Anda di halaman 1dari 41

SUSKSES UKOM BIDAN

1
Seorang perempuan umur 32 tahun, G2P1A0, hamil
38 minggu, di PMB dengan inpartu Kala II. Hasil
pemeriksaan TD 120/80 mmHg, N 80x/menit, S
36,7OC, P 20x/menit, TFU 31cm, DJJ 148x/menit, his
4.10’.50”, saat ini, kepala telah lahir. Apakah langkah
selanjutnya yang harus dilakukan pada kasus
tersebut?
a. Menunggu kepala putar paksi luar
b. Memegang secara biparietal
c. Memeriksa lilitan tali pusat
d. Melakukan sanggah susur
e. Melahirkan bahu
• JAWAB : C
• Setelah kepala lahir, cek lilitan tali pusat, tunggu kepala
melakukan putaran paksi luar secara spontan,
kemudian, pegang secara biparietal. Anjurkan iu untuk
meneram saat kontraksi. Dengan lembut gerakan
kepala kea rah bawah dan distal bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang (Ari
sulistyawati, Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin,
Salemba Medika, Jakarta 2010) (Buku Asuhan
Persalinan Normal/ APN)
2
Seorang perempuan, umur 35 tahun, G3P2A0,
hamil 39 minggu, persalinan Kala II di PMB. Hasil
pemeriksaan KU baik, TD 120/80 mmHg, N
80x/menit, S 36,7OC, P 20x/menit, TFU 32cm, DJJ
148x/menit, his 4.10’.50”, Pembukaan lengkap,
ketuban (+), presentasi Bokong murni. Apakah
penetalaksanaan yang paling tepat sesuai kasus
tersebut?
a. Manual Aids
b. Ekstraksi kaki
c. Parsial Bracht
d. Spontan Bracht
e. Ekstraksi Bokong
• JAWAB : D
• Pertolongan persalinan dengan presentasi
bokong adalah spontan barcht.
• Persalinan spontan (spontaneous breech)
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga
ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht.
(Parwirohardjo, 2002)
3
Seorang perempuan, umur 23 tahun, G1P0A0,
hamil 39 minggu datang ke PMB, dengan keluhan
ingin meneram. Hasil pemeriksaan KU TD 120/80
mmHg, N 80x/menit, S 36,7OC, P 20x/menit, TFU
32cm, DJJ 148x/menit, his 4.10’.50”, Pembukaan
lengkap, ketuban (+), penurunan kepala HII. Apakah
penetalaksanaan yang paling tepat sesuai kasus
tersebut?
a. Observasi 4 jam
b. Pimpin meneram
c. Lakukan amniotomi
d. Posisikan miring ke kiri
e. Posisikan setengah duduk
• JAWAB : D
• Dilakukan asuhan dengan meminta ibu untuk
miring ke kiri dengan tujuan penurunan kepala
janin lebih maksimal karena pada kasus
tersebut kepala masih H 2.
(Bidan dan dosen kebidanan Indonesia,
kebidanan teori dan asuhan, Jakarta, EGC, 2017)
4
Seorang perempuan, umur 35 tahun, G3P2A0,
Kala II di PMB dalam 15 menit yang lalu telah
dipimpin meneram. Hasil anamnesa : capek,
saat ini kepala bayi telah lahir tetapi tidak terjadi
putar paksi luar. Apakah intervensi yang tepat
pada kasus tersebut?
a. Menganjurkan ibu untuk meneram dengan kuat
b. Memberikan infus oksitosin drip 5 UI
c. Melakukan pengguntingan tali pusat
d. Melakukan perasat Mc. Robert
e. Melakukan episiotomy
• JAWAB : D
• Manuver Mc Robert adalah maneuver yang
digunakan untuk kasus distosia bahu selama
proses persalinan dengan cara melakukan
hiperflexing kaki ibu kea rah perutnya, sehingga
memungkinkan rotasi panggul dan arcus pubis
sehingga memudahkan pelepasan bahu janin.
(Bidan dan dosen kebidanan Indonesia,
kebidanan teori dan asuhan, Jakarta, EGC, 2017)
5
Seorang perempuan, umur 35 tahun, G3P2A0,
Kala II di PMB dalam 15 menit yang lalu telah
dipimpin meneram. Hasil anamnesa : capek,
saat ini kepala bayi telah lahir tetapi tidak terjadi
putar paksi luar. Apakah diagnosis yang di
tegakkan pada kasus tersebut?
a. Kala II memanjang
b. Lilitan tali pusat
c. Perineum kaku
d. Distosia Bahu
e. Inersia Uteri
• JAWAB : D
– Distosia bahu adalah keadaan di mana setelah kepala
dilahirkan, bahu anterior tidak dapat lewat di bwah
simpisis pubis.
– Gejalahnya :
• kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat
lahir
• kepala bayi sudah lahir tetapi tidak terjadi putaran paksi luar
• kepala bayi tetap melekan erat di vulva atau tertarik kembali
• Kala II memanjang
– (Prawirohardjo, sarwono, 2009. Ilmu kebidanan.
Jakarta: PT Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo).
6
Seorang perempuan umur 32 tahun, G2P1A0, hamil
38 minggu, di PMB dengan inpartu Kala II. Hasil
pemeriksaan TD 120/80 mmHg, N 80x/menit, S
36,7OC, P 20x/menit, TFU 31cm, kepala sudah
masuk PAP, DJJ 148x/menit, his 4.10’.50”, saat ini,
kepala telah lahir dan tangan bidan dalam posisi
Biparietal. Apakah langkah selanjutnya yang harus
dilakukan pada kasus tersebut?
a. Menunggu putar paksi luar
b. Menegcek lilitan tali pusat
c. Melakukan sanggah susur
d. Melakukan ekspulsi bayi
e. Melahirkan bahu depan
• JAWAB : E
• Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
pegang secara biparietal. Anjurkan iu untuk
meneram saat kontraksi. Dengan lembut
gerakan kepala kea rah bawah dan distal bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang
(Bidan dan dosen kebidanan Indonesia,
kebidanan teori dan asuhan, Jakarta, EGC, 2017)
7
Seorang perempuan umur 27 tahun, G1P0A0, hamil 38
minggu, datang ke puskesmas dengan keluhan mulas sejak 3
jam yang lalu. Hasil anamnesa mulas semakin sering. Hasil
pemeriksaan TD 120/80 mmHg, N 80x/menit, S 36,7OC, P
20x/menit, TFU 31cm, kepala sudah masuk PAP, DJJ
140x/menit, his 3.10’.40”, lendir darah (+), pembukaan 2 cm,
selaput ketuban (+), H III. Dikatahui bahwa dalam 2 jam terjadi
peningkatan dilatasi serviks dari pembukaan 2cm ke
pembukaan 4 cm. Apakah fase pembukaan pada kasus di
atas?
a. Dilatasi maksimal
b. Dilatasi Minimal
c. Deselerasi
d. Akselerasi
e. Fase laten
• JAWAB : D
Berdasarkan kemajuan persalinan maka Kala I dibagi menjadi :
• Fase Laten yaitu fase pembukaan yang sangat lambat yaitu
dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam
• Fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat
membutuhkan watu 6 jam yang terbagi menjadi
– Fase accelerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai
4 cm yang di capai dalam 2 jam
– Fase dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm, sampai 9 cm yang
di capai dalam 2 jam.
(Bidan dan dosen kebidanan Indonesia, kebidanan teori dan
asuhan, Jakarta, EGC, 2017)
8
Seorang perempuan umur 24 tahun, G1P0A0, hamil 38
minggu, datang ke puskesmas dengan keluhan mulas
sejak 3 jam yang lalu. Hasil anamnesa mulas semakin
sering. Hasil pemeriksaan TD 120/80 mmHg, N
80x/menit, S 36,7OC, P 20x/menit, TFU 31cm, kepala
sudah masuk PAP, DJJ 140x/menit, his 3.10’.40”, lendir
darah (+), selaput ketuban (+) portio tipis, H III, teraba
bentuk segitiga pada bagian belakang kepala bayi. Apakah
data obyektif apa yang belum dikaji pada kasus tersebut
di atas?
a. Kontraksi uterus
b. Ubun ubun kecil
c. Penurunan kepala
d. Keluar lendir darah
e. Pembukaan serviks
• JAWAB : E
• Data obyetif yang harus di lengkapi adalah
pembukaan serviks yang akan digunakan
untuk menegakkan diagnose inpartu.
• Tanda tanda inpartu : His adekuat, blod show,
pembukaan serviks
(Bidan dan dosen kebidanan Indonesia,
kebidanan teori dan asuhan, Jakarta, EGC, 2017)
9
Seorang perempuan, umur 23 tahun, G2PIA0, hamil
36 minggu datang ke puskesmas dengan keluhan
keluar darah dan lendir dari jalan lahir. Hasil
anamnesa sering mulas. Hasil pemeriksaan KU baik,
TD 120/80 mmHg, N 80x/menit, S 36,4 Oc, P
20x/menit, Kepala sudah masuk PAP, djj 140x/mnt,
His 3.10’.30”. Apakah diagnosis yang tepat pada
kasus di atas?
a. Mature
b. Imature
c. Dismature
d. Premature
e. Post mature
• JAWAB : D
• Pada kasus di atas umur kehamilannya 30
minggu, maka pada usia kehamilan tersebut
dikatakan premature yaitu kehamilan kurang
dari 37 minggu.
(Prawirohardjo, sarwono, 2009. Ilmu kebidanan.
Jakarta: PT Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo).
10
Seorang perempuan, umur 25 tahun, P3A0 dalam
persalinan kala IV di PMB. Riwayat partus lama karena
inersia uteri, tidak terdapat robekan jalan lahir, placenta
lahir lengkap. Hasil anamnesa ; keluhan pusing dan
lemas. Hasil pemeriksaan TD 120/80 mmHg, N
80x/menit, S 36,6 oC, P 20 x/menit, TFU setinggi pusat,
kandung kemih kosong, kontrasi uterus lembek,
perdarahan 500 ml. Telah di lakukan masase uterus
selama 15 detik namun kontraksi uterus dan perdarahan
tidak membaik. Apakah penatalaksanaan kasus di atas
tersebut?
a. Lakukan rujukan
b. Ekplorasi rahim
c. Pemasangan infus
d. Kompresi bimanual interna
e. Mengulang injeksi oksitosin 10 IU
• JAWAB : D
• Kompresi Bimanual Interna adalah salah satu
tindakan yang dilakukan pada perdarahan pasca
salin yang disebabkan oleh atonia uteri. KBI harus
segera dilakukan apabila uterus tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
massase pada fundus uteri.
• (Prawirohardjo, sarwono, 2009. Ilmu kebidanan.
Jakarta: PT Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo).
11
Seorang perempuan, umur 37 tahun, P2A0 dalam
persalinan kala III di PMB. Bayi lahir spontan,
langusung menangis, gerak aktif. Telah di berikan
injeksi oksitosin 10 IU. Hasil pemeriksaan : TD
120/80 mmHg, N 80x/menit, S 36,6 oC, P 20
x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong.
Setelah 15 menit kemudian belum tampak tanda
tanda pelpasan placenta. Apakah penatalaksanaan
selanjutkanya pada kasus di atas?
a. Lakukan rujukan
b. Manual placenta
c. Eksraksi instrument
d. Injeksi oksitosin kedua 10 IU
e. Melakukan penekanan / dorongan pada fundus.
• JAWAB : D
• Pada keadaan normal kontraksi uterus bertambah
keras dan lepas spontan dalam waktu 5 – 15
menit. pada kasus di atas kontraksi uterus yang
lembek mengakibatkan terhambatnya kelahiran
placenta, sehingga perlu diberikan uterotonika
oksitosin 10 IU secara IM dosis kedua. Bila setelah
15 menit setelah injeksi oksitosin yang kedua
placenta belum lahir, maka pastikan kandung
kemih kosong dan lakukan manual placenta.
12
Seorang perempuan, umur 29 tahun, G1P0A0, hamil 38
minggu, datang ke PMB bersama suami, dengan keluhan
perut mules . Hasil anamnesa : dan mengeluarkan lendir
dan darah dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu. Hasil
pemeriksaan : TFU 34 cm, Presentasi kepala, kontraksi
4’10”40, DJJ 136x/mnt, pembukaan 6 cm, penurunan HIII,
teraba dagu. bidan memberikan pendidikan kesehatan
tentang proses persalinan dengan presentasi dagu.
Apakah peran dan tanggung jawab bidan pada kasus
tersebut ?
a. Peneliti
b. Pendidik
c. Pelaksana
d. Pengelola
e. Pemberdaya
• JAWAB : B
• Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu
sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi
klien serta pelatih dan pembimbing kader.
– Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan
kepada klien (individu, keluarga, kelompok, serta
masyarakat) tentang penanggulangan masalah
kesehatan khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
– Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik
kebidanan dan keperawatan.
• (Bidan dan dosen kebidanan Indonesia,
kebidanan teori dan asuhan, Jakarta, EGC, 2017)
13
Seorang perempuan, umur 30 tahun, G2P1A0, hamil 38
minggu, datang ke PMB bersama suami, dengan keluhan
perut mules dan mengeluarkan lendir dan darah dari
jalan lahir sejak 2 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan : TFU
34 cm, Presentasi kepala, kontraksi 4’10”40, DJJ
136x/mnt, pembukaan 6 cm, penurunan HIII, teraba UUK.
Bidan memberikan formulir yang harus ditandatangani
oleh klien dan suami. apakah fungsi penandatangan
formulir pada kasus di atas?
a. Lisensi
b. Legalisasi
c. Registrasi
d. Informed choice
e. Informed concensent
• JAWAB : E
• Data focus pada kasus tersebut adalah bidan meminta
persetujuan klien dan keluarga untuk proses
pertolongan persalinan setelah diberikan penjelasan
tentang proses persalinan yang akan dilalui oleh
pasien. informed consent adalah persetujuan tindakan
yang diberikan oleh klien atau keluarga terdekat
sebelum suatu tindakan medis dilakukan dan telah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan yang akan dilakukan terhadap klien.
• (Bidan dan dosen kebidanan Indonesia, kebidanan teori
dan asuhan, Jakarta, EGC, 2017)
14
Seorang perempuan, 24 tahun, G1P0A0 hamil 36 minggu
dengan hipertensi gestasional datang ke PMB, keluhan
mengeluarkan darah segar dari jalan lahir disertai nyeri
punggung dan kontraksi yang kuat. Gerakan janin
berkurang. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, TD
120/70 mmHg, nadi 78 x/menit, suhu 37,70C, TFU 40 cm,
DJJ 160 x/menit, kontraksi uterus 2’10’50. Diagnosa pada
kasus di atas adalah
a. Ruptura uteri
b. Plasenta previa
c. Solusio plasenta
d. Kala I memanjang
e. Ketuban pecah dini
• Jawab : C
• Solusio placenta adalah pemisahan premature placneta dari tempat
tertanam normalnya di Rahim dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu
hingga sebelum lahir.
• Gejala solusio plasenta yang paling sering ditemui adalah perdarahan
dari vagina (80%). Perdarahan ini dapat terjadi dalam volume besar
sampai membahayakan ibu dan bayi. Sebesar 20% penderita mengalami
perdarahan tersembunyi sehingga tidak adanya keluhan perdarahan tidak
menyingkirkan kemungkinan solusio plasenta. Geala lain yang sering
menyertai adalah nyeri perut atau punggung dan kontraksi rahim yang
abnormal (sangat sering dan kuat). Sebesar 60% bayi dari ibu yang
mengalami solusio plasenta mengalami gawat janin (denyut nadi janin
terlalu lambat atau terlalu cepat) dan gerakan bayi berkurang. Pada
perdarahan yang sangat banyak, ibu dapat mengalami penurunan volume
darah (syok) dengan gejala penurunan kesadaran, nadi lemah atau tidak
teraba, penurunan tekanan darah dan anggota gerak yang teraba dingin.
Adanya gejala tersebut memerlukan penggantian volume darah secepat
mungkin. Solusio plasenta meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur.
• (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Editor :
Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko
Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2003.)
15
Seorang perempuan 30 tahun, melahirkan di bidan. Bidan
melakukan asuhan kala III pada setelah bayi lahir telah
diberikan suntikan oksitosin 10 IU/IM, kemudian dicoba
melakukan PTT tetapi plasenta belum lepas, 15 menit
kemudian diberikan oksitosin kedua. Setelah 15 menit
berikutnya plasenta masih belum lepas dan tampak
adanya perdarahan pervaginam, TFU setingi pusat, uterus
teraba kenyal, ostium uteri terbuka dan tali pusat terjulur
sebagian. Factor penyebab kemungkinan kasus di atas
adalah?
a. His tidak terkoordinasi
b. His hipertonik
c. His hipotonik
d. Tetania uteri
e. His adekuat
• Jawab : C
• Sebab fisiologis-anatomis retensio plasenta antara lain
: His atau kontraksi rahim yang kurang kuat, Tempat
melekatnya plasenta yang berada di sudut tuba falopi,
Bentuk plasenta membranacea dan plasenta anularis,
Ukuran plasenta yang sangat kecil

• (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal


& Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi
Hanifa Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed.
I, Cet. 5, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2003.)
16
Seorang perempuan 30 tahun, melahirkan di bidan. Bidan
melakukan asuhan kala III pada setelah bayi lahir telah
diberikan suntikan oksitosin 10 IU/IM, kemudian dicoba
melakukan PTT tetapi plasenta belum lepas, 15 menit
kemudian diberikan oksitosin kedua. Setelah 15 menit
berikutnya plasenta masih belum lepas dan tampak
adanya perdarahan pervaginam, TFU setingi pusat, uterus
teraba kenyal, ostium uteri terbuka dan tali pusat terjulur
sebagian. Apakah diagnosis pada kasus di atas ?
a. Atonia Uteri
b. Inversio Uteri
c. Solusio plasenta
d. Retensio Plasenta
e. Robekan jalan lahir
• Jawab : D
• Pembahasan :
• Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan
melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti
perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta
yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta
manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti
perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan
terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta,
plasenta perkreta.
• Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta : Konsistensi Uterus
Kenyal, Tinggi Fundus Sepusat, Bentuk Uterus Diskoid,
Perdarahan Sedang-Banyak, Tali Pusat Terjulur sebagian,
Ostium uteri Terbuka, Separasi plasenta Lepas sebagian,
Syok Sering.
• (Manuaba (2006:176).
17
Seorang perempuan usia 35 tahun melahirkan di
BPM, segera setelah bayi dan placenta lahir
didapatkan uterus tidak berkontraksi dan terdapat
perdarahan 500cc dari jalan lahir, terdapat bekuan
darah pada serviks. TTV : TD 90/70 mmHg, Suhu
36,5oC R 18x/m, dan Nadi 90x/mnt. Apakah
diagnosis pada kasus di atas?
a. Retensio plasenta
b. Solusio plasenta
c. Inversio uteri
d. Atonia uteri
e. Prolaps uteri
• JAWAB : D
• PEMBAHASAN :
• Tanda dan gelaja atonia uteri yaitu segera setelah
placenta lahir uterus tidak berkontraksi dan
lembek, terdapat tanda tanda syok pada ibu dan
terdapat bekuan darah pada serviks.
• (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal & Neonatal. Editor : Abdul Bari
Saifuddin, Gulardi Hanifa Wiknjosastro, Biran
Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5, Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2003.)
18
Seorang perempuan, umur 38 tahun G2P1A0, hamil
40 minggu, dengan riwayat DM, saat ini sedang
dalam proses persalinan kala II di BPM. Setelah
kepala janin lahir, kepala terdorong keluar tetapi
kembali ke dalam vagina. di tunggu oleh bidan tidak
terjadi putaran paksi luar. Faktor predisposisi
terjadinya kasus diatas adalah ?
a. Ibu dengan diabetes gestasional
b. Ibu dengan penyakit jantung
c. Ibu dengan his hypertonia
d. Ibu dengan pre eklamsia
e. Ibu dengan HBsAg (+)
• Jawab : A
• Factor predisposisi terjadinya distosia bahu, antara lain :
• Maternal : Kelainan anatomi panggul, Diabetes Gestational,
Kehamilan postmatur, Riwayat distosia bahu, Tubuh ibu
pendek
• Fetal : Dugaan macrosomia
• Masalah persalinan : Assisted vaginal delivery (forceps atau
vacum), “Protracted active phase” pada kala I persalinan,
“Protracted” pada kala II persalinan. Distosia bahu sering
terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau
pada gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang
memanjang.
• (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifuddin, Gulardi Hanifa
Wiknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Ed. I, Cet. 5,
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2003.)
19
Seorang perempuan umur 39 tahun G4P2A1 hamil 38
minggu datang ke BPM dengan keluhan perut terasa
mules sejak tadi malam, pusing, pandangan mata kabur
dan nyeri di ulu hati. Hasil pemeriksaan : TD 160/110
mmHg, Oedem ekstremitas, protein urine 5 gr%.
Pemeriksaan dalam : pembukaan 4 cm, teraba kepala,
ketuban (+). Terdapat lendir dan darah. His 3’10’40. Ada
riwayat hipertensi pada kehamilan yang lalu. Diagnosa
kasus diatas adalah
a. Inpartu kala I dengan Eklamsia
b. Inpartu kala II dengan Eklamsia
c. Inpartu kala I dengan Preeklamsia
d. Inpartu kala I dengan Preeklamsia berat
e. Inpartu kala I dengan Hipertensi Kronik
• Jawab : D
• Pembahasan :
• Preeklampsia berat dengan tekanan darah sistolik
≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam, nyeri
epigastrium, sakit kepala dan gangguan
penglihatan akibat edema serebral.
• (Prawirohardjo, S. Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T.
Wiknjosastro Gulardi H. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo.Edisi keempat cetakan ketiga.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2010: Hal 677-680.(Prawirohardjo, et al., 2010)
20
Seorang perempuan 24 tahun, G1P0A0 hamil 38 minggu
datang ke PMB dengan keluhan mules dari tadi malam
dan semakin sering. Keluar lendir dan darah dari jalan
lahir. Hasil pemeriksaan VT : pembukaan lengkap,
ketuban (-), teraba maulase, DJJ cepat dan tidak teratur, ,
His 3’10’45. Dipimpin mengejan selama 2 jam, kepala
belum lahir. Diagnose kasus diatas adalah
a. Partus premature
b. Persalinan macet
c. Kala I memanjang
d. Kala II memanjang
e. Kala II dengan tali pusat terdahulu
• Jawab : D
• Pembahasan :
• Gejalah klinik pada Kala II memanjang pada ibu : Gelisah, letih, suhu
badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat. Di
daerah lokal sering dijumpai : Ring v/d Bandl, edema vulva, edema
serviks, cairan ketuban berbau dan terdapat mekonium. Pada janin
Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan
negative, Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan
dan berbau, Caput Succedeneum yang besar, Moulage kepala yang
hebat, IUFD (Intra Uterin Fetal Death).
• Faktor – faktor penyebabnya kala II Memanjang adalah Kelainan
letak janin, kelainan – kelainan panggul, Kelainan his dan
mengejan, Pimpinan partus yang salah, Janin besar atau ada
kelainan kongenital, Primi tua, erut gantung atau grandemulti;
Ketuban pecah dini.
• (Prawirohardjo, S. Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T. Wiknjosastro
Gulardi H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi keempat
cetakan ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2010: Hal 677-680.(Prawirohardjo, et al., 2010)

Anda mungkin juga menyukai