Materi 01 Semiotika
Materi 01 Semiotika
Semiotika yang pada awalnya merupakan suatu cabang ilmu filsafat yang semula berkembang
dalam bidang bahasa, kemudian dalam perkembangannya ikut merambah bidang seni.
Perkembangan semiotika kemudian membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika
komunikasi dan semiotika signifikasi.
Semiotika komunikasi menekankan pada teori produksi tanda yang salah satunya
mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu:
1. Pengirim
2. Penerima
3. Kode
4. Pesan
5. Saluran komunikasi
6. Acuan
Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya
dalam suatu konteks tertentu. Pada jenis yang kedua ini tidak dibicarakan adanya tujuan
berkomunikasi. Sebaliknya yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga
proses kognisinya lebih diperhatikan dari pada komunikasinya.
Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda/
sign adalah “sesuatu” yang bagi seseorang bisa berarti “sesuatu” yang lain, atau “sesuatu” yang
mewaikili “sesuatu” yang lain dari “sesuatu” itu sendiri, seperti metafora. Menurut Charles
Sanders Peirce “alam semesta dipenuhi dengan tanda, atau secara eksklusif tersusun oleh
tanda”. Segala sesuatu yang dapat dilihat/diamati atau dapat dibuat teramati bisa disebut
tanda.
Sesuatu yang dimaksud dapat berupa gagasan, pikiran, pengalaman (sesuatu yang dialami) atau
perasaan, tanda tidak terbatas pada objek/benda. Contohnya; Jika A dikenal dan diketahui
mewakili B, maka A adalah tanda. A adalah lampu lalu lintas yang berwarna merah menyala,
maka pengendara kendaraan bermotor tidak boleh menyeberangi jalan; B.
1
Dalam ilmu semiotic, Sign atau tanda adalah satu konsep sentral dalam ilmu semiologi.
Menurut Saussure, sebuah tanda adalah satu “Kombinasi dari sebuah konsep dan suara image”.
Dalam buku Handbook of Semiotics, Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa dalam sebuah
sign terdapat dua aspek yaitu penanda yang disebut sebagai signifier (sound image) dan aspek
kedua disebut petanda atau konsep atau signified.
Aspek penanda adalah bentuk atau wujud yang secara fisik dapat kita tangkap melalui panca
indra seperti suara, gambar, dan tulisan.
Sedangkan petanda adalah maksud atau gagasan yang menyertai penanda.
Apabila kedua aspek ini ada maka sebuah sign dapat memiliki kedalaman makna.
Menurut pandangan Charles Sanders Pierce (1839-1914), tanda dapat digolongkan menjadi 3
(tiga) yaitu; Icon, index, dan symbol.
a. Icon
Tanda yang diartikan menurut hubungan kemiripan antara tanda tersebut dengan yang
diwakilinya. Misalnya sebuah gambar wajah seseorang atau lukisan suatu pemandangan
alam, gambar disini berperan sebagai media pengganti (wakil) dari obyek yang tidak hadir.
b. Index
Tanda yang diartikan menurut hubungan keterkaitan, bisa juga sebab akibat atau dapat pula
dikatakan bahwa tanda sebagai bukti atas sesuatu.
c. Symbol
Tanda yang diartikan menurut kesepakatan atau konvensi yang dibentuk secara bersama-
sama dimana simbol itu berlaku. Bendera suatu Negara pada dasarnya adalah simbol yang
disepakati oleh seluruh masyarakat Negara tersebut.
Pikiran
Tanda Penunjuk
Antara tanda dengan pikiran yang dirangsang terdapat hubungan yang kokoh dan langsung.
Hubungan serupa juga terjadi pada pikiran dan penunjuk. Sedang antara tanda dan penunjuk
tidak terjadi hubungan secara langsung, Hubungan itu akan terjadi apabila terjadi proses
memikirkannya. Suatu tanda akan selalu mengacu pada sesuatu yang lain yaitu penunjuknya,
tetapi tanda bukanlah penunjuk.
Ada dua pendekatan yang dipergunakan untuk mengartikan sebuah gambar, yang pertama
secara denotatif dan yang kedua secara konotatif. Secara denotatif menunjuk kepada data atau
informasi yang tersurat pada gambar tersebut dibaca secara langsung. Sedangkan secara
konotatif menunjuk kepada hal-hal yang tersirat yang muncul pada pikiran pengamat sesaat
sesudah melihat gambar. Pada pengartian ini faktor-faktor yang berhubungan dengan
2
pengalaman pengamat sangat memegang peranan penting dalam proses pembentukan dasar
acuan.
Persepsi seseorang akan suatu tanda dipengaruhi oleh factor fisik dan psikologi seperti kualitas
pandangan mata, kemampuan baca, ingatan, kepekaan pada warna, sikap seseorang (John Follis
and Dave Hammer, 1979:18)
3
2. Ketajaman pandangan (Vision Acuity)
Tiap manusia mempunyai ketajaman yang berbeda-beda dalam melihat suatu gambar
dengan baik.
3. Kecepatan membaca (Reading Rate)
Kecepatan membaca manusia normal sangat bervariasi, kira-kira 125-600 kata per menit.
Faktor seperti usia, tingkat kepandaian, dan pendidikan sangat mempengaruhi.
4. Kemudahan untuk dibaca (Legibility)
Agar suatu tanda dapat dibaca atau dilihat meliputi beberapa hal:
a. Ukuran
b. Kontras
c. Iluminasi
d. Lama waktu melihat
e. Ketajaman penglihatan pengamat
f. Ada tidaknya kesilauan
g. Kesederhanaan bentuk
h. Familieritas pesan
5. Tingkat pandangan (Eye level)
Tinggi rata-rata suatu tanda pada tingkat pandang seseorang. Untuk orang yang berdiri
kira-kira 1,6 m; duduk kira-kira 1,2 m; dan saat mengendarai mobil kira-kira 1.4 m.
6. Tinggi huruf (Letter height)
Hal ini berkaitan erat dengan legibilitas suatu tanda. Sehngga pada jarak pandang normal,
huruf harus dapat dibaca dengan jelas.
c. Faktor Kualitas
Faktor ini berkaitan dengan kualitas atau kekuatan dari tanda tersebut.
4
asap memungkinkan asap berfungsi sebagai penanda dari api. Intinya setiap tanda akan
menggunakan kendaraan berdasarkan koneksi eksistensial dengan objeknya.
3. Legisign/tanda hukum/aturan (legal and sign), adalah sesuatu akan dianggap tanda
berdasarkan peraturan yang berlaku umum, baik secara hukum dibuat atau secara tidak
sengaja terbentuk dengan sendirinya dalam kultur.