Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

HUBUNGAN INTERNASIONAL DALAM PERSPEKTIF


HUKUM ISLAM

Dibuat untuk tugas pada Mata Kuliah Studi Hukum Islam

Oleh:

Yosi Diki Waluyo 20040019002


Rizky Adi Saputro 20040019005
Rifanto Zaki 20040019006
Rizki Tri Septian 20040019007

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................
B. Identifikasi............................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam terminologi fiqh dikenal dengan fiqh siyasah atau siyasah

syar’iah, yaitu sebuah pranata untuk mengatur urusan negara dan urusan umat

sesuai dengan syari’at islamiyyah agar terwajud kemaslahatan dan terhindar

dari kemadaratan. Secara lebih rinci, bidang kajiannya adalah siyasah

dusturiyah (perundang-undangan), siyasah maliyah (perekonomian), siyasah

dauliyah (hubungan intemasional).1

Kajian tentang hubungan internasional dalam fiqh siyasah meskipun

merupakan tema yang tergolong tua karena ini produk dari khazanah Islam

klasik dan pertengahan. Sehingga secara praksis persoalan ini menjadi

persoalan problematik apabila dihadapkan dengan konsep negara yang dianut

oleh beberapa negera-negera muslim di era modern. Secara teoretik Hubungan

Internasional telah hadir beberapa teori besar dalam bidang kajian atau ilmu ini

dengan memperhatikan paling tidak kepada 5 (lima) nilai dasar sosial yang

biasanya dijaga oleh negara yaitu keamanan, kebebasan, ketertiban, keadilan

dan kesejahteraan. Ini merupakan nilai-nilai yang sangat fundamental bagi

manusia yang harus mereka lindungi atau jamin dengan cara apapun.2

Ilmu Hubungan Internasional saat ini berkembang dengan berbagai

perspektif atau paradigma sesuai dengan argumentasi filosofisnya. Hal ini

1
Abd. Wahab Khallafah, As-Siyasah as-Syar'iyah, lihat dalam Kamsi, Hubungan Internasional
Dan HAM Dalam Perspektif Islam, Jurnal Millah Vol. XII, No. 1, Agustus 2012, hlm. 266.
2
Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, alih bahasa
Dadan Suryaputra, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 3.

1
2

menjadikan Ilmu Hubungan Internasional sebagai suatu disiplin keilmuan yang

unik karena berbagai asumsi paradigmatik dapat hadir secara bersamaan untuk

saling bersaing, berdebat, dan bertarung satu sama lain demi membuktikan

kebenaran ilmiah masing-masing. Tidak ada asumsi ontologis dan metodologi

pasti yang menjadi rujukan serta disepakati semua pakar atau sarjana. Suatu

fenomena tunggal dapat dianalisa menggunakan berbagai macam paradigma

dan seluruh analisa tersebut absah dilakukan. Para pakar dan ahli melukiskan

Ilmu Hubungan Internasional saat ini sebagai suatu disiplin keilmuan yang

berakhir dengan ketidaksepakatan.

B. Identifikasi

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang

akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana prinsip yang dianut oleh

Islam dalam hubungan internasional?

C. Tujuan Penulisan

Dari identifikasi masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini

adalah untuk mengetahui dan memahami prinsip yang dianut oleh Islam dalam

hubungan internasional.
3

BAB II
PEMBAHASAN

Hubungan intemasional dalam Islam didasarkan pada sumber-sumber

normatif tertulis dan sumber-sumber praktis yang pernah diterapkan umat

Islam dalam sejarah. Sumber normatif tertulis berasal dari Al-Qur'an dan

Hadist. Dalam hubungan internasional saat ini, sering sekali terlihat tindakan

hubungan internasional yang tidak sesuai dengan harapan bersama. Dengan

adanya prinsip yang semata-mata mengutamakan kedaulatan dan kepentingan

nasional dengan alasan kemanusiaan yang dibaliknya sangat banyak

kepentingan yang menyebabkan hubungan antar negara saat ini tidak harmonis

dan terasa tidak adil bagi negara lemah.

Agama Islam tidak mendasarkan hubungan antar negara ini pada

kekuasaan dan kepentingan nasional belaka. Hal ini sebagaimana telah

difirmankan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Hujarat ayat 13 yang berbunyi

sebagai berikut:

َ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا خَ لَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوُأ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَاِئ َل لِتَ َع‬
‫ارفُوا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد‬
‫هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬

Terjemahan: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
4

Prinsip-prinsip Islam mengenai hubungan internasional, lebih

menekankan kepada nilai-nilai moral dan etika sebagai dasar Hak Asasi

Manusia (HAM), karena tuntutan rasa kesadaran tunduk kepada norma-norma

agama (akhlaq al-karimah) dijadikan sebagai landasan utama bagi tegaknya

ajaran Islam.

Islam mendasari hubungan internasional dengan prinsip perdamaian, baik

itu dengan sesame negara Islam maupun dengan negara bukan Islam.

Perdamaian adalah salah satu prinsip yang sangat penting dalam Islam,

sebagaimana telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Surat Al-Anfal ayat 61,

yang berbunyi sebagai berikut:

‫َوِإ ْن َجنَحُوا لِلس َّْل ِم فَاجْ نَحْ لَهَا َوت ََو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ ۚ ِإنَّهُ ه َُو ال َّس ِمي ُع ْال َعلِي ُم‬

Terjemahan: “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka


condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”.

Prinsip yang mengedepankan perdamaian dalam segala aspek kehidupan

merupakan suatu hal yang dianjurkan dan bahkan diperintahkan. Dengan

prinsip perdamaian ini, masyarakat dapat tentram dan damai serta setiap

individu juga akan dapat hidup secara damai. Dan jika mereka condong kepada

perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah

SWT. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Hal ini sejalan dengan pemahaman tentang Hubungan Internasioal

sebagaimana yang dikemukakan oleh kalangan Liberalisme Sosiologis

hubungan antara orang yang lebih koperatif dan mendukung perdamaian, dan
5

juga sebagaimana dikatakan oleh Karl Deutsch yang dikutip oleh Robert

Jackson dan Georg Sorensen, hubungan antar masyarakat yang mampu

menghasilkan perdamaian yang lebih dari sekedar ketiadaan perang.

Menghasilkan security community dalam mana konflik dan persoalan dapat

diselesaikan tanpa hams menggunakan kekerasan fisik dalam sekala besar

(perang).3

Sehubungan dengan uraian diatas, peradaban manusia yang damai dan

menemukan kebahagiaan yang jelas menjadi bagian dari yang dicita-citakan

Islam. Oleh karenanya, Islam sangat memberikan apresiasi yang positif kepada

umatnya yang berhasil membangun peradaban manusia menjadi umat

penengah (ummatan wasatan). Allah SWT dalam hal ini berfirman dalam Surat

Al-Baqarah ayat 143, yang berbunyi sebagai berikut:


ٰ
‫اس َويَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدًا ۗ َو َما َج َع ْلنَا‬ ِ َّ‫َو َك َذلِكَ َج َع ْلنَا ُك ْم ُأ َّمةً َو َسطًا لِتَ ُكونُوا ُشهَدَا َء َعلَى الن‬
‫يرةً ِإاَّل‬ ْ ‫ُول ِم َّم ْن يَ ْنقَلِبُ َعلَ ٰى َعقِبَ ْي ِه ۚ َوِإ ْن َكان‬
َ ِ‫َت لَ َكب‬ َ ‫ْالقِ ْبلَةَ الَّتِي ُك ْنتَ َعلَ ْيهَا ِإاَّل لِنَ ْعلَ َم َم ْن يَتَّبِ ُع ال َّرس‬
‫وف َر ِحي ٌم‬ ٌ ‫اس لَ َر ُء‬ِ َّ‫ُضي َع ِإي َمانَ ُك ْم ۚ ِإ َّن هَّللا َ بِالن‬
ِ ‫َعلَى الَّ ِذينَ هَدَى هَّللا ُ ۗ َو َما َكانَ هَّللا ُ لِي‬
Terjemahan: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang
menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui
(supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat
berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
kepada manusia”.

3
Robert Jackson dan Georg Sorensen, Op.Cit, hlm. 144.
6

Prinsip damai adalah prinsip yang sesuai dengan prinsip Islam

sebagaimana jiwa Al-Qur'an.4 Dalam teori Hubungan Internasional perdamaian

termasuk di antara nilai hubungan internasional yang paling fundamental. Bagi

penganut libralisme pendekatan ini menjadi ciri khasnya, bahwa pendekatan ini

bergerak pada asumsi bahwa hubungan internasional dapat dicirikan sebagai

dunia dimana negara-negara bekerjasama satu sama lain untuk memelihara

perdamaian dan kebebasan serta mengejar perubahan progresif.

4
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum Antar Golongan Dalam Fiqih Islam, Bulan Bintang,
Jakarta, 1971, hlm. 121.
7

BAB III
PENUTUP

Islam adalah agama damai yang dapat memberi kedamaian terhadap

pemeluknya dan masyarakat global. Prinsip yang dianut oleh Islam dalam

hubungan internasional ialah prinsip perdamaian yang abadi merupakan hak bagi

setiap bangsa, terkecuali dalam kondisi-kondisi tertentu (darurat). Dengan prinsip

perdamaian ini, masyarakat dapat tentram dan damai serta setiap individu juga

akan dapat hidup secara damai.


8

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Wahab Khallafah, As-Siyasah as-Syar'iyah, lihat dalam Kamsi, Hubungan Interna-
sional Dan HAM Dalam Perspektif Islam, Jurnal Millah Vol. XII, No. 1, Agus-
tus 2012.

Robert Jackson dan Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, alih ba-
hasa Dadan Suryaputra, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.

T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum Antar Golongan Dalam Fiqih Islam, Bulan Bintang,
Jakarta, 1971.

Anda mungkin juga menyukai