Anda di halaman 1dari 4

Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak pemerintah guna

mengelola dan mengarahkan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik atau yang diinginkan
dengan cara mengubah atau memperbarui penerimaan dan pengeluaran pemerintah, saalah satu
hal yang ditonjolkan dari kebijakan fiskal ini adalah pengendalian pengeluaran dan penerimaan
pemerintah atau negara. Salaah astunya adalah pengelolaan APBN, Ketika APBN defisit,
pemerintah hanya mempunyai dua pilihan untuk membiayai Saldo negatif tersebut, yaitu didanai
oleh Bank Indonesia lewat printing money yang berarti jumlah uang yang beredar di masyarakat
meningkat, atau melalui pinjaman, dari dalam negeri, misalnya dengan menerbitkan obligasi,
atau dari luar negri (cara yang kedua ini berarti ekonomi tidak lagi tertutup). Karena opsi
pertama tersebut berisiko terhadap peningkatan laju inflasi, maka biasanya opsi kedua yang
dipilih Sekarang, yang menjadi pertanyaan pertanyaan, bagaimana kebijakan fiskal dapat
mempengaruhi ekonomi? Efek dari kebijakan fiskal terhadap ekonomi terdiri dari efek jangka
pendek dan efek jangka Panjang, Efek jangka pendek adalah efek langsung dari kebijakan itu
sendiri, sedangkan efek jangka panjang adalah efek awal atsu tambahan dari efek-efek
selanjutnya yang disebut efek pengali (multiplier) dari kebijakan tersebut.

Misalnya, pemerintah mengurangi subsidi BBM, yang merupakan komponen dari pengeluaran
rutin APBN. Maka efek awalnya adalah: G↓→ Y↓ persamaan (7.1)). Sedangkan efek jangka
panjangnya adalah: G↓ = Y↓ (persamaan (7.1), variabel-variabel lainnya konstan, Y →|∆T=0
(persamaan (7.4)) persamaan (7.2)) C↓ → Y↓ (persamaan (7.1)(perubahan Y tahap kedua)
seterusnya melalui jalur yang sama beberapa kali Y, Yd, dan C mengalami penurunan beberapa
kali hingga akhirnya efek dari pengurangan menjadi nol/Y, Yd dan Ce lagi menurun). Berarti
dalam efek jangka panjang mengalami perubahan beberapa kali walaupun G hanya berubah
sekali : ∆Y (1), ∆Y (2),………... ∆Y (n). Perubahan total dari Y bisa dihitung lewat efek
penggandaan pendapatan dari perubahan G, atau ∆Y = {(1/[1 -c(1 - ]} x ∆G (7.10)

Jika ekonomi sedang lemah, yang dicerminkan oleh laju pertumbuhan PDB vang menurun atau
negatif, maka pemerintah berkewajiban sesuai fungsinya memberi insentif atau dorongan agar
pertumbuhan kembali positif atau meningkat. Untuk tujuan tersebut, pemerintah lewat kebijakan
fiskal mempunyai dua opsi: menaikan pengeluaran (∆G >0) dan mengurangi tarif pajak
pendapatan (∆t <0) jika sistem pajak pendapatan yang berlaku adalah seperti pada persamaan
(7.5). Ini yang dimaksud dengan kebijakan fiskal ekspansif. Sebaliknya, kebijakan fiskal
kontraktif adalah mengurangi pengeluaran (∆G <0) atau meningkatkan pendapatan pajak lewat
menaikan tarif pajak (∆t >0)

Misalnya, pemerintah menerapkan kebijakan fiskal ekspansif dengan memperbesar G


Sebelumnya, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 7.8, keseimbangan ekonomi pada
kesempatan kerja penuh ditunjukkan oleh titik Eₒ, yakni perpotongan antara ADₒ dan ASₒ dengan
pendapatan Yₒ dan harga Pₒ. Pengeluaran pemerintah baik sebesar ∆G membuat kurva
permintaan bergeser ke kanan menjadi AD, dengan kurva AS tetap tidak bergerak Maka titik
keseimbangan yang baru (E₁) terjadi di sebelah kanan dari titik keseimbangan yang lama,
dengan tingkat pendapatan dan harga yang lebih tinggi (Y₁dan P₁). Besarnya perbedaan Y₁ - Yₒ
atau AY akibat ∆G ditentukan oleh besarnya nilai multiplier yang seperti pada persamaan (6.10),
atau ym x ∆G; di mana ym={1/[1-c{l-} Jadi, dapat disumpulkan adalah bahwa kebijakan fiskal
ekspansif mempunyai efek positif terhadap ekonomi karena pendapatan atau PDB meningkat,
namun juga berdampak terhadap peningkatan inflasi, karena sesuai dengan hukum ekonomi,
permintaan meningkat, cara penawaran tetap, membuat harga naik lewat efek kelebihan
permintaan.

Gambar 7.8

Kebijakan fiskal ekspansif juga bisa mengakibatkan kenaikan suku bunga yang isebabkan oleh
peningkatan permintaan kredit yang didorong oleh kenaikan Pendapatan. Jika kenaikan suku
bunga terlalu tinggi, akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan investasi di dalam negeri.
Apabila nilai pendapatan atau penurunan laju pertumbuhan PDB akibat penurunan investasi
sama besarnya dengan nilai pendapatan yang meningkat karena peningkatan pengeluaran
pemerintah, maka efek dari kebijakan tersebut menjadi nol; atau seperti yang disebut di buku-
buku teks ekonomi makro, yakan fiskal tersebut telah menimbulkan efek 'pendesakan keluar'.

Efek kenaikan suku bunga dari kebijakan fiskal ekspansif dapat diilustrasikan gan menggunakan
kurva IS (investasi-tabungan) seperti pada Gambar 7.9. Proses anismenya tidak berbeda dengan
Gambar 7.8: sebelum adanya kebijakan tersebut, keseimbangan ekonomi ditunjukkan oleh titik
eₒ yakni perpotongan antara ISₒ, dan dengan pendapatan Yₒ, dan suku bunga rₒ, Pengeluaran
pemerintah naik sebesar iembuat kurva IS bergeser ke kanan menjadi IS, dengan kurva LM
(likuiditas/ permintaan uang atau suplai uang tetap tidak berubah. Maka titik keseimbangan yang
(E₁) terjadi di sebelah kanan dari titik keseimbangan yang lama, dengan tingkat pendapatan dan
suku bunga yang lebih tinggi(Y₁ dan r₁).

Gambar 7.9
Kurva IS adalah suatu garis yang menghubungi sejumlah titik keseimbangan pada sektor riil
yaitu pada saat investasi I = tabungan (S), pada tingkat pendapatan dengan bunga yang berbeda.
Sedangkan kurva LM merupakan suatu garis yang menghadap kepada sejumlah titik
keseimbangan di sektor moneter (pasar uang) yakni pada saat permintaan uang = penawaran
uang pada tingkat pendapatan dan suku bunga yang berbeda, Seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 7.10, pergeseran sepanjang kurva IS menandakan bahwa, misalnya, jika suku bunga
naik, maka investasi berkurang karena biaya investas yang diukur berdasarkan biaya meminjam
modal dari bank atau biaya alternatif dari investasi meningkat, dan tabungan juga meningkat.
Yang terakhir ini inengakua konsumsi berkurang dan bersamaan dengan berkurangnya investasi
membuat pendapatan merurun.

Kebijakan fiskal kontraktif adalah  kebijakan pemerintah  dengan cara menurunkan belanja


negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli
masyarakat dan mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan. pada saat munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary
gap adalah suatu kondisi dimana output potensial (Y f) lebih kecil dibandingkan dengan output
Actual (Y1). Adapun mekanisme penurunan pengeluaran pemerintah (G) ataupun kenaikan pajak
(T) terhadap output (Y) adalah sebagai berikut, secara grafik kebijakan fiskal kontraktif diagram
sebagai berikut: 

Gambar 8.0  Kurva kebijakan fiskal kontraktif


Pada gambar 8.0 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) turun atau selisih
pajak (∆T) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat kebawah sehingga  Pendapatan
akan turun dari (Y1) menjadi (Yf).Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak
yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya
beli masyarakat akan meningkat dan  industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan
sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum.Dengan tetap mempertahankan asumsi bahwa pengeluaran investasi (I)
dan pengeluaran pemerintah (G) bersifat otonomus, maka pajak akan mempengaruhi
pengeluaran konsumsi melalui pengaruhnya terhadap fungsi konsumsi.

Anda mungkin juga menyukai