Anda di halaman 1dari 4

Hidup untuk Melayani Tuhan (Kisah Rasul 20 : 21 – 31)

Teks khotbah hari ini merupakan bagian dari kata-kata pamitan Paulus
ketika dia hendak berpisah dengan para penatua jemaat Efesus, mulai dari
ayat 18 hingga ayat 35. Paulus memanfaatkan acara perpisahan itu sebagai
kesempatan terakhir yang berharga baginya untuk mengingatkan mereka
bagaimana ia telah melayani Tuhan sepenuh hati, tentu dengan harapan
para penatua itu juga akan mengikuti teladan yang telah ditunjukkan oleh
Paulus, supaya para penatua itu sungguh-sungguh melaksanakan tugas
pelayanan yang telah dipercayakan kepada mereka, sehingga jemaat Efesus
tidak akan goyah sekalipun ada banyak tantangan dan ancaman (ay. 28-31).
Pertanyaannya bagi kita saat ini :
Bagaimanakah Paulus melayani Tuhan sehingga patut diteladani? Atau,
seperti apakah melayani Tuhan menurut Paulus?
1) Melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati (ay. 19a)
Sebelum menjadi pengikut dan rasul Kristus, Paulus adalah seorang
Farisi yang sangat taat pada hukum taurat Yahudi, ia termasuk dalam
golongan elit, memiliki pengaruh yang kuat, dan itulah sebabnya
dengan mudah dia mendapatkan surat kuasa dari Imam Besar Yahudi
pada waktu itu untuk mengejar dan menangkap para pengikut Yesus
(lih. Kis. 9:1-2).
Jadi, Paulus sebenarnya memiliki latar belakang dan status sosial yang
tinggi, status sosial yang patut dibanggakan pada waktu itu. Tetapi,
setelah menjadi pelayan Kristus, apakah rasul Paulus kemudian pernah
melayani dengan angkuh atau membangga-banggakan latar belakang
status sosialnya yang tinggi? Tidak! Dia justru mengatakan : “Tetapi apa
yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi
karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena
pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan
menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Fil. 3:7-8).
Jemaat Efesus sendiri didirikan oleh Paulus dengan perjuangan yang
amat melelahkan, tetapi dia tidak pernah bersikap dan bertindak
arogan. Paulus tidak pernah menuntut jemaat Efesus yang dia dirikan
itu untuk menghormati dia secara istimewa. Dia melayani Tuhan
dengan segala kerendahan hati.

2) Melayani Tuhan dengan sepenuh hati, mencucurkan air mata dan


mengalami banyak pencobaan (ay. 19b), bahkan tanpa menghiraukan
nyawanya sendiri (ay. 22-24a)
Dalam pelayanannya memberitakan Injil, Paulus banyak mengalami
cobaan, termasuk tantangan dalam perjalanan, kesulitan keuangan
sampai dia harus bekerja sendiri untuk membiayai hidupnya. Paulus
pun harus mengalami sakit penyakit karena melayani Tuhan, dan tiga
kali dia memohon pemulihan dari Tuhan, tetapi Tuhan menjawab:
“Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah
kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor. 12:8-9).
Tetapi, apakah semuanya itu menghentikan semangat Paulus untuk
melayani Tuhan ? Tidak! Rasul Paulus rela menjalani semua kesulitan
tersebut hanya untuk melayani Tuhan, dia tidak peduli apa pun yang
akan terjadi dengan dia, bahkan nyawanya sekali pun. Paulus sudah
mengambil keputusan untuk tetap melayani Tuhan apa pun risikonya.
Itulah maksud dari perkataanya di surat Filipi 1:21 “Karena bagiku hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”.
3) Tidak pernah melalaikan tugas pelayanan, sekalipun dia sebenarnya
punya alasan kuat untuk berhenti (ay. 20a, 27)
Sebenarnya, ada alasan yang kuat bagi Paulus untuk tidak melayani
Tuhan, paling tidak untuk berhenti sementara. Cobaan begitu banyak,
ancaman begitu nyata, penjara pernah didiami, dan sakit penyakit
pernah dialami. Jadi, ada alasan kuat bagi Paulus untuk berhenti, tetapi
apakah dia berhenti melayani Tuhan? Tidak! Jangankan berhenti,
melalaikan sedikit saja tugas pelayanan, dia tidak pernah lakukan!

4) Melayani Tuhan dengan tidak membeda-bedakan tempat, status, dan


latar belakang jemaatnya (ay. 20b-21)
Lihatlah, bagaimana Paulus memberitakan Injil Kristus kepada siapa pun
tanpa membeda-bedakan. Dia melayani Tuhan dalam komunitas
Yahudi, dia pun melakukan pelayanan kepada orang-orang non-Yahudi.
Dia melakukan pelayanan kepada para pejabat agama dan
pemerintahan, dia pun melakukan pelayanan yang sama kepada orang
biasa bahkan kepada para budak pada waktu itu. Paulus tidak pernah
mencari-cari alasan untuk mengistimewakan pelayanan kepada orang
atau komunitas tertentu yang dianggap lebih tinggi/elit, dia tidak
pernah mencari-cari alasan untuk mengabaikan pelayanan kepada
orang atau komunitas tertentu yang dianggap lebih rendah.
5) Melayani Tuhan dengan hati yang tulus dan hidup yang bersih (ay. 26)
Paulus melayani Tuhan dengan motivasi dan tujuan yang benar. Dia
melayani Tuhan dengan hati yang tulus, tidak bersungut-sungut, tidak
memiliki agenda tertentu untuk kepentingan dirinya sendiri. Pelayanan
Paulus semata-mata hanya untuk kemuliaan Tuhan, hanya untuk
kepentingan keseluruhan jemaat. Paulus tidak pernah memanfaatkan
kesempatan pelayanan untuk tujuan ekonomi, malah dia bekerja
sendiri untuk membiayai hidupnya. Paulus tidak pernah melayani Tuhan
supaya jemaat memuji dia, tujuan Paulus adalah kemuliaan Tuhan,
bukan kemuliaan untuk dirinya sendiri. Itulah sebabnya,

Kurang lebih 6 tahun 1 bulan ibu pendeta soukotta menjalani panggilan


pelayanannya di jemaat ini. Jika di tarik kembali ke belakang, semenjak
masa vikaris hingga ada di jemaat ini, sudah banyak jemaat yang menjadi
bagian dari misi panggilan pelayanannya termasuk sebagai pemimpin di
klasis telutih.
Dari berbagai jemaat dengan berbagai karakter hidup, sudah barang tentu
beliau pun mengalami 1001 macam tantangan, namun hingga detik ini
dengan rahmat yang besar dari Tuhan Yesus beliau bersama keluarga tetap
ada untuk terus mengabarkan sukacita dan janji keselamatan dari Tuhan
Yesus Kepada banyak orang.
Hal ini menjadi contoh bagi kita semua, untuk melayani Tuhan dengan
motivasi dan tujuan yang benar, berangkat dari hati yang tulus, dengan
tujuan yang benar. Dengan pelayanan yang seperti ini, maka kehidupan kita
sehari-hari pun akan lebih baik dan lebih bersih.
Secara lembaga mungkin Ibu pendeta masuk dalam masa
pensiun/Emeritus, namun dalam panggilan pelayanan Ibu Pendeta dan
keluarga akan terus melayani hingga Tuhan menentukan akhir dari
tanggung jawab pelayanan itu.
Maka pada kesempatan ini juga, kami keluarga besar sektor siloam
menyampaikan terima kasih bagi Ibu pendeta dan keluarga atas panggilan
pelayanan yang telah terjalani selama kurang lebih 6 tahun 1 bulan di
jemaat ini termasuk kami yang ada di sektor siloam yang juga mengalami
pelayanan yang telah dilakukan.
Sekaligus kami juga menyampaikan permohonan maaf, jika selama
melakukan tugas pelayanan di jemaat ini, terkhusus di sektor siloam, ada
banyak hal yang telah dilakukan salah atau kurang baik bapak pendeta dan
keluarga. Semoga apa yang telah dilakukan oleh bapak pendeta dan
keluarga akan menjadi motivasi bagi kami untuk terus melayani, untuk
saling menguatkan dalam membangun iman, selama menjalani hidup ini.

Tuhan Kiranya Menyertai dan Memberkati Kita Sekalian. Amin

Anda mungkin juga menyukai