seperti itu biasa disebut
Konstitusi. Dalam konteks Indonesia Konstitusi yang menjadi pegangan adalah UUD
1945. Asas kedaulatan rakyat yang dikenal sebagai asas demokrasi, dikenal dalam
konstitusi banyak Negara. Demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan yang
didasarkan pada partisipasi aktif rakyat dalam pengambilan keputusan politik. Salah
satu pilar penting dalam demokrasi adalah kebebasan berpendapat dan
menyampaikan informasi secara bebas. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kita
telah menyaksikan pembungkaman yang mengkhawatirkan terhadap media dan
masyarakat terutama hal-hal yang berkaitan dengan kritik. Dengan kata lain, kita
seolah dilarang untuk melakukan kritik terhadap pemerintah, walaupun tidak seketat
saat masa orde baru tetapi tetap saja terdapat pembatasan terhadap hak berpendapat
warga negara. Berdasarkan paparan tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut mengenai pembatasan pers dan kritik dalam sebuah essay berjudul “Hilangnya
Nilai Demokrasi Akibat Pembatasan Pers dan Kritik Terhadap Pemerintah”.
Dalam konsep demokrasi, kebebasan berpendapat merupakan salah satu nilai
yang ada di konsep demokrasi. Pembatasan terhadap kebebasan berpendapat baik dari
dari pers maupun masyarakat adalah pelanggaran terhadap nilai-nilai demokrasi dan
hak asasi manusia. Kebebasan Informasi sebenarnya merupakan suatu proliferasi dari
hak-hak yang
semula dikenal sebagai hak-hak politik (Locke abad ke-18) dan hak-hak ekonomi
(abad ke-19). Bersamaan dengan itu, sejak awal dalam dunia falsafah prinsip hak
kebebasan telah selalu berhadapan dengan Hukum Alam (yang beranggapan bahwa
kehidupan di dunia ditentukan secara sangat pasti dan teratur sebagaimana tampak
dalam gejala-gejala alam). Dengan demikian pelanggaran terhadap kebebasan
berpendapat merupakan pelanggaran terhadap hukum alam.
Kebebasan Informasi memang makin dituntut oleh masyarakat, sebagai proses
perkembangan lebih lanjut setelah berbagai jaminan hukum, mulai dari UUD 1945
dalam Pembukaanya hingga Amandemen terhadap Pasal 28 dari UUD 1945 yang
semula hanya berbunyi : “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang”.
Amendemen UUD 1945 pada tahun 2000 akhirnya mengenal tambahan sub-sub
pasal 28a sampai dengan 28j, yang praktis mencakup hak-hak individu yang diambil
dari UN (United Nations) atau PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), Charter on
Human Rights (1948) yang kemudian juga secara harfiah ditemukan sebelum
Amendemen, 2001. Amendemen ditunjang oleh UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi
Manusia dan UU No. 26/2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Demikian juga
halnya dengan pers Indonesia harus membuka dirinya terhadap khalayak, berani
berdialog dengan masyarakat selalu berani dan memperhatikan terhadap usul, saran,
kritik dan pendapat dari masyarakat atau khalayak (Wijaya, 1986 :132). Dengan
demikian pers Indonesia dituntut untuk meningkatkan sikap yang sehat kepada
masyarakat, fair, jujur dan bertanggung jawab terhadap pemberitaannya. Secara
umum, pers media massa mempunyai potensi (kemungkinan) mewujudkan demokrasi
dalam kehidupan bernegara atau berpolitik melalui pelaksanaan sejumlah fungsinya
(melalui peranannya). Ambil contoh pelaksanaan fungsi informasi media mencetak,
media elotronik dan film dan fungsi kritik, control dan koreksi media cetak yang
konstruktif namun di sisilain ada beberapa kendala yang di hadapi Seperti masyarakat
alami selama ini, pers selalutakut memberitakan masalah-masalah pemilihan kepala
daerah mulai dari masa kempanye hingga perhitungan suara. Banyak masalah
kelemahan yang diutarakan. (misalnya kebebasan dan kerahasiaan pemilih belum
terjamin, pelaksaaan kampaye yang curi star, masyarakat yang tidak mendapatkan
undangan, atau memiliki dua undangan, perhitungan suara belum meyakinkan
kebenarannya).
Sama halnya dengan kebebasan pers, masyarakat termasuk kita para
mahasiswa sebenarnya dapat menyampaikan aspirasi maupun kritikan pada kinerja
pemerintah. Kritik merupakan jantung dalam berdemokrasi. Tanpanya, sistem
demokrasi tidak akan berjalan karenakritik dari berbagai elemen masyarakat
merupakan alat pengontrol dan penyeimbang kekuasaanpemerintah agar terciptanya
suatu pemerintahan yang demokratis dan terhindar dari jurang
sophisticatedauthoritarianism atau sebuah upaya peniruan pada atribut-atribut
demokrasi dengan tujuan untukmenyamarkan tindakan yang sebenarnya
kontraproduktif dengan nilai-nilai demokrasi. Saat ini, penyampaian kritik
sebenarnya tidaklah semenakutkan masa orde baru. Pada masa tersebut seluruh
aspirasi dan kritikan benar-benar dibungkam oleh pemerintah. Hal tersebut berbeda
dengan saat ini, Presiden Joko Widodo yang secara terang-terangan meminta
masyarakat untuk lebih aktif menyampaikan kritik demi terwujudnya pelayanan
publik yang lebih baik. Sayangnya,pernyataan presiden tersebut merupakan suatu hal
yang ironis karena bertolak belakang dengan realita yang terjadi di lapangan dimana
kualitas demokrasi Indonesia terus menurun seiring meningkatnya tendensi
pembungkaman suara masyarakat oleh aksi represif dari para aparat. Dengan kata lain
pembungkaman justru banyak terjadi terutama dilakukan oleh pejabat tinggi negara
maupun aparat penegak hukum sendiri. Kita tentunya tidak asing dengan kasus
dimatikannya mic salah satu anggota DPR oleh Ketua DPR RI atau kasus kritik
seorang pemuda asal Lampung yang mengkritik jalan di daerah Lampung. Contoh-
contoh tersebut merupakan beberapa bentuk pembungkaman kebebasan berpendapat.
Berdasarkan laporan terkait indeks demokrasi yang dirilis oleh The Economist
Intelligence Unit (EIU) pada tahun 2020, Indonesia masuk dalam kategori flawed
democracy dan menempati peringkat ke-64dunia dengan skor 6,8—tertinggal dari
Malaysia, Filipina, dan bahkan Timor Leste. Dalam laporannya,EIU menyebutkan
bahwa alasan dibalik mengapa Indonesia dikategorikan sebagai flawed democracy
tidaklain dan tidak bukan adalah karena kebebasan sipil yang rendah.
Pembatasan dan pembungkaman media atau pers dan kritikan terhadap
pemerintah memiliki dampak yang serius terhadap nilai-nilai demokrasi. Kebebasan
media dan kebebasan berpendapat adalah pijakan penting dalam menjaga
keseimbangan kekuasaan dan mendorong akuntabilitas pemerintah. Jika media
dibungkam, informasi yang disampaikan kepada masyarakat akan terdistorsi atau
bahkan disembunyikan sepenuhnya, menghalangi transparansi dan kebebasan
informasi yang merupakan elemen penting dalam demokrasi. Begitupula dengan
pembatasan kritik dan aspirasi masyarakat terhadap pemerintah akan mengurangi
suara kritis dalam masyarakat yang dapat menjadi poin penilaian atau evaluasi kinerja
pemerintah untuk lebih baik lagi. Masyarakat terkhusus para mahasiswa memiliki
potensi untuk menciptakan perubahan positif dan menantang ketidakadilan sosial.
Namun, ketika suara-suara kritis tersebut dibungkam, suara mereka yang mengkritik
kebijakan atau tindakan yang tidak adil tidak akan didengar, sehingga menghambat
kemajuan dan perbaikan sosial.
Berdasarkan paparan yang disampaikan sebelumnya, terlihat bahwa masih
banyak pembatasan hak berpendapat masyarakat dengan pembatasan pers dan
kritikan. Sejatinya baik pers ataupun penyampaian aspirasi dan kritikan masyarakat
memiliki tujuan positif yaitu sebagai tolak ukur dan evaluasi bagi para pemimpin kita.
Adanya kebebasan pers dan suara kritis masyarakat adalah bukti bahwa demokrasi
dapat terlaksana dengan baik. Apabila pembatasan kebebasan berpendapat terus
terjadi, maka dipastikan pelaksanaan demokrasi di Indonesia akan gagal dan akan
terkesan kurangnya partisipasi politik dan hukum dari masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Luwarso, Lukas. 2008. Mengelola Kebebasan Pers. Jakarta : DewanPers


Noviati. 2013. Demokrasi dan Sistem Pemerintahan. Jember : UMSJ
Rozan. 2021. Menyoal Kritik Dibalas Represi. Yogyakarta : GAMAPI UGM

Anda mungkin juga menyukai