Materi 4 Defenisi Kebudayaa
Materi 4 Defenisi Kebudayaa
WUJUD KEBUDAYAAN
A.L. Kroeber pernah menganjurkan untuk membedakan secara tajam wujud kebudayaan
sebagai suatu system dari ide-ide dan konsep-konsep dari wujud kebudayaan sebagai suatu
rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpolo. Serupa dengan itu J. J. Honigmann
dalam bukunya “The World of Man” membedakan adanya tiga gejala kebudayaan yaitu; 1)
ideas, 2) activities, 3) artifacts. Sedangkan Koentjaraningrat mengatakan bahwa kebudayaan itu
terdapat tiga wujudnya yaitu:
1. Wujud pertama, kompleks ide-ide, gagasan, nilai, dan norma-norma, serta aturan-aturan.
Wujud ini disebut wujud ideal dan sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat karena berada dalam
kepala atau dalam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan itu hidup atau
berkembang. Ide dan gagasan-gagasan manusia banyak hidup bersama dalam suatu
masyarakat dan saling terkait satu dengan yang lainnya menjadi sutu system, sehingga
disebitlah dengan system budaya (cultural system)
2. Wujud kedua, adalah kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat, biasa disebut system social (social system) karena terdiri dari aktivitas-aktivitas
hubungan antara orang dari saat ke saat, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, menurut pola-
pola tertentu yang berdasarkan adat-istiadat tata kelakuan.
3. Wujud ketiga sebagai benda-benda hasil karya manusia, disebut kebudayaan fisik berupa total
dari hasil fisik perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat.
SIFAT-SIFAT KEBUDAYAAN
Kebudayaan yang dipunyai oleh umat manusia mempunyai sifat-sifat tertentu, yakni:
1. Bahwa kebudayaan itu merupakan milik yang dipahami dan dibagi bersama (shared), oleh
sebagian terbesar anggota masyarakat pendukung kebudayaan itu.
2. Bahwa kebudayaan itu diperoleh dan diteruskan secara sosial melalui prosoes belajar.
3. Bahwa kebudayaan umat manusia di muka bumi ini sangat bervariasi.
1 Bahwa nilai dalam kebudayaan itu relatif.
2 Bahwa kebudayaan itu dinamis.
6.2 RANGKUMAN
Terdapat banyak defenisi yang berkenaan dengan kebudayaan. Namun yang kini banyak
digandrungi oleh ahli Antropologi adalah defenisi perilaku menyorot kebudayaan sebagai pola-
pola yang dapat diobservasi; dan konsep ini berkaitan erat dengan adat-istiadat atau cara hidup
dari kelompok-kelompok orang tertentu. Sedangkan defenisi kognitif adalah membatasi
kebudayaan hanya pada pengetahuan, kepercayaan dan nilai yang menjadi pedoman bagi
perilaku. Dengan demikian kebudayaan dilihat berada pada tatanan ideasional yang tidak dapat
diobservasi.
Meskipun kebudayaan termasuk dalam tatanan ideasional mengabaikan atau
mengganggap perilaku sebagai kebudayaan, namun perilaku terlihat tidak terpisah dari, atau
sebagai konsekuensi logis dari kebudayaan. Keterkaitan antara kebudayaan dan perilaku itulah
yang kemudian disebut sebagai sistem sosio-budaya.
Kebudayaan mempunyai sifat-sifat tertentu diantaranya:
1. Milik yang dipahami dan dibagi bersama oleh sebagian besar anggota masyarakat.
2. Diperoleh dan diteruskan secara sosial melalui proses belajar
3. Kebudayaan yang ada dimuka bumi ini bervariasi
4. Nilai dalam kebudayaan relatif dan
5. Kebudayaan itu dinamis.
Selain itu, dalam setiap kebudayaan sekurang-kurangnya dapat ditemukan unsur-unsur
antara lain:
1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi dan kepercayaan
7. Kesenian.
Pengetahuan, kepercayaan dan nilai merupakan konstruksi yang terhimpun melalui
pengalaman yang diperoleh dan tersusun dalam peta kognisi seseorang. Ketiga unsur kognitif itu,
dapat dilacak perbedaannya melalui bentuk pernyataan seperti apa yang orang ketahui, yang
dipercayai, dan apa penilai orang berkenaan dengan suatu obyek atau peristiwa tertentu. Jika
pengetahuan, kepercayaan, dan nilai itu dipunyai dan dibagi bersama oleh sebagian besar
anggota masdyarakat, maka dapat disebut sebagai pengetahuan budaya, kepercayaan budaya,
dan nilai budaya.
Kalangie, Nico S.
1994 Kebudayaan dan kesehatan: pengembangan dan pelayanan kesehatan primer
melalui pendekatan , Jakarta: Megapoin
Keesing ,Roger M.
1996 Antropologi Budaya: Suatu Prespektif Kontenporer, Jakarta Erlangga.
Koentjaraningrat
1980 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta Rineka Cipta
Spradley, James P.
1972 Culture And Cognition: Rules, Maps,and Plans.USA: Chandler Pub. Com
Spredlay, James P.
1980 Participant Observation . New York: Holt, Rinehart & Winston
Suparlan, Parsudi
1996 Pengentasan Kemiskinan dan Mobilitas Sosial: Prespektif lalu lintas budaya.
Makalah disajikan pada seminanr nasional dan serasehan IV Mahasiswa Antropologi Se-
Indonesia Di Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang 3-10 Maret 1996