3-Teknokris Fauziya
3-Teknokris Fauziya
ABSTRAK
Banyak jenis bencana yang dihasilkan dari fenomena alam yang tidak dapat dihindari. Sulawesi
merupakan wilayah yang memiliki banyak sesar yang berpotensi menimbulkan bencana gempa bumi. Apa yang
harus kita lakukan adalah mengurangi resiko bencana. Disini keselamatan manusia ditempatkan dalam prioriitas
pertama. Setiap jenis bencana alam membawa bahaya tertentu. Belajar dari bencana sebelumnya dan data ilmiah
dari suatu kota, kita dapat menganalisis potensi bahaya, kerentanan dan strategi mitigasi untuk setiap ancaman
bencana. Dalam mengurangi risiko bencana alam, sebuah kota harus dilengkapi dengan rencana terintegrasi
untuk mengantisipasi bencana. Diantara langkah yang diperlukan adalah : 1. Mengidentifikasi potensi bencana,
2 pengaturan rencana tata ruang untuk mewujudkan ruang yang aman dan berkelanjutan pada daerah (kota)
ABSTRACK
Many types of disasters were result from natural phenomenon that could not be avoided. Sulawesi is an
area that has many faults that could potentially cause an earthquake. What should we do was reducing the risk
of disasters. Here human safety was placed in the first priority. Each type of natural disaster brought specific
hazard. Learning from previous disasters and scientific data of an area , we could analyze the potential of
hazards, vulnerability and strategies of mitigation for each threat of disasters . In reducing the risk of natural
disasters, a city should be equipped with integrated plans for anticipating disasters. The steps were 1)
Identifying disaster potensials, 2) spatial planning arrangements to create a safe and sustainable space in the
region (city).
20
Jurnal Teknokris vol. 23, No. 1 , Juni 2020 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300
21
Jurnal Teknokris vol. 23, No. 1 , Juni 2020 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300
Dalam situasi tidak terjadi bencana, kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan
penanggulangan bencana salah satunya dilakukan subtansi yang dapat mencakup hingga penetapan
melalui pelaksanaan dan penegakan RTR blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi
sebagai salah satu dasar dalam pengendalian
sebagaimana diatur dalam UU 24/2007 atau pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang
melalui pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata
sebagaimana diatur dalam UU 26/2007. Sementara ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci
dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana, tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan
penanggulangan bencana salah satunya dilakukan strategis dan rencana detail tata ruang.
melalui mitigasi bencana, terutama perencanaan Dalam perencanaan tata ruang, kajian kebencanaan
tata ruang yang berdasarkan pada analisis risiko menjadi salah satu aspek yang harus dilakukan
bencana. Untuk lebih jelasnya peran penataan dalam penyusunan rencana tata ruang. Kajian
kebencanaan ini dilakukan pada seluruh tahapan
ruang dalam siklus penanggulangan bencana dapat
dalam proses penyusunan rencana tata ruang,
dilihat pada Gambar 3 dimulai dari tahap persiapan penyusunan rencana
tata ruang sampai dengan tahap penyusunan
konsepsi rencana tata ruang.
22
Jurnal Teknokris vol. 23, No. 1 , Juni 2020 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300
Tabel 1. Berbagai Jenis Kegiatan Mitigasi Dan dampak dari sebuah bencana. Maka risiko bencana
Keperluannya dirumuskan menjadi perkalian antara bencana
dengan kerentanan penduduk atau wilayah
No. Jenis Kegiatan Tujuan Mitigasi terhadap ancaman bencana :
Mitigasi
Rh = H x Vh
1. Perencanaan Pengaturan
tata guna lahan pembangunan di lokasi Rh = Risiko Bencana
yang aman
2. Pengaturan Pembatasan terhadap H = Hazard (Bencana)
zonasi penggunaan area
Vh = Kerentanan Terhadap Bencana
berbahaya
3. Pengaturan Penguatan infrastruktur Pada rumus diatas bahwa parameter Vh
subdivisi terhadap bahaya memegang peranan penting dalam perhitungan
4. Analisis Bahaya Identifikasi area risiko. Jika nilai bencana H konstan, maka nilai Rh
/ Pemetaan berbahaya akan tergantung nilai Vh yang akan menentukan
Resiko risiko bencana. Jika nilai Rh tinggi, maka nilai Vh
5. Sistem Peningkatan kesadaran harus dikurangi. Hal ini bisa dilakukan dengan
informasi terhadap resiko upaya mitigasi. Jadi nilai kerentanan rendah,
bahaya dalam hal ini nilai Vh mendekati 0, maka nilai Rh
6. Edukasi publik Peningkatan pengetahuan akan rendah, berarti tidak ada risiko. Misalnya
mengenai bencana terjadi bencana di tempat kosong dan tidak ada
7. Pemantauan / Pemantauan penduduknya, maka tidak ada risiko bencana.
inspeksi implementasi peraturan
8. Pengambilalihan Pengalihan fungsi Teori Perkembangan Kota
lahan yang menjadi ruang Teori Konsentris Menurut E.W. Burgess (Yunus,
berbahaya terbuka/rekreasi 1999), sesuatu kota yang besar mempunyai
9. Relokasi Pemindahan kondisi kecenderungan berkembang ke arah luar di semua
rentan ke lokasi yang bagian-bagiannya. Masing-masing zona tumbuh
aman
sedikit demi sedikit ke arah luar. Oleh karena
10. Insentif dan Penciptaan motivasi
semua bagian-bagiannya berkembang ke segala
disinsentif pajak untuk pindah ke lokasi
aman arah, maka pola keruangan yang dihasilkan akan
berbentuk seperti lingkaran yang berlapis-lapis,
Sumber: Godschalk, 1991:136 dalam Kaiser et al dengan daerah pusat kegiatan sebagai intinya.
(1995)
23
Jurnal Teknokris vol. 23, No. 1 , Juni 2020 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300
24
Jurnal Teknokris vol. 23, No. 1 , Juni 2020 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300
1. Sebagai acuan bagi pemerintah dan risiko bencana dengan instrumen yang berperan
masyarakat dalam pemrograman penataan penting yaitu peraturan zonasi. Salah satu
ruang; muatan dalam peraturan zonasi adalah
2. Sebagai arahan untuk sektor dalam ketentuan khusus zona rawan bencana yang
penyusunan program; dimaksudkan untuk menyediakan ketentuan-
3. Sebagai dasar estimasi kebutuhan ketentuan yang berlaku secara khusus di zona
pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) rawan bencana dalam rangka pengurangan
tahunan; risiko bencana
4. Sebagai dasar estimasi penyusunan
program tahunan untuk setiap jangka 5 5. KESIMPULAN
(lima) tahun; dan
5. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam 1. Berkembanganya paradigma dalam
melakukan investasi. penanggulangan bencana. Semula bersifat
Pemanfaatan ruang pada dasarnya adalah responsif menjadi pendekatan preventif
kegiatan pembangunan yang memanfaatkan dengan mengutamakan pengurangan resiko
ruang, baik yang dilakukan oleh pemerintah bencana dengan pencegahan, kesiapsiagaan
maupun masyarakat. Dalam konteks mitigasi dan mitigasi disamping penanganan pasca
bencana maka pemanfaatan ruang berbasis bencana seperti tanggap darurat dan
mitigasi bencana adalah pemanfaatan ruang pemulihan
yang didasarkan pada RTR berbasis mitigasi 2. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
bencana dalam rangka: Ruang (UUPR) disusun dan ditetapkan
1. Meminimalisasi kemungkinan munculnya menimbang bahwa secara geografis Negara
bahaya, Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berada
2. Menurunkan tingkat kerentanan (fisik, pada kawasan rawan bencana, sehingga
sosial, ekonomi), dan diperlukan penataan ruang yang berbasis
3. Meningkatkan ketahanan wilayah. mitigasi bencana.
Upaya pemanfaatan ruang yang dimaksud 3. UU No.24 Tahun 2007 tentang
adalah upaya pengurangan risiko bencana Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
melalui: (UUPPB), pada ketentuan umum menetapkan
1. Penyusunan, pelaksanaan, dan bahwa Mitigasi adalah serangkaian upaya
pembiayaan program struktural mitigasi untuk mengurangi risiko bencana…
bencana; 4. Mitigasi dilakukan untuk mengurangi resiko
Program struktural mitigasi bencana merupakan bencana bagi masyarakat yang berada di
program-program pembangunan konstruksi kawasan rawan bencana.
fisik atau penggunaan teknologi yang ditujukan 5. Perlu mengintegrasikan pengelolaan resiko
untuk mengurangi risiko bencana, antara lain bencana ke dalam pemanfaatan tata ruang
membangun dengan konstruksi yang tahan
terhadap gempa, atau membangun sistem
DAFTAR PUSTAKA
peringatan dini tsunami.
2. Penyusunan, pelaksanaan, dan [1] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan
pembiayaan program nonstruktural mitigasi Kantor Statistik Kota Palu , 2019, Kota Palu
bencana Dalam Angka 2019. Palu
Program nonstruktural mitigasi bencana
merupakan program-program pembangunan [2] Badan Nasional Penanggulangan Bencana
yang bersifat nonfisik, baik berupa pengaturan, (2018), Bencana (diunduh dari :
kebijakan, perencanaan, pendidikan dan www.bnpb.gi.id)
pelatihan, penyadaran dan peningkatan
kapasitas masyarakat, dan program sejenis [3] Pemerintah Kota Palu , Rencana Tata Ruang
lainnya. Wilayah Kota Palu 2010 – 2030
D. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Perlu Ketentuan Khusus Peraturan Zonasi (PZ) [4] Lutfi Muta”ali (2013), Penataan Ruang
di kawasan rawan bencana yang mempunyai Wilayah dan Kota, Fakultas Geografi
beririsan dengan kebijakan mitigasi. Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Penyusunan Masukan revisi Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) dan Perumusan [5] URDI 2005, Pembangunan Kota Indonesia
Rekomendasi Kegiatan dalam Abad 21, Universitas Indonesia Jakarta
Pengendalian pemanfaatan ruang dengan
sendirinya merupakan upaya untuk mengurangi
25
Jurnal Teknokris vol. 23, No. 1 , Juni 2020 P- ISSN : 1411-0539 E-ISSN : 2622-8300
[6] Shirvani , Hamid (1985), The Urban Design [7] De Chiara, Joseph (1995), Time Saver
Process, Van Nostrad Reinhold Co Standard For Housing and Residential
Development, Mc Graw Hill Inch
26