BAB II LAGI (Repaired)
BAB II LAGI (Repaired)
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
(TTGO)
b) Hiperglikemik
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara
tiba-tiba. Hiperglikemik ditandai dengan poliuri, polidipsi, polifagi,
kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur. Hiperglikemia
yang berlangsung lama dan tidak ditangani dapat berkembang menjadi
suatu gangguan metabolisme yang berbahaya, antara lain Ketoasidosis
Diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Kedua
gangguan tersebut dapat berakibat fatal dan membawa kematian.
Hiperglikemik dapat dicegah dengan kontrol kadar gula darah yang ketat
(Kemenkes, 2018).
2. Komplikasi Kronik
Mikrovaskuler, yaitu komplikasi yang menyerang pembuluh
darah kecil (Tandra, 2008 dalam Wardani & Isfandiari, 2014).
Komplikasi kronik mikrovaskuler meliputi:
a) Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik adalah kerusakan yang mengenai pembuluh darah
kecil di bagian belakang pada retina (Fox dan Kilvert, 2010 dalam
Wardani & Isfandiari, 2014). Apabila retina mengalami gangguan, maka
gambar yang ditangkap oleh mata tidak dapat diproses di otak.
Progresifitas dari komplikasi retinopati diabetik ini berjalan dengan
lambat sehingga sulit untuk terdeteksi (Tandra, 2008 dalam Wardani &
Isfandiari, 2014).
b) Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik merupakan komplikasi diabetes yang terjadi pada
ginjal. Nefropati diabetik ini terjadi karena adanya kelainan pembuluh
darah kecil pada glomerulus ginjal, sehingga fungsi dari glomerulus
sebagai penyaring tidak dapat berjalan dengan baik, seperti ditandai
dengan adanya albumin dalam urin (Wardani & Isfandiari, 2014).
h. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum yaitu untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien DM. Menurut Perkeni (2011), terdapat 4 pilar
penatalaksanaan DM yaitu sebagai berikut:
16
1. Edukasi
Tujuan dari edukasi diabetes yaitu untuk mendukung usaha pasien untuk
mengerti perjalanan alami penyakit dan pengelolaannya, mengenali
masalah kesehatan/komplikasi yang mungkin timbul secara dini, serta
merubah kebiasaan/perilaku yang diperlukan guna menunjang
keberhasilan terapi seperti berhenti merokok, meningkatkan aktivitas fisik,
pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-
obatan, dan mengurangi asupan kalori serta diet tinggi lemak (Ndraha,
2014).
2. Terapi Nutrisi Medis
Prinsip pengaturan makanan pada pasien diabetes adalah makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing individu. Hal
yang perlu diperhatikan dalam terapi nutrisi ini meliputi keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan. Komposisi makanan yang dianjurkan
bagi penderita diabetes terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%,
protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar
25g/hari (Perkeni, 2011).
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani bagi penderita diabetes berguna untuk memperbaiki
sensitivitas insulin, menurunkan berat badan dan menjaga kebugaran,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan bagi penderita diabetes adalah latihan yang memiliki ritme
seperti berjalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan ini
sebaiknya dilakukan secara teratur 3-4 kali seminggu selama kurang lebih
30 menit dan sebaiknya disesuaikan dengan umur serta status kesegaran
jasmani (Perkeni, 2011).
i. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi penyakit DM bertujuan untuk mengontrol kadar
glukosa dalam darah pasien. Terapi ini terdiri dari obat oral dan obat suntikan
(Perkeni, 2011).
1. Obat Oral
Berdasarkan cara kerjanya, Perkeni (2011) membagi menjadi 5 golongan,
yaitu:
17
stroke)
perencanaan makan
g) Agonis GLP-1
Catatan: Paduan OAT dengan huruf tebal adalah paduan yang digunakan
dalam program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, dikemas
dalam bentuk kombipak.
1). Kategori 1 ( 2 HRZE/4 H3 R3 ), tahap intensif terdiri dari
Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Ethambutol
(E). Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E). Obat–
obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE).
Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) yang diberikan tiga kali
dalam seminggu selama 4 bulan ( 4H3R3 ).
2). Kategori 2 (2 HRZS/1 HRZE/5 H3 R3 E3) , tahap intensif
diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
Isoniazid (H), Rifampisin (R) Pirazinamid (Z) dan Ethambutol
(E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan
selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam
seminggu. Perlu diperhatikan bahwa suntikan streptomycin
diberikan setelah penderita selesai menelan obat.
3). Kategori 3 (2 HRZ/4 H3R3), tahap intensif terdiri dari HRZ
diberikan setiap hari selam 2 bulan (2 HRZ), diteruskan dengan
tahap lanjutan terdiri dari H R selama 4 bulan diberikan 3
kali seminggu (4H3R3). Bila pada akhir tahap intensif
pengobatan penderita baru BTA (+) dengan kategori -1 atau
penderita BTA (+) pengobatan ulang dengan kategori–2 hasil
pemeriksaan dahak masih BTA (+), diberikan sisipan
(HRZE) setiap hari selama 1 bulan.
o. Pengobatan Tuberkulosis Pada Orang Dewasa
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara
mikroskopis. Pemeriksaann dahak secara mikroskopis lebih baik
dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau
25
Jenis Obat BB B B B B
5-10 kg 10 - 20 kg 20–33 kg
Kemeran, gatal pada kulit Semua OAT Berikan dulu antistamin, sambil
meneruskan OAT dengan
pengawasan ketat.
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti
dengan Ethambutol.
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan, ganti
dengan Ethambutol
Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT Hentikan semua OAT sampai
ikterus hilang
Gangguan pengelihatan Ethambutol Hentikan Ethambutol
Warna kemerahan pada air Rifampisin Tidak perlu diberi apa – apa ,tapi
seni perlu penjelasan kepada penderita
3 Friedman (1998)
4
5
6 Faktor-Faktor Risiko Penyakit
7 TB Paru
8 1. Umur
9 2. Jenis kelamin
10
11 3. Pendidikan / Pengetahuan Tuberkulosis
12 4. Pekerjaan
13 5. Kondisi rumah
14 6. Status gizi
15 Penatalaksanaan TB Paru
7. Sosial ekonomi
16
17
18
Pengobatan TB 6 Program Indonesia
bulan Sehat 2016
Pendidikan
Kesehatan
Audio Visual
39
= Diteliti
= Tidak diteliti
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Teori Friedman (1998), Suryo (2014), Susilo
(2011) dan Kemenkes RI (2016)
(Notoatmodjo, 2012)
b. HIPOTESIS
40
Tahun 2022.