Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODELOGI PENELITIAN
“ KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS “

NAMA : I Putu Merteyasa


NIM : 2280811010

MAGISTER BIOTEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kerangka berfikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang mendukung
pemahaman selanjutnya. Pemahaman yang dimaksud adalah memahami sesuatu atau masalah
yang dihadapi. Sebagai contoh pada saat melakukan pekerjaan terdapat permasalahan yang
dihadapi secara langsung, setelah mendapatkan permasalahan biasanya seseorang akan
mengaitkan permasalahan tersebut dengan teori-teori yang pernah dipahami, kemudian dari
beberapa kali usaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut barulah akan dipahami atau
mendapat pemahaman dari permasalahan tersebut. Dari pemahaman-pemahaman yang didapat
barulah akan melahirkan pemikiran-pemikiran apa yang sebenarnya mendasari
permasalahan-permasalahan tersebut, maka terbentuklah kerangka berfikir mengenai
permasalahan tersebut.
Hipotesis merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin saja salah. Hipotesis
akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.
Penolakan dan penerimaan hipotesis dengan begitu sangat tergantung kepada hasil-hasil
penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan. Hipotesis juga dapat dipandang sebagai
konklusi, suatu konklusi yang bersifat sementara. Sebagai konklusi tentu hipotesis tidak dibuat
dengan semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuan-pengetahuan tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kerangka berfikir?
2. Apa pengertian hipotesisi ?
3. Apa fungsi dan tujuan hipotesis ?
4. Apa jenis-jenis hipotesis ?
5. Apa bentuk-bentuk hipotesis ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. kerangka berfikir

1. Pengertian kerangka berfikir

Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang disusun secara singkat untuk menjelaskan
bagaimana sebuah penelitian dilakukan dari awal, proses pelaksanaan, hingga akhir.

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel
yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen
(bebas) dan dependen (terikat). Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan
intervening/variabel penyela, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan
dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk
paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus
didasarkan pada kerangka berpikir.

Menurut Ali Muhidin Sambas dalam bukunya “Panduan Praktis Memahami


Penelitian” di dalam menulis kerangka berpikir, ada tiga kerangka yang perlu dijelaskan,
yakni: kerangka teoritis, kerangka konseptual, dan kerangka operasional. Kerangka teoritis atau
paradigma adalah uraian yang menegaskan tentang teori apa yang dijadikan landasan (grand
theory) yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti. Kerangka konseptual
merupakan uraian yang menjelaskan konsep-konsep apa saja yang terkandung di dalam asumsi
teoritis yang akan digunakan untuk mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang
terkandung di dalam fenomena yang akan diteliti dan bagaimana hubungan di antara
konsep-konsep tersebut. Kerangka operasional adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa
saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan bagaimana hubungan diantara
variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja yang dijadikan indikator untuk mengukur
variabel-variabel yang bersangkutan.

2
Pada dasarnya esensi kerangka pemikiran berisi:

a. Alur jalan pikiran secara logis dalam menjawab masalah yang didasarkan pada landasan
teoretik dan atau hasil penelitian yang relevan.

b. Kerangka logika (logical construct) yang mampu menunjukan dan menjelaskan masalah
yang telah dirumuskan dalam kerangka teori.

c. Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk gambar atau model
matematis yang menyatakan hubungan-hubungan variabel penelitian atau merupakan
rangkuman dari kerangka pemikiran yang digambarkan dalam suatu model. Sehingga
selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.

2. Langkah menyusun kerangka berfikir

a. Menetapkan variabel yang diteliti

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek,
yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan
obyek yang lain.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dirumuskan disini bahwa variabel


penelitian adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Macam-macam variabel ada 5 yaitu: variabel
independen, variabel dependen, variabel moderator, variabel intervening, dan variabel
kontrol.

Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam


menyusun kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan
terlebih dahulu variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan
apakah nama setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan
dikemukakan.

3
b. Membaca Buku dan Hasil Penelitian

Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca


buku-buku dan hasil penelitian yang relevan. Artinya relevan adalah buku-buku yang
dibaca itu sesuai dengan penelitian yang ditelitinya. Buku-buku yang dibaca dapat
berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca
adalah laporan penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, dan disertasi tesis.

c. Deskripsi teori dan Hasil Penelitian

Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti, seperti yang telah dikemukakan,
deskripsi teori berisi tentang definisi terhadap masing-masing variabel yang diteliti,
uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu
dengan yang lain dalam konteks penelitian.

Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori
dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori
paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui
pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi,
sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel
yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

d. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan
hasil penelitian. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil
penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau
tidak.

e. Analisis Komparatif terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu


dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui

4
analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang
lain, atau mereduksi bila dipandang luas.

f. Sintesa kesimpulan

Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian
yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan
sintesa atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dengan
variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat
digunakan untuk merumuskan hipotesis.

g. Kerangka Berpikir

Setelah sintesa atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya


disusun kerangka berpikir. Kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka
berpikir yang asosiatif/hubungan maupun

komparatif/perbandingan. Kerangka berpikir asosiatif dapat menggunakan


kalimat: “jika begini maka akan begitu, jika guru kompeten, maka hasil belajar akan
tinggi. Jika kepemimpinan kepala sekolah baik, maka iklim sekolah akan baik. Jika
kebijakan pendidikan dilaksanakan secara baik dan konsisten, maka kualitas SDM di
Indonesia akan meningkat pada gradasi yang tinggi”.

h. Hipotesis

Hipotesis adalah gabungan dari “hipo” artinya “dibawah” dan “tesis” artinya
“kebenaran”. Secara keseluruhan “hipotesis” berarti “dibawah kebenaran”, kebenaran
yang masih berada dibawah (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu
kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-bukti.1

Setelah masalah dirumuskan, maka langkah berikutnya ialah merumuskan hipotesis.


Apakah hipotesis itu? ada banyak definisi hipotesis yang pada hakekatnya mengacu pada
pengertian yang sama. Diantaranya ialah hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang sedang diteliti, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

1
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 45.

5
B. Pengertian Hipotesis

Dari arti katanya hipotesis memang berasal dari dua penggalan kata, “hypo” yang
artinya “dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara
menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan berkembang
menjadi hipotesis. Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi hipotesis ialah “pernyataan tentatif
yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk
memahaminya”.2
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian belum
jawaban yang empirik dengan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pada penelitian kualitatif tidak dirumuskan hipotesis tetapi justru diharapkan dapat
ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.3

C. Fungsi dan Tujuan Hipotesis


Ada beberapa fungsi hipotesis dalam proses penelitian. Ashan, menjelaskan beberapa
fungsi hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis merupakan solusi sementara mengenai suatu masalah dengan beberapa kebenaran
yang memungkinkan seorang peneliti untuk memulai penelitian.
2. Hipotesis menawarkan dasar secara spesifik dalam membangun apa yang harus dipelajari
untuk memberikan solusi sebuah masalah.
3. Setiap hipotesis dapat mengakibatkan perumusan hipotesis yang lain.

2
Jonathan Sarwono. METODE PENELITIAN Kuantitatif & Kualitatif. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006). hlm 37.
3
Sugiyono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). (Bandung:
Alfabeta, 2016). hlm 96.

6
4. Setiap hipotesis membantu peneliti dengan pernyataan yang dapat diuji secara objektif,
diterima atau ditolak dan mengantarkan peneliti untuk menafsirkan hasil dan menarik
kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan awal.
George J. Mouley menyatakan bahwa perumusan hipotesis memiliki tujuan-tujuan
sebagai berikut:
1. Hipotesis memberikan arahan dalam penelitian yang berguna untuk mencegah kajian
literatur dan pengumpulan data yang tidak relevan.
2. Hipotesis menambah kepekaan peneliti mengenai apek-aspek tertentu dari situasi yang tidak
relevan dari sudut pandang masalah yang dihadapi.
3. Hipotesis memungkinkan peneliti untuk memahami masalah yang diteliti dengan lebih jelas.
4. Hipotesis digunakan sebagai sebuah kerangka untuk meyakinkan peneliti.4
D. Jenis – Jenis Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang tinggi kedudukannya dalam penelitian.
Oleh karena itulah, maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan
hipotesis ini dengan jelas. Seorang ahli bernama Borg yang dibantu temannya Gall mengajukan
adanya pernyataan untuk ibu tesis sebagai berikut:
1. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
2. Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih variabel.
3. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil
penelitian yang relevan.
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Hipotesis kerja atau disebut hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan
adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika………………..………..maka…….…………………..
Contoh: Jika orang makan, banyak maka berat badannya akan naik.
b. Ada perbedaan antara………………..dan…………………
Contoh: Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian.
c. Ada pengaruh………………....terhadap…………………..
4
Nanang Martono. METODE PENELITIAN KUANTITATIF Analisis Isi dan Data Sekunder. (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011). hlm 64-66.

7
Contoh: Ada pengaruh makanan terhadap berat badan.
2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho. Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis
statistik,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan
perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel
atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Pemberian nama “hipotesis nol”
atau “hipotesis nihil” dapat dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua
variabel. Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau
nihil.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara….……….dengan………….....
Contoh: Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat 1 dan mahasiswa tingkat 2 dalam
disiplin kuliah.
b. Tidak ada pengaruh……………….terhadap………………
Contoh: Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap kerajinan mengikuti
kuliah.5

E. Bentuk – Bentuk Hipotesis


Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian.
Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu:
rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif
(hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis
deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yaitu
berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
a. Rumusan masalah deskriptif
Berapa lama daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK ?

5
Suharsimi Arikunto. PROSEDUR PENELIYIAN Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006).
hlm 73-74.

8
b. Hipotesis deskriptif
Daya tahan berdiri karyawan toko lulusan SMK sama dengan 6 jam/hari (Ho). Ini
merupakan hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan lulusan SMK yang ada pada
sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan yang ada pada
populasi. (Angka 6 jam/hari merupakan angka hasil pengamatan sementara). Hipotesis
alternatif nya adalah : Daya tahan karyawan toko lulusan SMK tidak ≠ 6 jam. “Tidak sama
dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 6 jam.
c. Hipotesis statistik
Ho : μ = 6 jam/hari
Ha : μ ≠ 6 jam/hari
μ : Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan (ditaksirkan melalui sampel)
2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya berbeda, atau
keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
a. Rumusan masalah komparatif
Bagaimanakah prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila dibandingkan dengan
Perguruan Tinggi Y ?
b. Hipotesis komparatif
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga model
hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut:
Hipotesis nol:
1) Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X dengan
Perguruan Tinggi Y; atau terdapat persamaan prestasi belajar antara mahasiswa
Perguruan Tinggi X dan Y.
2) Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar atau sama dengan (≥)
Perguruan Tinggi Y (“lebih besar atau sama dengan)” = paling sedikit).

9
3) Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil atau sama dengan (≤)
Perguruan Tinggi Y (“lebih kecil atau sama dengan)” = paling besar).
Hipotesis alternatif:
1) Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar (atau lebih kecil) dari
Perguruan Tinggi Y.
2) Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil dari pada Perguruan
Tinggi Y. (<)
3) Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih brsar dari pada Perguruan
Tinggi Y. (>)
c. Hipotesis Statistik
1) Ho : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
2) Ho : μ1 ≥ μ2
Ha : μ1 < μ2
3) Ho : μ1 ≤ μ2
Ha : μ1 > μ2
μ1 = rata-rata (populasi) produktifitas mahasiswa PT. X
μ2 = rata-rata (populasi) produktifitas mahasiswa PT. Y
3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
yang menanyakan hubungan anatara dua variabel atau lebih.
a. Rumusan masalah asosiatif
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah
dengan iklim kerja sekolah.
b. Hipotesis penelitian
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah
dengan iklim kerja sekolah.
c. Hipotesis statistik
Ho : ρ = 0 ---- 0 berarti tidak ada hubungan.

10
Ha : ρ ≠ 0 ---- “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol
berarti ada hubungan. ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang
dihipotesiskan.6

6
Sugiyono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). (Bandung:
Alfabeta, 2016). hlm 100-104.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

a. Pengertian Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang disusun secara singkat untuk menjelaskan
bagaimana sebuah penelitian dilakukan dari awal, proses pelaksanaan, hingga akhir.

B. Langkah Menyusun Kerangka Berpikir

1. Menetapkan variabel yang diteliti

2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian

3. Deskripsi teori dan Hasil Penelitian

4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian

5. Analisis Komparatif terhadap Teori dan Hasil Penelitian

6. Sintesa kesimpulan

7. Kerangka Berpikir

8. Hipotesis

C. Pengertian Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang sedang diteliti, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Dari arti katanya hipotesis memang berasal dari dua
penggalan kata, “hypo” yang artinya “dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”.
Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi hipotesis ialah “pernyataan tentatif yang merupakan
dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya”.
Fungsi hipotesis dalam proses penelitian yaitu setiap hipotesis membantu peneliti
dengan pernyataan yang dapat diuji secara objektif, diterima atau ditolak dan mengantarkan
peneliti untuk menafsirkan hasil dan menarik kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan
awal. Sedangkan tujuan hipotesis yaitu hipotesis memberikan arahan dalam penelitian yang

12
berguna untuk mencegah kajian literatur dan pengumpulan data yang tidak relevan. Hipotesis
memungkinkan peneliti untuk memahami masalah yang diteliti dengan lebih jelas.
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu pertama, hipotesis kerja
atau disebut hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan
antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Kedua, hipotesis nol (null
hypotheses) disingkat Ho. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel
atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu Pertama, hipotesis deskriptif yaitu
jawaban sementara terhadap masalah deskriptif yaitu berkenaan dengan variabel mandiri.
Kedua, hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif. Ketiga, hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan anatara dua variabel atau lebih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Prof. Dr. Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. PROSEDUR PENELIYIAN Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT
Rineka Cipta), 2006.
Martono, Nanang. METODE PENELITIAN KUANTITATIF Analisis Isi dan Data Sekunder.
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2011.
Sarwono, Jonathan. METODE PENELITIAN Kuantitatif & Kualitatif. (Yogyakarta: Graha
Ilmu), 2006.
Sugiyono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). (Bandung: Alfabeta), 2016.

14

Anda mungkin juga menyukai