Uas Radiokimia-Klp 5 (Kedokteran)
Uas Radiokimia-Klp 5 (Kedokteran)
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Huslan Fauzi (12010711347)
Nur Faizah (12010726120)
Rosalina Fitri Annisa (
Wendi Yulvi (
KELAS A SEMESTER 6
2022 M/1444 H
i
[\=KATA PENGANTAR
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini ialah untuk memenuhi tugas dari ibu Elvi Yenti,
S.Pd., M.Si. pada mata kuliah profesi dan etika keguruan. Selain itu makalah ini dapat
menambah wawasan mengenai apa manfaat radioaktif di lingkungan kita terutama dalam bidang
kedokteran.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Elvi Yenti, S.Pd., M.Si selaku dosen
pengampu mata radiokimia yang telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bidang studi yang kami tekuni. Dan kami juga
berterimakasih kepada teman-teman yang sudah berpartisipasi dalam membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat kamiepannya makalah kami akan semakin baik.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
A. Pengertian Radioaktif......................................................................................................................3
B. Manfaat Radioaktif di bidang kedokteran........................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................................5
PENUTUP...................................................................................................................................................5
A. Kesimpulan......................................................................................................................................5
B. Saran................................................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radioaktivitas adalah salah satu konsep fisika yang mempelajari terkait suatu unsur
yang tidak stabil. Salah satu sub konsep yang dipelajarinya yaitu peluruhan radioaktif.
Peluruhan radioaktif adalah peristiwa dimana sebuah inti atom yang tidak stabil
kehilangan energi (berupa massa dalam diam) dengan melepaskan emisi partikel,
sehingga membentuk kestabilan baru. Besarnya radioaktivitas unsur radioaktif
(radionuklida) ditentukan oleh konstanta peluruhan (λ) dan waktu paruh (𝑡1/2) (Rachma
et al., 2019).
Radiasi merupakan pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk
panas, partikel atau gelombang elektromagnetik (foton) dari sumber radiasi. Ditinjau dari
proses terbentuknya, unsur-unsur radioaktif atau sumber-sumber radiasi lainnya yang ada
di lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu sumber radiasi
alam dan sumber radiasi buatan. Dikatakan sumber radiasi alam karena sumber-sumber
itu sudah ada dahulu. Di samping sumber-sumber radiasi alam, kita juga mengenal
adanya sumber-sumber radiasi buatan, yaitu sumber radiasi yang proses terbentuknya
melibatkan intervensi manusia, baik sumber radiasi tersebut sengaja dibuat untuk maksud
tertentu atau merupakan hasil samping dari pemanfaatan teknologi nuklir oleh manusia.
Bagi masyarakat, kata radiasi selalu dihubungkan dengan bom, kecelakaan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), limbah radioaktif, serta penyebab timbulnya
penyakit kanker. Mereka juga cenderung merasa cemas dan takut terhadap radiasi, tetapi
tidak ingin memahami radiasi secara obyektif. Pendapat sebagian besar masyarakat
tentang radiasi didasarkan pada bahaya radiasi yang berasal dari ledakan bom atom yang
terjadi di Nagasaki dan Hiroshima, atau kecelakaan nuklir di PLTN Chernobyl.
Seringkali mereka tidak dapat membedakan antara bahaya radiasi akibat kecelakaan
tersebut dengan radiasi yang mereka peroleh dalam kegiatan sehari-hari, misalnya radiasi
yang berasal dari pemeriksaan kesehatan atau radiasi yang berasal dari lingkungan
(Yoshandi et al., 2020).
1
Berdasarkan masalah tersebut kami akan menjelasakan bahwa tidak semua radiasi
radioaktif berbahaya. Namun ada yang memiliki manfaat bagi lingkungan kita, terutama
dalam bidang kedokkteran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian radioaktif ?
2. Apa saja manfaat dari radioaktif dibidang kedokteran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian radioaktif.
2. Untuk mengetahui manfaat radioaktif dibidang kedokteran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Radioaktif
Radioaktivitas adalah salah satu konsep fisika yang mempelajari terkait suatu unsur
yang tidak stabil. Salah satu sub konsep yang dipelajarinya yaitu peluruhan radioaktif.
Peluruhan radioaktif adalah peristiwa dimana sebuah inti atom yang tidak stabil
kehilangan energi (berupa massa dalam diam) dengan melepaskan emisi partikel,
sehingga membentuk kestabilan baru. Besarnya radioaktivitas unsur radioaktif
(radionuklida) ditentukan oleh konstanta peluruhan (λ) dan waktu paruh (𝑡1 2 ⁄ ).
Radioisotop adalah isotop dari zat radioaktif yang mampu memancarkann radiasi,
dapat terjadi secara alamiah (radioisotop alam) ataupun disengaja (dibuat oleh manusia),
dan bisa dibuat sesuai dengan keperluan. Radioisotop alamiah umumnya lebih mahal dari
pada radioisotop buatan. hal ini disebabkan karena berkaitan dengan proses
pemurniannya, Metode pengobatan kanker dengan radiasi dapat berupa radiasi eksternal
atau teleterapi, Penggunaan radioisotop untuk bidang kedokteran mempunyai syarat yang
lebih khusus, Hal ini disebabkan karena sasaran pemakaiannya manusia, sehingga
memerlukan tingkat kehati hatian dan kecermatan yang lebih dengan pemakaian
radioisotop dalam bidang yang lainnya, radiasi internal atau brakiterapi dan radiofarmaka
(Niwele, 2021).
C. Penggunaan CT Scan
Berikut ini adalah contoh penggunaan CT scan pada bagian-bagian tubuh:
Dada
CT scan dada digunakan untuk melihat ada atau tidaknya infeksi di organ dalam
dada, emboli paru, kanker paru, penyebaran kanker dari organ lain ke area dada, atau
masalah di jantung, kerongkongan (esofagus), dan pembuluh darah besar (aorta).
Perut
CT scan pada perut digunakan untuk mendeteksi kista, abses, tumor,
perdarahan, aneurisma, atau benda asing di dalam perut, serta melihat ada tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening, divertikulitis, atau radang usus buntu.
Saluran kemih
CT scan pada saluran kemih bertujuan untuk mendeteksi penyempitan saluran
kemih, batu ginjal, batu kandung kemih, dan tumor pada ginjal atau kandung kemih.
Panggul
CT scan panggul dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan di rahim, indung telur,
saluran tuba, atau kelenjar prostat.
Tungkai atau lengan
CT scan pada tungkai atau lengan digunakan untuk melihat kondisi otot, ligamen,
tulang, dan sendi.
Kepala
CT scan kepala dapat digunakan untuk mendeteksi tumor, infeksi, atau perdarahan di
dalam kepala, serta melihat ada tidaknya keretakan tulang tengkorak atau
pembengkakan otak cedera kepala. CT scan juga bisa dilakukan untuk mendiagnosis
kondisi lain, seperti hidrosefalus dan stroke.
Tulang belakang
CT scan pada tulang belakang dilakukan untuk melihat struktur dan celah tulang
belakang, serta memeriksa keadaan saraf tulang belakang.
4
D. Peringatan dan Kontraindikasi CT Scan
CT scan merupakan prosedur yang aman, cepat, dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Namun, ada hal-hal yang perlu diketahui oleh pasien sebelum menjalani prosedur ini, yaitu:
Janin dan anak-anak lebih rentan terkena bahaya paparan radiasi. Oleh karena itu, CT
scan umumnya tidak disarankan pada ibu hamil dan anak-anak.
Cairan kontras yang digunakan pada CT scan dapat menimbulkan sejumlah efek
samping, termasuk reaksi alergi berat (anafilaksis). Segera beri tahu dokter jika
memiliki riwayat alergi, terutama terhadap zat kontras atau iodin.
Pasien perlu memberi tahu dokter mengenai obat-obatan, suplemen, vitamin, dan
produk herbal yang sedang dikonsumsi. Dokter dapat meminta pasien untuk
menghentikan konsumsi obat-obatan tertentu.
Ibu menyusui yang menjalani CT scan dengan cairan kontras tidak perlu berhenti
menyusui. Namun, bila ingin merasa aman, disarankan untuk memompa ASI terlebih
dahulu guna mencukupi kebutuhan bayi 24 jam setelah CT scan.
CT scan dapat memicu ketakutan pada penderita claustrophobia. Oleh sebab itu,
pasien yang memiliki kondisi tersebut perlu berkonsultasi dengan dokter agar bisa
mendapatkan obat penenang sebelum prosedur.
E. Sebelum CT Scan
Berikut ini adalah beberapa persiapan yang perlu dilakukan pasien sebelum prosedur CT
scan:
Menjalani pemeriksaan darah untuk melihat fungsi ginjal jika akan melakukan CT
scan dengan zat kontras
Tidak makan atau minum beberapa jam sebelum prosedur dilakukan, terutama bagi
pasien yang akan menggunakan zat kontras
Mengonsumsi obat pencahar bila akan menjalani CT scan di bagian perut
Melepas benda logam, seperti jam tangan, perhiasan, kacamata, dan sabuk, agar hasil
pemindaian tidak terganggu
Mengganti pakaian dengan jubah khusus yang telah disediakan rumah sakit
Zat kontras dapat diberikan melalui beberapa cara, tergantung bagian tubuh mana yang
akan diperiksa. Berikut ini adalah cara-cara pemberian zat kontras pada prosedur CT scan.
1. Oral (diminum)
Pasien akan diberikan zat kontras oral, khususnya jika CT scan dilakukan untuk melihat
kondisi kerongkongan (esofagus), lambung, atau usus. Saat diminum, zat kontras mungkin akan
terasa tidak enak.
5
2. Suntik
Pada CT scan yang dilakukan untuk melihat kondisi kandung empedu, saluran kemih,
hati, atau aliran pembuluh darah, dokter akan menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh darah
vena di lengan untuk memperjelas gambaran organ tersebut.
Perlu diketahui, pasien mungkin akan merasakan sensasi hangat di tubuh atau rasa logam
di mulut setelah penyuntikan dilakukan.
3. Enema
Pada CT scan yang dilakukan untuk memeriksa kondisi usus besar, zat kontras akan
dimasukkan melalui dubur pasien. Setelah itu, pasien akan diminta untuk menahan kontras
tersebut di dalam dubur. Pasien mungkin akan merasa mulas, begah, dan tidak nyaman saat
prosedur dilakukan.
Jika CT scan dilakukan pada anak-anak, dokter mungkin akan memberikan obat bius agar
anak dapat tenang saat menjalani prosedur. Pasalnya, hasil CT scan bisa kurang jelas sehingga
sulit untuk dibaca bila tubuh pasien bergerak saat CT scan.
F. Prosedur CT Scan
Setelah semua persiapan selesai dilakukan, pasien akan diminta untuk berbaring di atas
tempat tidur yang dilengkapi dengan bantal, sabuk, dan penahan kepala, untuk menghindari
tubuh bergerak selama prosedur berlangsung.
Ruangan CT scan hanya diperkenankan untuk pasien. Dokter radiologi akan menjalankan
mesin dari ruangan lain sambil memantau dan berkomunikasi dengan pasien melalui interkom
yang tersambung di kedua ruangan.
Selanjutnya, pasien akan dimasukkan ke dalam mesin CT scan yang berbentuk lingkaran.
Mesin CT scan akan berputar selama pemeriksaan untuk menangkap gambar tubuh pasien. Saat
prosedur berlangsung, dokter bisa meminta pasien untuk menarik, menahan, atau membuang
napas, guna mendapat hasil gambar yang jelas.
Tempat tidur pasien juga mungkin akan digerakkan untuk mendapatkan gambaran bagian
tubuh tertentu. Meskipun begitu, pasien tidak boleh bergerak selama proses tersebut karena dapat
merusak hasil gambar.
Prosedur CT scan tidak menimbulkan sakit. Namun, pasien dapat mendengar suara
bising, seperti berdetak atau berdengung, selama pemeriksaan. Pasien juga mungkin akan merasa
tidak nyaman karena tidak dapat bergerak selama beberapa menit.
Pengambilan gambar dengan mesin CT scan umumnya hanya membutuhkan waktu
beberapa detik hingga menit, tergantung pada bagian tubuh yang diperiksa. Namun, secara
6
keseluruhan dari persiapan hingga selesai, CT scan memerlukan waktu sekitar 30–60 menit.
Dokter akan menjelaskan hasil CT scan beberapa hari atau minggu usai prosedur dilakukan.
G. Setelah CT Scan
Setelah CT scan, pasien umumnya boleh pulang dan beraktivitas seperti biasa. Namun,
bagi pasien yang diberikan zat kontras, disarankan untuk menunggu di rumah sakit setidaknya
selama 1 jam, untuk mengantisipasi reaksi alergi.
Dokter juga akan menyarankan pasien untuk banyak minum air putih agar ginjal bisa
lebih cepat membuang zat kontras melalui urine. Sementara bagi pasien yang diberikan obat
penenang, disarankan agar dijemput oleh keluarga atau kerabat ketika akan pulang dari rumah
sakit dan jangan mengemudikan kendaraan sendiri.
7
2. Sinar UV Sebagai Sterilisasi
Sinar UV merupakan sinar yang mampu untuk menghasilkan radiasi yang dapat
menghancurkan mikro organisme seperti kuman dan virus. Kemampuan sinar radiasi
tersebut disebabkan jenis sinar UV memiliki panjang gelombang 4nm-400nm dimana
bentuk organisme akan mati bila terpapar oleh sinar radiasi pada rentang 365nm. Dengan
kemampuan tersebut, sinar UV banyak digunakan pada tempat-tempat yang menuntut
kondisi steril seperti saran medis dan rumah sakit serta yang berkaitan dengan proses
pembuatan makanan. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
membuktikan bahwa penyinaran menggunakan UV selama 1 menit memiliki efektivitas
menghancurkan mikro organisme sebesar 80%. Penggunaan sistem disinfektan
menggunakan sinar UV telah dikembangkan diluar
penggunaan yang berkaitan dengan kebutuhan medis yaitu seperti digunakan
untuk sterilisasi kemasan paket barang. UV yang digunakan memiliki daya sebesar
161,77watt dengan waktu proses penyinaran UV terhadap permukaan barang sekitar 10
detik – 16 detik. Dengan proses tersebut, mampu menghancurkan virus hingga 90%. Dari
hasil pengembangan tersebut dapat membuktikan bahwa penggunaan sinar UV sangat
efektif dalam menghancurkan kuman dan virus (Habel & Rivaldi, 2022).
8
Coronary angiography merupakan komponen utama dalam kateterisasi jantung
yang bertujuan untuk memeriksa keseluruhan cabang pembuluh darah koroner baik
pembuluh darah asli maupun graft bypass. Prosedur tindakan coronary angiography
(CAG) melibatkan peran dari petugas radiologi di ruang intervensi yaitu radiografer.
Radiografer dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya memilki kewenangan yang
berlandaskan kode etik radiografer, kode etik radiografer dimuat dalam KMK RI Nomor
HK.01.07/MENKES/316/2020.
Proteksi radiasi bagi seorang radiografer sangat penting, proteksi radiasi dalam
laboratorium kataterisasi yaitu meminimalkan dosis yang diterima baik itu pekerja
maupun pasien dengan menjaga jarak, mengontrol dosis radiasi yang keluar karena sinar-
x yang dikeluarkan sesuai dengan ketebalan pasien, penggunaan alat proteksi
(Angiography et al., 2023).
4. Radioterapi
9
Selama radiasi dipancarkan dari mesin, pasien tidak akan merasakan sakit atau
rasa tidak nyaman. Ada pun rasa sakit mungkin akan dirasakan pasien beberapa hari
setelah perawatan sebagai efek samping radioterapi.
Saat ini, terdapat alat radioterapi eksternal yang disebut linear
accelerator (LINAC). Alat ini dapat menghancurkan sel kanker dengan energi dan
akurasi tinggi, sehingga tidak merusak jaringan normal di area sekitarnya.
LINAC dapat digunakan untuk seluruh tubuh, dan sangat cocok untuk menangani
tumor di area vital dan sensitif terhadap radiasi. Pasien pun relatif lebih nyaman dan
merasa aman dari sisi proteksi radiasi.
Radioterapi LINAC memiliki beberapa keunggulan, yakni:
Tingkat akurasi dan presisi tinggi.
Cocok untuk tumor di area vital dan sensitif terhadap radiasi.
Dapat digunakan untuk teknik pengobatan kompleks.
Waktu prosedur lebih cepat.
Radiasi otomatis berhenti saat alat dimatikan.
Tidak menghasilkan limbah radiasi.
Efek samping di area sekitar lebih rendah.
Radioterapi Internal
Radioterapi internal atau brachytherapy adalah perawatan yang menggunakan
radiasi internal. Brakiterapi bekerja dengan menempatkan sumber radiasi secara spesifik
dari dalam atau di dekat tumor ganas dalam tubuh pasien.
Terapi ini pada umumnya dilakukan untuk mengobati kanker pada bagian organ
reproduksi, kepala dan leher. Terapi ini akan sangat membantu ketika sel kanker sulit
dioperasi, seperti posisi yang sangat dalam, atau terhalang organ tubuh lain.
Brakiterapi dapat bersifat permanen dan sementara. Untuk perawatan permanen,
implan dilepaskan secara bertahap. Lain halnya dengan brakiterapi sementara, implan
akan dimasukkan ke dalam aplikator yang dapat memancarkan radiasi secara cepat pada
sel kanker.
10
Mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan operasi.
Mengobati kanker.
Menghancurkan sekaligus membersihkan sel-sel kanker agar tidak kembali
menyerang.
Namun, mengingat radioterapi adalah prosedur yang cukup serius metode ini
tidak dapat dilakukan pada semua kondisi. Dokter perlu memastikan bahwa kondisi
kesehatan pasien memenuhi syarat dan aman untuk melakukan radioterapi.
Salah satunya adalah ketika pasien berada dalam masa kehamilan. Seorang ibu
yang sedang hamil tidak diperbolehkan menjalani radioterapi, karena terapi ini dapat
menyebabkan komplikasi kehamilan, seperti keguguran, bayi lahir prematur, atau
kelainan plasenta.
Pasien baik pria maupun wanita disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi
saat berhubungan intim sampai beberapa bulan setelah radioterapi selesai.
11
tersebut. Penggunaan material graf di bidang kedokteran pertama kali dirintis oleh
Karl Thiersch pada tahun 1886.1
Ada empat macam material graf yang dikenal yaitu otograf (autogenous), alograf,
xenograf, dan aloplas. Otograf adalah material graf yang berasal dari individu yang
sama, alograf berasal dari individu lain dalam spesies yang sama, xenograf berasal
dari spesies yang berbeda, sedangkan aloplas adalah material graf yang berasal dari
material alam maupun sintetik.2,3 Idealnya pemakaian graf berasal dari individu yang
sama karena akan menghindari reaksi penolakan yang mungkin terjadi, tetapi hal ini
sering tidak bisa dilakukan karena akan merusak jaringan tubuh di bagian lain yang
masih digunakan, oleh karena itu banyak dipilih alograf yang memiliki kemungkinan
reaksi penolakan lebih minimal dari pada xenograf.2
Banyak teknologi yang dapat diterapkan dalam pembuatan graf, yang paling
populer adalah liofilisasi dan radiasi sinar γ. Liofilisasi atau pengeringan sublimasi
adalah pengeringan dengan suhu antara -10oC sampai -40oC, dengan teknik
pengeringan ini jaringan tidak akan mengalami perubahan kimia maupun fisika,
namun akan berkurang resiko ditolaknya oleh penerima.2,4
Saat ini pembuatan graf jenis alograf dan xenograf dengan menerapkan kedua
teknologi tersebut telah dilakukan di Indonesia yaitu di Pusat Aplikasi Teknologi
Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (Patir-Batan).
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, Nia Pratiwi, R., Rusita, D., & Nurhasuna. (2021). Peran Radiografer Dalam Pemeriksaan
Ultrasonografi (Usg). JRI (Jurnal Radiografer Indonesia), 4(2), 79–81.
https://doi.org/10.55451/jri.v4i2.92
Angiography, C., Di, C. A. G., Sakit, R., Ii, T. K., Alfian, Z. S., & Wulandari, P. I. (2023). Nautical : Jurnal
Ilmiah Multidisiplin PERAN INTERVENSI PELAMONIA MAKASSAR DITINJAU DARI STANDAR
KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA ( SKKNI ). 1(10), 1094–1097.
Habel, A. L., & Rivaldi, M. E. (2022). Penggunaan Sinar Uv Sebagai Sterilisasi Pada Masa Pandemi Covid-
19. Desainpedia Journal of Urban Design, Lifestyle & Behaviour, 1(1), 24–28.
https://doi.org/10.36262/dpj.v1i1.563
Niwele, A. (2021). Jurnal Pengabdian Ilmu Kesehatan Penyuluhan Kepada Masyarakat Mengenai
Hubungan Radiasi Dan Kanker Di Gemba. 1(3).
Rachma, A. J., Putri, D. A., Ulfah, M., & Saraswati, D. L. (2019). Determining the Half Time and Analogy
Constants of Radioactive Decay on the Illustration Board of Radioactive Decay with the Capacitor
Filling and Discharging Method. Jurnal Pendidikan Fisika, 7(3), 306–316.
https://doi.org/10.26618/jpf.v7i3.1707
Yoshandi, T. M., Annisa, Saputra, Y., Gavilla, D. R., & Almarinni. (2020). the Introduction of Radiation
Hazards in Everyday ’ S Life Pengenalan Bahaya Radiasi Dalam Kehidupan Sehari - Hari Di. Awal
Bros Journal of Community Development, 1(1), 14–19.
https://ojs.stikesawalbrospekanbaru.ac.id/index.php/abjcd/article/view/29/18
14