Anda di halaman 1dari 117

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri

Modul 6 Perancangan Lantai Produksi


Kelompok 21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan adanya arus globalisasi yang semakin pesat dan
menyebabkan banyaknya perusahaan baru bermunculan di Indonesia, arus
kompetisi yang terjadi diantara perusahaan tersebut pun mengalami peningkatan
dimana banyak perusahaan sejenis namun pangsa pasar terbatas. Oleh karena itu
setiap perusahaan dituntut untuk dapat memenangkan kompetisitersebut. Hal ini
terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan yaitu

mendapatkan keuntungan

semaksimal mungkin dengan faktor produksi yang minimun.


Keseimbangan lintasan merupakan masalah yang banyak dihadapi oleh
industri perakitan seperti PT Speed Up. Perencanaan dan pengaturan yang tidak
tepat akan menyebabkan setiap stasiun kerja memiliki kecepatan yang berbeda. Hal
ini akan berakibat lintas perakitan tersebut tidak efisien karena terjadinya
penumpukan material (bootle neck) maupun produk setengah jadi di antara stasiun
kerja yang tidak seimbang kecepatan produksinya. Selain itu akan timbul efek lain,
seperti

terjadi waktu menunggu, adanya biaya yang tidak perlu serta efek

psikologis yang kurang baik bagi para pekerja.


Perancangan lantai produksi yang mencakup dialamnya mengenai konsep
keseimbangan lintasan sangat diperlukan untuk mengetahui pengalokasian elemenelemen kerja pada setiap stasiun kerja agar waktu menganggur dari stasiun kerja
pada suatu lintasan produksi dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga
pemanfaatan dari peralatan maupun operator dapat digunakan semaksimal
mungkin. Selain meminimasi penumpukan material, perancangan lantai produksi
juga digunakan untuk menyeimbangkan beban kerja pegawai guna tercapainya
target produksi. Dalam hal ini beban kerja dianalisis untuk mengetahui berapa
sebenarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan di setiap stasiun kerja.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalah yang sudah dijabarkan sebelumnya,
rumusan masalah dalam penulisan Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Perancangan Lantai Produksi adalah merancang lintasan produksi dengan
menggunakan konsep keseimbangan lintasan dan menggunakan konsep kanban.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri Perancangan
Lantai Produksi yaitu :
1. Memahami konsep keseimbangan lintasan (line of balancing) dan pentingnya
untuk perancangan dan pengendalian produksi.
2. Memahami metode keseimbangan lintasan dan karakteristiknya.
3. Memahami fenomena dalam keseimbangan lintasan dan hubungannya dalam
lantai produksi.
4. Mampu menyeimbangkan suatu lintasan produksi guna meningkatkan tingkat
produktivitas dan efisiensi, dengan mengurangi waktu delay.
5. Memahami konsep kanban dan kegunaanya dalam lantai produksi.

1.4 Pembatasan Masalah dan Asumsi


Batasan masalah dalam laporan modul 6 Praktikum PTI adalah merancang lintasan
produksi dengan menggunakan metode metode keseimbangan lintasan seperti
Helgeson Birnie (Ranked Position Weight / RPW), Largest Candidate Rule (LCR),
Killbridge Wester (Region Approach / RA), dan Moodie Young (MY), menentukan
jumlah stasiun kerja optimal, dan perhitungan performansi keseimbangan lintasan
dengan pertimbangan Waktu Menganggur (Delay Time), Persentase Waktu

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Menganggur (%DT), Effisiensi Stasiun Kerja (ESKk), Effisiensi Lintasan (LE) dan
Smoothness Indeks (SI)

1.5 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, pembatasan masalah
dan asumsi, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi dasar teori mengenai konsep keseimbangan lintasan, metode keseimbangan
lintasan dan karakteristiknya, dan konsep kanban.
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi datawaktu proses perakitan tamiya dan hasil pengolahan data.
BAB IV ANALISA
Berisi analisa pengolahan data.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Dasar Keseimbangan Lintasan


Dalam suatu industri, perencanaan produksi sangat memegang peranan penting
dalam membuat penjadwalan produksi terutama dalam pengaturan operasi atau
penugasan kerja yang harus dilakukan. Jika pengaturan dan perencanaan yang dilakukan
kurang tepat maka akan dapat mengakibatkan stasiun kerja dalam lintasan produksi
mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Hal ini mengakibatkan lintasan produksi
menjadi tidak efisien karena terjadi penumpukan material di antara stasiun kerja yang
tidak berimbang kecepatan produksinya.
Permasalahan keseimbangan lintasan produksi paling banyak terjadi pada proses
perakitan dibandingkan pada proses pabrikasi. Pergerakan yang terus menerus
kemungkinan besar dicapai dengan operasi-operaasi perakitan yang dibentuk secara
manual katika beberapa operasi dapat dibagi dengan durasi waktu yang pendek.
Semakin besar fleksibilitas dalam dalam mengkombinasikan beberapa tugas, maka
semakin tinggi pula tingkat keseimbangan tingkat keseimbangan yang dapat dicapai, hal
ini akan membuat aliran yang muls dengan membuat utilisasi tenaga kerja dan perakitan
yang tinggi.
Keseimbangan yang sempurna tercapai apabila ada persamaan keluaran (output)
dari setiap operasi dalam suatu runtutan lini. Bila keluaran yang dihasilkan tidak sama,
maka keluaran maksimum mungkin tercapai untuk lini operasi yang paling lambat.
Operasi yang paling lambat menyebabkan ketidakseimbangan dalam lintasan produksi.
Keseimbangan pada stasiun kerja berfungsi sebagai sistem keluaran yang efisien. Hasil
yang bisa diperoleh dari lintasan yang seimbang akan membawa ke arah perhatian yang
lebih serius terhdap metode dan proses kerja. Keseimbangan lintasan juga memerlukan
ketrampilan operator yang ditempatkan secara layak pada stasiun-stasiun kerja yang
ada. Keuntungan keseimbangan lintasan adalah pembagian tugas secara merata
sehingga kemacetan bisa dihindari.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

file2shared.wordpress.com/keseimbangan-lintasan-linebalancingproduksi/ -

2.2 Tujuan dari Penyeimbangan Lintasan


Pada umumnya, tujuan dari penyeimbangan lintasan adalah untuk mencapai
suatu kapasitas yang optimal, dimana tidak terjadi penghambatan kapasitas. Tujuan
tersebut dapat tercapai jika lintasan seimbang, yaitu setiap stasiun kerja mendapatkan
tugas yang sama nilainya diukur dengan waktu. Keseimbangan lintasan tersebut
bergantung pada :
a. Kecepatan produksi
b. Urutan antar operasi
c. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap operasi
d. Jumlah operator yang melakukan operasi

Modul Praktikum PTI 2011

2.3 Metode-metode Line Balancing


Dalam line balancing, terdapat berbagai macam metode yang memiliki tujuan
sama, yaitu mengoptimalkan lintasan agar efisien terhadap penggunaan tenaga kerja dan
fasilitas. Terdapat 2 macam pendekatan, yaitu :
a. Meminimumkan jumlah stasiun kerja untuk suatu kecepatan produksi tertentu
b. Meminimumkan waktu siklus
Sedangkan metode-metode dalam line balancing, yaitu:
a. Metode analitis (matematik)
b. Metode probabilistic
c. Metode branch and bond
d. Metode heuristic

Metode Helgeson Birnie (Ranked Position Weight / RPW)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Disebut juga dengan metode RPW ( Ranked Positional Weight ).


Cara penentuan bobot dari precedence diagram yang dimulai dari proses
akhir.
RPW = waktu proses operasi tersebut + waktu proses operasioperasi berikutnya
Metode ini mengutamakan waktu elemen kerja yang terpanjang,
dimana elemen kerja ini akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk
ditempatkan dalam stasiun kerja dan diikuti oleh elemen kerja yang lain
yang memiliki waktu elemen yang lebih rendah. Proses ini dilakukan
dengan memberikan bobot yang didapatkan dengan cara tersebut diatas.
Bobot ini diberikan pada setiap elemen kerja dengan memperhatikan
diagram precedence.
Dengan

sendirinya

elemen

pekerjaan

yang

memiliki

ketergantungan yang besar akan memiliki bobot yang semakin besar


pula. Prosedur dari metode ini :
1. Gambar jaringan precedence sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2. Tentukan positional weight ( bobot posisi ) untuk setiap elemen
pekerjaan dari suatu operasi yang memiliki waktu penyelesaian (
waktu baku ) terpanjang mulai dari awal pekerjaan hingga ke akhir
elemen pekerjaan yang memiliki waktu terendah.
3. Urutkan elemen pekerjaan berdasarkan positional weight pada
langkah ke 2 diatas. Elemen pekerjaan yang memiliki positional
weight tertinggi diurutkan pertama kali.
4. Lanjutkan dengan menempatkan elemen pekerjaan yang memiliki
positional weight tertinggi hingga ke yang terendah ke setiap
stasiun kerja.
5. Jika pada setiap stasiun kerja terdapat kelebihan waktu dalam hal
ini waktu stasiun melebihi waktu siklus, tukar atau ganti elemen

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

pekerjaan yang ada dalam stasiun kerja tersebut ke stasiun kerja


berikutnya selama tidak menyalahi diagram precedence.
6. Ulangi langkah ke 4 dan ke 5 diatas sampai seluruh elemen
pekerjaan sudah ditempatkan ke dalam stasiun kerja.

file2shared.wordpress.com/keseimbangan-lintasan-linebalancingproduksi/

Metode Largest Candidagte Rule (LCR)


Prinsip dasarnya adalah menggabungkan proses-proses atas dasar
pengurutan operasi dari waktu proses terbesar. Sebelum dilakukan
penggabungan, harus ditentukan dahulu, berapa waktu siklus yang akan
dipakai. Waktu siklus ini akan dijadikan pembatas dalam penggabungan
operasi dalam satu stasiun kerja.
Adapun prosedur secara detail dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Urutkan semua elemen kerja dari yang paling besar waktunya
hingga yang paling kecil.
2. Elemen kerja pada stasiun kerja pertama diambil dari urutan yang
paling atas. Elemen kerja pindah ke stasiun berikutnya, apabila
jumlah elemen kerja telah melebihi waktu siklus dengan
memperhatikan precedence diagram.
3. Lanjutkan proses langkah 2, hingga semua elemen kerja telah
berada dalam stasiun kerja dan memenuhi waktu siklus ( cycle
time )
file2shared.wordpress.com/keseimbangan-lintasan-linebalancingproduksi/ -

Metode Killbridge Wester (Region Approach / RA)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Pendekatan ini merupakan perbaikan Hiegesson Birnie oleh


Mansoor dimana dijamin memberikan hasil yang optimal. Pendekatan ini
melibatkan pertukaran antara pekerjaan setelah keseimbangan mulu-mula
diperoleh. Pendekatan ini tidal layak untuk jaringan besar serta
kombinasi pekerjaan yang dapat dipertukarkan dapat menjadi kaku.
Dasarnya adalah OPC yang ditransformasikan menjadi precedence
diagram dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membagi operasi dalam precedence diagram dalam beberapa
region/daerah dengan syarat dalam satu daerah tidak boleh ada
operasi yang saling bergantungan.
2. Susun ranking operasi dalam tiap daerah ( dari waktu proses yang
terbesar ).
3. Tentukan waktu siklus actual dan waktu siklus teoritis.
4. Kelompokkan operasi dalam stasiun kerja berdasarkan syaratsyarat diatas.
5. Susun pola aliran produksi.

file2shared.wordpress.com/keseimbangan-lintasan-linebalancingproduksi/

Metode Moodie Young (MY)


Metode ini terdiri dari 2 fase, yaitu :
Fase I : Elemen kerja ditandai dengan stasiun kerja yang
berhubungan dalam garis perakitan, terutama dengan metode Largest
Candidate Rules (LCR). LCR terdiri dari penentuan nilai elemen yang
tersedia (dengan tidak memperhatikan precedence) sesuai dengan
penurunan nilai waktu.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Fase II : Fasei ini berusaha untuk membagi waktu menganggur


secara merata untuk seluruh stasiun kerja. Langkah-langkah dalam fase II
ini adalah sebagai berikut :
1. Hitung waktu total operasi pada masing-masing stasiun kerja.
2. Tentukan stasiun kerja yang memiliki waktu operasi terbesar dan
waktu operasi terkecil dari fase I.
3. Setengah dari perbedaan kedua nilai tersebut dinamakan GOAL.
GOAL = (STmax - STmin) / 2
4. Tetapkan seluruh elemen tunggal pada STmax yang kurang dari 2 kali
nilai GOAL, dan tidak melanggar aturan precedence jika dipindahkan
ke STmin.
5. Tetapkan seluruh kemungkinan pemindahan operasi dari STmax ke
STmin, seperti halnya operasi maksimal 2 kali GOAL, dengan
memperhatikan precedence-nya.
6. Lakukan langkah di atas hingga tidak ada lagi yang bisa dipindahkan.

2.4 Kriteria Line Balancing


Secara matematis, criteria yang umum digunakan dalam suatu keseimbangan
lintasan perakitan adalah :
a. Waktu Menganggur (Idle Time)
Idle time adalah selisih atau perbedaan antara Cycle Time (CT) danStasiun
Time (ST), atau CT dikurangi ST. (Baroto, 2002).

Keterangan:
n = Jumlah stasiun kerja
Ws = Waktu stasiun kerja terbesar
Wi =Waktu sebenarnya pada stasiun kerja
i = 1,2,3,,n

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

b. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay)


Balance Delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan yang dihasilkan
dari waktu mengganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang
kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja.Balance Delay dapat dirumuskan
sebagai berikut (Baroto, 2002):

Keterangan:
D = Balance Delay (%)
n = Jumlah stasiun kerja
C = Waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
ti = Jumlah semua waktu operasi
ti = Waktu operasi

c. Efisiensi Stasiun Kerja


Efisiensi stasiun kerja merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun kerja
(Wi) dan waktu operasi stasiun kerja terbesar (Ws). Efisiensi stasiun kerja dapat
dirumuskan sebagai berikut (Nasution, 1999):

d. Efisiensi Lintasan Produksi (Line Efficiency)


Line Efficiency merupakan rasio dari total waktu stasiun kerja dibagi dengan
siklus dikalikan jumlah stasiun kerja (Baroto, 2002) atau jumlah efisiensi stasiun
kerja dibagi jumlah stasiun kerja (Nasution, 1999).
Line Efficiency dapat dirumuskan sebagai berikut:

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

10

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Keterangan:
STi = Waktu stasiun kerja dari ke-i
K = Jumlah stasiun kerja
CT = Waktu siklus

e. Smoothest Indeks
Smoothet Indeks merupakan indeks yang menunjukkan kelancaran relatif dari
penyeimbangan lini perakitan tertentu.

Keterangan:
ST max = Maksimum waktu di stasiun
STi = Waktu stasiun di stasiun kerja i

f. Work Station
Work Station merupakan tempat pada lini perakitan di mana proses perakitan
dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja
yang efisien dapat ditetapkan dengan rumus (Baroto, 2002):

Keterangan:
ti =Waktu operasi (elemen)
C = Waktu siklus stasiun kerja
Kmin = Jumlah stasiun kerja minimal.

2.5 Sistem Kanban

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

11

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Produksi Just In Time yang paling dikenal adalah berdasarkan kartu kanban yang
dikembangkan oleh Toyota. Kanban berasal dari kata Jepang yang berarti tanda. Namun
dalam konteks operasional dijelaskan bahwa kanban adalah suatu kartu yang digunakan
untuk mewadahi kebutuhan bahan suku cadang dalm proses operasi. Sistem kanban
adalah sistem informasi yang secara serasi mengendalikan produksi produk yang dalam
jumlah yang diperlukan pada waktu yang diperlukan dalam setiap proses (Monden,
2000).
Dalam sistem produksi JIT, sistem kanban didukung oleh hal-hal sebagai berikut
(Monden, 2000):
1. Pelancaran produksi
2. Pembakuan pekerjaan
3. Pengurangan waktu penyiapan
4. Aktivitas perbaikan
5. Rancangan tata ruang mesin
6. Autonomasi

2.5.1 Jenis Kanban


Jenis kanban yang sering digunakan adalah kanban pengambilan dan kanban
perintah produksi. Kanban pengambilan menspesifikasikan jenis dan jumlah produk
yang harus diambil dari proses terdahulu oleh proses berikutnya, sementara kanban
perintah produksi menspesifikasikan jenis dan jumlah produk yang harus dihasilkan
oleh proses terdahulu.
Ada beberapa jenis kanban lain, di antaranya adalah:

Kanban pemasok (subkontraktor), yaitu kanban yang berisi perintah yang


meminta pemasok atau subkontraktor untuk mengirimkan suku cadang.

Kanban pemberi tanda. Kanban pemberi tanda digunakan untukmenetapkan


spesifikasi produksi lot dalam pengecoran cetakan, pelubang tekan, atau proses
tempaan. Kanban ini ditempelkan pada suatu kotak dalam lot. Kalau

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

12

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

pengambilan mencapai kotak yang ditempeli kanban ini, instruksi produksi


harus digerakkan.
Klasifikasi berbagai jenis utama kanban lain dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Gambat Klarifikasi Jenis Utama Kanban

1. Kanban pengambilan
Kanban pengambilan adalah suatu otorisasi untuk memindahkan suatu
kontainer

dari outbound

buffer stasiun upstream (sebelumnya),

keinbound,

buffer stasiun downstream (sebelumnya). Tidak ada kontainer yang dapat diambil
dari outbound buffer kecuali kartu kanban pengambilan sudah dikeluarkan.
Prosedur full container kanban satu kartu dengan hanya menggunakan
kanban pengambilan adalah sebagai berikut:

Tahap 1: Bila operator stasiun downstream melakukan akses terhadapfull


container maka kanban pengambilan dilepas dan diletakkan pada pos kanban.

Tahap 2: Material handler membaca kanban pengambilan dan membawanya


ke stasiun upstream.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

13

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Tahap 3: Material handler meletakkan kanban pengambilan ke full


container (yang berada pada outbound buffer) dan membawanya ke
stasiun doenstream.

Tahap 4: Setiap kali stasiun downstream mengosongkan kontainer,


maka material handler akan mengambil dan membawa empty container ke
stasiun upstream. (Seringkali tahap 2 dan 4 digabung hanya satu kali
perjalanan).
Untuk menghitung jumlah kanban pengambilan, digunakan rumus (Danielle

Sipper, Robert L, 1997):


Np =
Dimana :
Np : Jumlah kanban
D = Permintaan
Wp = persentase waktu proses per hari
C = Kapasitas container
= efisiensi stasiun kerja

2. Kanban Perintah Produksi


Kanban perintah produksi digunakan sebagai otorisasi untuk memproduksi
komponen-komponen atau rakitan-rakitan. Dalam sistem yang menggunakan kartu
ini, tidak ada produksi yang diizinkan tanpa adanya kanban perintah produksi,
disebut sebagai sistem tarik dua kartu.
Prosedur dari sistem tarik dua kartu ini adalah sebagai berikut:

Tahap 1: Pembawa dari proses berikutnya pergi ke gudang proses terdahulu


dengan kanban pengambilan yang disimpan dalam pos kanban pengambilan
bersama kontainer kosong.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

14

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Tahap 2: Bila pembawa proses berikutnya mengambil suku cadang di gudang


A, pembawa itu melepaskan kanban perintah produksi yang dilampirkan pada
unit fisik dalam kontainer (perhatikan bahwa tiap kontainer mempunyai satu
lembar kanban) dan menaruh kanban ini dalam pos penerima kanban.

Tahap 3: Untuk tiap kanban perintah produksi yang dilepaskannya, di tempat


itu ia menempelkan satu kanban pengambilan.

Tahap 4: Bila pekerjaan dimulai pada proses berikutnya, kanban pengambilan


harus ditaruh dalam pos kanban pengambilan.

Tahap 5: Pada proses terdahulu, kanban perintah produksi harus dikumpulkan


dari pos penerima kanban pada waktu tertentu atau bila sejumlah unit telah
diproduksikan dan harus ditempatkan dalam pos kanban perintah produksi
dengan urutan yang sama dengan urutan penyobekan kanban di gudang A.

Tahap 6: Menghasilkan suku cadang sesuai dengan urutan nomor kanban


perintah produksi dalam pos.

Tahap 7: Ketika diolah, unit fisik dan kanban itu harus bergerak berpasangan.

Tahap 8: Bila unit fisik diselesaikan dalam proses ini, unit ini dan kanban
perintah produksi ditaruh dalam gudang A, sehingga pembawa dari proses
berikutnya dapat mengambilnya kapan saja .
Sistem dua kartu memberikan pengendalian yang ketat terhadap

persediaan. Tidak ada kontainer yang dapat dipindahkan tanpa adanya kanban
pengambilan atau kanban perintah produksi.
Jumlah kartu kanban perintah produksi dihitung dengan menggunakan
rumus (Danielle Sipper, Robert L, 1997):

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

15

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

http://file2shared.wordpress.com/sistem-kanban/

2.5.2 Fungsi Kanban


Fungsi kanban dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Merangsang timbulnya inisiatif tenaga kerja di lapangan
2. Sebagai alat pengendali informasi
3. Mengendalikan persediaan
4. Menambah rasa memiliki di antara pekerja
5. Menyederhanakan mekanisme manajemen kerja
6. Memungkin manajemen kerja secara visual di lapangan

http://www.angelfire.com/id/akademika/mskanban98.html

2.5.3 Model Kanban


Formula Jumlah Kanban:
(permintaan rata-rata selama lead time) + (safety stock)
(Jumlah Kanban) =
(kapasitas kontainer)

Contoh "kartu" Kanban

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

16

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Warna
sesuai

No.Pesanan

Nama Perusahaan:

Produksi::

Nama Pabrik:

sesuai

NomorPart:

dengan
identifikasi
pekerjaan

Warna

dengan
Deskripsi:
Lokasi berikutnya:

identifikasi
Jenis Paket:

pekerjaan

Kuantitas per pak:


Gambar 2.2 Gambar Contoh Kartu Kanban

http://www.angelfire.com/id/akademika/mskanban98.html

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

17

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

BAB 3
PENGOLAHAN DAN PENGUMPULAN DATA
3.1 Pengumpulan Data
3.1.1 Presedence Diagram

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

18

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

9,19

5,40

10,55

8,37

6,48

10

5,22

7
20,46
12,85

22

1
14,12

6,62

15,23

5,80

21

52

11,99

3
4,85

19
5,12
14,26

17

12,90

14,48

20

6,33

48

49

7,4

2,68

50

51

18
6,73

11
8,06

17,63

10,54

5,65

12

14

15

16

5,30

17,50

28

29

7,08

13

5,98

26
5,03

21,19

23

24
21,38

25

6,05

4,46

30

31

8,64

6,55

34

6,03

4,55

27

15,86

32

33

29,22

35

36

2,17

7,22

37

38

39,05

39

6,48

4,36

7,34

32,28

40

41

42

43

6,55

44

7,81

45

6,09

20,46

46

47

Gambar 3.1 Gambar Presedence Diagram SK 4

3.1.2 Nama, No operasi, dan Waktu Baku


Tabel 3.1 Tabel Rekap Waktu Baku

No Operasi Kerja

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

waktu

baku

19

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

(16.5%)
1

Memasang plat belakang besar ke rumah dynamo

12.85

Memasang plat belakang kecil ke rumah dynamo

14.12

Memasang gear ke dynamo

11.99

Memasang dynamo ke rumah dynamo

6.62

Memasang roda assy belakang ke as roda sebelah kanan

9.19

Memasang eyelet ke as roda belakang kanan

5.40

Memasang gear besar belakang ke chasis

5.22

Memasukkan as roda assy belakang kanan ke chasis

10.55

Memasang eyelet ke as roda belakang kiri

8.37

10

Memasang roda assy belakang kiri ke as roda

6.48

11

Memasang gear kecil depan ke chasis

6.73

12

Memasang roda assy depan kanan ke as roda

8.06

13

Memasang eyelet depan kanan ke as roda

7.08

14

Memasang as roda assy depan kanan ke chasis

17.63

15

Memasang eyelet sebelah kiri ke as roda depan

10.54

16

Memasang roda assy depan kiri ke as roda

5.65

17

Memasang plat depan ke chasis

6.95

18

Memasang tuas on-off ke chasis

6.33

19

Memasang garden ke chasis

4.85

20

Memasang penutup plat depan ke chasis

14.48

21

Memasang rumah dynamo assy ke chasis

15.23

22

Memasang Pengunci dynamo

20.46

23

Memasang bemper belakang ke chasis

6.03

24

Memasang sekrup kanan bemper belakang ke chasis

21.19

25

Memasang sekrup kiri bemper belakang ke chasis

21.38

26

Memasang Bantalan Roller Besar Bagian Kiri Depan

5.98

27

Memasang Baut ke Bantalan Roller Kiri Depan

4.55

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

20

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

28

Memasang Ring ke Bantalan Roller Kiri Depan

5.30

29

Memasang Roller Besar Assy Pada Bumper Kiri Depan

17.50

30

Memasang Bantalan Roller Besarke Roller Besar Bagian Kanan Depan

5.03

31

Memasang Baut ke Bantalan Roller Kanan Depan

4.46

32

Memasang Ring ke Bantalan Roller Kanan Depan

6.05

33

Memasang Roller BesarAssy Pada Bumper Kanan Depan

15.86

34

Memasang roller bagian tengah kanan ke baut

8.64

35

memasang ring ke baut tengah kanan

6.55

36

Memasang roller kecil assy pada bumper tengah kanan

29.22

37

Memasang roller kecil tengah kiri dengan baut

2,17

38

Memasang ring ke baut

7,22

39

Memasang roller kecil assy ke bumper tengah kiri

39,05

40

Memasang bantalan roller besar ke roller besar bagian kiri belakang

6,48

41

Memasang baut ke bantalan roler belakang kiri

4,36

42

Memasang ring kiri ke bantalan roller belakang kiri

7,34

43

Memasang roller besar assy ke bumper belakang kiri

33,16

44

Memasang bantalan roller besar ke roller besar bagian kanan belakang

6.55

45

Memasang baut ke bantalan roller belakang tengah

7.81

46

Memasang ring ke bantalan roller belakang tengah

6.09

47

Memasang roller besar assy ke bumper belakang kanan

20,46

48

Memasang Baterai ke Chasis

14.26

49

Memasang Pengunci Baterai

12.90

50

Memasang Body ke Chasis

8.06

51

Memasang Pengunci Body ke Chasis

11.61

52

Melakukan Inspeksi

5.80

Total

565,84

3.1.3 Pembagian SK Modul 4

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

21

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Tabel 3.2 Operasi Kerja Stasiun 1

stasiun 1
No
23
25
37
38

Operasi
Memasang bemper belakang ke chasis
Memasang sekrup kiri bemper belakang ke chasis
Memasang roller kecil tengah kiri dengan baut
Memasang ring ke baut tengah kiri
Total

waktu
6.03
21.38
2.17
7.22
36.79

Tabel 3.3 Operasi Kerja Stasiun 2

stasiun 2
No Operasi
39 Memasang roller kecil assy ke bumper tengah kiri

waktu
39.05

Tabel 3.4 Operasi Kerja Stasiun 3

satsiun 3
No
24
26
27
28

Operasi
Memasang sekrup kanan bemper belakang ke chasis
Memasang Bantalan Roller Besar Bagian Kiri Depan
Memasang Baut ke Bantalan Roller Kiri Depan
Memasang Ring ke Bantalan Roller Kiri Depan
Total

waktu
21.19
6.24
4.75
5.53
37.71

Tabel 3.5 Operasi Kerja Stasiun 4

stasiun 4
No
29
40
41
42

Operasi
Memasang Roller Besar Assy Pada Bumper Kiri Depan
Memasang bantalan roller besar ke roller besar bagian kiri belakang
Memasang baut ke bantalan roler belakang kiri
Memasang ring kiri ke bantalan roller belakang kiri
Total

waktu
18.34
6.48
4.36
7.34
36.52

Tabel 3.6 Operasi Kerja Stasiun 5

stasiun 5
No Operasi
43 Memasang roller besar assy ke bumper belakang kiri
30 Memasang Bantalan Roller Besarke Roller Besar Bagian Kanan Depan
Total

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

waktu
33.16
5.25
38.41

22

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Tabel 3.7 Operasi Kerja Stasiun 6

stasiun 6
No
31
32
33
34

Operasi
Memasang Baut ke Bantalan Roller Kanan Depan
Memasang Ring ke Bantalan Roller Kanan Depan
Memasang Roller BesarAssy Pada Bumper Kanan Depan
Memasang roller bagian tengah kanan ke baut

waktu
4.66
6.34
16.62
8.63

Total

36.25
Tabel 3.8 Operasi Kerja Stasiun 7

stasiun 7
No Operasi
35 memasang ring ke baut tengah kanan
36 Memasang roller kecil assy pada bumper tengah kanan
Total

waktu
6.55
29.21
35.76

Tabel 3.9 Operasi Kerja Stasiun 8

stasiun 8
No
44
45
46

Operasi
Memasang bantalan roller besar ke roller besar bagian kanan belakang
Memasang baut kebantalan roller belakang kanan
Memasang ring kebantalan roller belakang kanan
Total

waktu
6.55
7.81
6.08
20.44

Tabel 3.10 Operasi Kerja Stasiun 9

stasiun 9
No Operasi
47 Memasang roller besar assy ke bumper belakang kanan

waktu
20.46

Tabel 3.11 Operasi Kerja Stasiun 10

stasiun 10
No
1
2
3

Operasi
Memasang plat belakang besar ke rumah dynamo
Memasang plat belakang kecil ke rumah dinamo
Memasang gear ke dynamo
Total

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

waktu
12.85
14.12
11.98
38.95

23

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Tabel 3.12 Operasi Kerja Stasiun 11

No
4
5
6
7
8

stasiun 11
Operasi
Memasang dynamo ke rumah dynamo
Memasang roda assy belakang ke as roda sebelah kanan
Memasang eyelet ke as roda belakang kanan
Memasang gear besar belakang ke chasis
Memasukkan as roda assy belakang kanan ke chasis

waktu
6.62
9.19
5.4
5.22
10.55

Total

36.98
Tabel 3.13 Operasi Kerja Stasiun 12

stasiun 12
No
9
10
19
21

Operasi
Memasang eyelet ke as roda belakang kiri
Memasang roda assy belakang kiri ke as roda
Memasang garden ke chasis
Memasang rumah dynamo assy ke chasis

waktu
8.37
6.48
4.85
15.23

Total

34.93
Tabel 3.14 Operasi Kerja Stasiun 13

stasiun 13
No
12
13
22

Operasi
Memasang roda assy depan kanan ke as roda
Memasang eyelet depan kanan ke as roda
Memasang Pengunci dinamo
Total

waktu
8.06
7.08
22.75
37.89

Tabel 3.15 Operasi Kerja Stasiun 14

stasiun 14
No
11
14
15

Operasi
Memasang gear kecil depan ke chasis
Memasang as roda assy depan kanan ke chasis
Memasang eyelet sebelah kiri ke as roda depan
Total

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

waktu
6.73
17.63
10.54
34.91

24

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Tabel 3.16 Operasi Kerja Stasiun 15

stasiun 15
No
16
17
18
20

Operasi
Memasang roda assy depan kiri ke as roda
Memasang plat depan ke chasis
Memasang tuas on-off ke chasis
Memasang penutup plat depan ke chasis

waktu
5.65
6.94
7.18
14.48

Total

34.25
Tabel 3.17 Operasi Kerja Stasiun 16

stasiun 16
No
48
49
52

Operasi
Memasang Baterai ke Chasis
Memasang Pengunci Baterai
Melakukan Inspeksi

waktu
14.25
12.90
5.80

Total

32.95
Tabel 3.18 Operasi Kerja Stasiun 17

stasiun 17
50
51

Memasang Body ke Chasis


Memasang Pengunci Body ke Chasis

8.06
11.60
Total

19.66

3.2 Pembahasan dan analisa


3.2.1 Performansi modul 4
Waktu Menganggur (Delay Time)
k

DT K .STm ax STk
k 1

DT (17 x39,05) 571,91 91,94

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

25

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Persentase Waktu Menganggur (%DT)


% DT

DT
x100 %
K .STm ax

% DT

91,94
x100 % 13,85%
17 x39 ,05

Effisiensi Stasiun Kerja (ESKk)


`
ESK

STk
x100 %
STm ax

Contoh perhitungan :
ESK (1)

36 ,79
x100 % 94.21255
39 ,05
Tabel 3.19 Efisiensi SK Modul 4

Stasiun kerja

Efisiensi Stasiun Kerja (%)

36.79

94.21255

39.05

100

37.71

96.5685

36.52

93.52113

38.41

98.36108

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

26

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

36.25

92.82971

35.76

91.5749

20.44

52.34315

20.46

52.39437

10

38.95

99.74392

11

36.98

94.6991

12

34.93

89.44942

13

37.89

97.02945

14

34.91

89.39821

15

34.25

87.70807

16

32.95

84.379

17

19.66

50.34571

Effisiensi Lintasan (LE)


k

LE

LE

ST
k 1

x100%

K .CT

571,91
x100% 86.15 %
17 x39.05

Smoothness Indeks (SI)


SI

(ST
k 1

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

max

STk ) 2

27

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

SI = (39.05 - 36.79)2 ... (39.05 - 19.66)2 = 34.65


Dimana :
K

= Jumlah stasiun kerja

STmax = Waktu operasi stasiun terbesar


STk

= Waktu operasi untuk setiap stasiun

3.2.2 Pembentukan SK LOB


3.2.2.1 Perhitungan waktu siklus
Penentuan waktu siklus berdasarkan pendekatan demand dan teknis.

Waktu siklus berdasar pendekatan teknis = 39,05

Waktu siklus berdasar pendekatan demand


Diketahui total demand = 1125 perhari

productiontimeperperiod 27648000

39 .50
requiredoutputperperiod
699840

Dengan asumsi bahwa demand diproduksi selama 4 tahun, dengan 5 hari kerja
selama seminggu (1 hari = 8 jam kerja)
Analisis :
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa waktu siklus demand yang lebih
besar jika dibandingkan dengan waktu siklus teknis yang dimiliki perusahaan.
Halini menunjukkan bahwa kapasitas yang dimiliki perusahaan tidak mampu
mengimbangi jumlah demand yang diterima untuk memenuhi demand tepat
pada waktunya.
3.2.2.2 Perhitungan jumlah SK LOB
Jumlah stasiun kerja (K) =

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

28

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Jumlah stasiun kerja (K) = 14,47 15 stasiun kerja optimal


Analisis :
Berdasarkan perhitungan jumlah stasiun kerja menggunakan waktu
siklus pendekatan teknis, hasil yang didapatkan adalah 15 stasiun kerja.
Jumlah tersebut menunjukan jumlah stasiun kerja yang direkomendasikan
karena stasiun kerja tersebut merupakan stasiun kerja optimal. Namun, dalam
penentuan stasiun kerja perlu memperhatikan presedence diagram, sehingga
tidak ada operasi yang tercecer pada suatu stasiun kerja. Dan hal tersebut juga
bergantung pada metode perhitungan yang akan digunakan.

3.2.2.3 Pembuatan SK LOB

Metode Helgeson Birnie (Ranked Position Weight / RPW)

PERINGKAT
Tabel 3.20 Tabel Perhitungan RPW

Peringkat Operasi Kerja

Waktu

2,4,21,22,48,49,50,51

105.53

1,4,21,22,48,49,50,51

104.26

5,8,9,10,22,48,49,50,51

104.15

3,4,21,22,48,49,50,51

103.39

12,14,15,16,20,48,49,50,51 103.17

13,14,15,16,20,48,49,50,51 102.19

11,14,15,16,20,48,49,50,51 101.84

6,8,9,10,22,48,49,50,51

100.36

7,8,9,10,22,48,49,50,51

100.18

10

23,24,44,41,42,43,50,51

98.29

11

14,15,16,20,48,49,50,51

95.11

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

29

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

12

8,9,10,22,48,49,50,51

94.96

13

25,40,41,42,43,50,51

92.38

14

24,40,41,42,43,50,51

92.19

15

4,21,22,48,49,50,51

91.41

16

21,22,48,49,50,51

90.59

17

19,21,22,48,49,50,51

89.64

18

9,10,22,48,49,50,51

84.41

19

15,16,20,48,49,50,51

77.48

20

10,22,48,49,50,51

76.04

21

40,41,42,43,50,51

71

22

22,48,49,50,51

69.56

23

18,20,48,49,50,51

68.47

24

17,20,48,49,50,51

68.23

25

37,38,39,50,51

68.1

26

16,20,48,49,50,51

66.94

27

38,39,50,51

65.93

28

41,42,43,50,51

64.52

29

34,35,36,50,51

64.05

30

20,48,49,50,51

61.29

31

44,45,46,47,50,51

60.56

32

42,43,50,51

60.16

33

39,50,51

58.71

34

35,36,50,51

55.42

35

26,27,28,29,50,51

54.52

36

45,46,47,50,51

54.01

37

43,50,51

52.82

38

30,31,32,33,50,51

52.53

39

36,50,51

48.87

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

30

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

40

27,28,29,50,51

48.28

41

31,32,33,50,51

47.28

42

48,49,50,51

46.81

43

46,47,50,51

46.2

44

28,29,50,51

43.53

45

32,33,50,51

42.62

46

47,50,51

40.12

47

29,50,51

38

48

33,50,51

36.28

49

49,50,51

32.56

50

50,51

19.66

51

51

11.6

52

52

5.8

Pembagian stasiun kerja


Tabel 3.21 Tabel Hasil Pembagian Stasiun Kerja pada Perhitungan RPW

St

operasi

waktu

14,12

12,85

9,19

11,98

12

8,06

13

7,08

11

6,73

5,4

5,22

23

6,03

14

17,63

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

STk

36,16

33,85

34,28

31

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

10,55

25

21,38

24

21,19

6,62

19

4,85

21

15,23

8,37

15

10,54

10

6,48

40

6,48

22

22,75

18

7,18

17

6,94

37

2,17

16

5,65

38

7,22

41

4,36

34

8,63

20

14,48

44

6,55

42

7,34

28,37

11

39

39,05

39,05

12

35

6,55

26

6,24

45

7,81

43

33,16

30

5,25

36

29,21

10

13

14

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

31,93

32,66

34,14

12,96

39,04

25,86

20,6

38,41

32

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

15

16

17

18

27

4,75

31

4,66

48

14,25

46

6,08

28

5,53

32

6,34

47

20,46

29

18,34

33

16,62

49

12,9

50

8,06

51

11,6

52

5,8

Jumlah

38,62

32,2

38,8

37,58

17,4
571,91

Metode Largest Candidate Rule (LCR)


Tabel 3.22 Tabel Perhitungan LCR

Nomor
Ranking operasi

Nilai

39

39.05

43

33.16

36

29.21

22

22.75

25

21.38

24

21.19

47

20.46

29

18.34

14

17.63

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

33

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

10

33

16.62

11

21

15.23

12

20

14.48

13

48

14.25

14

14.12

15

49

12.9

16

12.85

17

11.98

18

51

11.6

19

10.55

20

15

10.54

21

9.19

22

34

8.63

23

8.37

24

12

8.06

25

50

8.06

26

45

7.81

27

42

7.34

28

38

7.22

29

18

7.18

30

13

7.08

31

17

6.94

32

11

6.73

33

6.62

34

35

6.55

35

44

6.55

36

10

6.48

37

40

6.48

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

34

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

38

32

6.34

39

26

6.24

40

46

6.08

41

23

6.03

42

52

5.8

43

16

5.65

44

28

5.53

45

5.4

46

30

5.25

47

5.22

48

19

4.85

49

27

4.75

50

31

4.66

51

41

4.36

52

37

2.17

Sehingga :
Tabel 3.23 Tabel Hasil Pembagian Stasiun Kerja pada Perhitungan LCR

SK

Operasi Waktu

WSK

14.12

38.95

12.85

11.98

19

4.85

4.85

10.55

17.17

6.62

21

15.23

5.22

5.4

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

35.04

35

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

9.19

22

22.75

10

6.48

8.37

12

8.06

11

6.73

13

7.08

18

7.18

17

6.94

14

17.63

15

10.54

16

5.65

20

14.48

48

14.25

52

5.8

29

18.34

28

5.53

27

4.75

26

6.24

10

30

5.25

5.25

11

24

21.19

38.02

23

6.03

37

2.17

34

8.63

36

29.21

35

6.55

25

21.38

12

13

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

37.6

35.99

33.82

34.53

34.86

35.76

35.74

36

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

44

6.55

45

7.81

42

7.34

41

4.36

40

6.48

38

7.22

15

39

39.05

39.05

16

43

33.16

33.16

17

47

20.46

26.54

46

6.08

18

49

12.9

12.9

19

33

16.62

35.68

32

6.34

31

4.66

50

8.06

51

11.6

14

20

18.18

11.6

Metode Killbridge Wester (Region Approach / RA)


Tabel 3.24 Tabel Perhitungan RA

SK

Aktivitas Waktu

Total WSk

9.19

39.29

18

7.18

5.22

12.85

19

4.85

14.12

11.98

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

39.28

37

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

26

6.24

17

6.94

23

6.03

11

6.73

12

8.06

13

7.08

34

8.63

37

2.17

30

5.25

5.4

10.55

6.62

27

4.75

35

6.55

24

21.19

14

17.63

38

7.22

31

4.66

25

21.38

28

5.53

8.37

21

15.23

15

10.54

32

6.34

36

29.21

10

39

39.05

11

40

6.48

44

6.55

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

38.7

39.12

38.82

38.79

34.14

35.55

37.33

38

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

12

13

14

15

16

17

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

10

6.48

16

5.65

45

7.81

41

4.36

29

18.34

33

16.62

22

22.75

20

14.48

42

7.34

46

6.08

47

20.46

48

14.25

49

12.9

51

11.6

43

33.16

52

5.8

50

8.06

34.96

37.23

33.88

38.75

38.96

39

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

10

22
1

21

52

19

17
20

48

49

50

51

18

11

12

14

15

16

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

13

23

24

40

41

42

43

25

44

45

46

47

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

40

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Gambar 3.2 Gambar Presedence Diagram dalam Penentuan RA

Metode Moodie Young (MY)


Fase 1
Fase 1 diperoleh dari perhitungan LCR di atas.
Tabel 3.25 Tabel Hasil Pembagian Stasiun Kerja
pada Perhitungan MY Fase I

SK

Operasi Waktu

WSK

14.12

38.95

12.85

11.98

19

4.85

4.85

10.55

17.17

6.62

21

15.23

5.22

5.4

9.19

22

22.75

10

6.48

8.37

12

8.06

11

6.73

13

7.08

18

7.18

17

6.94

14

17.63

15

10.54

16

5.65

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

35.04

37.6

35.99

33.82

41

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

20

14.48

48

14.25

52

5.8

29

18.34

28

5.53

27

4.75

26

6.24

10

30

5.25

5.25

11

24

21.19

38.02

23

6.03

37

2.17

34

8.63

36

29.21

35

6.55

25

21.38

44

6.55

45

7.81

42

7.34

41

4.36

40

6.48

38

7.22

15

39

39.05

39.05

16

43

33.16

33.16

17

47

20.46

26.54

46

6.08

18

49

12.9

12.9

19

33

16.62

35.68

12

13

14

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

34.53

34.86

35.76

35.74

18.18

42

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

20

32

6.34

31

4.66

50

8.06

51

11.6

11.6

Fase 2
Diketahui : STmax = 39,05 detik
STmin = 5,25 detik
Ditanya :

GOAL = ?

Jawab :
GOAL

= (STmax STmin) / 2

= (39,05 5,25) / 2
= 16,9
2 kali GOAL = 33,8
Sehingga:
Tabel 3.26 Tabel Hasil Pembagian Stasiun Kerja
pada Perhitungan MY Fase II

SK

Operasi Waktu WSK

11.98

11.98

19

4.85

31.82

14.12

12.85

10.55

6.62

21

15.23

5.22

5.4

9.19

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

17.17

35.04

43

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

22

22.75

10

6.48

8.37

12

8.06

11

6.73

13

7.08

18

7.18

17

6.94

14

17.63

15

10.54

16

5.65

20

14.48

48

14.25

52

5.8

29

18.34

28

5.53

27

4.75

26

6.24

10

30

5.25

5.25

11

24

21.19

38.02

23

6.03

37

2.17

34

8.63

36

29.21

35

6.55

25

21.38

44

6.55

12

13

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

37.6

35.99

33.82

34.53

34.86

35.76

35.74

44

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

45

7.81

42

7.34

41

4.36

40

6.48

38

7.22

15

39

39.05

39.05

16

43

33.16

33.16

17

47

20.46

26.54

46

6.08

18

49

12.9

12.9

19

33

16.62

35.68

32

6.34

31

4.66

50

8.06

51

11.6

14

20

18.18

11.6

3.2.2.4 Performansi LOB

Metode Helgeson Birnie (Ranked Position Weight / RPW)


Waktu Menganggur (Delay Time)
k

DT K .STm ax STk
k 1

DT (18x39,05) 571,91 143,95


Persentase Waktu Menganggur (%DT)

% DT

DT
x100 %
K .STm ax

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

45

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

% DT

143,95
x100 % 20,48%
18 x39 ,05

Effisiensi Stasiun Kerja (ESKk)


`

ESK

STk
x100 %
STm ax

ESK

36 ,16 k
x100 % 92 ,60 %
39 ,05

Tabel 3.27 Tabel Performansi LOB pada Metode RPW

ESK1

92,60

ESK2

86,68

ESK3

87,78

ESK4

81,77

ESK5

83,64

ESK6

87,43

ESK7

33,19

ESK8

99,97

ESK9

66,22

ESK10

72,65

ESK11

100,00

ESK12

52,75

ESK13

98,36

ESK14

98,90

ESK15

82,46

ESK16

99,36

ESK17

96,24

ESK18 44,56

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

46

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

a. Effisiensi Lintasan (LE)


k

LE

LE

ST
k 1

x100%

K .CT

571,91
x100% 81,36%
18x39.05

b. Smoothness Indeks (SI)


SI

(ST
k 1

max

STk ) 2

SI = (39,05- 36,16)2 ... (39,05- 17,4)2 = 44,74

Dimana :
K

= Jumlah stasiun kerja

STmax = Waktu operasi stasiun terbesar


STk

= Waktu operasi untuk setiap stasiun

LCR (Largest Candidate Rule):

Delay time (DT)


DT = K.STmax
DT = (20)(39.05) (571,91)
DT = 209,09 detik

Persentase delay time (%DT)


%DT =

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

47

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

%DT =
%DT = 26,77%
Efisiensi Stasiun Kerja (ESK)
ESKk = (

Tabel 3.28 Tabel Performansi LOB pada Metode LCR

SK

Operasi Waktu

WSK

ESK

14.12

38.95

99.74392

19

4.85

4.85

12.41997

10.55

17.17

43.96927

21

15.23

35.04

89.73111

22

22.75

37.6

96.28681

12

8.06

35.99

92.16389

14

17.63

33.82

86.60691

20

14.48

34.53

88.4251

29

18.34

34.86

89.27017

10

30

5.25

5.25

13.4443

11

24

21.19

38.02

97.36236

12

36

29.21

35.76

91.5749

13

25

21.38

35.74

91.52369

14

42

7.34

18.18

46.5557

15

39

39.05

39.05

100

16

43

33.16

33.16

84.91677

17

47

20.46

26.54

67.96415

18

49

12.9

12.9

33.03457

19

33

16.62

35.68

91.37004

20

51

11.6

11.6

29.70551

Efisiensi lintasan (LE)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

48

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

LE =

LE =

= 73,22%

Smoothness Index (SI)

SI

=
=

(39,05 38,95)2 .... (39,05 11,6)2

= 70,5831
RA (Region Approach)
Waktu Menganggur (Delay Time)
k

DT K .STm ax STk
k 1

DT (17 x39,29) 571,91 96,02

Persentase Waktu Menganggur (%DT)


% DT

DT
x100 %
K .STm ax

% DT

96,02
x100 % 14,37 %
17 x39 ,29

Effisiensi Stasiun Kerja (ESKk)


ESK

STk
x100 %
STm ax

Tabel 3.29 Tabel Performansi LOB pada Metode RA

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

SK

STk

ESK

39.29

100

39.28

99.97455

38.7

98.49835

39.12

99.56732

38.82

98.80377

49

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

38.79

98.72741

34.14

86.89234

35.55

90.48104

10

39.05

99.38916

11

37.33

95.01145

12

34.96

88.97938

13

37.23

94.75694

14

33.88

86.23059

15

38.75

98.6256

16

38.96

99.16009

17

8.06

20.51413

Effisiensi Lintasan (LE)


k

LE

ST
k 1

K .CT

x100 % =

571,91
x100 % = 85,62%
17 x39 ,29

Smoothness Indeks (SI)

SI

(ST
k 1

max

STk ) 2

SI = (39,29 39,28) 2 .... (39,29 8.06) 2 = 50,28761

Moodie Young:

Delay time (DT)

DT = K.STmax
DT = (20)(39.05) (571,91)
DT = 209,09 detik

Persentase delay time (%DT)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

50

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

%DT =
%DT =
%DT = 26,77%

Efisiensi Stasiun Kerja (ESK)

ESKk = (

Tabel 3.30 Tabel Performansi LOB pada Metode MY

SK

Operasi Waktu

WSK

ESK

14.12

38.95

99.74392

19

4.85

4.85

12.41997

10.55

17.17

43.96927

21

15.23

35.04

89.73111

22

22.75

37.6

96.28681

12

8.06

35.99

92.16389

14

17.63

33.82

86.60691

20

14.48

34.53

88.4251

29

18.34

34.86

89.27017

10

30

5.25

5.25

13.4443

11

24

21.19

38.02

97.36236

12

36

29.21

35.76

91.5749

13

25

21.38

35.74

91.52369

14

42

7.34

18.18

46.5557

15

39

39.05

39.05

100

16

43

33.16

33.16

84.91677

17

47

20.46

26.54

67.96415

18

49

12.9

12.9

33.03457

19

33

16.62

35.68

91.37004

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

51

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

20

51

11.6

11.6

29.70551

Efisiensi lintasan (LE)

LE =

LE =

= 73,22%

Smoothness Index (SI)

SI

=
=

(39,05 38,95) 2 .... (39,05 11,66) 2

= 70,5831

3.2.2.5 Pemilihan metode


Menggunakan Metode RPW Dari Kelompok 23 karena pertimbangan
Kelogisan dan meminimasi risiko terjadinya komponen tercecer.

Peringkat Operasi dengan Metode RPW


Tabel 3.31 Tabel Peringkat Operasi dengan metode RPW

Operasi

Operasi

Waktu

Memasang bemper belakang ke chasis

23

6.03

Memasang plat belakang kecil ke rumah dinamo

14.12

Memasang plat belakang besar ke rumah dynamo

12.85

Memasang roda assy belakang ke as roda sebelah kanan

9.19

Memasang gear ke dynamo

11.98

Memasang gear besar belakang ke chasis

5.22

Memasang roda assy depan kanan ke as roda

12

8.06

Memasang sekrup kanan bemper belakang ke chasis

24

21.19

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

52

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Memasang sekrup kiri bemper belakang ke chasis

25

21.38

Memasang eyelet depan kanan ke as roda

13

7.08

Memasang gear kecil depan ke chasis

11

6.73

Memasang eyelet ke as roda belakang kanan

5.4

Memasang as roda assy depan kanan ke chasis

14

17.63

Memasukkan as roda assy belakang kanan ke chasis

10.55

Memasang dynamo ke rumah dynamo

6.62

Memasang garden ke chasis

19

4.85

Memasang rumah dynamo assy ke chasis

21

15.23

Memasang eyelet ke as roda belakang kiri

8.37

Memasang eyelet sebelah kiri ke as roda depan

15

10.54

Memasang roda assy belakang kiri ke as roda

10

6.48

belakang

40

6.48

Memasang Pengunci dynamo

22

22.75

Memasang tuas on-off ke chasis

18

7.18

Memasang plat depan ke chasis

17

6.94

Memasang roller kecil tengah kiri dengan baut

37

2.17

Memasang roda assy depan kiri ke as roda

16

5.65

Memasang ring ke baut tengah kiri

38

7.22

Memasang baut ke bantalan roler belakang kiri

41

4.36

Memasang roller bagian tengah kanan ke baut

34

8.63

Memasang penutup plat depan ke chasis

20

14.48

kanan belakang

44

6.55

Memasang ring kiri ke bantalan roller belakang kiri

42

7.34

Memasang roller kecil assy ke bumper tengah kiri

39

39.05

memasang ring ke baut tengah kanan

35

6.55

Memasang bantalan roller besar ke roller besar bagian kiri

Memasang bantalan roller besar ke roller besar bagian

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

53

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Memasang Bantalan Roller Besar Bagian Kiri Depan

26

6.24

Memasang baut kebantalan roller belakang kanan

45

7.81

Memasang roller besar assy ke bumper belakang kiri

43

33.16

Kanan Depan

30

5.25

Memasang roller kecil assy pada bumper tengah kanan

36

29.21

Memasang Baut ke Bantalan Roller Kiri Depan

27

4.75

Memasang Baut ke Bantalan Roller Kanan Depan

31

4.66

Memasang Baterai ke Chasis

48

14.25

Memasang ring kebantalan roller belakang kanan

46

6.08

Memasang Ring ke Bantalan Roller Kiri Depan

28

5.53

Memasang Ring ke Bantalan Roller Kanan Depan

32

6.34

Memasang roller besar assy ke bumper belakang kanan

47

20.46

Memasang Roller Besar Assy Pada Bumper Kiri Depan

29

18.34

Memasang Roller BesarAssy Pada Bumper Kanan Depan

33

16.62

Memasang Pengunci Baterai

49

12.9

Melakukan Inspeksi

50

8.06

Memasang Body ke Chasis

51

11.6

Memasang Pengunci Body ke Chasis

52

5.8

Memasang Bantalan Roller Besarke Roller Besar Bagian

Penyusunan Stasiun Kerja


Tabel 3.32 Tabel Penyusunan Stasiun Kerja

Stasiun

Operasi

WAKTU Jumlah

23

6.03

25

21.38

37

2.17

38

7.22

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

36.8

54

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

39

39.05

34

8.63

35

6.55

24

21.19

36.37

36

29.21

29.21

14.12

12.85

11.98

9.19

5.22

11

6.73

5.4

10.55

6.62

19

4.85

21

15.23

8.37

10

6.48

12

8.06

13

7.08

14

17.33

15

10.54

16

5.65

22

22.75

40

6.48

41

4.36

42

7.34

18.18

43

33.16

33.16

10

11

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

39.05

38.95

37.09

35.07

38.95

38.94

55

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

12

44

6.55

45

7.81

46

6.08

20.44

13

47

20.46

20.46

14

17

6.94

18

7.18

20

14.48

26

6.24

27

4.75

28

5.53

29

18.34

30

5.25

31

4.66

32

6.34

33

16.62

48

14.25

49

12.9

50

8.06

51

11.6

52

5.8

15

16

17

18

28.6

34.86

32.87

35.21

17.4

Tujuan perbandingan ini adalah untuk mengetahui metode mana yang dapat
membangun lini perakitan yang terbaik, yaitu lini perakitan yang mempunyai jumlah
stasiun yang paling minimal dan memiliki waktu stasiun yang sama rata untuk setiap
stasiun. Lini perakitan yang mempunyai waktu stasiun yang sama rata untuk setiap
stasiun mengindikasikan pembagian task-task di setiap stasiun kerja. Pada perancangan
stasiun kerja ini dipilih yang terbaik yaitu RPW karena penempatan task ke suatu
stasiun dilakukan berdasarkan hasil pembobotan. Metode RPW yang terpilih adalah

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

56

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Hasil Perhitungan RPW kelompok 23, hal ini didasarkan pada unsur kelogisan dan
kesesuaian perpindahan tiap komponen dan subassembly.
Tabel 3.33 Tabel Perbandingan Antara Stasiun Kerja Modul 4
dengan Stasiun Kerja Baru yang Telah Dirancang Ulang

Modul 4 (%)

LOB (%)

DT

13.85

18.63

LE

86.15

81.36

SI

34.65

38.349

ESK 1

94.21255

ESK 2

100

ESK 3

96.5685

93.137

ESK 4

93.52113

74.80154

ESK 5

98.36108

99.74392

ESK 6

92.82971

94.98079

ESK 7

91.5749

89.80794

ESK 8

52.34315

99.74392

ESK 9

52.39437

99.71831

ESK 10

99.74392

46.5557

ESK 11

94.6991

84.91677

ESK 12

89.44942

52.34315

ESK 13

97.02945

52.39437

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

94.23816
100

57

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

ESK 14

89.39821

73.23944

ESK 15

87.70807

89.27017

ESK 16

84.379

84.17414

ESK 17

50.34571

90.16645

ESK 18

44.55826

Efisiensi lintasan (LE)


LE =

LE =

= 81,36%

Pada tabel rekapitulasi diatas dapat diketahui bahwa performansi LOB tidak
lebih baik dibandingkan dengan lintasan di modul 4. Nilai LE metode LOB lebih kecil
daripada

nilai LE pada lintasan yang digunakan di modul 4.

Smoothness indeks

menunjukkan kehalusan perbedaan yang terjadi antar stasiun kerja dimana semakin
kecil angkanya maka semakin kecil pula kemungkinan munculnya bottlneck

dan

perbedaan waktu total antara stasiun kerja. Nilai SI pada metode LOB semakin besar,
hal ini dikarenakan perbedaan yang dihasilkan antar stasiun kerja pun semakin besar
dengan kata lain beban tidak merata pada setiap stasiun. Nilai DT (Delay Time) juga
pada lintasan LOB menunjukkan nilai yang lebih besar dibanding modul 4, ini berarti
operator banyak yang menganggur karena operator kurang terampil dalam perakitan
Mini 4WD dan beban antar operator yang tidak sama dengan kata lain ada operator
yang bekerja lebih banyak dan banyak operator yang menganggur.

3.2.2.6 Pembentukan layout lintasan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

58

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

SK 17

SK 18

SK 15

SK 16

SK 14

SK 13

SK 12

SK 11

Guda
ng

SK 10

SK 6
SK 3

SK 2

SK 1

SK 4

SK 5

SK 6

SK 9

SK 7
SK 8

Gambar 3.3 Gambar Pembentukan Layout Lintasan

Analisis :
Dari proses perakitan tersebut diketahui terjadi 4 kegiatan, yaitu pergerakan
(movement), proses (process), penyimpanan (storage) dan inspeksi (inspection).
Sehingga layout lintasan yang digunakan untuk proses perakitan Tamiya dengan 18
stasiun kerja adalah U-shape . Layout dengan pola U-shape digunakan agar perakitan
tidak memakan banyak tempat. Selain itu, pemilihan juga bertujuan agar raw material
dan storage final product letaknya berdekatan, sehingga pengontrolan terhadap final
product bisa dilakukan sewaktu-waktu dan bila ada produk yang cacat dapat langsung di
proses ulang dengan cepat.

3.2.3 Perhitungan kanban


Asumsi Perhitungan Kanban:

Tempat Komponen handling berupa Keranjang dengan ukuran Besar

Kapasitas Keranjang sama, sehingga untuk tiap komponen berbeda-beda


daya angkutnya

Kanban dipindahkan secara manual untuk meminimasi biaya.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

59

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Stasiun Kerja 5

Komponen Dinamo
Np =

= 10,33 = 11 kanban

Berdasarkan hasil perhitungan yang ada bahwa jumlah kanban yang diperlukan
untuk kanban komponen dinamo pada stasiun kerja 5 untuk memenuhi
permintaan tamiya 729 perhari adalah 11 kanban. Dengan demikian pemenuhan
terhadap demand dapat terpenuhi dan jumlah komponen pada setiap satu kanban
966.27 67. Asumsinya bahwa dengan mempertimbangkan berat dinamo
persatuan, maka satu container hanya mampu menampung 70 dinamo. Dalam
perhitungan kanban ini menggunakan trolly dengan kapasitas maksimal 100
komponen.

Stasiun Kerja 6

Komponen Gear besar


Np =

= 7,17 = 8 kanban

Berdasarkan hasil perhitungan yang ada bahwa jumlah kanban yang diperlukan
untuk kanban komponen gear besar pada stasiun kerja 6 untuk memenuhi

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

60

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

permintaan tamiya 729 perhari adalah 8 kanban. Dengan demikian pemenuhan


terhadap demand dapat terpenuhi dan jumlah komponen pada setiap satu kanban
91,125 100. Dalam perhitungan kanban ini menggunakan trolly dengan
kapasitas maksimal 100 komponen.
Komponen as roda
Np =

= 7,17 = 8 kanban

Berdasarkan hasil perhitungan yang ada bahwa jumlah kanban yang diperlukan
untuk kanban komponen as roda pada stasiun kerja 6 untuk memenuhi
permintaan tamiya 729 perhari adalah 8 kanban. Dengan demikian pemenuhan
terhadap demand dapat terpenuhi dan jumlah komponen pada setiap satu kanban
adalah 91,125 100. Dalam perhitungan kanban ini menggunakan trolly dengan
kapasitas maksimal 100 komponen.

Stasiun Kerja 14
Komponen Penutup Plat Depan
Np =

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

= 6.99 = 7 kanban

61

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Berdasarkan hasil perhitungan yang ada bahwa jumlah kanban yang diperlukan
untuk kanban komponen penutup plat depan pada stasiun kerja 14 untuk
memenuhi permintaan tamiya 729 perhari adalah 7 kanban. Dalam perhitungan
kanban ini menggunakan trolly dengan kapasitas maksimal 100 komponen

3.2.4 Moving card modul 6


Terlampir satu shift
3.2.5 Gambar ilustrasi
3.2.5.1 Waktu tinggal komponen

Stasiun Kerja 5

Waktu Tinggal Komponen = Waktu Mulai Proses Waktu Masuk Komponen


Contoh Pada Tamiya 1 = 0:02:58.36 0:00:00.00 = 0:02:58.36

Plat Belakang Kecil


Tabel 3.34 Waktu Tinggal Komponen Plat Belakang Kecil

No.
perakitan

Waktu

Waktu

Waktu

Mulai

masuk

tinggal

Proses

komponen komponen

0:02:58.36

0:00:00,00

0:02:58.36

0:03:50.90

0:00:00,00

0:03:50.90

0:04:32.04 0:00:00,00

0:04:32.04

0:05:52.98 0:00:00,00

0:05:52.98

0:06:24.08 0:00:00,00

0:06:24.08

0:06:57.20 0:00:00,00

0:06:57.20

0:07:32.66 0:00:00,00

0:07:32.66

0:08:07.10 0:00:00,00

0:08:07.10

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

62

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

0:08:44.49 0:00:00,00

0:08:44.49

10

0:09:20.97 0:00:00,00

0:09:20.97

11

0:10:04.62 0:00:00,00

0:10:04.62

12

0:10:40.83 0:00:00,00

0:10:40.83

13

0:11:18.61

0:00:00,00

0:11:18.61

14

0:12:20.51

0:00:00,00

0:12:20.51

15

0:13:18.70 0:00:00,00

0:13:18.70

16

0:13:56.35 0:00:00,00

0:13:56.35

17

0:14:30.49 0:00:00,00

0:14:30.49

18

0:15:05.77

0:00:00,00

0:15:05.77

19

0:16:01.89

0:00:00,00

0:16:01.89

20

0:16:46.19 0:00:00,00

0:16:46.19

21

0:17:36.71 0:00:00,00

0:17:36.71

22

0:18:08.92 0:00:00,00

0:18:08.92

23

0:19:06.42

0:00:00,00

0:19:06.42

24

0:19:46.33 0:00:00,00

0:19:46.33

25

0:20:33.72

0:00:00,00

0:20:33.72

26

0:21:38.88

0:00:00,00

0:21:38.88

27

0:22:24.09

0:00:00,00

0:22:24.09

28

0:23:10.36

0:00:00,00

0:23:10.36

29

0:23:53.17

0:00:00,00

0:23:53.17

30

0:24:27.55

0:00:00,00

0:24:27.55

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

63

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

waktu tinggal komponen plat


belakang kecil
0:25:55.20

waktu tinggal komponen

0:23:02.40
0:20:09.60
0:17:16.80
0:14:24.00
0:11:31.20
0:08:38.40
0:05:45.60
0:02:52.80
0:00:00.00

Gambar 3.4 Gambar Waktu Tinggal Komponen Plat Belakang Kecil

Analisa :
Menurut grafik yang ditunjukkan dalam perhitungan waktu tinggal
komponen plat belakang kecil, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak tamiya
yang dikerjakan dalam suatu perakitan maka semakin lama waktu tinggal
komponen plat belakang kecil yang dihasilkan.

Plat Belakang Besar


Tabel 3.35 Tabel Waktu Tinggal Komponen Plat Belakang Besar

No.
perakitan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Waktu

waktu

Waktu

Mulai

masuk

tinggal

Proses

komponen komponen

1 0:03:24.68

0:00:00,00

0:03:24.68

2 0:04:08.80

0:00:00,00

0:04:08.80

3 0:05:31.64 0:00:00,00

0:05:31.64

4 0:06:04.75 0:00:00,00

0:06:04.75

5 0:06:33.55 0:00:00,00

0:06:33.55

64

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

6 0:07:13.70 0:00:00,00

0:07:13.70

7 0:07:47.34 0:00:00,00

0:07:47.34

8 0:08:18.50 0:00:00,00

0:08:18.50

9 0:08:58.68 0:00:00,00

0:08:58.68

10 0:09:37.08 0:00:00,00

0:09:37.08

11 0:10:17.68 0:00:00,00

0:10:17.68

12 0:10:54.42 0:00:00,00

0:10:54.42

13 0:11:33.63

0:00:00,00

0:11:33.63

14 0:12:53.72

0:00:00,00

0:12:53.72

15 0:13:33.57 0:00:00,00

0:13:33.57

16 0:14:13.11 0:00:00,00

0:14:13.11

17 0:14:42.57 0:00:00,00

0:14:42.57

18 0:15:21.06

0:00:00,00

0:15:21.06

19 0:16:20.45

0:00:00,00

0:16:20.45

20 0:17:11.60 0:00:00,00

0:17:11.60

21 0:17:46.41 0:00:00,00

0:17:46.41

22 0:18:18.35 0:00:00,00

0:18:18.35

23 0:19:24.78

0:00:00,00

0:19:24.78

24 0:19:58.00 0:00:00,00

0:19:58.00

25 0:20:47.26

0:00:00,00

0:20:47.26

26 0:21:52.98

0:00:00,00

0:21:52.98

27 0:22:39.35

0:00:00,00

0:22:39.35

28 0:23:25.40

0:00:00,00

0:23:25.40

29 0:24:02.34

0:00:00,00

0:24:02.34

30 0:24:38.09

0:00:00,00

0:24:38.09

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

65

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

waktu tinggal komponen plat


belakang besar
waktu tinggal komponen

0:25:55.20
0:23:02.40
0:20:09.60
0:17:16.80
0:14:24.00
0:11:31.20
0:08:38.40
0:05:45.60
0:02:52.80
0:00:00.00
1

11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 3.5 Gambar Waktu Tinggal Komponen Plat Belakang Besar

Analisa :
Menurut grafik yang ditunjukkan dalam perhitungan waktu tinggal komponen
plat belakang besar, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak tamiya yang
dikerjakan dalam suatu perakitan maka semakin lama waktu tinggal komponen
plat belakang besar yang dihasilkan.

Rumah Dinamo
Tabel 3.36 Tabel Waktu Tinggal Komponen Rumah Dinamo

No.
perakitan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Waktu

waktu

Waktu

Mulai

masuk

tinggal

Proses

komponen komponen

1 0:02:58.36

0:00:00.00

0:02:58.36

2 0:03:50.90

0:00:00.00

0:03:50.90

3 0:04:32.04 0:00:00.00

0:04:32.04

4 0:05:52.98 0:00:00.00

0:05:52.98

5 0:06:24.08 0:00:00.00

0:06:24.08

6 0:06:57.20 0:00:00.00

0:06:57.20

66

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

7 0:07:32.66 0:00:00.00

0:07:32.66

8 0:08:07.10 0:00:00.00

0:08:07.10

9 0:08:44.49 0:00:00.00

0:08:44.49

10 0:09:20.97 0:00:00.00

0:09:20.97

11 0:10:04.62 0:00:00.00

0:10:04.62

12 0:10:40.83 0:00:00.00

0:10:40.83

13 0:11:18.61

0:00:00.00

0:11:18.61

14 0:12:20.51

0:00:00.00

0:12:20.51

15 0:13:18.70 0:00:00.00

0:13:18.70

16 0:13:56.35 0:00:00.00

0:13:56.35

17 0:14:30.49 0:00:00.00

0:14:30.49

18 0:15:05.77

0:00:00.00

0:15:05.77

19 0:16:01.89

0:00:00.00

0:16:01.89

20 0:16:46.19 0:00:00.00

0:16:46.19

21 0:17:36.71 0:00:00.00

0:17:36.71

22 0:18:08.92 0:00:00.00

0:18:08.92

23 0:19:06.42

0:00:00.00

0:19:06.42

24 0:19:46.33 0:00:00.00

0:19:46.33

25 0:20:33.72

0:00:00.00

0:20:33.72

26 0:21:38.88

0:00:00.00

0:21:38.88

27 0:22:24.09

0:00:00.00

0:22:24.09

28 0:23:10.36

0:00:00.00

0:23:10.36

29 0:23:53.17

0:00:00.00

0:23:53.17

30 0:24:27.55

0:00:00.00

0:24:27.55

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

67

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

waktu tinggal komponen


rumah dinamo
0:25:55.20
0:23:02.40
0:20:09.60
0:17:16.80
0:14:24.00
0:11:31.20
0:08:38.40
0:05:45.60
0:02:52.80
0:00:00.00

waktu tinggal komponen

11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 3.6 Gambar Waktu Tinggal Komponen Rumah Dinamo

Analisa :
Menurut grafik yang ditunjukkan dalam perhitungan waktu tinggal komponen
rumah dinamo, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak tamiya yang
dikerjakan dalam suatu perakitan maka semakin lama waktu tinggal komponen
rumah dinamo.

Gear Dinamo
Tabel 3.37 Tabel Waktu Tinggal Komponen Gear Dinamo

No.
perakita

Waktu Mulai waktu masuk

Waktu tinggal

Proses

komponen

komponen

0:03:35.88

0:00:00,00

0:03:35.88

0:04:18.27

0:00:00,00

0:04:18.27

0:05:41.74

0:00:00,00

0:05:41.74

0:06:11.92

0:00:00,00

0:06:11.92

0:06:41.18

0:00:00,00

0:06:41.18

0:07:18.92

0:00:00,00

0:07:18.92

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

68

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

0:07:53.15

0:00:00,00

0:07:53.15

0:08:26.13

0:00:00,00

0:08:26.13

0:09:08.71

0:00:00,00

0:09:08.71

10

0:09:49.61

0:00:00,00

0:09:49.61

11

0:10:25.90

0:00:00,00

0:10:25.90

12

0:11:00.74

0:00:00,00

0:11:00.74

13

0:11:39.48

0:00:00,00

0:11:39.48

14

0:12:59.57

0:00:00,00

0:12:59.57

15

0:13:41.77

0:00:00,00

0:13:41.77

16

0:14:19.40

0:00:00,00

0:14:19.40

17

0:14:48.74

0:00:00,00

0:14:48.74

18

0:15:27.07

0:00:00,00

0:15:27.07

19

0:16:29.42

0:00:00,00

0:16:29.42

20

0:17:19.43

0:00:00,00

0:17:19.43

21

0:17:54.21

0:00:00,00

0:17:54.21

22

0:18:24.69

0:00:00,00

0:18:24.69

23

0:19:32.00

0:00:00,00

0:19:32.00

24

0:20:09.11

0:00:00,00

0:20:09.11

25

0:20:54.35

0:00:00,00

0:20:54.35

26

0:21:58.51

0:00:00,00

0:21:58.51

27

0:22:47.51

0:00:00,00

0:22:47.51

28

0:23:32.64

0:00:00,00

0:23:32.64

29

0:24:10.59

0:00:00,00

0:24:10.59

30

0:24:46.87

0:00:00,00

0:24:46.87

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

69

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

waktu tinggal komponen


gear dinamo
0:28:48.00

waktu tinggal komponen

0:21:36.00
0:14:24.00
0:07:12.00
0:00:00.00
1

11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 3.7 Gambar Waktu Tinggal Komponen Gear Dinamo

Analisa :
Menurut grafik yang ditunjukkan dalam perhitungan waktu tinggal
komponen gear dinamo, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak tamiya
yang dikerjakan dalam suatu perakitan maka semakin lama waktu tinggal
komponen gear dinamo.

Dinamo
Tabel 3.38 Tabel Waktu Tinggal Komponen Dinamo

Waktu

waktu

waktu

Mulai

masuk

tinggal

Proses

komponen

komponen

0:03:35.88

0:00:00.00

0:03:35.88

0:04:18.27

0:00:00.00

0:04:18.27

0:05:41.74 0:00:00.00

0:05:41.74

0:06:11.92 0:00:00.00

0:06:11.92

0:06:41.18 0:00:00.00

0:06:41.18

0:07:18.92 0:00:00.00

0:07:18.92

0:07:53.15 0:00:00.00

0:07:53.15

No
Perakitan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

70

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

0:08:26.13 0:00:00.00

0:08:26.13

0:09:08.71 0:00:00.00

0:09:08.71

10

0:09:49.61 0:00:00.00

0:09:49.61

11

0:10:25.90 0:10:00.71

0:00:25.19

12

0:11:00.74 0:10:00.71

0:01:00.03

13

0:11:39.48

0:10:00.71

0:01:38.77

14

0:12:59.57

0:10:00.71

0:02:58.86

15

0:13:41.77 0:10:00.71

0:03:41.06

16

0:14:19.40 0:10:00.71

0:04:18.69

17

0:14:48.74 0:10:00.71

0:04:48.03

18

0:15:27.07

0:10:00.71

0:05:26.36

19

0:16:29.42

0:10:00.71

0:06:28.71

20

0:17:19.43 0:10:00.71

0:07:18.72

21

0:17:54.21 0:17:24.77

0:00:29.44

22

0:18:24.69 0:17:24.77

0:00:59.92

23

0:19:32.00

0:17:24.77

0:02:07.23

24

0:20:09.11 0:17:24.77

0:02:44.34

25

0:20:54.35

0:17:24.77

0:03:29.58

26

0:21:58.51

0:17:24.77

0:04:33.74

27

0:22:47.51

0:17:24.77

0:05:22.74

28

0:23:32.64

0:17:24.77

0:06:07.87

29

0:24:10.59

0:17:24.77

0:06:45.82

30

0:24:46.87

0:17:24.77

0:07:22.10

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

71

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

waktu tinggal komponen


dinamo
0:11:31.20
0:10:04.80
0:08:38.40
0:07:12.00
0:05:45.60
0:04:19.20
0:02:52.80
0:01:26.40
0:00:00.00

waktu tinggal komponen

11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 3.8 Gambar Waktu Tinggal Komponen Dinamo

Analisa :
Menurut grafik yang ditunjukkan dalam perhitungan waktu tinggal komponen
dinamo, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak tamiya yang dikerjakan
dalam suatu perakitan maka semakin lama waktu tinggal komponen dinamo.
Akan tetapi pada perhitungan waktu tinggal komponen dinamo memiliki kasus
khusus pada tamiya ke-11 dan ke-21. Hal ini dikarenakan dinamo memiliki
kanban yang dilakukan sebanyak dua kali dengan jumlah dinamo yang diambil
sebanyak 10 unit setiap kali pengambilan. Maka untuk perhitungan waktu
tinggal komponen dinamo pada tamiya ke-11 dan ke-21 dihitung dari waktu
masuknya komponen dinamo sampai waktu mulai proses pemasangan dinamo.

Stasiun Kerja 6

Waktu tinggal komponen Gear besar


Waktu Tinggal Komponen = Waktu Mulai Proses Waktu Masuk Komponen
Contoh Pada Tamiya 1 = 0:03:51.01 0:00:00.00 = 0:03:51.01
Tabel 3.39 Tabel Waktu Tinggal Komponen Gear Besar

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

72

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waktu Mulai

waktu masuk

Waktu Tinggal

Proses

komponen

Komponen

0:03:51.01

0:00:00,00

0:03:51.01

0:04:32.04

0:00:00,00

0:04:32.04

0:05:52.98

0:00:00,00

0:05:52.98

0:06:34.40

0:00:00,00

0:06:34.40

0:07:11.20

0:00:00,00

0:07:11.20

0:07:48.80

0:00:00,00

0:07:48.80

0:08:21.87

0:00:00,00

0:08:21.87

0:08:54.20

0:00:00,00

0:08:54.20

0:09:23.13

0:00:00,00

0:09:23.13

10

0:10:04.62

0:00:00,00

0:10:04.62

11

0:10:45.67

0:00:00,00

0:10:45.67

12

0:11:27.60

0:00:00,00

0:11:27.60

13

0:11:59.39

0:00:00,00

0:11:59.39

14

0:13:18.70

0:00:00,00

0:13:18.70

15

0:14:01.33

0:00:00,00

0:14:01.33

16

0:14:32.00

0:00:00,00

0:14:32.00

17

0:15:04.73

0:00:00,00

0:15:04.73

18

0:15:41.74

0:00:00,00

0:15:41.74

19

0:16:46.19

0:00:00,00

0:16:46.19

20

0:17:36.71

0:00:00,00

0:17:36.71

21

0:18:08.92

0:00:00,00

0:18:08.92

22

0:18:39.07

0:00:00,00

0:18:39.07

23

0:19:46.33

0:00:00,00

0:19:46.33

24

0:20:24.34

0:00:00,00

0:20:24.34

25

0:21:06.00

0:00:00,00

0:21:06.00

26

0:22:12.00

0:00:00,00

0:22:12.00

27

0:22:45.27

0:00:00,00

0:22:45.27

28

0:23:44.71

0:00:00,00

0:23:44.71

29

0:24:27.49

0:00:00,00

0:24:27.49

30

0:24:58.47

0:00:00,00

0:24:58.47

No Perakitan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

73

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Gear besar
0:28:48.00

Waktu

0:21:36.00
0:14:24.00
gear besar
0:07:12.00
0:00:00.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
tamiya ke-

Gambar 3.9 Gambar Waktu Tinggal Komponen Gear Besar

Grafik di atas menggambarkan waktu tinggal komponen as roda pada stasiun kerja
6. Pengambilan komponen as roda menggunakan 2 buah container dengan kapasitas
kontainer sebesar 10. Pada awalnya pada box terdapat 10 buah as roda yang digunakan
untuk tamiya ke-1 sampai 10 (waktu awal 0:00:00). Peningkatan grafik dari tamiya ke-1
sampai 10 terjadi karena komponen yang digunakan pada tamiya yang semakin akhir
tinggal di box komponen semakin lama. Pada tamiya ke-11 waktu tinggal komponen
menurun karena komponen yang digunakan pada tamiya ke-11 adalah as roda yang
diambil pada kanban pertama. Hal yang sama juga terjadi pada tamiya ke-21 yang
menggunakan as roda dari kanban kedua.

Waktu tinggal komponen As roda


Tabel 3.40 Tabel Waktu Tinggal Komponen As Roda
Waktu Mulai

waktu masuk

Waktu Tinggal

Proses

komponen

Komponen

0:03:57.13

0:00:00,00

0:03:57.13

0:04:38.34

0:00:00,00

0:04:38.34

0:05:58.57

0:00:00,00

0:05:58.57

0:06:39.33

0:00:00,00

0:06:39.33

0:07:16.02

0:00:00,00

0:07:16.02

No Perakitan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

74

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

0:07:53.00

0:00:00,00

0:07:53.00

0:08:26.31

0:00:00,00

0:08:26.31

0:09:00.00

0:00:00,00

0:09:00.00

0:09:26.76

0:00:00,00

0:09:26.76

10

0:10:10.45

0:00:00,00

0:10:10.45

11

0:10:56.13

0:10:24.00

0:00:32.13

12

0:11:33.36

0:10:24.00

0:01:09.36

13

0:12:04.05

0:10:24.00

0:01:40.05

14

0:13:23.85

0:10:24.00

0:02:59.85

15

0:14:05.47

0:10:24.00

0:03:41.47

16

0:14:36.58

0:10:24.00

0:04:12.58

17

0:15:09.41

0:10:24.00

0:04:45.41

18

0:15:47.31

0:10:24.00

0:05:23.31

19

0:16:50.81

0:10:24.00

0:06:26.81

20

0:17:39.79

0:10:24.00

0:07:15.79

21

0:18:13.12

0:17:46.75

0:00:26.37

22

0:18:43.14

0:17:46.75

0:00:56.39

23

0:19:49.61

0:17:46.75

0:02:02.86

24

0:20:28.00

0:17:46.75

0:02:41.25

25

0:21:11.17

0:17:46.75

0:03:24.42

26

0:22:16.13

0:17:46.75

0:04:29.38

27

0:23:06.12

0:17:46.75

0:05:19.37

28

0:23:49.28

0:17:46.75

0:06:02.53

29

0:24:30.87

0:17:46.75

0:06:44.12

30

0:25:01.61

0:17:46.75

0:07:14.86

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

75

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waktu

as roda
0:11:31.20
0:10:04.80
0:08:38.40
0:07:12.00
0:05:45.60
0:04:19.20
0:02:52.80
0:01:26.40
0:00:00.00

as roda

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
tamiya ke-

Gambar 3.10 Gambar Waktu Tinggal Komponen As Roda

Grafik di atas menggambarkan waktu tinggal komponen as roda pada stasiun


kerja 6. Pengambilan komponen as roda menggunakan 2 buah container dengan
kapasitas kontainer sebesar 10. Pada awalnya pada box terdapat 10 buah as roda
yang digunakan untuk tamiya ke-1 sampai 10 (waktu awal 0:00:00). Peningkatan
grafik dari tamiya ke-1 sampai 10 terjadi karena komponen yang digunakan pada
tamiya yang semakin akhir tinggal di box komponen semakin lama. Pada tamiya ke11 waktu tinggal komponen menurun karena komponen yang digunakan pada
tamiya ke-11 adalah as roda yang diambil pada kanban pertama. Hal yang sama juga
terjadi pada tamiya ke-21 yang menggunakan as roda dari kanban kedua.

Waktu tinggal komponen eyelet


Tabel 3.41 Tabel Waktu Tinggal Komponen Eyelet

No
Perakitan

Waktu
Mulai
Proses

waktu masuk

Waktu Tinggal

komponen

Komponen

0:04:46.12

0:00:00,00

0:04:46.12

0:04:46.63

0:00:00,00

0:04:46.63

0:06:06.08

0:00:00,00

0:06:06.08

0:06:46.37

0:00:00,00

0:06:46.37

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

76

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

0:07:25.96

0:00:00,00

0:07:25.96

0:07:59.66

0:00:00,00

0:07:59.66

0:08:33.82

0:00:00,00

0:08:33.82

0:09:05.11

0:00:00,00

0:09:05.11

0:09:32.59

0:00:00,00

0:09:32.59

10

0:10:17.11

0:00:00,00

0:10:17.11

11

0:11:04.08

0:00:00.00

0:11:04.08

12

0:11:40.58

0:00:00.00

0:11:40.58

13

0:12:11.73

0:00:00.00

0:12:11.73

14

0:13:35.40

0:00:00.00

0:13:35.40

15

0:14:10.18

0:00:00.00

0:14:10.18

16

0:14:45.53

0:00:00.00

0:14:45.53

17

0:15:15.08

0:00:00.00

0:15:15.08

18

0:15:57.68

0:00:00.00

0:15:57.68

19

0:16:57.29

0:00:00.00

0:16:57.29

20

0:17:48.00

0:00:00.00

0:17:48.00

21

0:18:22.49

0:00:00.00

0:18:22.49

22

0:18:49.42

0:00:00.00

0:18:49.42

23

0:19:58.83

0:00:00.00

0:19:58.83

24

0:20:33.45

0:00:00.00

0:20:33.45

25

0:21:20.28

0:00:00.00

0:21:20.28

26

0:22:22.23

0:00:00.00

0:22:22.23

27

0:23:09.97

0:00:00.00

0:23:09.97

28

0:23:55.38

0:00:00.00

0:23:55.38

29

0:24:37.50

0:00:00.00

0:24:37.50

30

0:25:12.03

0:00:00.00

0:25:12.03

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

77

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waktu

eyelet
0:28:48.00
0:25:55.20
0:23:02.40
0:20:09.60
0:17:16.80
0:14:24.00
0:11:31.20
0:08:38.40
0:05:45.60
0:02:52.80
0:00:00.00

eyelet

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
tamiya ke-

Gambar 3.11 Waktu Gambar Tinggal Komponen Eyelet

Waktu tinggal dipengaruhi oleh waktu prosesnya, semakin lama waktu proses
suatu komponen maka waktu tinggal komponen yang lain semakin besar pula. Pada
grafik di atas menunjukkan pola linier, artinya waktu tinggal semakin bertambah
besar seiring dengan waktu. Hal ini dikarenakan pada komponen ring tidak ada
transfer batch ( kanban).komponen eyelet tidak dilakukan transfer batch karena
komponen eyelet dapat berada dalam ruang kerja operator dan tidak mengganggu
proses kerja operator.

Waktu tinggal komponen roda assy


Tabel 3.42 Tabel Waktu Tinggal Komponen Roda Assy

No
Perakitan

Waktu Mulai
Proses

waktu masuk
komponen

Waktu Tinggal
Komponen

04:09.9

0:00:00,00

04:09.9

04:52.6

0:00:00,00

04:52.6

06:11.3

0:00:00,00

06:11.3

06:51.0

0:00:00,00

06:51.0

07:29.3

0:00:00,00

07:29.3

08:03.3

0:00:00,00

08:03.3

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

78

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

08:37.4

0:00:00,00

08:37.4

09:08.6

0:00:00,00

09:08.6

09:36.1

0:00:00,00

09:36.1

10

10:26.9

0:00:00,00

10:26.9

11

11:09.3

10:24.0

00:45.3

12

11:44.8

10:24.0

01:20.8

13

12:16.0

10:24.0

01:52.0

14

13:39.9

10:24.0

03:15.9

15

14:17.2

10:24.0

03:53.2

16

14:49.6

10:24.0

04:25.6

17

15:20.9

10:24.0

04:56.9

18

16:02.1

10:24.0

05:38.1

19

17:01.3

10:24.0

06:37.3

20

17:54.4

10:24.0

07:30.4

21

18:26.7

17:46.8

00:40.0

22

18:53.0

17:46.8

01:06.2

23

20:03.6

17:46.8

02:16.8

24

20:36.8

17:46.8

02:50.0

25

21:24.4

17:46.8

03:37.7

26

22:27.8

17:46.8

04:41.0

27

23:14.3

17:46.8

05:27.6

28

23:59.6

17:46.8

06:12.8

29

24:42.2

17:46.8

06:55.5

30

25:15.8

17:46.8

07:29.1

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

79

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Roda assy
11:31.2

Waktu Tinggal Komponen

WAktuTinggal

10:04.8
08:38.4
07:12.0
05:45.6
04:19.2
02:52.8
01:26.4
00:00.0
1

11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Tamiya Ke-

Gambar 3.12 Gambar Waktu Tinggal Komponen Roda Assy

Grafik di atas menggambarkan waktu tinggal komponen roda assy pada stasiun kerja 6.
Pengambilan komponen as roda menggunakan 2 buah container dengan kapasitas
kontainer sebesar 10. Pada awalnya pada box terdapat 10 buah as roda yang digunakan
untuk tamiya ke-1 sampai 10 (waktu awal 0:00:00). Peningkatan grafik dari tamiya ke-1
sampai 10 terjadi karena komponen yang digunakan pada tamiya yang semakin akhir
tinggal di box komponen semakin lama. Pada tamiya ke-11 waktu tinggal komponen
menurun karena komponen yang digunakan pada tamiya ke-11 adalah as roda yang
diambil pada kanban pertama. Hal yang sama juga terjadi pada tamiya ke-21 yang
menggunakan as roda dari kanban kedua.

Waktu tinggal komponen Dinamo


Tabel 3.43 Tabel Waktu Tinggal Komponen Dinamo
No

Waktu Mulai

waktu masuk

Waktu Tinggal

Perakitan

Proses

komponen

Komponen

0:04:22.97

0:00:00,00

0:04:22.97

0:05:06.56

0:00:00,00

0:05:06.56

0:06:17.86

0:00:00,00

0:06:17.86

0:07:05.34

0:00:00,00

0:07:05.34

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

80

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

0:07:43.61

0:00:00,00

0:07:43.61

0:08:17.29

0:00:00,00

0:08:17.29

0:08:49.01

0:00:00,00

0:08:49.01

0:09:17.03

0:00:00,00

0:09:17.03

0:09:45.85

0:00:00,00

0:09:45.85

10

0:10:34.69

0:00:00,00

0:10:34.69

11

0:11:15.99

0:00:00.00

0:11:15.99

12

0:11:49.67

0:00:00.00

0:11:49.67

13

0:12:23.74

0:00:00.00

0:12:23.74

14

0:13:55.01

0:00:00.00

0:13:55.01

15

0:14:23.30

0:00:00.00

0:14:23.30

16

0:14:57.40

0:00:00.00

0:14:57.40

17

0:15:30.37

0:00:00.00

0:15:30.37

18

0:16:08.84

0:00:00.00

0:16:08.84

19

0:17:06.07

0:00:00.00

0:17:06.07

20

0:18:00.22

0:00:00.00

0:18:00.22

21

0:18:33.28

0:00:00.00

0:18:33.28

22

0:19:00.93

0:00:00.00

0:19:00.93

23

0:20:16.59

0:00:00.00

0:20:16.59

24

0:20:46.17

0:00:00.00

0:20:46.17

25

0:21:33.53

0:00:00.00

0:21:33.53

26

0:22:38.47

0:00:00.00

0:22:38.47

27

0:23:21.28

0:00:00.00

0:23:21.28

28

0:24:06.12

0:00:00.00

0:24:06.12

29

0:24:48.48

0:00:00.00

0:24:48.48

30

0:25:24.43

0:00:00.00

0:25:24.43

dinamo
0:28:48.00

Waktu

0:21:36.00
0:14:24.00
0:07:12.00
0:00:00.00
Program Studi Teknik Industri
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Universitas Diponegoro
tamiya ke2011

dinamo

81

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Stasiun Kerja 13
Tidak ada

Gambar 3.13 Gambar Waktu Tinggal Komponen Dinamo

Waktu tinggal dipengaruhi oleh waktu prosesnya, semakin lama waktu


proses suatu komponen maka waktu tinggal komponen yang lain semakin besar
pula.Pada grafik di atas menunjukkan pola linier, artinya waktu tinggal semakin
bertambah besar seiring dengan waktu. Hal ini dikarenakan pada komponen ring
tidak ada transfer batch ( kanban).komponen dinamo tidak dilakukan transfer
batch karena komponen dinamo berasal dari stasiun kerja

Stasiun Kerja 13

Tidak ada Komponen pada Stasiun Kerja

Stasiun Kerja 14

Waktu tinggal komponen Plat Depan


Waktu Tinggal Komponen = Waktu Mulai Proses Waktu Masuk Komponen
Contoh Pada Tamiya 1 = 0:07:33,20 0:00:00.00 = 0:07:33,20
Tabel 3.44 Tabel Waktu Tinggal Komponen Plat Depan

No
Perakitan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Waktu
Mulai
Proses
0:07:33,20
0:08:13,20
0:09:41,20
0:10:08,00
0:10:41,60
0:11:23,56
0:12:05,36
0:12:43,92
0:13:17,80
0:14:24,68

waktu masuk
komponen
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00

Waktu
Tinggal
Komponen
0:07:33,20
0:08:13,20
0:09:41,20
0:10:08,00
0:10:41,60
0:11:23,56
0:12:05,36
0:12:43,92
0:13:17,80
0:14:24,68

82

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

0:14:58,40
0:15:29,64
0:16:10,04
0:16:59,68
0:17:41,16
0:18:11,84
0:18:48,96
0:19:20,72
0:20:17,40
0:21:24,16
0:22:03,44
0:22:52,64
0:24:00,56
0:24:32,08
0:25:08,64
0:26:08,40
0:26:39,20
0:27:42,04
0:28:13,00
0:28:55,76

0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00

0:14:58,40
0:15:29,64
0:16:10,04
0:16:59,68
0:17:41,16
0:18:11,84
0:18:48,96
0:19:20,72
0:20:17,40
0:21:24,16
0:22:03,44
0:22:52,64
0:24:00,56
0:24:32,08
0:25:08,64
0:26:08,40
0:26:39,20
0:27:42,04
0:28:13,00
0:28:55,76

Waktu Tinggal Plat depan


0:36:00.00
Waktu Tinggal
Komponen

waktu

0:28:48.00
0:21:36.00
0:14:24.00
0:07:12.00
0:00:00.00
1

11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
no perakitan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

83

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Gambar 3.14 Gambar Waktu Tinggal Komponen Plat Depan

Waktu tinggal komponen merupakan waktu

lamanya komponen berada di

stasiun kerja. Waktu tinggal diperoleh dari selisih waktu mulai proses dan waktu
masuk komponen. Pada stasiun kerja dengan operasi pemasangan plat depan tidak
dibutuhkan

kanban untuk komponen plat depan sehingga

mempengaruhi

perhitungan waktu tinggal. Dari grafik terlihat waktu tinggal komponen yang
semakin lama grafiknya semakin naik secara konstan. Hal ini terjadi karena
penambahan waktu yang terus diakumulasi hingga akhir akibat tidak adanya kanban
yang menunjukkan bahwa jumlah komponen yang dibutuhkan telah tersedia dan
tidak ada aktivitas berupa masuknya komponen.

Waktu tinggal komponen Tuas On-Off


Tabel 3.45 Tabel Waktu Tinggal Komponen Tuas On-Off

No
Perakitan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Waktu
Mulai
Proses
0:07:33,20
0:08:13,20
0:09:41,20
0:10:08,00
0:10:41,60
0:11:23,56
0:12:05,36
0:12:43,92
0:13:17,80
0:14:24,68
0:14:58,40
0:15:29,64
0:16:10,04
0:16:59,68
0:17:41,16
0:18:11,84
0:18:48,96
0:19:20,72
0:20:17,40

waktu masuk
komponen
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00

Waktu
Tinggal
Komponen
0:07:33,20
0:08:13,20
0:09:41,20
0:10:08,00
0:10:41,60
0:11:23,56
0:12:05,36
0:12:43,92
0:13:17,80
0:14:24,68
0:14:58,40
0:15:29,64
0:16:10,04
0:16:59,68
0:17:41,16
0:18:11,84
0:18:48,96
0:19:20,72
0:20:17,40

84

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

0:21:24,16
0:22:03,44
0:22:52,64
0:24:00,56
0:24:32,08
0:25:08,64
0:26:08,40
0:26:39,20
0:27:42,04
0:28:13,00
0:28:55,76

0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00

0:21:24,16
0:22:03,44
0:22:52,64
0:24:00,56
0:24:32,08
0:25:08,64
0:26:08,40
0:26:39,20
0:27:42,04
0:28:13,00
0:28:55,76

Waktu Tinggal Tuas On-Off


0:36:00.00

Waktu Tinggal Komponen

waktu

0:28:48.00
0:21:36.00
0:14:24.00
0:07:12.00
0:00:00.00
1

11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
no perakitan

Gambar 3.15 Gambar Waktu Tinggal Komponen Tuas On-Off

Waktu tinggal diperoleh dari selisih waktu mulai proses dan waktu masuk
komponen. Pada stasiun kerja dengan operasi pemasangan tuas on-off depan tidak
dibutuhkan

kanban untuk komponen tuas on-off sehingga

mempengaruhi

perhitungan waktu tinggal. Dari grafik terlihat waktu tinggal komponen yang
semakin lama grafiknya semakin naik secara konstan. Hal ini terjadi karena
penambahan waktu yang terus diakumulasi hingga akhir akibat tidak adanya

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

85

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

kanban yang menunjukkan bahwa jumlah komponen yang dibutuhkan telah tersedia
dan tidak ada aktivitas berupa masuknya komponen.

Waktu tinggal komponen Penutup plat depan


Tabel 3.46 Waktu Tinggal Komponen Penutup Plat Depan

No
Perakitan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Waktu
Mulai
Proses
0:07:38,60
0:08:19,24
0:09:47,72
0:10:13,04
0:10:45,96
0:11:27,44
0:12:14,92
0:12:47,44
0:13:22,32
0:14:28,12
0:15:02,12
0:15:34,16
0:16:14,08
0:17:04,88
0:17:44,88
0:18:15,64
0:18:52,60
0:19:25,72
0:20:22,40
0:21:28,36
0:22:09,20
0:22:57,20
0:24:07,08
0:24:37,52
0:25:12,00
0:26:13,52
0:26:43,40
0:27:46,76
0:28:17,00

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

waktu masuk
komponen

Waktu Tinggal
Komponen

0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:00:00,00
0:14:40,88
0:14:40,88
0:14:40,88
0:14:40,88
0:14:40,88
0:14:40,88
0:14:40,88
0:14:40,88
0:14:40,88
0:14:40,88
0:21:46,12
0:21:46,12
0:21:46,12
0:21:46,12
0:21:46,12
0:21:46,12
0:21:46,12
0:21:46,12
0:21:46,12

0:07:38,60
0:08:19,24
0:09:47,72
0:10:13,04
0:10:45,96
0:11:27,44
0:12:14,92
0:12:47,44
0:13:22,32
0:14:28,12
0:00:21,24
0:00:53,28
0:01:33,20
0:02:24,00
0:03:04,00
0:03:34,76
0:04:11,72
0:04:44,84
0:05:41,52
0:06:47,48
0:00:23,08
0:01:11,08
0:02:20,96
0:02:51,40
0:03:25,88
0:04:27,40
0:04:57,28
0:06:00,64
0:06:30,88

86

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

30

0:29:00,16

0:21:46,12

0:07:14,04

Waktu Tinggal penutup plat depan


Waktu

0:17:16.80
Waktu Tinggal Komponen

0:14:24.00
0:11:31.20
0:08:38.40
0:05:45.60
0:02:52.80
0:00:00.00
1

9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
no perakitan

Gambar 3.16 Gambar Waktu Tinggal Komponen Penutup Plat Depan

Waktu tinggal diperoleh dari selisih waktu mulai proses dan waktu masuk
komponen. Pada stasiun kerja dengan operasi pemasangan penutup plat depan
dibutuhkan 2 kanban untuk komponen plat depan. Dan kanban tersebut digunakan
ketika komponen yang tersisa berjumlah dua sehingga diharapkan operator tidak
idle karena habisnya komponen yang dibutuhkan. Dan jumlah komponen yang
dibutuhkan pada setiap kanban yaitu 10 komponen. Jumlah tersebut berasal dari
asumsi kemampuan kontainer dalam hal ini pallet. Grafik di atas terlihat bergerigi
dan bentuk tersebut menunjukan bahwa ada aktivitas masuknya komponen di setiap
perakitan 10 tamiya yaitu terjadi penurunan di awal perakitan setiap 10 tamiya dan
kenaikan diperakitan-perakitan selanjutnya hal tersebut terjadi sesuai dengan sistem
kanban yang telah ditentukan.
3.2.5.2 Idle time

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

87

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waktu Idle Stasiun kerja 5

Waktu Idle = Waktu Masuk SKn(tamiya ke-n+1) Waktu Masuk SK n+1 (Tamiya
ke-n)
Contoh: Tamiya Ke-13 = 00:11:18.61 00:11:15.85 = 0:00:02.76 (Waktu Idle)
Contoh Tamiya ke-2 = 00:02:58.36 00:03:51.01 = (-) 00:00:52.65 (Waiting Time)
Jika waktu yang dihasilkan dalam perhitungan bernilai negatif, maka idle
time dianggap 00:00:00.00.
Tabel 3.47 Tabel Idle Time Stasiun Kerja 5

no.
perakitan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

waktu
masuk
stasiun
kerja 5
00:02:58.36
00:03:50.90
00:04:23.92
00:05:02.77
00:05:53.58
00:06:22.08
00:07:11.02
00:07:51.04
00:08:27.73
00:09:11.17
00:09:51.60
00:10:39.59
00:11:18.61
00:12:20.51
00:13:00.36
00:13:40.80
00:14:18.64
00:15:05.77
00:16:01.89
00:16:34.67
00:17:31.00
00:18:05.61
00:19:06.42

waktu
masuk
idle time
stasiun
kerja 6
00:03:51.01 00:02:58.36
00:04:32.04 00:00:00.00
00:05:52.98 00:00:00.00
00:06:24.08 00:00:00.00
00:06:57.20 00:00:00.00
00:07:32.66 00:00:00.00
00:08:07.10 00:00:00.00
00:08:44.49 00:00:00.00
00:09:20.97 00:00:00.00
00:10:04.62 00:00:00.00
00:10:40.83 00:00:00.00
00:11:15.85 00:00:00.00
00:11:59.39 00:00:02.76
00:13:18.70 00:00:21.12
00:13:56.35 00:00:00.00
00:14:30.49 00:00:00.00
00:15:03.80 00:00:00.00
00:15:41.74 00:00:01.97
00:16:46.19 00:00:20.15
00:17:36.71 00:00:00.00
00:18:08.92 00:00:00.00
00:18:35.65 00:00:00.00
00:19:46.33 00:00:30.77

88

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

24
25
26
27
28
29
30

00:19:32.79
00:20:33.72
00:21:38.88
00:22:24.09
00:23:10.36
00:23:53.17
00:24:27.55

00:20:24.34
00:21:06.00
00:22:12.00
00:23:02.39
00:23:44.71
00:24:27.49
00:24:58.47

00:00:00.00
00:00:09.38
00:00:32.88
00:00:12.09
00:00:07.97
00:00:08.46
00:00:00.06

waktu idle SK 5
00:34.6
00:30.2
00:25.9
00:21.6
00:17.3

waktu idle

00:13.0
00:08.6
00:04.3
00:00.0
1

9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 3.17 Gambar Grafik Idle Time Stasiun Kerja 5

Analisa :
Menurut grafik dari hasil perhitungan idle time, waktu idle tidak dimiliki
operator stasiun kerja 5 pada sebagian besar perakitan tamiya. Hal ini dikarenakan
terjadinya bottle neck pada stasiun kerja tersebut. Bottle neck terjadi pada tamiya
ke-2 sampai 12, tamiya ke-15 sampai 17, tamiya ke-20 sampai 22, dan bottle neck
yang terakhir adalah tamiya ke-24.

Waktu Idle Stasiun kerja 6

Waktu Idle = Waktu Masuk SKn(tamiya ke-n+1) Waktu Masuk SK n+1 (Tamiya
ke-n)

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

89

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Jika Hasilnya negative maka, waktu tersebut merupakan waktu tungu komponen
(Waiting Time) dan dianggap nol pada Perhitungan waktu idle.
Contoh: Tamiya Ke-2 = 00:04:32.04 00:0428.87 = 00:00:03.17 (Waktu Idle)
Contoh Tamiya ke-5 = 00:06:57.20 00:07:11.20 = (-) 00:00:14.00 (Waiting Time)
Tabel 3.48 Tabel Idle Time Stasiun Kerja 6

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Waktu Masuk
Stasiun Kerja 6
00:03:51.00
00:04:32.00
00:05:53.00
00:06:24.10
00:06:57.20
00:07:32.70
00:08:07.10
00:08:44.50
00:09:21.00
00:10:04.60
00:10:40.80
00:11:15.90
00:11:59.40
00:13:18.70
00:13:56.30
00:14:31.40
00:15:03.80
00:15:41.70
00:16:46.20
00:17:36.70
00:18:08.90
00:18:35.60
00:19:46.30
00:20:24.30
00:21:06.00
00:22:12.00
00:22:45.30
00:23:44.70
00:24:27.50
00:24:58.50

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Waktu Masuk
Stasiun Kerja 7
00:04:28.90
00:05:14.90
00:06:34.40
00:07:11.20
00:07:48.80
00:08:21.90
00:08:54.20
00:09:23.10
00:09:51.50
00:10:45.70
00:11:27.60
00:11:59.90
00:12:31.10
00:14:01.30
00:14:32.00
00:15:04.70
00:15:38.30
00:16:15.00
00:17:12.40
00:18:05.60
00:18:39.10
00:19:07.10
00:20:23.50
00:20:51.50
00:21:39.70
00:22:45.70
00:23:27.60
00:24:11.30
00:24:53.10
00:25:32.50

Waktu Idle
00:00:03.17
00:00:38.11
00:00:00.00
00:00:00.00
00:00:00.00
00:00:00.00
00:00:00.00
00:00:00.00
00:00:13.15
00:00:00.00
00:00:00.00
00:00:00.00
00:00:47.57
00:00:00.00
00:00:00.00
00:00:00.00
00:00:03.47
00:00:31.19
00:00:24.31
00:00:03.32
00:00:00.00
00:00:39.20
00:00:00.87
00:00:14.53
00:00:32.27
00:00:00.00
00:00:17.11
00:00:16.16
00:00:05.40

90

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waktu Idle Stasiun Kerja 6


00:51.84

Waktu Idle

00:43.20
00:34.56
00:25.92
Waktu Idle

00:17.28
00:08.64
00:00.00
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Tamiya keGambar 3.18 Gambar Grafik Idle Time Stasiun Kerja 6

Idle time adalah waktu menganggur operator dikarenakan tidak melakukan


proses, menunggu komponen datang, atau menunggu perakitan dari stasiun kerja
sebelumnya. Pada stasiun kerja 6 terdapat cukup banyak idle time, dari 30 tamiya
terdapat 16 kali operator menganggur karena menunggu produk rakitan dari stasiun
kerja sebelumnya. Waktu idle terlama adalah sebesar 3 menit 51,01 detik pada saat
tamiya pertama. Terlihat bahwa operator cukup sering mengalami idle pada
beberapa waktu awal hingga akhir.

Stasiun Kerja 13
Idle time = Waktu masuk tam iya n SK n Waktu masuk tam iya n -1 SK n 1

Contoh perhitungan:
Idle Time tamiya 1 = waktu masuk Sk 13
= 0:06:54:52

Idle time tamiya2 = Waktu masuk tam iya 2 SK 13 Waktu masuk tam iya 1 SK 14
= 0:07:36,16 - 0:07:22,36
= 0:00:13:80

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

91

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Tabel 3.49 Tabel Idle Time Stasiun Kerja 13

No

Waktu Masuk Waktu

Masuk

Waktu Idle

Perakitan SK 13

Stasiun Kerja 14

0:06:54,52

0:07:22,36

0:06:54,52

0:07:36,16

0:08:04,44

0:00:13,80

0:08:53,20

0:09:33,08

0:00:48,76

0:09:30,60

0:10:01,20

0:00:00,00

0:10:01,30

0:10:33,44

0:00:00,10

0:10:42,28

0:11:09,20

0:00:08,84

0:11:21,92

0:11:58,00

0:00:12,72

0:11:58,20

0:12:53,64

0:00:00,20

0:12:29,76

0:13:10,68

0:00:00,00

10

0:13:47,28

0:14:16,96

0:00:36,60

11

0:14:24,68

0:14:52,44

0:00:07,72

12

0:14:49,08

0:15:23,80

0:00:00,00

13

0:15:24,24

0:16:02,88

0:00:00,44

14

0:16:15,96

0:16:52,36

0:00:13,08

15

0:17:04,52

0:17:34,32

0:00:12,16

16

0:17:34,60

0:18:05,08

0:00:00,28

17

0:18:01,76

0:18:40,60

0:00:00,00

18

0:18:38,76

0:19:15,48

0:00:00,00

19

0:19:30,72

0:20:09,32

0:00:15,24

20

0:20:38,00

0:21:15,80

0:00:28,68

21

0:21:20,52

0:21:55,32

0:00:04,72

22

0:21:54,00

0:22:34,00

0:00:00,00

23

0:23:09,36

0:23:46,76

0:00:35,36

24

0:23:34,80

0:24:21,60

0:00:00,00

25

0:24:16,48

0:25:01,80

0:00:00,00

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

92

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

26

0:25:22,16

0:25:58,40

0:00:20,36

27

0:25:56,44

0:26:30,60

0:00:00,00

28

0:26:29,36

0:27:33,04

0:00:00,00

29

0:27:23,36

0:28:06,36

0:00:00,00

30

0:27:52,00

0:28:49,56

0:00:00,00

Idle Time Stasiun Kerja 13


0:08:38.40

Idle Time

0:07:12.00
0:05:45.60
0:04:19.20
Idle TIme

0:02:52.80
0:01:26.40
0:00:00.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Tamiya KeGambar 3.19 Gambar Grafik Idle Time Stasiun Kerja 13

Grafik diatas menggambarkan idle time dari proses perakitan 30 tamiya di


stasiun kerja 13. Idle time adalah waktu yang diperoleh saat operator tidak melakukan
proses apapun atau keadaan menganggur. Waktu Idle terbesar terjadi pada tamiya
pertama karena operator harus menunggu pengiriman tamiya dari stasiun sebelumnya
(stasiun kerja 1 sampai stasiun kerja 12) yaitu sebesar 0:06:54,52. Sedangkan untuk
tamiya ke 4, 9, 12 , 17, 18, 22 ,24, 25, 27, 28, 29 dan 30 tidak memiliki waktu idle
karena produk menunggu untuk dikerjakan (bottleneck) dan waktu idle pada perakitan
produk tamiya yg lain lain tidak cukup besar.

Stasiun Kerja 14

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

93

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waktu Idle = Waktu Masuk SKn(tamiya ke-n+1) Waktu Masuk SK n+1 (Tamiya
ke-n)
Jika Hasilnya negatif maka, waktu tersebut merupakan waktu tungu komponen
(Waiting Time) dan dianggap nol pada Perhitungan waktu idle.
Contoh perhitungan waktu idle :
Tamiya Ke-2 = 0:08:04,44 00:07:50,84= 0:00:13,60
Tabel 3.50 Tabel Idle Time Stasiun Kerja 14

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

waktu masuk sk 15
00:07:50,84
0:08:04,44
0:09:33,08
0:10:01,20
0:10:33,44
0:11:09,20
0:11:58,00
0:12:35,64
0:13:10,68
0:14:16,96
0:14:52,44
0:15:23,80
0:16:02,88
0:16:52,36
0:17:34,32
0:18:05,08
0:18:40,60
0:19:15,48
0:20:09,32
0:21:15,80
0:21:55,32
0:22:34,00
0:23:46,76
0:24:21,60
0:25:01,80
0:25:58,40
0:26:30,60
0:27:33,04

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

waktu masuk sk
14
0:07:22,36
0:08:04,44
0:09:33,08
0:10:01,20
0:10:33,44
0:11:09,20
0:11:58,00
0:12:35,64
0:13:10,68
0:14:16,96
0:14:52,44
0:15:23,80
0:16:02,88
0:16:52,36
0:17:34,32
0:18:05,08
0:18:40,60
0:19:15,48
0:20:09,32
0:21:15,80
0:21:55,32
0:22:34,00
0:23:46,76
0:24:21,60
0:25:01,80
0:25:58,40
0:26:30,60
0:27:33,04

idle
0:07:22,36
0:00:13,60
0:01:28,64
0:00:28,12
0:00:32,24
0:00:35,76
0:00:48,80
0:00:37,64
0:00:35,04
0:01:06,28
0:00:35,48
0:00:31,36
0:00:39,08
0:00:49,48
0:00:41,96
0:00:30,76
0:00:35,52
0:00:34,88
0:00:53,84
0:01:06,48
0:00:39,52
0:00:38,68
0:01:12,76
0:00:34,84
0:00:40,20
0:00:56,60
0:00:32,20
0:01:02,44

94

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

29
30

0:28:06,36
0:28:49,56

0:28:06,36
0:28:49,56

0:00:33,32
0:00:43,20

idle time stasiun kerja 14


0:08:38.40
0:07:12.00
waktu

0:05:45.60
0:04:19.20
idle

0:02:52.80
0:01:26.40
0:00:00.00
1

9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
nomor

Gambar 3.20 Gambar Grafik Idle Time Stasiun Kerja 14

Idle time merupakan waktu ketika operator menganggur karena menunggu


komponen atau material

dari stasiun kerja sebelumnya.Pada

grafik atas

menunjukkan bahwa waktu idle sering terjadi pada stasiun kerja 14 dan waktu idle
terbesar yaitu 7 menit 22,36 detik saat menunggu tamiya pertama dari stasiun
sebelumnya.Dan waktu idle terkecil pada terjadi saat menunggu tamiya ke-2 yaitu
dengan waktu idle sebesar 13,60 detik. Waktu idle terbesar tersebut terjadi karena
operator menunggu komponen atau material dari stasiun yang paling awal yaitu
stasiun kerja pertama.
3.2.5.3 Waiting time

Stasiun Kerja 5
Waiting time adalah waktu menunggu suatu produk ketika akan diproses.
Waktu menunggu dilihat dari sisi material yang dikerjakan.
waitingtime Waktu masuk tami ya n SK n Waktu masuk tami ya n SK n 1

Contoh Perhitungan :

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

95

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waiting Ti me Tamiya 1 Waktu masuk tami ya1 SK 13 Waktu masuk tami ya1SK 14
= 00:02:58.36-00:03:51.01= 0:00:00,00

Tabel 3.51 Tabel Idle Time Stasiun Kerja 5

no.

waktu masuk

waktu masuk

waiting

perakitan

stasiun kerja 5

stasiun kerja 6

time

00:02:58.36

00:03:51.01 00:00:00.00

00:03:50.90

00:04:32.04 00:00:00.11

00:04:23.92

00:05:52.98 00:00:08.12

00:05:02.77

00:06:24.08 00:00:50.21

00:05:53.58

00:06:57.20 00:00:30.50

00:06:22.08

00:07:32.66 00:00:35.12

00:07:11.02

00:08:07.10 00:00:21.64

00:07:51.04

00:08:44.49 00:00:16.06

00:08:27.73

00:09:20.97 00:00:16.76

10

00:09:11.17

00:10:04.62 00:00:09.80

11

00:09:51.60

00:10:40.83 00:00:13.02

12

00:10:39.59

00:11:15.85 00:00:01.24

13

00:11:18.61

00:11:59.39 00:00:00.00

14

00:12:20.51

00:13:18.70 00:00:00.00

15

00:13:00.36

00:13:56.35 00:00:18.34

16

00:13:40.80

00:14:30.49 00:00:15.55

17

00:14:18.64

00:15:03.80 00:00:11.85

18

00:15:05.77

00:15:41.74 00:00:00.00

19

00:16:01.89

00:16:46.19 00:00:00.00

20

00:16:34.67

00:17:36.71 00:00:11.52

21

00:17:31.00

00:18:08.92 00:00:05.71

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

96

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

22

00:18:05.61

00:18:35.65 00:00:03.31

23

00:19:06.42

00:19:46.33 00:00:00.00

24

00:19:32.79

00:20:24.34 00:00:13.54

25

00:20:33.72

00:21:06.00 00:00:00.00

26

00:21:38.88

00:22:12.00 00:00:00.00

27

00:22:24.09

00:23:02.39 00:00:00.00

28

00:23:10.36

00:23:44.71 00:00:00.00

29

00:23:53.17

00:24:27.49 00:00:00.00

30

00:24:27.55

00:24:58.47 00:00:00.00

waiting time SK 5
00:01:00.48
00:00:51.84
00:00:43.20
00:00:34.56
waiting time

00:00:25.92
00:00:17.28
00:00:08.64
00:00:00.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 3.21 Gambar Grafik Waiting Time Stasiun Kerja 5

Menurut grafik dari hasil perhitungan waiting time, waiting time dimiliki pada
sebagian besar perakitan tamiya di stasiun kerja 5. Hal ini dikarenakan
terjadinya bottle neck pada stasiun kerja tersebut, sehingga menyebabkan
lamanya proses mulai perakitan tamiya. Bottle neck terjadi akibat dari lamanya
proses perakitan tamiya yang dilakukan oleh operator pada stasiun kerja 5.
Proses perakitan tamiya yang tidak mengalami waiting time adalah tamiya
pertama, ke-13, 14, 18, 19, 23, dan tamiya ke-25 sampai 30.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

97

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Stasiun Kerja 6
Contoh Perhitungan :

Waiting Ti me Tamiya 1 Waktu masuk tami ya1 SK 13 Waktu masuk tami ya1SK 14
= 00:03:51.01-0:04:28.87= 0:00:00,00

Tabel 3.52 Tabel Waiting Time Stasiun Kerja 6

No

Waktu Masuk
Stasiun Kerja

Waktu Masuk
Stasiun Kerja 7

Waiting
Time

00:03:51.01

0:04:28.87

0:00:00.00

00:04:32.04

0:05:14.87

0:00:00.00

00:05:52.98

0:06:34.40

0:00:00.00

00:06:24.08

0:07:11.20

0:00:10.32

00:06:57.20

0:07:48.80

0:00:14.00

00:07:32.66

0:08:21.87

0:00:16.14

00:08:07.10

0:08:54.20

0:00:14.77

00:08:44.49

0:09:23.13

0:00:09.71

00:09:20.97

0:09:51.47

0:00:02.16

10

00:10:04.62

0:10:45.67

0:00:00.00

11

00:10:40.83

0:11:27.60

0:00:04.84

12

00:11:15.85

0:11:59.93

0:00:11.75

13

00:11:59.39

0:12:31.13

0:00:00.54

14

00:13:18.70

0:14:01.33

0:00:00.00

15

00:13:56.35

0:14:32.00

0:00:04.98

16

00:14:31.39

0:15:04.73

0:00:00.61

17

00:15:03.80

0:15:38.27

0:00:00.93

18

00:15:41.74

0:16:15.00

0:00:00.00

19

00:16:46.19

0:17:12.40

0:00:00.00

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

98

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

20

00:17:36.71

0:18:05.60

0:00:00.00

21

00:18:08.92

0:18:39.07

0:00:00.00

22

00:18:35.65

0:19:07.13

0:00:03.42

23

00:19:46.33

0:20:23.47

0:00:00.00

24

00:20:24.34

0:20:51.47

0:00:00.00

25

00:21:06.00

0:21:39.73

0:00:00.00

26

00:22:12.00

0:22:45.73

0:00:00.00

27

00:22:45.27

0:23:27.60

0:00:00.46

28

00:23:44.71

0:24:11.33

0:00:00.00

29

00:24:27.49

0:24:53.07

0:00:00.00

30

00:24:58.47

0:25:32.53

0:00:00.00

Waiting Time Stasiun Kerja 6


0:00:17.28
0:00:15.55

Waiting Time

0:00:13.82
0:00:12.10
0:00:10.37
0:00:08.64
0:00:06.91

Waiting Time

0:00:05.18
0:00:03.46
0:00:01.73
0:00:00.00
2

10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Tamiya Ke-

Gambar 3.22 Gambar Grafik Waiting Time Stasiun Kerja 6

Waiting time adalah waktu menunggu suatu produk ketika akan diproses.
Waiting time ini dikarenakan produk rakitan datang ketika operator masih mengerjakan
perakitan sebelumnya sehingga produk rakitan tersebut harus menunggu untuk dirakit.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

99

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waiting time ini terjadi pada saat bottleneck atau penumpukan produk rakitan. Pada
stasiun kerja 6 tercatat 14 kali terjadi waiting time. Waiting time terlama terjadi pada
tamiya ke 6 yaitu selama 16,14 detik. Terlihat pada grafik bahwa produk rakitan pada
stasiun kerja 6 sering mengalami bottleneck pada awal proses perakitan yaitu antara
tamiya ke 4 sampai dengan tamiya ke 12. Lamanya operator melakukan operasi kerja
menjadi penyebab utama terjadinya bottleneck.

Stasiun Kerja 13

Contoh Perhitungan :

Waiting Ti me Tamiya 1 Waktu masuk tami ya1 SK 13 Waktu masuk tami ya1SK 14
= 0:06:54,52-0:06:54,52
= 0:00:00,00

Waiting Ti me Tamiya 4 Waktu masuk tami ya4SK 13 Waktu masuk tami ya4SK 14
= 0:09:30,60 - 0:09:33,08
= 0:00:02,48

Tabel 3.53 Tabel Waiting Time Stasiun Kerja 13

No

Waktu Masuk

Waktu Mulai

Waiting

Perakitan

Stasiun Kerja

Proses

Time

0:06:54,52

0:06:54,52

0:00:00,00

0:07:36,16

0:07:36,16

0:00:00,00

0:08:53,20

0:08:53,20

0:00:00,00

0:09:30,60

0:09:33,08

0:00:02,48

0:10:01,00

0:10:01,00

0:00:00,00

0:10:42,28

0:10:42,28

0:00:00,00

0:11:21,92

0:11:21,92

0:00:00,00

0:11:58,20

0:11:58,20

0:00:00,00

0:12:29,76

0:12:53,64

0:00:23,88

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

100

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

10

0:13:47,28

0:13:47,28

0:00:00,00

11

0:14:24,68

0:14:24,68

0:00:00,00

12

0:14:49,08

0:14:52,44

0:00:03,36

13

0:15:24,24

0:15:24,24

0:00:00,00

14

0:16:15,96

0:16:15,96

0:00:00,00

15

0:17:04,52

0:17:04,52

0:00:00,00

16

0:17:34,16

0:17:34,16

0:00:00,00

17

0:18:01,76

0:18:05,08

0:00:03,32

18

0:18:38,76

0:18:40,60

0:00:01,84

19

0:19:30,72

0:19:30,72

0:00:00,00

20

0:20:38,00

0:20:38,00

0:00:00,00

21

0:21:20,52

0:21:20,52

0:00:00,00

22

0:21:54,00

0:21:55,32

0:00:01,32

23

0:23:09,36

0:23:09,36

0:00:00,00

24

0:23:34,80

0:23:46,76

0:00:11,96

25

0:24:16,48

0:24:21,60

0:00:05,12

26

0:25:22,16

0:25:22,16

0:00:00,00

27

0:25:56,44

0:25:58,40

0:00:01,96

28

0:26:29,36

0:26:30,60

0:00:01,24

29

0:27:23,36

0:27:33,04

0:00:09,68

30

0:27:52,00

0:28:06,36

0:00:14,36

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

101

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waiting Time Stasiun Kerja 13


0:00:25.92

Waiting Time

0:00:21.60
0:00:17.28
0:00:12.96
Waiting Time

0:00:08.64
0:00:04.32
0:00:00.00
1 3 5 7 9 11131517192123252729
Tamiya ke-

Gambar 3.23 Gambar Grafik Waiting Time Stasiun Kerja 13

Waiting time adalah waktu menunggu suatu produk ketika akan diproses. Waktu
menunggu dilihat dari sisi material yang dikerjakan. Jika material belum diproses
padahal sudah siap diproses,maka dikatakan material itu menunggu. Dengan kata
lain, waiting time terjadi saat operator sedang mengerjakan pekerjaanya yang belum
selesa, sedangkan tamiya selanjutnya telah datang dari stasiun sebelumnya. Waiting
time terlama terjadi pada tamiya urutan perakitan 9 yaitu sebesar 23,88 detik. Hal
ini disebabkan karena operator mengalami kesulitan saat Memasang roller Assy ke
bemper belakang kanan tamiya ke 8. Selain tamiya yang mengalami bottleneck
(tamiya ke - 4, 9, 12 , 17, 18, 22 24, 25, 27, 28, 29 dan 30) memiliki waiting time 0
karena tamiya langsung diproses saat memasuki stasiun kerja.

Stasiun Kerja 14
Contoh Perhitungan :

Waiting Ti me Tamiya 1 Waktu masuk tami ya1 SK 13 Waktu masuk tami ya1SK 14
= 00:07:50,84-0:07:22,36
= 0:00:00,00
Tabel 3.54 Tabel Waiting Time Stasiun Kerja 14

No

waktu

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

masuk waktu masuk sk waiting

102

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

sk 15
00:07:50,84
0:08:04,44
0:09:33,08
0:10:01,20
0:10:33,44
0:11:09,20
0:11:58,00
0:12:35,64
0:13:10,68
0:14:16,96
0:14:52,44
0:15:23,80
0:16:02,88
0:16:52,36
0:17:34,32
0:18:05,08
0:18:40,60
0:19:15,48
0:20:09,32
0:21:15,80
0:21:55,32
0:22:34,00
0:23:46,76
0:24:21,60
0:25:01,80
0:25:58,40
0:26:30,60
0:27:33,04
0:28:06,36
0:28:49,56

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

14
0:07:22,36
0:08:04,44
0:09:33,08
0:10:01,20
0:10:33,44
0:11:09,20
0:11:58,00
0:12:35,64
0:13:10,68
0:14:16,96
0:14:52,44
0:15:23,80
0:16:02,88
0:16:52,36
0:17:34,32
0:18:05,08
0:18:40,60
0:19:15,48
0:20:09,32
0:21:15,80
0:21:55,32
0:22:34,00
0:23:46,76
0:24:21,60
0:25:01,80
0:25:58,40
0:26:30,60
0:27:33,04
0:28:06,36
0:28:49,56

00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00
00:00:00,00

103

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waiting Time SK 14
0:00:00.00
21:36:00.00
19:12:00.00
16:48:00.00
14:24:00.00
12:00:00.00
9:36:00.00
7:12:00.00
4:48:00.00
2:24:00.00
0:00:00.00

Waiting Time

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Gambar 3.24 Gambar Grafik Waiting Time Stasiun Kerja 14

Antrian material atau waiting yaitu waktu menunggunya material sebelum


dikerjakan atau diproses oleh operator. Grafik di atas menunjukkan bahwaa stasiun
kerja 14 ini tidak ada waktu menunggu material dikarenakan operator langsung
memproses material yang masuk.
3.2.5.4 Transfer (antar SK)

Stasiun Kerja 5

Waktu Transfer Antar SK = Waktu Masuk SKn+1 Waktu Masuk SKn


Tamiya Ke-1 = 00:03:51.01 0:03:50.70 = 00:00:00.31

Tabel 3.55 Tabel Waktu Transfer Stasiun Kerja 5

Tamiya
Ke-

Waktu
masuk SK
6

Waktu
keluar SK
5

1 00:03:51.01 0:03:50.70
2 00:04:32.04 0:04:31.62
3 00:05:52.98 0:05:52.60
4 00:06:24.08 0:06:23.74

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

waktu
transfer
antar SK
00:00:00.31
00:00:00.42
00:00:00.38
00:00:00.34

104

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

00:06:57.20
00:07:32.66
00:08:07.10
00:08:44.49
00:09:20.97
00:10:04.62
00:10:40.83
00:11:15.85
00:11:59.39
00:13:18.70
00:13:56.35
00:14:30.49
00:15:03.80
00:15:41.74
00:16:46.19
00:17:36.71
00:18:08.92
00:18:35.65
00:19:46.33
00:20:24.34
00:21:06.00
00:22:12.00
00:23:02.39
00:23:44.71
00:24:27.49
00:24:58.47

0:06:56.90
0:07:32.21
0:08:06.70
0:08:44.13
0:09:20.59
0:10:04.22
0:10:40.52
0:11:15.57
0:11:59.03
0:13:18.30
0:13:55.98
0:14:29.77
0:15:03.42
0:15:41.43
0:16:45.75
0:17:36.34
0:18:08.52
0:18:35.25
0:19:45.99
0:20:24.00
0:21:05.61
0:22:11.67
0:23:01.39
0:23:44.26
0:24:27.10
0:24:57.95

00:00:00.30
00:00:00.45
00:00:00.40
00:00:00.36
00:00:00.38
00:00:00.40
00:00:00.31
00:00:00.28
00:00:00.36
00:00:00.40
00:00:00.37
00:00:00.72
00:00:00.38
00:00:00.31
00:00:00.44
00:00:00.37
00:00:00.40
00:00:00.40
00:00:00.34
00:00:00.34
00:00:00.39
00:00:00.33
00:00:01.00
00:00:00.45
00:00:00.39
00:00:00.52

105

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

waktu transfer SK 5
00:00:01.21
00:00:01.04
00:00:00.86
00:00:00.69
waktu transfer

00:00:00.52
00:00:00.35
00:00:00.17
00:00:00.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 3.25 Gambar Grafik Waktu Transfer Stasiun Kerja 5

Menurut grafik yang ditunjukkan dari hasil perhitungan waktu transfer stasiun
kerja 5, tiap-tiap perakitan tamiya memiliki waktu transfer antar stasiun yang
berbeda-beda. Waktu transfer terbesar dimiliki oleh tamiya pada nomor
perakitan ke-16.

Stasiun Kerja 6

Waktu Transfer Antar SK = Waktu MAsuk SKn+1 Waktu Masuk SKn


Tamiya Ke-1 = 00:04:28.87 00:04:28.55 = 00:00:00.32
Tabel 3.56 Tabel Waktu Transfer Stasiun Kerja 6

Tamiya

Waktu Masuk

Waktu Selesai

Waktu

Ke-

Stasiun Kerja 7

Stasiun Kerja 6

Transfer

0:04:28.87

00:04:28.55

00:00:00.32

0:05:14.87

00:05:14.47

00:00:00.40

0:06:34.40

00:06:34.10

00:00:00.30

0:07:11.20

00:07:10.89

00:00:00.31

0:07:48.80

00:07:48.42

00:00:00.38

0:08:21.87

00:08:21.46

00:00:00.41

0:08:54.20

00:08:53.82

00:00:00.38

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

106

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

0:09:23.13

00:09:22.78

00:00:00.35

0:09:51.47

00:09:51.13

00:00:00.34

10

0:10:45.67

00:10:45.41

00:00:00.26

11

0:11:27.60

00:11:27.09

00:00:00.51

12

0:11:59.93

00:11:59.46

00:00:00.47

13

0:12:31.13

00:12:30.56

00:00:00.57

14

0:14:01.33

00:14:00.85

00:00:00.48

15

0:14:32.00

00:14:31.49

00:00:00.51

16

0:15:04.73

00:15:04.25

00:00:00.48

17

0:15:38.27

00:15:37.77

00:00:00.50

18

0:16:15.00

00:16:14.59

00:00:00.41

19

0:17:12.40

00:17:11.68

00:00:00.72

20

0:18:05.60

00:18:05.08

00:00:00.52

21

0:18:39.07

00:18:38.59

00:00:00.48

22

0:19:07.13

00:19:06.57

00:00:00.56

23

0:20:23.47

00:20:23.01

00:00:00.46

24

0:20:51.47

00:20:50.92

00:00:00.55

25

0:21:39.73

00:21:39.24

00:00:00.49

26

0:22:45.73

00:22:45.31

00:00:00.42

27

0:23:27.60

00:23:27.07

00:00:00.53

28

0:24:11.33

00:24:10.86

00:00:00.47

29

0:24:53.07

00:24:52.56

00:00:00.51

30

0:25:32.53

00:25:31.75

00:00:00.78

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

107

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waktu Transfer

Waktu Transfer Stasiun Kerja 6


00:00:00.86
00:00:00.78
00:00:00.69
00:00:00.60
00:00:00.52
00:00:00.43
00:00:00.35
00:00:00.26
00:00:00.17
00:00:00.09
00:00:00.00

Waktu Transfer

11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Tamiya Ke-

Gambar 3.26 Gambar Grafik Waktu Transfer Stasiun Kerja 6

Waiting time adalah waktu menunggu suatu produk ketika akan diproses. Waiting time
ini dikarenakan produk rakitan datang ketika operator masih mengerjakan perakitan
sebelumnya sehingga produk rakitan tersebut harus menunggu untuk dirakit. Waiting
time ini terjadi pada saat bottleneck atau penumpukan produk rakitan. Pada stasiun kerja
6 tercatat 14 kali terjadi waiting time. Waiting time terlama terjadi pada tamiya ke 6
yaitu selama 16,14 detik. Terlihat pada grafik bahwa produk rakitan pada stasiun kerja 6
sering mengalami bottleneck pada awal proses perakitan yaitu antara tamiya ke 4
sampai dengan tamiya ke 12. Lamanya operator melakukan operasi kerja menjadi
penyebab utama terjadinya bottleneck.

Stasiun Kerja 13

Transfer time adalah waktu transfer dari satu stasiun ke stasiun


Transferti me Waktu masuk SK tamiya n SK n 1 Waktu keluar SK tamiya n SK n

Contoh Perhitungan :

Transferti me tamiya1 Waktu masuk SK tamiya 1 SK 14 Waktu keluar SK tamiya 1SK 13


= 0:07:22,36 - 0:07:22,00
= 0:00:00,36

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

108

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Transferti me tamiya2 Waktu masuk SK tamiya 2 SK 14 Waktu keluar SK tamiya 2 SK 13


= 0:08:04,44 - 0:08:03,80
= 0:00:00,64

Tabel 3.57 Tabel Waktu Transfer Stasiun Kerja 13

No

Wkt masuk SK

Waktu Keluar SK

Waktu Trasfer

Perakitan 14

13

Antar SK

0:07:22,36

0:07:22,00

0:00:00,36

0:08:04,44

0:08:03,80

0:00:00,64

0:09:33,08

0:09:32,76

0:00:00,32

0:10:01,20

0:10:00,80

0:00:00,40

0:10:33,44

0:10:33,00

0:00:00,44

0:11:09,20

0:11:08,84

0:00:00,36

0:11:58,00

0:11:57,40

0:00:00,60

0:12:53,64

0:12:53,32

0:00:00,32

0:13:10,68

0:13:10,24

0:00:00,44

10

0:14:16,96

0:14:15,52

0:00:01,44

11

0:14:52,44

0:14:52,16

0:00:00,28

12

0:15:23,80

0:15:23,44

0:00:00,36

13

0:16:02,88

0:16:02,56

0:00:00,32

14

0:16:52,36

0:16:51,96

0:00:00,40

15

0:17:34,32

0:17:34,00

0:00:00,32

16

0:18:05,08

0:18:04,68

0:00:00,40

17

0:18:40,60

0:18:40,16

0:00:00,44

18

0:19:15,48

0:19:15,00

0:00:00,48

19

0:20:09,32

0:20:08,84

0:00:00,48

20

0:21:15,80

0:21:15,32

0:00:00,48

21

0:21:55,32

0:21:54,92

0:00:00,40

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

109

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

22

0:22:34,00

0:22:33,60

0:00:00,40

23

0:23:46,76

0:23:46,40

0:00:00,36

24

0:24:21,60

0:24:20,60

0:00:01,00

25

0:25:01,80

0:25:01,48

0:00:00,32

26

0:25:58,40

0:25:57,88

0:00:00,52

27

0:26:30,60

0:26:29,88

0:00:00,72

28

0:27:33,04

0:27:32,76

0:00:00,28

29

0:28:06,36

0:28:05,88

0:00:00,48

30

0:28:49,56

0:28:49,00

0:00:00,56

Waktu Transfer Antar SK

Waktu Transfer Antar Stasiun Kerja


Stasiun Kerja 13
0:00:01.56
0:00:01.38
0:00:01.21
0:00:01.04
0:00:00.86
0:00:00.69
0:00:00.52
0:00:00.35
0:00:00.17
0:00:00.00

Waktu Transfer Antar


Stasiun Kerja

9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Tamiya ke-

Gambar 3.27 Gambar Grafik Waktu Transfer Stasiun Kerja 13

Transfer

time

adalah

waktu

transfer

dari

satu

stasiun

ke

stasiun

selanjutnya.Transfer time didapat dari selisih waktu masuk stasiun 14 dan waktu
keluar stasiun 13. Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa terjadi ketidakstabilan
pada grafik (fruktuasi) namun dengan besar yang tidak terlalu signifikan. Hal ini
terjadi karena pada saat melakukan transfer atau perpindahan terjadi sedikit
keterlambatan yang dapat dipengaruhi oleh faktor konsentrasi ataupun kelelahan

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

110

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Stasiun Kerja 14

Waktu Transfer Antar SK = Waktu MAsuk SKn+1 Waktu Masuk SKn


Tamiya Ke-1 = 00:07:50,84 0:07:50,80= 00:00:00,04
Tabel 3.58 Tabel Waktu Transfer Stasiun Kerja 14

No

Waktu Masuk SK
15

Waktu
Keluar 14

Waktu
Transfer

00:07:50,84

0:07:50,80
0:08:27,44
0:09:55,16
0:10:23,32
0:10:51,36
0:11:34,20
0:12:20,60
0:12:56,96
0:13:38,44
0:14:38,00
0:15:12,16
0:15:42,56
0:16:23,72
0:17:20,88
0:17:52,04
0:18:23,48
0:19:02,24
0:19:33,60
0:20:28,44
0:21:44,84
0:22:18,76
0:23:03,40
0:24:14,70
0:24:47,24
0:25:21,40
0:26:20,88
0:27:11,20
0:27:54,76
0:28:26,60
0:29:18,20

00:00:00,04
00:00:00,09
00:00:00,10
00:00:00,11
00:00:00,06
00:00:00,10
00:00:00,05
00:00:00,10
00:00:00,33
00:00:00,21
00:00:00,12
00:00:00,03
00:00:00,05
00:00:00,40
00:00:00,05
00:00:00,13
00:00:00,15
00:00:00,10
00:00:00,03
00:00:00,11
00:00:00,02
00:00:00,03
00:00:00,03
00:00:00,11
00:00:00,12
00:00:00,15
00:00:00,07
00:00:00,99
00:00:00,05
00:00:00,02

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

00:08:27,53
00:09:55,26
00:10:23,43
00:10:51,42
00:11:34,30
00:12:20,65
00:12:57,06
00:13:38,77
00:14:38,21
00:15:12,28
00:15:42,59
00:16:23,77
00:17:21,28
00:17:52,09
00:18:23,61
00:19:02,39
00:19:33,70
00:20:28,47
00:21:44,95
00:22:18,78
00:23:03,43
00:24:14,73
00:24:47,35
00:25:21,52
00:26:21,03
00:27:11,27
00:27:55,75
00:28:26,65
00:29:18,22

111

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

waktu

Waktu Transfer antara SK 14 dan SK


15
Waktu Transfer
00:00:01.21
00:00:01.04
00:00:00.86
00:00:00.69
00:00:00.52
00:00:00.35
00:00:00.17
00:00:00.00
1

9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29
Nomor

Gambar 3.28 Gambar Grafik Waktu Transfer Stasiun Kerja 14

Waktu transfer adalah waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan material


dari stasiun 14 ke stasiun selanjutnya yaitu stasiun 15. Grafik di atas menunjukan
bahwa waktu transfer yang terjadi sangat bervariasi namun nilainya tidak terlalu
besar karena masih dibawah 1 detik . Dan waktu transfer yang terbesar terjadi ada
tamiya ke-28 yaitu sebesar 99 milidetik. Hal tersebut terjadi karena operator tidak
langsung meletakan rakitan ke stasiun selanjutnya yang disebabkan oleh operator
yang mengalami kelelahan sehingga juga menyebabkan berkurangnya konsentrasi
operator.
3.2.5.5 Transfer (komponen)

Stasiun Kerja 5
Tabel 3.59 Tabel Waktu Transfer Stasiun Kerja 5

Waktu
keluar
kanban
(kanban)
10 0:10:00.71 0:08:44.51
20 0:17:24.77 0:16:22.86

Waktu
Tamiya
masuk
Kekomponen

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

waktu
transfer
komponen
0:01:16.20
0:01:01.91

112

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waktu transfer komponen


0:01:26.40
0:01:17.76
0:01:09.12
0:01:00.48
0:00:51.84
0:00:43.20

Waktu transfer
komponen

0:00:34.56
0:00:25.92
0:00:17.28
0:00:08.64
0:00:00.00
1

Gambar 3.29 Gambar Grafik Waktu Transfer Komponen Stasiun Kerja 5

Menurut grafik yang ditunjukkan dari hasil perhitungan waktu transfer


komponen, terjadi dua kali pengambilan komponen kanban. Wwaktu transfer
komponen pada kanban pertama lebih besar daripada waktu transfer komponen
pada kanban yang kedua.

Stasiun Kerja 6

Waktu Transfer Komponen = Waktu Masuk Komponen ke-n - Waktu Keluar


Kanban ke-n
Tabel 3.60 Tabel Waktu Transfer Stasiun Kerja 6

Waktu

waktu

Waktu

Masuk

keluar

Transfer

Komponen

kanban

Komponen

00:10:24.00

00:09:13.00

00:01:11.00

0:17:46.75

00:16:24.96

00:01:21.79

No
kanban

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

113

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waktu Transfer

Waktu Transfer Komponen


00:01:22.94
00:01:21.22
00:01:19.49
00:01:17.76
00:01:16.03
00:01:14.30
00:01:12.58
00:01:10.85
00:01:09.12
00:01:07.39
00:01:05.66
00:01:03.94

Waktu Transfer
Komponen

2
Kanban Ke-

Gambar 3.30 Gambar Grafik Waktu Transfer Komponen Stasiun Kerja 6

Waktu transfer komponen menunjukkan perbedaan waktu antara saat kanban


dikeluarkan hingga komponen masuk ke dalam container.Komponen roda dan as
roda pada stasiun kerja 6 membutuhkan kanban untuk mengambil material dari
storage. Terdapat dua buah kanban yang digunakan untuk mengambil as roda dan
roda pada tamiya ke-8 dan ke-18. Waktu yang diperlukan untuk transfer komponen
pada kanban pertama yaitu 10,24 detik sedangkan padakanban kedua adalah 17,47
detik.

Stasiun Kerja 13

Tidak Ada Waktu Transfer Komponen

Stasiun Kerja 14

Waktu Transfer Komponen = Waktu Masuk Komponen ke-n - Waktu Keluar


Kanban ke-n
Tabel 3.61 Tabel Waktu Transfer Stasiun Kerja 14

No
kanban
1
2

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

Waktu
Masuk
Komponen
0:14:40,88
0:21:46,12

waktu
keluar
kanban
0:12:57,80
0:20:24,60

Waktu
Transfer
Komponen
0:01:43,08
0:01:21,52

114

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

Waktu Transfer Komponen SK 14


0:02:00.96
0:01:43.68

waktu

0:01:26.40
0:01:09.12
0:00:51.84

Waktu Transfer
Komponen

0:00:34.56
0:00:17.28
0:00:00.00
1

2
nomor kanban

Gambar 3.31 Gambar Grafik Waktu Transfer Komponen Stasiun Kerja 14

Waktu transfer komponen diperoleh dari hasil selisih antara waktu


keluar kanban dan waktu masuk komponen. Waktu keluar kanban terjadi pada saat
perakitan tamiya ke-8 dan 18. Dan waktu masuk komponen terjadi saat jumlah
komponen telah habis di pallet. Dari grafik di atas terlihat waktu transfer yang
berbeda yaitu 1 menit 43,08 detik dan 1 menit 21,52 detik. Waktu tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah jarak pengambilan komponen
ke storage dari stasiun kerja yang jauh dan sebaliknya.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

115

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari modul ini diantaranya :
Konsep keseimbangan lintasan sangat diperlukan dalam perancangan lantai
produksi. Hal ini bertujuan untuk pengalokasian secara merata elemen-elemen
kerja pada setiap stasiun kerja agar meminimasi waktu menganggur dari stasiun
kerja pada suatu lintasan produksi dan memaksimal pemanfaatan peralatan
maupun operator.
Dari beberapa metode LOB yaitu RA, LCR, RPW, dan Moody Young didapat
metode yang terpilih untuk digunakan sebagai lintasan baru adalah metode RPW,
metode tersebut dipilih karena memiliki stasiun kerja yang logis atau tidak ada
operasi yang tercecer. Selain itu metode ini memiliki efisiensi yang cukup baik
yaitu 92,60%.
Keseimbangan lintasan pada suatu lantai produksi akan sangat berpengaruh pada
tingkat produktivitas dan efisiensi dari suatu lintasan produksi tersebut. Efisiensi
dan produktivitas akan meningkat karena waktu delay, waktu idle yang terjadi
dalam lintasan produksi tersebut akan berkurang. Juga berkurangnya fenomena
bottle neck dan idle yang berlebihan pada suatu stasiun kerja.
Sebuah perusahaan perlu menerapkan konsep line balancing pada lantai
produksinya. Hal ini bertujuan untuk membentuk sebuah lini produksi yang
efektif dan efisien. Keefektifan dan keefisienan sebuah lini produksi dalam
perusahaan dapat meminimalkan biaya produksi dan tenaga operator yang bekerja
di dalamya.
Sistem kanban adalah suatu sistem informasi yang mengendalikan produksi
dengan menyediakan komponen pada tempat yang tepat dan pada saat yang tepat.
Kanban adalah suatu kartu mirip label yang berisi catatan-catatan tentang jumlah
dan jenis komponen yang diperlukan. Dalam praktikum modul 6 ini menggunakan
jenis kanban pengambil (withdrawal kanban) karena berisi mengenai spesifikasi

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

116

Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri


Modul 6 Perancangan Lantai Produksi
Kelompok 21

jenis dan jumlah komponen yang harus diambil, dan jumlah kanban yang
digunakan yaitu :
Stasiun Kerja
5
6
14

Nama Komponen
Dinamo
As Roda
Roda Assy
Penutup Plat Depan

Jumlah Kanban
2
2
2
2

5. 2 Saran
1. Operator sebaiknya memahami operasi yang menjadi tugasnya.
2.

Peralatan yang diperlukan dalam praktikum sebaiknya dipastikan dapat


berfungsi dengan baik dan sesuai kriteria yang dibutuhkan.

3.

Sebaiknya helper yang dipilih adalah helper yang terampil dan cekatan
sehingga operator dapat sangat terbantu.

4.

Lingkungan kerja juga perlu diperhatikan karena akan berpengaruh pada


konsentrasi operator.

5.

Penyusunan peralatan seperti palet dan laptop sebaiknya diperhatikan agar


tidak mengganggu aktivitas operator.

Program Studi Teknik Industri


Universitas Diponegoro
2011

117

Anda mungkin juga menyukai