Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PERSALINAN DAN BBL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik


Persalinan dan BBL

Oleh
DWI PUSPITTA SINDI
NIM PO.71.24.4.21.014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN


KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif
“Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Persalinan Dan Bayi Baru Lahir pada Ny.N
Usia 22 Tahun G1P0A0 Hamil 37 Minggu Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala Di
Rs Bhayangkara Kota Palembang Tahun 2021”

Oleh
Dwi Puspita Sindi
PO.71.24.4.21.014

Menyetujui,
Pembimbing Lahan

Emi Restu, SST (........................................)

Pembimbing Akademik

Wilma, SST, M.Kes


NIP. 198011032006042005 (.........................................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Elita Vasra, SST, M.Keb


NIP 197305191993012001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan komprehensif terkait asuhan
kebidanan fisiologis holistik persalinan dan bayi baru lahir. Laporan komprehensif ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas praktik kebidanan fisiologis
holistik persalinan dan bayi baru lahir. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
laporan ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si., Apt., MM., M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Palembang.
2. Ibu Nesi Novita, S.SiT., M.Kes selaku ketua jurusan kebidanan Politeknik
Kesehatan Palembang
3. Ibu Elita Vasra, SST., M.Keb selaku ketua Program Studi Profesi Kebidanan
Politeknik Kesehatan Palembang.
4. Ibu Wilma, SST, M.Kes selaku dosen Pembimbing institusi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada saya.
5. Ibu Emi Restu, SST selaku Pembimbing Lahan Praktik yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada saya.
6. Seluruh staf dan pegawai bagian kebidanan RS Bhayangkara Kota Palembang

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Palembang, Desember 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHANii
KATA PENGANTARiii
DAFTAR ISIiv
BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang1
B. Tujuan2
C. Ruang Lingkup3
D. Manfaat3
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI4
A. Kajian Masalah Kasus4
B. Kajian Teori4
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................17
A. Pengkajian........................................................................................................43
B. Analisis..............................................................................................................48
C. Penatalaksanaan...............................................................................................48
BAB IV PENUTUP...............................................................................................65
A. Kesimpulan.......................................................................................................65
B. Saran................................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................67

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal, jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Hampir sebagian besar persalinan merupakan persalinan normal, hanya sebagian
saja (12-15%) merupakan persalinan patologik (Nurul, 2011).
Kehamilan postterm atau disebut juga serotinus, kehamilan lewat waktu,
prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/post datisme atau
pascamaturitas merupakan kehamilan dengan umur kehamilan selama 294 hari (42
minggu) atau lebih. Umur kehamilan ini dapat dihitung dari hari pertama haid
terakhir menggunakan rumus neagle dengan siklus rata-rata 28 hari (Abdul Bahri,
2010). Tujuan dari pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran
yang aman bagi ibu dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan
untuk mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
dan bayi, sebab kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses
persalinan. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu
208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000 kelahiran
hidup (Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian Ibu untuk Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2018 sebanyak 4/26.837 Kelahiran Hidup (profil Pelayanan
Kesehatan Dasar, 2018), sedangkan Angka Kematian Bayi sebesar 24 kasus yang
terdiri dari 18 bayi neonatus (0-28 Hari) dan 6 bayi (29 s.d 11 Bulan) dari 26.837
kelahiran hidup.

1
Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat
kesejahteraan perempuan dan target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) tujuanke 5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai ¾ resiko 2 jumlah kematian ibu atau 102/100.000
kelahiran hidup, maka dari itu upaya untuk mewujudkan target tersebut masih
membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus (Kemenkes RI,
2013). Sebagian besar persalinan selalu disertai rasa nyeri yang pada umumnya
terasa hebat, sedangkan rasa nyeri pada persalinan merupakan hal yang lazim
terjadi, penyebab nyeri selama persalinan meliputi faktor fisiologis dan psikologis
(Rejeki et al, 2015).

Menurut Reeder et al (2011) dalam penelitian Sri Rejeki (2013), nyeri


persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri berasal dari kontraksi
uterus dan dilatasi serviks. Dengan makin bertambahnya baik volume maupun
frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak
nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm dan
berlangsung sekitar 4-6 jam untuk primipara dan 2-4 jam untuk multipara.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan persalinan normal.


2. Tujuan Khusus
a) Melaksanakan pengkajian data pada ibu bersalin

b) Mengidentifikasi masalah dan mendiagnosa

c) Mengidentifikasi masalah potensial

d) Mengidentifikasi kebutuhan segera

2
e) Menentukan perencanaan

f) Melakukakan penatalaksanaan

g) Mengevaluasi tindakan

h) Mendokumentasikan asuhan kebidanan

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayanan
kebidanan yang berfokus pada asuhan kebidanan fisiologis persalinan dan bayi
baru lahir.

D. Manfaat
1) Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam memberikan


asuhan pada ibu bersalin normal.

2) Bagi Institusi

Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi khususnya
tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal.

3) Bagi Lahan Praktik

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan studi banding dalam


melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal.

4) Bagi Profesi Bidan

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam


asuhan komprehensif pada ibu bersalin normal.

3
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus

Kasus dalam asuhan kebidanan fisiologis holistik persalinan dan bayi baru lahir ini
adalah ibu hamil normal. Ny. N usia 22 tahun. Pengkajian dilakukan di RS
Bhayangkara. Berdasarkan hasil pengkajian Ny. N hamil anak ketiga 37 minggu dan
perut mules hingga menjalar ke pinggang. Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. N
didapatkan BB: 60 kg, TB: 158 cm, tanda-tanda vital dalam keadaan normal TD: 120/70
mmHg, S: 36.6°C, N: 83 x/menit, dan RR: 23 x/menit. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan LILA: 25 cm, keluarga tidak ada riwayat penyakit, menarche pada usia 14
tahun dan menstruasi secara teratur. Pemeriksaan fisik menunjukkan Ny.N tampak lesu.
Secara psikologis Ny.N merasa gelisah menunggu persalinan. Pada pemeriksaan dalam
Ny. N mengalami pembukaan 4 cm. Berdasarkan data tersebut maka diagnosisnya
adalah seorang ibu hamil cukup bulan inpartu kala 1 fase aktif. Tindakan yang dilakukan
adalah memantau kemajuan persalinan, konseling, tindak lanjut terkait kemajuan
persalinan. dan asuhan sayang ibu.

B. Kajian Teori

1. Persalinan
a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran janin, plasenta dan ketuban


beserta selaputnya dari dalam uterus ke luar uterus (Maritali, 2012).
Menurut varney bahwa definisi persalinan adalah rangkaian proses yang
4
berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu yang dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progesif pada
serviks, dan di akhiri dengan kelahiran plasenta. (Varney, 2010) Bentuk
persalinan berdasarkan teknik :

1) Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan


ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan
ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria
3) Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk
persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang.

b. Jenis Persalinan

Menurut Rohani (2011), berdasarkan umur kehamilan terdiri dari uraian


sebagai berikut :

1) Abortus : pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu


atau bayi dengan berat kurang dari 500 gram.
2) Partus Immaturus : pengeluaran buah kehamilan sebelum janin dapat
hidup (viable), berat janin di bawah 500-1.000 gram atau usia
kehamilan antara 22-28 minggu.
3) Partus prematurus : persalinan dari hasil konsepsi pada umur kehamilan
28-36 minggu. Janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara
1.000-2.500 gram.
4) Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur kehamilan
37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2.500 gram.
5) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu
atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur.

5
6) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di
kamar mandi, diatas kenderaan dan sebagainya.
7) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo pelvic
Disproportion (CPD). (Rohani,2011)

c. Etiologi

Menurut Mochtar (2010), penyebab timbulnya persalinan terdapat


beberapa teori antara lain :

1) Penurunan kadar progesteron

Progesteron menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen


meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga menimbulkan
his.

2) Teori Oxytosin

Pada akhir kehamilan kadar Oxytosin bertambah dan menimbulkan


kontraksi otot-otot rahim.

3) Keregangan otot

Seperti halnya dengan kandung kemih dan lambung bila dindingnya


teregang oleh karena isinya maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
semakin meregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentang.

4) Teori prostaglandin

Prostagladin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah


satu sebab permulaan persalinan. Hal ini juga di sokong dengan adanya
6
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban ataupun darah
perifer ibu sebelum melahirkan atau selama persalinan.

Secara mikroskopis perubahan biokimia dalam tubuh wanita hamil


sangat menentukan seperti perubahan hormonal. Satu sampai dua minggu
sebelum persalinan terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron.
Dimana progesteron bekerja sebagai relaksasi otot polos. Sehingga aliran
darah berkurang dan hal ini menyebabkan atau merangsang pengeluaran
prostaglandin merangsang dilepasnya oksitosin, hal ini juga merangsang
kontraksi uterus.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor syaraf karena


pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka akan menekan dan
menggesek ganglion servikalis yang akan merangsang timbulnya kontraksi
uterus. Faktor lain yang dikemukakan adalah faktor kekuatan plasenta.
Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan penurunan
produk hormon progesteron dan estrogen.

d. Tahap Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0


sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga
dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan,
janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri,
plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari
lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi
apakah terjadi perdarahan post partum. (Rohani, 2011)

1) Kala I (Kala Pembukaan)

7
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena
serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-
pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan


pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai


sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8
jam.
b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam
dan dibagi dalam 3 subfase.
1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam
pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve Friedman,
diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan


multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akanmembuka

8
lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudian ostium
internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama.

Pengisian partograf dimulai ketika memasuki fase aktif yaitu dari


pembukaan 4 cm. Kala I berakhir bila pembukaan serviks sudah lengkap
atau 10 cm.

2) Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap


(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara
berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.

Tanda dan gejala kala II :

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.


c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau
vagina.
d) Perineum terlihat menonjol.

e) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang


menunjukkan :

a) Pembukaan serviks telah lengkap.

b) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

9
3) Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Biasanya plasenta akan lepas
dalam 5 menit.

Menurut Siswosudarmo (2008), tanda–tanda plasenta lepas adalah:

a) Keluar semburan darah dari vagina.

b) Tali pusat memanjang.

c) Uterus menjadi globuler dan teraba lebih keras.

d) Pada saat plasenta masuk dalam vagina, fundus uteri meninggi.

4) Kala IV (Kala Pengawasan)

Menurut Sumarah (2009), kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta


dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus
dilakukan pada kala IV :

a) Tingkat kesadaran.

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan


pernapasan.
c) Kontraksi uterus.

d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika


jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
Asuhan dan pemantauan yang dilakukan pada kala IV diantaranya
adalah sebagai berikut :

10
a) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk
merangsang uterus berkontraksi.
b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang antara pusat dan fundus uteri.
c) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

d) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada


laserasi atau episiotomi).
e) Evaluasi kondisi ibu secara umum.

f) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV


persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan
diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

e. Mekanisme Persalinan Normal

Mekanisme persalinan normal dalam proses turunnya kepala bayi


sampai lahir menurut Sarwono (2011) terdiri dari:

1) Penurunan Kepala, terjadi selama proses persalinan karena daya


dorong dari kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan
meneran dari pasien.
2) Engagement (penguncian), tahap penurunan pada waktu diameter
biparietal dari kepala janin telah melalui PAP.
3) Fleksi, fleksi menjadi hal terpenting karena diameter kepala janin
terkecil dapat bergerak masuk panggul sampai ke dasar panggul.
4) Putaran paksi dalam, putaran internal dari kepala janin akan membuat
diameter anteroposterior dari kepala janin menyesuaikan diri dengan
anteroposterior dari panggul.
5) Lahirnya kepala dengan ekstensi, bagian leher belakang di bawah
oksiput akan bergeser kebawah simphisis pubis dan bekerja sebagai

11
titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian
memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkannya
ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva. Vagina membuka lebar.
6) Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45° baik ke kanan atau ke
kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju
posisi oksiput anterior.
7) Putaran paksi luar, putaran ini terjadi bersamaan dg putaran internal
dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu akan
mengalami perputaran dalam arah yang sama dg kepala janin.
8) Lahirnya bahu & seluruh anggota badan bayi, bahu posterior akan
menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dg cara fleksi
lateralis. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya akan
dilahirkan. (Sarwono,2011)

f. Tanda-tanda Persalinan

Menurut (Purwaningsih, 2010), beberapa tanda dan gejala ibu hamil


masuk dalam masa bersalin, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah (bloody show). Bloody show adalah
pengeluaran dari mukus dan pengeluaran yang lebih banyak karena
robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi
servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan,
berperan sebagai barier protektif dan menutup servikal selama
kehamilan.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan membran
yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12%

12
wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara
spontan dalam 24 jam.
4) Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara
nulipara dan multipara.
a) Nulipara

Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60% dan


pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya persalinan,
biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%,
kemudian terjadi pembukaan.

b) Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada
multipara serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan
penipisan.

5) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi


minimal 2 kali dalam 10 menit).

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


a. Passage (jalan lahir)

Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada
rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri dari:

a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)

1) Os. Coxae meliputi os.illium, os. ischium, dan os.Pubis

2) Os. Sacrum = promotorium

3) Os. Coccygis
13
b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen

1) Pintu Panggul

Pintu atas panggul (PAP) disebut inlet dibatasi oleh promontorium,


linea inominata dan pinggir atas symphisis.

2) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut


midlet.
3) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,
disebut outlet.
4) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet
dan outlet.
c. Bidang-bidang:

1) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas


symphisis dan promontorium.
2) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
3) Bidang Hodge III: sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
4) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis
d. Ukuran – ukuran panggul :

1) Distansia spinarium : jarak antara kedua spina iliaka anterior


superior (24 – 26 cm)
2) Distansia cristarium : jarak anatara kedua crista iliaka kanan dan
kiri (28 – 30 cm)
3) Conjugate externa : 18 – 20 cm

4) Lingkar panggul : 80-90 cm

5) Conjugate diagonalis : dengan periksa dalam (12,5 cm)

14
6) Distansia tuberum : dengan ,menggunakan jangka oceander

(10,5 cm)

e. Bentuk-bentuk panggul :

1) Ginekoid: bentuknya agak bulat, sudut sub pubis yang lebar,


dinding samping panggul hampir sejajar, spina ischiadika yang
lebar, ruang subsakroskiatik yang lebar
2) Android: bentuknya seperti jantung, sudut sub pubis yang sempit,
spina ischiadika yang pendek atau menonjol, ruang subsakroskiatik
yang sempit
3) Anthropoid: diameter konjugata yang panjang, sudut sub pubis
yang sempit, ruang subsakroskiatik yang luas
4) Platipoloid: diameter konjugata yang sempit, diameter transversalis
yang panjang, sudut sub pubis yang lebar

b. Passanger (janin)

1) Janin besar

Bayi dengan berat 3500–4000 gram digolongkan bayi besar.


Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya
kepala atau kepala yang lebih keras tidak dapat memasuki pintu atas
panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul
(Wiknjosastro, 2007).

2) Berat badan janin

Janin (bayi) aterm mempunyai tanda cukup bulan, 280 hari (40
minggu) dengan berat badan sekitar 2500 sampai 3000 gram dan
panjang badan sekitar 50 sampai 55 cm (Saiffudin, 2008)

Bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah dibedakan menjadi:
15
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
c) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

c. Power

1) His (kontraksi uterus)

His adalah kontraksi uterus (uterine contraction). Selama dalam


kehamilan, persalinan dan nifas, uterus mengadakan kontraksi, tetapi
frekuensi dan intensitasnya berbeda–beda. Pada akhir kala I atau kala
II, jumlah kontraksi adalah 3-4 kali tiap 10 menit (2-3 menit sekali)
dengan intensitas 50-60 mmHg. Sifatsifat his yang baik adalah:

a) Teratur.

b) Makin lama makin sering, intensitas makin kuat, durasi makin


lama.
c) Ada dominansi fundus.

d) Menghasilkan pembukaan dan atau penurunan kepala.

2) Umur ibu
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Usia di bawah 16 tahun
atau diatas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap sejumlah
komplikasi (Varney, 2007).

3) Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama
dengan 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati. Paritas
mempengaruhi durasi persalinan dan insiden komplikasi. Pada

16
multipara dominasi fundus uteri lebih besar dengan kontraksi uterus
lebih besar dengan kontraksi lebih kuat dan dasar panggul yang lebih
rileks sehingga bayi lebih mudah melalui jalan lahir dan mengurangi
lama persalinan. Namun pada grandemultipara, semakin banyak jumlah
janin, persalinan secara progresif lebih lama (Siswosudarmo, 2008).

4) Penolong

Peran petugas kesehatan adalah memantau dengan seksama dan


memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu, baik segi emosi atau
perasaan maupun fisik (Saifuddin, 2008).

Pada kasus yang ditangani oleh dukun atau tenaga paramedis yang
tidak kompeten, sering kali penderita disuruh mengejan walaupun
pembukaan belum lengkap. Akibatnya serviks menjadi edema dan
menghambat pembukaan lebih lanjut, ibu mengalami kelelahan
sehingga persalinan berlangsung lama (Siswosudarmo, 2008).

d. Psikologis

Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara


keseluruhan merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan
yang ia akan terima. Perlu disadari bahwa persalinan adalah suatu tugas
dari seorang ibu yang harus dihadapi dengan tabah, walaupun tidak jarang
mereka merasa cemas dalam menghadapi masalah tersebut. Kecemasan
tersebut antara lain meliputi: rasa cemas apakah mereka dapat mengatasi
kesukaran yang terjadi, cemas apakah janin yang dikandung tidak cacat,
dan cemas menghadapi rasa sakit (Winknjosastro, 2005).

e. Posisi Ibu

Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.


Posisi tegak memberikan sejumlah keuntungan. Mengubah posisi

17
membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman dan memperbaiki
sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk dan
jongkok.

8. Adaptasi/Perubahan Fisiologi dan Psikologi


a. Adaptasi Janin

1) Denyut Jantung Janin (DJJ)

Untuk memprediksikan keadaan janin yang berkaitan dengan


oksigenisasi DJJ rata-rata pada aterm adalah 140 x/m. DJJ normal adalah
120-160 x/m.

2) Sirkulasi Janin

Sirkulasi jnin dipengaruhi oleh posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan


darah dan aliran darah tali pusat. Kontraksi uterus selama masa
persalinan cenderung mengurangi sirkulasi melalui anterior spinalis,
sehingga mengurangi perfusi melalui ruang intervilosa.

3) Pernapasan dan perilaku lain janin

Perubahan tertentu menstimulasi kemoseptor pada aorta dan badan


carotid guna mempersiapkan janin untuk memulai pernafasan setelah
lahir. Perubahan yang terjadi :

a) 7-2 ml ketuban diperas keluar dari paru-paru (selama persalinan


pervaginam)
b) Tekanan oksigen (PO2) janin menurun

c) Tekanan karbondioksida (PCO2) arteri meningkat

d) PH arteri menurun.

b. Adaptasi Ibu

18
1) Perubahan kardiovaskuler

Pada setiap kontraksi, 2100 ml darah dikeluarkan dari uterus


dan masuk kedalam sistem vaskuler ibu. Hal ini meningkatkan
curah jantung sekitar 10-15% pada tahap I persalinan dan sekitar
30-50% pada tahap II persalinan.

2) Perubahan pernapasan

Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian O2


terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi dapat
menyebabkan alkalosis respiraktorik (pH meningkat), hipoksia dan
hipokapnea (CO2 menurun).

3) Perubahan pada ginjal

Pada trimester ke II kandung kemih menjadi organ abdomen.


Kandung kemih terisi dapat teraba diatas simpisis pubis. Selama
persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara
spontan akibat dari :

a) Oedema jaringan akibat tekanan dari kepala

b) Rasa tidak nyaman

c) Sedasi dan rasa malu

4) Perubahan integument

Terlihat pada daya distensibilitas daerah introtus vagina (muara


vagina). Pada setiap individu tingkat distensibilitas berbeda,
meskipun meregang namun dapat terjadi robekanrobekan kecil pada
kulit sekitar introitus vagina meskipun tidak dilakukan
episiotomi/terjadi laserasi.

5) Perubahan muskulusskeletal
19
Nyeri punggung dan nyeri sendi terjadi sebagai akibat semakin
meregangnya sendi pada masa aterm.

6) Perubahan neurologis

Menunjukan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman pada


masa persalinan. Perubahan sensori terjadi pada saat wanita masuk
ke tahap persalinan dan masuk ke tahap selanjutnya. Mula-mula ibu
merasa senang kemudian menjadi serius dan mengalami amnesia
selama masa persalinan akibatnya ibu merasa senang atau merasa
letih saat melahirkan.

7) Perubahan pencernaan
Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernapas
melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respon emosi terhadap
persalinan. Selama persalinan, mortilitas dan absorbsi saluran cerna
menurun dan waktu kerja lambung menjadi lambat. Mual, muntah
dan sendawa juga terjadi sebagai respon refleks terhadap dilatasi
serviks lengkap.

8) Perubahan endokrin

Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awalan persalinan


dapat diakibatkan oleh penurunan progesteron dan peningkatan
estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan
kadar aliran darah dapat menurun akibat proses persalinan.

c. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin

Rasa nyeri dalam persalinan sejak zaman dahulu sudah menjadi


pokok pembahasan diantara wanita, maka banyak calon ibu menghadapi
kehamilan dan kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas.
Tidaklah mudah untuk menghilangkan perasaan takut, akan tetapi dokter

20
dan bidan dapat berbuat banyak dengan membantu para wanita yang
dihinggapi perasaan takut dan cemas dengan kesabarannya meyakinkan
calon ibu bahwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang normal
dan wajar.

Menurut Cunningham (2005), perubahan psikologis dapat terjadi di


setiap fase persalinan. Pada kala I, terjadi kontraksi uterus dengan
frekuensi dan intensitas lama sehingga terjadi penipisan dan pembukaan
dari serviks sampai pembukaan lengkap 10 cm. Perubaan psikologis
pada ibu sewaktu kala I adalah merasa khawatir, sedikit cemas tetapi
masih bisa diajak komunikasi dan diberikan arahan sebelum persalinan
berlangsung.

Pada kala II persalinan, ibu dapat mengontrol dirinya kembali,


merasakan tekanan-tekanan nyeri selama kontraksi, merasa lelah dan
gelisah. Pada kala III persalinan, nyeri mulai berkurang dan saat
pelepasan plasenta ibu merasa gelisah, ibu ingin melihat, menyentuh,
dan memeluk bayinya, merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya;
juga merasa sangat lelah dan memusatkan diri dan kerap bertanya
apakah vagina perlu dijahit.

Pada kala IV persalinan, setelah kelahiran bayinya dan plasenta


dengan segera ibu akan melupakan perasaan untuk melepaskan tekanan
dan ketegangan yang dirasakanya, dimana ibu mendapat tanggung
jawab baru untuk mengasuhdan merawat bayinya yang telah
dilahirkannya.

B. Asuhan Persalinan Normal

Asuhan persalinan normal menurut JNPK-KR (2008), diantaranya


adalah sebagai berikut:

21
1. Pengertian

Asuhan persalinan normal adalah asuhan persalinan yang bersih dan


aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan terjadinya
komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermia, serta
asfiksia bayi baru lahir.

2. Tujuan

Tujuan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan


memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
upaya yang terintegrasi dan lengkap, tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang dinginkan (optimal). Melalui pendekatan ini
maka setiap intervensi yang diaplikasikan dalam Asuhan Persalinan
Normal (APN) harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat
tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan
proses persalinan. Kebijakan pelayanan asuhan persalinan :

a. Semua persalinan harus dihindari dan dipantau oleh petugas


kesehatan terlatih.
b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk
menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal harus tersedia
24 jam.
c. Obat-obatan esensial, bahan, dan perlengkapan harus tersedia bagi
seluruh petugas terlatih.

3. Aspek Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan Normal

Ada lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai
aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun
patologis. Lima benang merah tersebut, yaitu:
22
1) Membuat keputusan klinik antara lain pengumpulan data subjektif
dan objektif, diagnosis kerja, penatalaksanaan klinik, evaluasi hasil
implementasi tatalaksana.
2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi antara lain, persalinan
merupakan peristiwa alami. Sebagian besar persalinan umumnya
akan berlangsung normal, penolong memfasilitasi proses persalinan,
tidak asing, bersahabat, rasa saling percaya, tahu dan siap membantu
kebutuhan klien, membuat dukungan moril dan kerjasama semua
pihak (penolong-klien-keluarga).
3) Pencegahan infeksi antara lain, kewaspadaan standar, mencegah
terjadinya transmisi penyakit, proses pencegahan infeksi instrumen
dan aplikasinya dalam pelayanan, barier protektif, budaya bersih dan
lingkungan yang aman.
4) Pencatatan (rekam medik) antara lain, kelengkapan status klien,
anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan
uji atau penapisan tambahan lainnya, patograf sebagai instrumen
membuat keputusan dan dokumentasi klien, kesesuaian kelayakan
kondisi klien dan prosedur klinik terpilih, upaya dan tatalaksana
rujukan yang diperlukan.
5) Sistem rujukan efektif yaitu alasan keperluan rujukan, jenis rujukan
(darurat atau optimal), tatalaksana rujukan, upaya yang dilakukan
selama merujuk, jaringan pelayanan dan pendidikan menggunakan
sistem umum atau sistem internal rujukan kesehatan.

C. Partograf

1. Pengertian
Patograf merupakan a Patograf merupakan alat bantu yang digunakan
selama fase aktif persalinan, bertujuan untuk mencatat hasil observasi dan
23
kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara
normal dan dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya
partus lama (Depkes RI, 2007).

2. Tujuan

Menurut JNPK-KR (2008), tujuan utama dari penggunaan partograf


adalah untuk:
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara normal. Dengan
demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa
yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik
dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan
secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru
lahir.
3. Penggunaan Partograf

Menurut JNPK-KR (2008), partograf harus digunakan:

1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan
untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf
sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi
dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit
maupun yang tidak disertai dengan penyulit

24
2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,
Puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll)
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri,
Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa Kedokteran)

4. Pengisian

Pengisian pemantauan antara lain:

1) Pencatatan selama Kala I

Selama kala I, kondisi ibu dan bayi harus dinilai dan dicatat dengan
seksama, yaitu :
Parameter Frekuensi pada Frekuensi pada
fase laten fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60
menit
Denyut Jantung Janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal

(2010)

Selama Fase Laten kala I persalinan, semua asuhan, pengamatan


dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan secara terpisah,

25
baik di catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat
(KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali
membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan
intervensi juga harus dicatatkan.
Pencatatan selama fase aktif persalinan halaman depan partograf
mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan
dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil
pemeriksaan selama fase aktif persalinan.
2) Pencatatan Patograf, meliputi:

a) Informasi tentang ibu :

(1) Nama, umur

(2) Gravida, para, abortus (keguguran)

(3) Nomor catatan medik nomor Puskesmas

(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah : tanggal
dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu)
b) Waktu pecahnya selaput ketuban

c) Kondisi janin :

(1) DJJ (denyut jantung janin) 2) Warna dan adanya air ketuban)
3) Penyusupan ( moulase) kepala janin.

d) Kemajuan persalinan

(1) Pembukaan serviks

(2) Penurunan bagian terbawah janin atau persentase janin

e) Garis waspada dan garis bertindak

f) Jam dan waktu

(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan

26
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.

g) Kontraksi uterus : frekuensi dan lamanya

h) Obat – obatan dan cairan yang diberikan:

(1) Oksitisin

(2) Obat- obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.

i) Kondisi ibu :

(1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur

(2) Urin (volume, aseton, atau protein)

j) Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam


kolom tersedia di sisi partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
5. Mencatat temuan pada partograf di Halaman Depan
Adapun temuan-temuan yang harus dicatat adalah :
a. Informasi Tentang Ibu
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai
asuhan persalinan. Waktu kedatangan tertulis sebagai jam atau pukul pada
partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang pada fase laten. Catat
waktu pecahnya selaput ketuban.
b. Kondisi Janin

Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut


jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin). a) Denyut
jantung janin
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukan DJJ. Catat
DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya
dengan garis tegas bersambung.

27
Kisaran normal DJJ terpapar pada patograf diantara 180 dan 100. Akan
tetapi penolong harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau di atas 160.
b) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam


dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat semua
temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ.
Gunakan lambang-lambang berikut ini :

U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)

J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur


mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir
lagi (kering)

c) Penyusupan (Molase) tulang kepala janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala


bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul
ibu. Semakin besar derajat penyusupannya atau tumpang tindih antara
tulang kepala semakin menunjukan risiko disporposi kepala panggul
(CPD). Ketidakmampuan untuk berakomodasi atau disporposi
ditunjukan melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih (molase)
yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup dan sulit untuk
dipisahkan. Apabila ada dugaan disporposi kepala panggul maka
penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan.

28
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar
tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada dikotak yang sesuai
di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini :
0 : Tulang-tulang kepala janin terpish, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan 2 : Tulang-
tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
c. Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan


kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah
besarnya dilatasi serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya
dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak
tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain
menunjukan penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan
kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka
1-5 yang sesaui dengan metode perlimaan. Setiap kotak segi empat atau
kubus menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan,
DJJ, kontraksi uterus dan frekwensi nadi ibu. a) Pembukaan serviks
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf
setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda “X” harus dicantumkan di
garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan :

(1) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai
dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan dalam
29
(2) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan
(pembukaan serviks dari hasil pemeriksaan dalam harus dicantumkan
pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks
(hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda “X” pada ordinat atau
titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.

(3) Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh
(tidak terputus).

b) Penurunan bagian terbawah janin

Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan)


yang menunjukan seberapa jauh bagian terendah bagian janin telah
memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah
janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru
terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Berikan tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil palpasi kepala diatas simfisis pubis adalah
4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda “O”
dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
c) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan


berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi
jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase
aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
30
kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya
penyulit .Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan
(berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah
melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini
menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan
persalinan.
d) Jam dan waktu

Setiap kotak pada partograf untuk kolom waktu (jam)


menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
f) Kontraksi uterus

Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan


“kontraksi per 10 menit” disebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak
menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah
kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10
menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi.

d. Obat-obatan dan Cairan yang diberikan

a) Oksitosin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan


setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume
cairan IV dan dalam tetes per menit.
b) Obat-obatan lain

Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan I.V


dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya
6. Mencatat temuan pada partograf di Halaman Belakang

31
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-
hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan –
tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga IV (termasuk bayi
baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan.
Nilai dan catatkan asuhan yang telah diberikan pada ibu dalam masa nifas
terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan penolong
persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik,
terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan
pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan
lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai memantau sejauh
mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih dan aman.
7. Kontraindikasi pelaksanaan patograf

Menurut Ujiningtyas (2009), berikut ini adalah kontraindikasi dari


pelaksanaan patograf.
1) Wanita hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.

2) Perdarahan antepartum

3) Preeklampsi berat dan eklampsi

4) Persalinan prematur

5) Persalinan bekas sectio caesaria (SC)

6) Persalinan dengan hamil kembar

7) Kelainan letak

8) Keadaan gawat janin

9) Persalinan dengan induksi

10) Hamil dengan anemia berat

11) Dugaan kesempitan panggul

32
8. Keuntungan dan kerugian pelaksanaan partograf

a. Keuntungan

a) Tersedia cukup waktu untuk melakukan rujukan (4 jam) setelah


perjalanan persalinan melewati garis waspada.
b) Dipusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk melakukan
tindakan.
c) Mengurangi infeksi karena pemeriksaan dalam yang terbatas

b. Kerugian

Kemungkinan terlalu cepat lakukan rujukan, yang sebenarnya dapat


dilakukan di tempat.

A. Konsep Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses

kelahiran, berusia 0-28 hari. BBL memerulukan penyesuaian fisiologi berupa

maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke

kehidupan ekstrauterine) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan

baik (Marmi, 2014).

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama

kelahiran (Saifuddin, 2016). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada

usia kehamilan genap, 37-42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram,

nilai APGAR >7 dan tanpa cacat bawaan. (Walyani, 2016).

33
2. Perubahan Fisiologis Bayi Segera Setelah Lahir

a. Termoreguler

Sesudah bayi lahir ia akan berada ditempat yang suhunya lebih rendah

dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah.Bila dibiarkan dalam

0
suhu kamar 25 C maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi,

konduksi, konveksi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit

(Walyani, 2016).

1) Evaporasi

Cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi dan menguap,

misalnya bayi baru lahir tidak langsung dikeringkan dari air

ketuban.

2) Konduksi

Pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak

dengan permukaan yang lebih dingin, misalnya popok atau celana

basah tidak langsung diganti.

3) Konveksi

Hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi,

misal BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka.

4) Radiasi

Panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih

dingin, misal BBL diletakkan ditempat yang dingin. Kehilangan

34
panas dapat dikurangi dengan mengatur suhu lingkungan yaitu

dengan membungkus badan dan kepala, kemudian letakkan ditempat

yang hangat seperti pangkuan ibu, dalam inkubator, dan dapat pula

dibawah sorotan lampu.

b. Sistem Pernafasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30

menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk

mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya surfaktan, juga

karena adanya tarikan napas dan pengeluaran napas dengan merintih

sehingga udara bisa tertahan didalam. Cara neonatus bernapas dengan

cara bernapas diafragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi

dan dalamnya bernapas belum teratur. Saat kepala bayi melewati jalan

lahir, ia akan mengalami penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan

tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses

mekanis ini menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru hilang

karena terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian diabsorpsi.

Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi

memulai aktivitas nafas untuk pertama kali (Walyani, 2016).

c. Sistem Pencernaan

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan memulai menghisap dan

menelan. Refleks muntah dan refleks batuk yang matang sudah

35
terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir

cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih

terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum

sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan

neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas yaitu kurang dari

30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan, dan kapasitas lambung

ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan pertumbuhannya

(Walyani, 2016).

d. Sistem Kardiovaskuler

Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk megambil O 2

dan mengantarkan ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna

mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar.

1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

2) Penutupan duktus arteroius antara arteri paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada

seluruh sistem pembuluh tubuh. Oksigen menyebabkan sistem

pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan

36
meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah (Walyani,

2016)

e. Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah

tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2

jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang

cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila

bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati.

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

1) melalui pengeluaran ASI,

2) melalui penggunaan cadangan glikogen,

3) melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

f. Sistem Ginjal

BBL cukup bulan memiliki beberapa defisit struktural dan

fungsional pada sistem ginjal. Banyak dari kejadian defisit tesebut akan

membaik pada bulan pertama kehidupan dan merupakan satu-satunya

masalah untuk bayi baru lahir yang sakit atau mengalami stres.

Keterbasan fungsi ginjal menjadi konsekuensi khusus jika bayi baru

lahir memerlukan cairan intravena atau obat-obatan yang meningkatkan

kemungkinan kelebihan cairan. BBL mengeksresikan sedikit urine pada

48 jam pertama kehidupan, yaitu hanya 30-60 ml (Walyani, 2016).

37
3. Asuhan Bayi Baru Lahir dalam 2 Jam Pertama

a. Penilaian Awal pada Bayi Segera Setelah Lahir

Menurut Pusdiknakes (2014), asuhan bayi baru lahir meliputi :

1) Pencegahan Infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan

mikroogranisme yang terpapar selama proses persalinan ataupun

beberapa saat setelah lahir. Pastikan penolong persalinan melakukan

pencegahan infeksi sesuai pedoman.

2) Menilai Bayi Baru Lahir

Berikut beberapa keadaan yang harus dinilai pada saat bayi

baru lahir:

a) Apakah bayi cukup bulan ?

b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?

c) Apakah bayi menangis atau bernapas ?

d) Apakah tonus otot baik ?

Bila semua pertanyaan diatas dijawab dengan “ya”,

lakukan perawatan rutin. Perawatan rutin ialah memberikan

kehangatan, membuka/membersihkan jalan napas,

mengeringkan, menilai warna. Bila salah satu atau lebih

pertanyaan dijawab “tidak”, lakukan langkah awal resusitasi.

Menurut Walyani (2016), Evaluasi awal bayi baru lahir

38
dilaksanakan segera setelah bayi baru lahir (menit pertama)

dengan menilai dua indikator kesejahteraan bayi yaitu

pernapasan dan frekuensi denyut jantung bayi, karena menit

pertama bidan berpacu dengan waktu dalam melakukan

pertolongan bayi dan ibunya, sehingga dua aspek ini sudah

sangat mewakili kondisi umum bayi baru lahir.Evaluasi nilai

APGAR digunakan mulai 5 menit pertama sampai 10 menit.

Dibawah ini adalah tabel penilaian APGAR pada bayi baru

lahir :

Tabel 2.2
Penilaian Keadaan Umum Bayi Berdasarkan Nilai APGAR
Aspek Skor
pengamatan
bayi baru 0 1 2
lahir
Seluruh Warna kulit
tubuh bayi tubuh normal, Warna kulit
Appearance/
berwarna tetapi tangan dan seluruh tubuh
warna kulit
kebiruan kaki berwarna normal
kebiruan
Pulse/ denyut
Tidak ada <100 >100
jantung
Meringis,
Tidak ada
menarik,
Grimace/ respon Wajah meringis
batuk atau
respon reflex terhadap saat distimulasi
bersin saat
stimulasi
diatimulasi
Activity/ Tidak ada Lengan dan kaki Bergerak aktif
tonus otot gerakan dalam posisi dan spontan
fleksi dengan
39
sedikit gerakan
Menangis
Menangis lemah, kuat,
Respiration/
Tidak ada terdengar seperti pernapasan
pernapasan
merintih baik dan
teratur
Sumber : Walyani, dkk, 2016.

Hasil penilaian APGAR skor merupkan patokan dalam penentuan penanganan


BBL segera setelah lahir. Berikut tabel penanganan BBL berdasarkan APGAR
skor :

Tabel 2.3
Penanganan BBL Bedasarkan APGAR Skor
Nilai APGAR Penanganan
0 – 3 : Asfiksia 1. Tempatkan ditempat hangat dengan lampu
sebagai sumber penghangat
Berat
2. Pemberian Oksigen
3. Resusitasi
4. Stimulasi
5. Rujuk
4 – 6 : Asfiksia 1. Tempatkan dalam tempat yang hangat
2. Pemberian oksigen
Sedang
3. Stimulasi taktil
7 – 10 : Asfiksia 1. Dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan bayi
normal
Ringan
Sumber : Walyani, dkk, 2016.

3) Pemotongan Tali Pusat

Lakukan perawatan tali pusat dengan cara mengklem dan

memotong tali pusat setelah bayi lahir, kemudian mengikat tali pusat tanpa

membubuhi apapun.

4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Segera setelah lahir dan tali pusat diikat, bayi diletakkan secara
40
tengkurap di dada ibu dengan kontak langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak

kulit setidaknya dalam 1 jam, bahkan jika memungkinkan sampai bayi

dapat menyusu sendiri. Bayi diberikan topi dan diselimuti. Keluarga dapat

memberi dukungan dan membantu ibu selama proses IMD ini.

Menurut JNPK KR (2012), langkah IMD dalam Asuhan Bayi

Baru Lahir adalah sebagai berikut.

Langkah 1 : Lahirkan, lakukan penilaian awal pada bayi, keringkan.

Langkah 2 : Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling

sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya.

Jika perlu diletakkan bantal dibawah kepala ibu untuk mempermudah

kontak visual antara ibu dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil

melakukan IMD dalam waktu 30-60 menit.

Langkah 3 : Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai

menyusu. Anjurkan ibu dan oranglainnya tidak menginterupsi menyusu

misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya.

Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup

menyusu dari satu payudara.

5) Pencegahan Infeksi Mata

Salep mata antibiotika untuk pencegahan infeksi diberikan

setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan selesai menyusu pada IMD.

Salep tetrasiklin 1% diberikan pada kedua mata harus tetap pada waktu

41
satu jam setelah kelahiran.

6) Pemberian Suntikan Vitamin K1

Semua bayi baru lahir harus diberi suntikan vitamin K1 1 mg

intramuskuler, di paha kiri anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K.

7) Pemberian Imunisasi Bayi Baru Lahir

Imunisasi Hepatitis B diberikan untuk mencegah Hepatitis B terhadap bayi

terutama saat bayi melewati jalan lahir. Imunisasi diberikan 1 jam

setealh pemberian vitamin K1 dengan dosis 0,5 mg intramuskuler di paha

kanan anterolateral.

b. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan pada :

g. Saat bayi berada di klinik dlaam 24 jam.

h. Saat kunjungan tindak lanjut (KN), yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1

kali pada umur 4-7 hari, dan 1 kali pada umur 8-28 hari.

42
BAB III
PEMBAHASAN

Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir pada Ny.N Usia 22 Tahun
G1P0A0 Hamil 37 Minggu Janin Tunggal Hidup Presentasi Kepala Di Rs
Bhayangkara Kota Palembang Tahun 2021”

A. PENGKAJIAN

Nama Pengkaji : Dwi Puspitta Sindi


Tempat Pengkajian : RS Bhayangkara
Waktu Pengkajian : 21 Desember 2021, pukul 12.55 WIB

IDENTITAS PASIEN
Wanita Laki-laki

43
Nama : Ny. N Nama : Tn. R
Umur : 22 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sumatera Suku : Sumatera
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Sosial KM. 05 Alamat : Jl. Sosial KM. 05

I. DATA SUBJEKTIF

1. Alasan Datang

Ibu datang ke RS Bhayangkara diantar oleh suami dengan keluhan keluar


lendir darah dari jalan lahir dan mulai merasa mules sejak pukul 09.00 WIB
(21-12-2021).
2. Keluhan Utama

Sudah keluar lendir darah dari jalan lahir dan merasa mules.

3. Tanda-tanda persalinan
 Kontraksi sejak pukul 09.00 WIB (21-12-2021)  Lamanya 2x ‘lama
30 detik dalam waktu 10 menit,  Intensitas mules kuat dan teratur.
 Ketidaknyamanan di lokasi: di perut bagian bawah menjalar sampai ke
pinggang.
 Pengeluaran pervaginam : sudah keluar lendir darah dari jalan lahir
4. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ≥ 10 kali/12 jam
5. Riwayat sebelum masuk kamar bersalin : Ibu tidak pernah di rawat / opname
selama kehamilan ini.
6. Riwayat perkawinan
Ini merupakan pernikahan yang pertama, ibu sudah menikah selama 2
tahun. Ibu menikah pada usia 21 tahun. Suami berperan dalam pengambilan
keputusan keluarga.
44
7. Riwayat Menstruasi
Menarche usia 14 tahun. Siklus teratur. Lama: ± 5-7 hari. Sifat darah encer
kadang beku. Bau khas darah haid. Flour albous tidak. Disminorhe tidak.
Banyaknya 3-4x ganti pembalut/hari
 HPHT : 05-04-2021
 HPL : 12-01-2022
 UK : 37 minggu
8. Riwayat kehamilan sekarang
Ini merupakan kehamilan pertama. Usia kehamilan ibu saat ini adalah 9
bulan 1 minggu dari telat haid.
a) Kunjungan ANC :
Ibu melakukan ANC teratur, frekuensi selama hamil 4 kali, 1 kali di
Puskesmas, 3 kali di bidan di PMB.
b) Obat-obatan yang dikonsumsi selama hamil :
Ibu tidak mengkonsumsi obat–obatan khusus selain obat suplemen
tambah darah, kalk, vitamin dan asam folat yang di dapat dari
puskesmas dan PMB
c) Imunisasi TT : Sudah Lengkap
d) Keluhan/masalah/keadaan yang dirasakan ibu selama hamil ini
No Keluhan Tindakan Oleh Tempat

1 Mual Vitamin b6 10 mg Bidan PMB


(X tab) 1 x 1
Asam folat 250 mgr
(X tab) 1 x 1

9. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :


Kehamila
Persalinan Nifas
n Keadaan
Tahun Jenis/ anak
Keluhan/ ASI
Tempa t JK/BB Penyulit IMD Penyulit sekarang
Penyakit Eksklusif
persalinan
45
Ini

10. Riwayat KB : ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB


Jenis kontrasepsi Lama pemakain Keluhan Alasan dilepas
- - - -

11. Riwayat Kesehatan

a) Ibu dan keluarga tidak pernah menderita dan tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik, penyakit menurun ataupun penyakit menular seperti
penyakit jantung, ASMA, TBC, ginjal Diabetes Melitus, Malaria, dan
HIV/AIDS.
b) Selama ini ibu tidak pernah sakit di rawat dan di operasi di Rumah
Sakit
c) Ibu tidak memiliki riwayat keturunan kembar baik dari keluarga ibu
atau pun dari keluarga suami.

12. Kebutuhan Fisik


a. Nutrisi
1) Makan : ibu terakhir makan pada jam 12.30 WIB tanggal 21-
12-2021. Ibu makan sesendok nasi dan seporsi lauk.
2) Minum : ibu terakhir minum pada jam 12.50 WIB pada tanggal
21-12-2021 sebanyak 1 gelas air putih
b. Eliminasi
1) BAK : ibu terakhir buang air kecil pada jam 12.30 WIB tanggal 21-
12-2021. Warna urine kuning jernih, bau khas urin.
2) BAB : ibu terakhir buang air besar pada jam 20.00 WIB tanggal 21-
12-2021. Konsistensi padat lunak.

46
c. Personal hygiene : ibu terakhir mandi pada sore hari jam 17.00 WIB
tanggal 20-12-2021.
d. Istirahat/tidur : ibu tidur lebih kurang 5 jam pada tanggal 21-12-2021.

II. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Kesadaran umum : Baik Kesadaran : Composmentis


Tensi : 120/80 mmHg Suhu : 36,5oC
BB sebelum/sesudah : 52 kg/60 kg Nadi : 81 x/m
TB : 158 cm LILA : 25 cm Respirasi : 20 x/m
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Kepala simetris, tidak terdapat benjolan, kulit kepala
bersih, rambut tidak rontok.
b. Mata : Mata simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada
pengeluaran cairan abnormal
c. Hidung : Hidung simetris, tidak ada benjolan, tidak ada gangguan
jalan nafas, tidak ada pengeluaran cairan abnormal
d. Mulut : Mulut simetris, tidak ada stomatitis, gigi tidak ada yang
berlubang
e. Telinga : Telinga simetris, tidak ada benjolan dan pengeluaran
cairan abnormal
f. Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar getah bening dan tiroid g. Dada : Dada simetris,
tidak ada tarikan dinding dada.
h. Payudara : Payudara simentris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, areola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, kolostrum ada.
i. Abdomen : Teraba bulat, tidak terdapat luka parut
Leopold I : Fundus teraba bulat, lunak dan tidak melenting
47
TFU 2 jari bawah PX.
Leopold II : Teraba keras dan memanjang di sebelah kanan ibu
dan teraba bagian-bagian kecil janin disebelah kiri
ibu.

Leopold III : Dibagian bawah ibu teraba keras dan bulat


(kepala).
Leopold IV : Divergen, penurunan kepala 3/5 bagian.
DJJ : 131 x/m jelas dan teratur,
TFU ( Mc. Donald) : 31 cm
TBJ : (31-11) x 155 : 3.100 gram
His : 2x10’x30”
j. Ekstermitas
Atas : tidak pucat dan tidak ada oedema
Bawah : tidak ada pucat, tidak ada oedema dan tidak ada varises, reflek
patela +/+
k. Genitalia : Sudah ada blood slym di vulva ibu, vulva tidak ada
benjolan, tidak ada luka parut.
l. l. Anus : Tidak ada hemoroid

3. Pemeriksaan Dalam
a. Portio : Tipis e. Molase : Tidak Ada
b. Pembukaan : 4 Cm f. Penumbungan : Tidak Ada
c. Ketuban : (+) g. Kesan Panggul : Normal
d. Penurunan : Hodge II h. Pelepasan : Lendir dalam darah
i. Presentase : Ubun-ubun kecil kanan depan

4. Pemeriksaan penunjang : Tidak di lakukan

48
B. ANALISA DATA

Diagnosa : Ny. N 22 tahun G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu kala I fase aktif, janin
tunggal hidup, punggung kanan, presentasi kepala.

C. PENATALAKSAAN

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan asuhan yang diberikan.


Rasionalisasi : pemberian informasi hasil pemeriksaan pada pasien merupakan
hak pasien untuk mengetahui keadaan dirinya.
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan.

2. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan di sekitar ruangan.

Rasionalisasi : Berjalan memungkinkan panggul ibu bergerak lebih bebas dan


memanfaatkan gravitasi membantu janin bergerak turun ke panggul ibu (Weiss
R, 2019).

Hasil : ibu bersedia dan masih kuat untuk berjalan-jalan.

3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan pengaturan napas dalam pada saat
kontraksi dengan cara menarik nafas panjang melalui hidung dan dikeluarkan
melalui mulut.
Rasionalisasi : Melakukan nafas panjang memantau ibu menjadi rileks dan
fokus. Napas panjang juga membantu mengurangi rasa sakit saat adanya
kontraksi karena napas panjang mampu menekan syaraf-syaraf yang berkaitan
dengan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.

Hasil : Ibu mengerti dan dapat melakukan teknik relaksasi.

4. Menganjurkan ibu untuk bermain/latihan gymball agar mempercepat


pembukaan.

49
Rasionalisasi : Latihan gymball adalah latihan atau gerakan tubuh sederhana
menggunakan bola yang dapat di lakukan pada saat melahirkan yang bertujuan
sebagai pengurang rasa nyeri non farmakologi.

Hasil : Ibu bersedia melakukan latihan gymball.

5. Mengajurkan ibu untuk makan dan minum untuk menjaga energi selama
persalinan.
Rasionalisasi : Salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin adalah nutrisi dan
cairan. Asupan makanan menjadi sumber gula darah untuk membentuk energi.
Ibu bersalin apabila kekurangan nutrisi dan cairan akan mengalami
hipoglikemia dan dehidrasi.

Hasil : Ibu bersedia untuk makan dan minum.

6. Memberikan dukungan kepada ibu dan menganjurkan suami untuk


mendampingi ibu selama proses pembukaan dan persalinan.
Rasionalisasi : literature review oleh Plantin et al (2011) tentang keterlibatan
ayah dalam kehamilan dan persalinan menyebutkan bahwa kehadiran
pendamping persalinan dapat mengurangi nyeri, kecemasan dan kelelahan pada
ibu bersalin. Hasil : Suami bersedia melakukannya.

7. Observasi keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan berupa observasi
DJJ dan kontraksi (HIS) tiap 30 menit, pemeriksaan dalam tiap 4 jam, nadi
dan pernafasan tiap 30 menit, tekanan darah dan suhu tiap 2-4 jam.
Rasionalisasi : observasi pada fase aktif dilakukan untuk mengetahui
perkembangan dan kemajuan persalinan masih dalam batas normal tanpa
harus adanya tindakan kegawatdaruratan dan rujukan. Hasil : Observasi telah
dilakukan

8. Menyiapkan alat partus set, hecting set dan obat. (bak instrument sedang yang
berisi : metal kateter, gunting episiotomy, gunting tali pusat, 2 klem tali pusat,

50
penjepit tali pusat, benang steril, ½ kocher, kassa steril, nal pooder heckting,
jarum hecting, handschoon )
Rasionalisasi : persiapan alat dilakukan sebagai langkah antisipasi proses
persalinan dengan cepat dan untuk menunjang proses persalinan yang aman
dan steril. Hasil : Alat dan obat tersedia.

9. Menyiapkan perlengkapan ibu dan bayi.

Rasionalisasi : perlengkapan ibu dan bayi menunjang kenyamanan terhadap


ibu dan bayi setelah persalinan.

Hasil : Perlengkapan tersedia.

10. Mendokumentasikan hasil di partograf.

Rasionalisasi : pendokumentasian di lakukan untuk penggunanya, alat bukti


dan data akurat terkait keterangan dokumen, melindungi dan menyimpan fisik
isi dokumen tersebut.

Hasil : Pendokumentasian telah di lakukan di partograf.

51
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Catatan Perkembangan Nama/


/jam Paraf

52
Selasa, 21 Data Subjektif
Desember
2021 Ibu mengatakan mules semakin sering dan kuat serta

16.00 seperti ingin BAB dan terasa ada yang mengganjal pada

WIB bagian kemaluan.

Data Objektif :

KU baik, kesadaran : composmentis, TD : 130/80 mmHg,


N : 85x/m, P : 22 x/m, S : 36,80C. DJJ : 151x/m, jelas dan
teratur His : 3x10’x35”, genitalia: tampak lendir darah
lebih banyak. VT : pembukaan lengkap, portio tidak
teraba, teraba kepala belakang, UUK kanan depan, tidak
ada moulase, penurunan kepala 0/5 bagian.

Analisis Data :

Ny. N 22 tahun G1P0A0 37 minggu inpartu kala II, janin


tunggal hidup, punggung kanan, presentasi kepala,
divergen.

Penatalaksanaan:

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan


asuhan yang diberikan.
Rasionalisasi : pemberian informasi hasil pemeriksaan

pada pasien merupakan hak pasien untuk mengetahui


keadaan dirinya.
Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan asuhan
yang akan diberikan.

53
2. Memfasilitasi ibu untuk memilih posisi meneran.
Rasionalisasi : posisi mempengaruhi dalam
kenyamanan ibu saat bersalin, posisi juga menentukan
posisi bidan dalam pertolongan persalinan. Posisi
meneran dapat mempengaruhi kemajuan persalinan.
(Kurniarum, 2016).
Hasil : Ibu ingin bersalin dengan posisi setengah
duduk.

3. Mengajarkan ibu cara meneran yang benar dengan


cara meletakkan tangan di sela paha membukanya
lebar, meneran melihat ke perut dengan menarik
nafas yang panjang lalu mengejan seperti mau BAB
dengan mata tetap terbuka dan tidak mengeluarkan
suara serta tidak menahan napas saat meneran.
Rasionalisasi : meneran dengan benar akan
memudahkan proses kelahiran bayi dan gangguan saat
meneran dapat memicu terjadinya persalinan macet
(Kurniarum, 2016)
Hasil : ibu telah memahami cara meneran yang benar.
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi
dan memberi ibu minum.
Rasionalisasi : istirahat di antara kontraksi bertujuan
untuk mencegah terjadinya kelelahan pada ibu
bersalin dan pemberian minum untuk mencegah ibu
dehidrasi selama persalinan.
Hasil : ibu bersedia istirahat diantara kontraksi.
5. Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan
Asuhan Persalinan Normal (60 langkah APN).

54
Rasionalisasi : APN menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap, tetapi dengan intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang dinginkan
(optimal). (APN, 2008)
Hasil : Pukul 16.10 WIB bayi lahir normal spontan.
Jenis kelamin laki-laki. BB : 3.200 gr PB : 50 cm
6. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat.
Rasionalisasi : Penelitian menemukan bahwa sebanyak
80-100 mL volume darah dapat ditransfer dari plasenta
ke bayi baru lahir dalam waktu 1-3 menit pertama
kehidupan. Penambahan Volume darah pada bayi
cukup bulan dapat meningkatkan haemoglobin/
hematokrit hingga usia 4-12 bulan. (Cernadas, 2017)
Hasil : tali pusat telah diikat.
7. Dilakukan asuhan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera
pada bayi.
Rasionalisasi : IMD membantu ibu dan bayi bounding
attachment dan membantu bayi dalam penyesesuaian
suhu dengan udara luar untuk menjaga kehangatan
bayi sehingga tidak terjadi hipotermi.
Hasil : bayi diletakkan di atas perut ibu dengan
diselimuti dan dibiarkan mencari putting susu ibu.

55
Selasa, 21 Data Subjektif
Desember
Ibu merasa mules.
2021
16.45 Data Objektif :
WIB
KU baik, kesadaran : composmentis, Abdomen : TFU 2 jari
di atas pusat, kontraksi keras, kandung kemih kosong,

56
Genitalia: semburan darah tiba-tiba, tampak tali pusat
memanjang, plasenta belum lahir.

Analisis Data :

Ny. N usia 22 tahun P1A0 kala III.

Penatalaksanaan :

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang


diberikan.
Rasionalisasi : mendapatkan informasi hasil
pemeriksaan adalah salah satu hak ibu sebagai pasien
atau klien.
Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Melakukan pemeriksaan janin kedua. Janin kedua
tidak ada, menyuntikkan oxytosin 10 IU secara IM
pada paha bagian luar ibu.
Rasionalisasi : pemberian suntik oksitosin termasuk
dalam manajemen aktif kala III yang bertujuan untuk
membantu meningkatkan kontraksi dalam pelepasan
plasenta.
Hasil : oksitosin 10 IU diberikan secara IM pada paha
ibu bagian luar.
3. Melahirkan plasenta dan melakukan peregangan tali
pusat terkendali (PTT).
Rasionalisasi : Memegang tali pusat lebih dekat ke
vulva akan mencegah avulsi terputus atau terlepas)
tali pusat dari implantasinya, meregangkan tali pusat
secara perlahan untuk mebantu lahirnya plasenta, dan
satu tangan mendorong uterus ke arah dorso kranial
untuk mencegah terjadinya inversio uteri.

57
Hasil : plasenta dan selaput ketuban lahir spontan,
lengkap pada pukul 16.45 WIB.
4. Melakukan masase uterus 15 detik.
Rasionalisasi : masase uterus dilakukan untuk
merangsang adanya kontraksi uterus untuk mencegah
perdarahan.
Hasil : Kontraksi uterus keras. TFU : 2 jari di bawah
pusat.

58
Selasa, 21 Data Subjektif :
Desember
Ibu merasa lega dan bahagia atas kelahiran bayinya.
2021
18.25 Data Objektif :
WIB
KU baik, kesadaran : composmentis,
TekananDarah : 120/80mmhg Respirasi : 22x/m
Nadi : 84x/m Suhu : 36,8oC

TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih


kosong, tampak pengeluaran darah ±100 ml. Terdapat
luka laserasi pada mukosa vagina hingga otot perineum.

Analisis Data :

Ny. N usia 22 tahun P1A0 kala IV dengan laresasi derajat I.

Penatalaksanaan :

1. Memberitahu ibu bahwa terdapat robekan pada jalan


lahir.
Rasionalisasi : mendapatkan informasi hasil
pemeriksaan merupakan hak ibu sebagai pasien atau
klien.
Hasil : ibu mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Melakukan informed consent pada ibu untuk dilakukan
penjahitan.

59
Rasionalisasi : Setiap tindakan asuhan harus
mendapatkan persetujuan dari klien dan atau
keluarganya (Standar IV, Permenkes no 938 tahun
2007).
Hasil: Ibu menyetujui tindakan yang akan dilakukan
3. Melakukan pemeriksaan laserasi,
Rasionalisasi : menilai laserasi merupakan bagian
yang sangat penting. Sebab keluhan perineum tidak
hanya berperan atau menjadi bagian penting dari
persalinan, tetapi juga diperlukan untuk mengontrol
buang air besar dan buang air kecil, menjaga aktivitas
peristaltik normal (dengan menjaga tekanan intra
abdomen) dan fungsi seksual yang sehat (Muliawati,
2014)
Hasil : terdapat laserasi grade I
4. Melakukan hecting laserasi perineum derajat I pada
luka bekas rupture dengan benang catgut.
Rasionalisasi : penjahitan luka laserasi bertujuan untuk
mendekatkan jaringan-jaringan perlukaan sehingga
proses penyembuhan luka cepat dan menghindari
terjadinya infeksi. (Isnaini, 2016).
Hasil : Luka perineum sudah dilakukan penjahitan.
5. Membersihkan ibu dari sisa-sisa air ketuban, lendir,
dan darah sertamemasang popok serta mengganti
pakaian ibu dengan pakaian yang bersih dan kering.
Rasionalisasi : agar ibu merasa nyaman jika dalam
keadaan bersih danlingkungan yang bersih.
Hasil : ibu sudah dibersihkan dan diganti pakaiannya.
6. Mengajarkan ibu dan keluarga teknik masase uterus.
60
Rasionaliasi : teknik masase uterus diberikan pada ibu
dan keluarga secara mandiri untuk deteksi dini sendiri
terjadinya perdarahan pada ibu paska bersalin.
Hasil : Ibu mengerti dan dapat melakukan dengan baik.

7. Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman


dan makanan.
Rasionalisasi : pemenuhan makan dan minum perlu
karena setelah melahirkan energi banyak yang
terpakai.
Hasil : ibu bersedia untuk makan makanan yang telah
disediakan dan minum segelas teh hangat.
8. Mengajarkan ibu untuk melakukan ambulasi dini
secara bertahap dengan menggerakan kaki dan tangan,
berbaring miring dan duduk setelah 1 jam dan
perlahan agar tidak mengalami pusing.
Rasionalisasi : ambulasi dini dapat memperlancar
peredaran darah dan mencegah terjadinya trombosis
dan tromboemboli.
Hasil : ibu mengerti dan memahami untuk melakukan
ambulasi dini.
9. Dekontaminasi alat dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit
Rasionalisasi : dekontaminasi bertujuan untuk
mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan
atau suatu permukaan benda, sehingga dapat
melindungi petugas atau pasien.
Hasil : alat sudah di dekontaminasi, cuci bilas,
dikeringkan dan di sterilkan ke dalam autoclave.
10. Melakukan observasi persalinan kala IV setiap 15
61
menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada
satu jam kedua.
Rasionalisasi : rangkaian observasi maternal pada
persalinan kala IV terdiri dari pemeriksaan suhu
tubuh, denyut nadi, tekanan darah, alpasi fundus
uterus (menilai kontraksi), dan jumlah perdarahan
(Pathways of Mother Care, 2009)
Hasil : hasil observasi kala IV normal dan terlampir di
partograf.

11 . Melakukan pendokumentasian dan melengkapi lembar


observasi dan partograf.
Rasionalisasi : dokumentasi kebidanan memiliki
implikasi dalam hukum. Hal ini berarti apabila
dokumen catatan asuhan kebidanan yang diberikan
kepada pasien diakui secara hukum maka dapat
dijadikan buku dalam persoalan hukum dalam
persidangan. Informasi dalam dokumen tersebut dapat
memberikan catatan tentang asuhan yang diberikan
(Hidayat, 2008).
Hasil : asuhan telah didokumentasikan dalam bentuk
SOAP

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


DI RS BHAYANGKARA M.HASAN PALEMBANG

Tanggal / Jam : Selasa, 21 Desember 2021 / 17.10 WIB


S Bayi menangis kuat.
62
Biodata Anak
Nama Anak : Bayi Ny. W Umur : Bayi Baru Lahir 1 jam
Tgl Lahir / Jam : 21-12-2021/16.10 WIB Jenis Kelamin : Laki-laki

Biodata Orang Tua


Nama : Ny. N Nama : Tn. R
Umur : 22 tahun Umur : 23 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Sosial KM. 05

Riwayat Kelahiran
Usia Kehamilan : Aterm
Anak ke : Pertama
Jenis Persalinan : Spontan
Pemeriksaan Umum
O KU : Baik, Tonus otot aktif
PB : 50 cm BB : LK : 32 cm
3200 gr
Vital Sign :
N : 134 x/m RR : 41 x/m S : 36,50C

APGAR SCORE
Waktu
No Aspek yang dinilai
1 5 10
Menit Menit Menit
1 Pernafasan 2 2 2
2 Denyut Jantung 2 2 2
3 Reaksi Terhadap Rangsangan 1 1 1
4 Tonus Otot 1 2 2
5 Warna Kulit 1 1 2
63
Jumlah 7 8 9

A Diagnosa : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan 1 jam


Masalah : Tidak ada
P 1. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan fisik, antropometri bayi dan refleks bayi
dalam keadaan baik.
(Ibu mengetahui keadaan bayi).
2. Memberikan salep mata kanan dan kiri bayi dari arah dalam ke luar berguna untuk
mencegah infeksi pada mata bayi.
(Tindakan sudah dilakukan dan ibu mengerti).
3. Melakukan dan mengajarkan ibu untuk perawatan tali pusat dengan membungkus
tali pusat dengan kassa steril.
(Ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
4. Menjelaskan dan memberikan injeksi Vit. K 0,5 ml secara IM pada paha luar
sebelah kiri untuk mencegah pendarahan pada bayi baru lahir.
(Ibu mengerti dan bersedia bayinya disuntik).
5. Menjelaskan dan memberikan injeksi Hb O dosis 0,5 cc secara IM pada paha luar
sebelah kanan untuk mencegah penyakit hepatitis B.
(Ibu mengerti dan bersedia bayinya disuntik).
6. Menjaga kehangatan bayi dengan mengatur suhu ruangan tidak terlalu dingin dan
menunda memandikan bayi minimal 6 jam setelah lahir.
(Ibu mengerti penjelasan yang diberikan).
7. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi tidak
mau menyusui, tali pusat kemerahan, suhu tubuh bayi < 36,50C atau > 370C dan
segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat bila terdapat tanda bahaya atau
keluhan tersebut.
(Ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
8. Melakukan kunjungan ulang satu minggu yang akan datang.
(Ibu mengerti dan bersedia melakukannya).
9. Melakukan pendokumentasian.
(Telah dilakukan pendokumentasian).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

64
Dari hasil Laporan Komprehensif yang telah diuraikan sebelumnya,
maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Diperolehnya data subjektif pada Ny. “N”melalui wawancara (anamnesa).
2. Diperolehnya data objektif pada Ny. “N” melalui pemeriksaan umum dan
pemeriksaan fisik.
3. Diperolehnya analisa data pada Ny. “N” bersasarkan pengkajian data
subjektif (anamnesa biodata ibu) dan data objektif melalui pemeriksaan
umum, pemeriksaan fisik.
4. Diperolehnya penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “N” dengan
postterm dan dilakukan evaluasi sehingga asuhan yang diberikan telah
terlaksana dengan baik.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Kebidanan
Diharapkan agar dapat memahami konsep dasar asuhan kebidanan baik pada
ibu hamil serta menerapkan asuhan kebidanan yang efektif, efisien, dan
komprehensif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi pihak institusi pendidikan dapat melengkapi buku-buku
referensi agar mahasiswa dapat memperoleh rangkuman materi dari sumber
kepustakaan secara lengkap dan dengan ilmu yang baru, serta diharapkan
pihak institusi pendidikan dapat mengembangkan program pengabdian
masyarakat dengan memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil.

3. Bagi RS Bhayangkara Kota Palembang

65
Diharapkan RS Bhayangkara Palembang dapat mempertahankan dan lebih
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan khususnya dalam pelayanan Intranatal Care.

DAFTAR PUSTAKA

66
Dinkes kota palembang. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.

Dinkes Kota Palembang. 2017. Angka Kematian Ibu di Kota Palembang. Tahun
2017
Elisabeth & Th. Endang. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir. Yogjakarta: Pustaka Baru Rupress
Kemenkes RI. 2017. Tujuan dan Target SDGs Kesehatan

Kemenkes RI, 2017. Asuhan komprehensif Kehamilan, persalinan, nifas,dan bayi


baru lahir

Manuaba, Ida A.C (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk
pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC

Prawirohardjo,S. 2014. Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka

Profil Dinas Kesehatan tahun, 2017. Angka Kematian Ibu

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu kebidanan, (edisi-5). Jakarta: PT. Bina


Pustaka

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Walyani, Elisabeth Siwi. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

67

Anda mungkin juga menyukai