Anda di halaman 1dari 5

MATERI 1

TEORI BAHASA VISUAL

Drs. Sugiyono Ardjaka, M.Sc., Ph.D.


Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Dan Desain
Institut Teknologi Dan Bisnis Asia Malang

SEMIOTIKA (ILMU TENTANG TANDA)


PERANAN IDENTITAS VISUAL DALAM PENERAPAN SEHARI-HARI

1. Semiotika (Ilmu tentang tanda)


Semiotika memiliki dua bapak besar yang berpengaruh, yaitu Fredinand de Saussure dan
Charles Sander Peirce. Kedua tokoh ini mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan
tidak memiliki hubungan bahkan mengenal satu sama lain.
Saussure mengembangkan semiotika di Eropa, sedangkan Pierce berkewarganegaraan Amerika
Serikat (US). Saussure berpendapat bahwa semiotika atau semiosis adalah sebuah ilmu umum
tentang tanda, suatu ilmu yang mengkaji keberadaan tanda-tanda di dalam masyarakat.
Sedangkan Peirce mengartikan semiotika tidak lain adalah sebuah nama lain dari logika, yaitu
doktrin formal tentang tanda-tanda.

Semiotika yang pada awalnya merupakan suatu cabang ilmu filsafat yang semula berkembang
dalam bidang bahasa, kemudian dalam perkembangannya ikut merambah bidang seni.
Perkembangan semiotika kemudian membedakan dua jenis semiotika, yakni semiotika
komunikasi dan semiotika signifikasi.
Semiotika komunikasi menekankan pada teori produksi tanda yang salah satunya
mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi, yaitu:
1. Pengirim
2. Penerima
3. Kode
4. Pesan
5. Saluran komunikasi
6. Acuan

Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya
dalam suatu konteks tertentu. Pada jenis yang kedua ini tidak dibicarakan adanya tujuan
berkomunikasi. Sebaliknya yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga
proses kognisinya lebih diperhatikan dari pada komunikasinya.
Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda/
sign adalah “sesuatu” yang bagi seseorang bisa berarti “sesuatu” yang lain, atau “sesuatu” yang
mewaikili “sesuatu” yang lain dari “sesuatu” itu sendiri, seperti metafora. Menurut Charles
Sanders Peirce “alam semesta dipenuhi dengan tanda, atau secara eksklusif tersusun oleh
tanda”. Segala sesuatu yang dapat dilihat/diamati atau dapat dibuat teramati bisa disebut
tanda.
Sesuatu yang dimaksud dapat berupa gagasan, pikiran, pengalaman (sesuatu yang dialami) atau
perasaan, tanda tidak terbatas pada objek/benda. Contohnya; Jika A dikenal dan diketahui
mewakili B, maka A adalah tanda. A adalah lampu lalu lintas yang berwarna merah menyala,
maka pengendara kendaraan bermotor tidak boleh menyeberangi jalan; B.

1
Dalam ilmu semiotic, Sign atau tanda adalah satu konsep sentral dalam ilmu semiologi.
Menurut Saussure, sebuah tanda adalah satu “Kombinasi dari sebuah konsep dan suara image”.
Dalam buku Handbook of Semiotics, Ferdinand de Saussure menyatakan bahwa dalam sebuah
sign terdapat dua aspek yaitu penanda yang disebut sebagai signifier (sound image) dan aspek
kedua disebut petanda atau konsep atau signified.
Aspek penanda adalah bentuk atau wujud yang secara fisik dapat kita tangkap melalui panca
indra seperti suara, gambar, dan tulisan.
Sedangkan petanda adalah maksud atau gagasan yang menyertai penanda.
Apabila kedua aspek ini ada maka sebuah sign dapat memiliki kedalaman makna.

Menurut pandangan Charles Sanders Pierce (1839-1914), tanda dapat digolongkan menjadi 3
(tiga) yaitu; Icon, index, dan symbol.
a. Icon
Tanda yang diartikan menurut hubungan kemiripan antara tanda tersebut dengan yang
diwakilinya. Misalnya sebuah gambar wajah seseorang atau lukisan suatu pemandangan
alam, gambar disini berperan sebagai media pengganti (wakil) dari obyek yang tidak hadir.
b. Index
Tanda yang diartikan menurut hubungan keterkaitan, bisa juga sebab akibat atau dapat pula
dikatakan bahwa tanda sebagai bukti atas sesuatu.
c. Symbol
Tanda yang diartikan menurut kesepakatan atau konvensi yang dibentuk secara bersama-
sama dimana simbol itu berlaku. Bendera suatu Negara pada dasarnya adalah simbol yang
disepakati oleh seluruh masyarakat Negara tersebut.

2. Proses pengartian tanda atau gambar


Proses pengartian tanda merupakan proses berpikir yang melibatkan tiga hal; pikiran, tanda
dan penunjuk.

Pikiran

Tanda Penunjuk

Antara tanda dengan pikiran yang dirangsang terdapat hubungan yang kokoh dan langsung.
Hubungan serupa juga terjadi pada pikiran dan penunjuk. Sedang antara tanda dan penunjuk
tidak terjadi hubungan secara langsung, Hubungan itu akan terjadi apabila terjadi proses
memikirkannya. Suatu tanda akan selalu mengacu pada sesuatu yang lain yaitu penunjuknya,
tetapi tanda bukanlah penunjuk.

Ada dua pendekatan yang dipergunakan untuk mengartikan sebuah gambar, yang pertama
secara denotatif dan yang kedua secara konotatif. Secara denotatif menunjuk kepada data atau
informasi yang tersurat pada gambar tersebut dibaca secara langsung. Sedangkan secara
konotatif menunjuk kepada hal-hal yang tersirat yang muncul pada pikiran pengamat sesaat
sesudah melihat gambar. Pada pengartian ini faktor-faktor yang berhubungan dengan

2
pengalaman pengamat sangat memegang peranan penting dalam proses pembentukan dasar
acuan.

3. Cabang Semiotika Menurut Charles Morris dan Norman Bryson


Sementara itu Charles Morris seorang filsuf yang ikut serta dalam ilmu tentang tanda-tanda
membedakan semiotika dalam tiga cabang penelitian, yaitu: sintaksis, semantik dan pragmatik
a. Sintaksis/syntax atau sintaktik/syntactics adalah cabang penyelidikan semiotika yang
mengkaji hubungan formal diantara satu tanda dengan tanda-tanda yang lain. Dengan kata
lain, karena hubungan-hubungan formal ini merupakan kaidah-kaidah yang mengendalikan
turunan dan interpretasi.
b. Semantik (semantics) adalah penyelidikan semiotika yang mempelajari hubungan diantara
tanda-tanda dengan designate atau objek-objek yang diacunya. Designata bagi Morris adalah
makna tanda-tanda sebelum digunakan di dalam tuturan tertentu.
c. Pragmatik/pragmatics adalah cabang penyelidikan semiotika yang mengkaji hubungan antara
tanda-tanda dengan interpreter-interpreter atau para pemakainya. Pragmatik secara khusus
berurusan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi-fungsi situasional yang melatari
tuturan.
d. Norman Bryson, seorang semiotik strukturalis mengembangkan semiotika visual yang
didalamnya terdapat perbedaan antara kata dan gambar. Sebagian besar karya seni rupa
memiliki gambar dibandingkan teks, tetapi bisa saja memiliki keduanya. Maka kebiasaan
menghubungkan teks dan gambar dengan arti lain adalah membaca teks yang mempengaruhi
pemahaman kita tentang gambar, sehingga makna kata dan makna gambar saling memotong.
Meskipun begitu, perlawanan dua kata ini bukanlah satu-satunya yang dapat digunakan.
e. Bryson sendiri menggunakan perlawanan dua kata ini untuk mencermati lukisan dan
mengatakan bahwa lukisan adalah sebuah karya seni rupa yang tidak hanya terbuat dari
pigmen-pigmen cat di atas permukaan, tetapi terbentuk juga oleh tanda-tanda dalam ruang
semantik. Makna sebuah gambar tidak pernah terwujud pada permukaan berupa sapuan-
sapuan kuas; lebih jauh dia mengatakan makna akan muncul lewat kolaborasi antara tanda-
tanda (visual dan verbal) dan para penafsirnya. Perlawanan dua kata ini juga dapat digunakan
untuk membahas karya-karya zaman sekarang.

4. Faktor-factor yang mempengaruhi pengertian tanda


Sebuah gambar atau tanda dapat mengandung berbagai macam arti, misalnya gambar orang
yang sedang tersenyum bias diartikan sebagai kebahagiaan, tapi juga bisa diartikan juga sebagai
ejekan. Begitu pula dengan tanda penunjuk arah panah pada gedung bertingkat. Tanda panah
yang menunjuk keatas bisa mengarah kedepan maupun ke lantai atas. Salah satu faktor yang
menjadi penyebab timbulnya anggapan yang berbed antara pengamat yang satu dengan yang
lain terhadap sebuah gambar atau tanda adalah karena adanya interpretasi atau pengartian
yang berbeda pada tiap-tiap manusia.

Persepsi seseorang akan suatu tanda dipengaruhi oleh factor fisik dan psikologi seperti kualitas
pandangan mata, kemampuan baca, ingatan, kepekaan pada warna, sikap seseorang (John Follis
and Dave Hammer, 1979:18)

a. Faktor Fisik (Physical Factor)


1. Jarak pandang normal (Normal field of vision)
Cakupan pandangan normal manusia dalam melihat atau mengamati suatu tanda secara
vertikal dan horizontal dengan nyaman kira-kira sekitar 60 derajat.

3
2. Ketajaman pandangan (Vision Acuity)
Tiap manusia mempunyai ketajaman yang berbeda-beda dalam melihat suatu gambar
dengan baik.
3. Kecepatan membaca (Reading Rate)
Kecepatan membaca manusia normal sangat bervariasi, kira-kira 125-600 kata per menit.
Faktor seperti usia, tingkat kepandaian, dan pendidikan sangat mempengaruhi.
4. Kemudahan untuk dibaca (Legibility)
Agar suatu tanda dapat dibaca atau dilihat meliputi beberapa hal:
a. Ukuran
b. Kontras
c. Iluminasi
d. Lama waktu melihat
e. Ketajaman penglihatan pengamat
f. Ada tidaknya kesilauan
g. Kesederhanaan bentuk
h. Familieritas pesan
5. Tingkat pandangan (Eye level)
Tinggi rata-rata suatu tanda pada tingkat pandang seseorang. Untuk orang yang berdiri
kira-kira 1,6 m; duduk kira-kira 1,2 m; dan saat mengendarai mobil kira-kira 1.4 m.
6. Tinggi huruf (Letter height)
Hal ini berkaitan erat dengan legibilitas suatu tanda. Sehngga pada jarak pandang normal,
huruf harus dapat dibaca dengan jelas.

b. Faktor psikologis (Psychological factor)


1. Hubungan dengan lingkungan (Figure-Ground relationship)
Hal ini mengacu pada hubungan suatu bentuk dan pola tanda agar dapat menimbulkan
persepsi yang kuat dibandingkan dengan lingkungan disekitarnya.
2. Implikasi warna (Implications of color)
Dalam membedakan dan mengingat suatu warna secara pandangan normal, seseorang
kemungkinan hanya dapat membedakan 6 warna saja, dan tidak termasuk hitam dan
putih, yaitu merah, kuning, hijau, oranye dan coklat. Warna juga dapat menimbulkan
suatu suasana atau perasaan tertentu misalnya untuk tanda bahaya, traffic light,
menggunakan warna merah. Pada tiap-tiap negara mempunyai pengertian terhadap
warna yang berbeda-beda.

c. Faktor Kualitas
Faktor ini berkaitan dengan kualitas atau kekuatan dari tanda tersebut.

5. Cara Membedakan Tanda


Peirce menekankan adanya tiga sifat dasar atau ground tanda yaitu:
1. Qualisign/tanda kualitas (quality and sign), adalah sesuatu yang dianggap sebagai tanda
berdasarkan suatu sifat, misalnya merah atau sebagai sebuah sifat yang berdiri sendiri
sebelum dikaitkan dengan sesuatu yang lain (sebelum mewakili sesuatu yang lain selain
warna).
2. Sinsign/tanda tunggal, (singular and sign), Sinsign adalah sesuatu yang dianggap tanda atas
dasar tampilannya dalam kenyataan, contohnya asap sebagai tanda untuk api. Tanda akan
selalu memiliki kendaraan yang berbentuk fakta eksistensial; Hubungan kausal antara api dan

4
asap memungkinkan asap berfungsi sebagai penanda dari api. Intinya setiap tanda akan
menggunakan kendaraan berdasarkan koneksi eksistensial dengan objeknya.
3. Legisign/tanda hukum/aturan (legal and sign), adalah sesuatu akan dianggap tanda
berdasarkan peraturan yang berlaku umum, baik secara hukum dibuat atau secara tidak
sengaja terbentuk dengan sendirinya dalam kultur.

Anda mungkin juga menyukai