Anda di halaman 1dari 9

1.

Completely Stirred-Tank Reactor

Dalam reaktor diaduk-tank terus-aliran (CSTR), reaktan dan produk akan terus ditambahkan
dan ditarik. Dalam prakteknya, agitasi mekanik atau hidrolik diperlukan untuk mencapai komposisi
seragam dan suhu, pilihan sangat dipengaruhi oleh pertimbangan proses. The CSTR adalah kebalikan
ideal dari batch dan tubular reaktor plug-aliran baik diaduk. Analisis kombinasi yang dipilih dari jenis
reaktor ini dapat berguna dalam kuantitatif mengevaluasi gaslebih kompleks, liquid, dan perilaku
solid-aliran

1.1 Pengertian dan Konsep

CSTR Reaktor adalah suatu alat industri kimia, Reaktor alir Tangki Berpengaduk ini adalah
pencampuran dua fluida direaksikan bersamaan untuk menghasilkan suatu fluida yang berbeda dari
fluida sebelumnya. Reaksi ini terjadi pada temperatur tertentu yang harus dipertahankan tetap besar
atau konstan agar dapat dihasilkan fluida atau produk yang diinginkan. Reaktor alir Tangki
Berpengaduk ini dipanaskan menggunakan sistem tertutup didalam tangki dan jaket yang mengelilingi
tangki.

1.2 Penerapan CSTR

Tujuan penelitian agar proses kimia dapat berjalan dengan lancar dimana terjadinya suatu
hasil yang sesuai dengan produk yang diinginkan, maka diperlukan suatu alat yang lazimnya disebut
Reaktor Alir Tangki Berpengaduk.

1.2.1 METODE PENELITIAN

1.2.1.1 Menghitung dan Menentukan Aliran Fluida pada Tangki

Viskositas Dinamik pada Produk ( Latek ) Dimana :

ρ : Massa Jenis Fluida di dapat pada lampiran 3 di tabel 3 Sifat – sifat cairan jenuh pada
temperatur 1400 C adalah 928,27 kg/m3 ϑ : Viskositas Kinematik di dapat pada lampiran 3 di tabel 3
sifat – sifat cairan jenuh pada temperatur 1400 C adalah 0,214 x 10-6 m2/s

Maka : Dari perhitungan yang didapat dari data – data yang telah ada, viskositas dinamik
pada produk atau latek di dapat 1,98 x 10-4 kg/m.s, viskositas dinamik pada produk atau latek sudah
tepat atau sudah efektif ( sesuai dengan syarat – syarat sempurnanya proses ), karena angka
kekentalan fluida pada latek yang didapatkan mendekati kapasitas fluidanya.

1.2.2 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan mengenai analisis reaktor alir tangki berpengaduk
dengan kapasitas 20 m3 dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain : 1. Viskositas dinamik fluida
atau kekentalan fluida pada latek atau produk adalah 1,98 x 10-4 kg/m.s sedangkan vikositas dinamik
fluida atau keketalan fluida pada steam adalah 1,72 x 10-4 kg/m.s, terdapat perbedaan karena latek
lebih kental dari steam. 2. Aliran Fluida pada reaktor alir tangki berpengaduk adalah aliran turbulen.
3. Perpindahan panas di fluida atau latek dengan pemanasan steam dengan aliran turbulen adalah
konduksi dan konveksi panasnya sesuai dengan fluida atau lateknya. 4. Reaktor alir tangki
berpengaduk kapasitas 20 m3/jam menggunakan material SA 193 grade B7 ≤ 2½′′ dengan ketebalan
10 mm untuk tangki dan material SA 240 grade 316 dengan ketebalan 16 mm untuk jaket adalah tepat
dan aman. 5. Untuk Reaktor alir tangki berpengaduk kapasitas 20 M3 mengunakan tipe motor
Y200L1-2 dengan daya motor 30 Kw, 380 Volt : AC – 50 Hz.

1.3 Gambar-Gambar Contoh Model CSTR

2 Sequencing Batch Reactor Reaktor

sequencing batch (SBR) atau reaktor batch berurutan adalah jenis proses lumpur aktif untuk
pengolahan air limbah. reaktor SBR mengolah air limbah seperti limbah atau output dari digester
anaerobik atau mekanis fasilitas pengolahan biologis dalam batch. Oksigen ditiupkan melalui
campuran air limbah dan lumpur aktif untuk mengurangi bahan organik (diukur karena permintaan
biokimia oksigen (BOD) dan kebutuhan oksigen kimia (COD)). limbah diperlakukan mungkin cocok
untuk debit ke permukaan air atau mungkin untuk digunakan di darat.

2.1. Pengertian dan Konsep SBR Sequencing Batch Reactor (SBR)

merupakan sistem pengolahan lumpur aktif dengan operasi isi (fill) dan tuang (draw)
(EPA,1999). Sistem pengolahan ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan system lumpur aktif
(Activated sludge) konvensional lainnya karena proses equalisasi, pengolahan biologi, pengendapan
tahap dua terjadi dalam satu tangki dengan system waktu yang berurutan. Sistem operasional SBR
terdiri atas fill, react, settle, decant dan fase idle.

2.2. Penerapan SBR


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penyisihan karbon pada SBR, jika fase
iddle tersebut diganti menjadi fase stabilisasi. Kemudian, SBR yang sudah dimodifikasi fase iddle ini,
ditambahkan karbon aktif yang tujuannya untuk mengetahui pengaruh karbon aktif terhadap
penyisihan COD.

2.2.1 Metode Penelitian Penelitian SBR

ini berskala laboratorium dimana digunakan miniature reaktor SBR yang dilengkapi dengan
aerator , pengaliran dengan sistem mariotte sebagai pengganti suplai air limbah melalui pompa,air
limbah buatan/artifisial dengan komposisi glukosa (C):urea (N):TSP (P) = 100 : 5 : 1. Pengoperasian
reaktor sepenuhnya dalam kondisi aerob. Keseluruhan siklus terdiri dari 5 fase yaitu fil (fill aerated)l,
react, settle, draw, idle. Dalam penelitian kali ini dilakukan variasi terhadap waktu reaksi dan waktu
stabilisasi. Variasi waktu reaksi terdiri dari 0,5 ; 1 ; 1,5 ; dan 2 jam. Dan variasi waktu stabilisasinya
adalah 3, 4, 5,dan 6 jam. Selama percobaan konsentrasi oksigen terlarut dijaga tetap diats 2 mg/L dan
Ph dalam rentang 6-8. Pengambilan sampel dilakukan pada diambil pada pipa Mariote untuk COD
inlet dan akhir react sebagai sampel outlet. Untuk sampel MLSS pengambilan sample dilakukan pada
fase fill, react, settle,draw dan stabilisasi. Sedangkan data penunjang lainnya seperti pH, DO, dan
temperature pengambilan dilakukan pada fase react, lumpur diendapkan sebentar dan diambil air yang
jernih.

2.2.2 kesimpulan

1. Efisiensi Penyisihan COD yang optimum terjadi pada variasi waktu reaksi 1 jam dan waktu
stabilisasi 6 jam yaitu sebesar 97,02 %.

2. Penambahan karbon aktif pada SBR dapat meningkatkan penyisihan COD sebesar 2 % dari
penyisihan COD tanpa penambahan karbon aktif..

2.3 Gambar contoh SBR


3. Plug-Flow Reactor

Untuk reaksi heterogen, misalnya antara bahan baku gas dengan katalis padat
menggunakan model PFR. PFR mirip saringan air dari pasir. Katalis diletakkan pada suatu pipa
lalu dari sela-sela katalis dilewatkan bahan baku seperti air melewati sela-sela pasir pada
saringan. Asumsi yang digunakan adalah tidak ada perbedaan konsentrasi tiap komponen yang
terlibat di sepanjang arah jari-jari pipa

3.1. Pengertian dan Konsep PFR

PFR adalah suatu reaktor berbentuk pipa yang beroperasi secara kontinyu.
Dalam PFR selama operasi berlangsung bahan baku dimasukkan terus menerus dan
produk reaksi akan dikeluarkan secara terus menerus sehingga disini tidak terjadi
pencampur ke arah aksial dan semua molekul mempunyai waktu tinggal di dalam
reaktor sama besar

3.2. Penerapan PFR

PFR biasa digunakan untuk mempelajari beberapa proses penting seperti reaksi termal
dan reaksi kimia plasma dalam aliran gas yang cepat serta daerah katalisis. Dalam beberapa
kasus, hasil yang didapat tidak hanya membantu kita dalam memahami karakteristik proses-
proses kimia, tetapi juga dapat memberikan kita pengertian praktis dari proses-proses kimia
yang penting

3.3 Gambar-Gambar Contoh Model PFR


4. Perbandingan batch reactor dan continuous reactor

Batch Reactor adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal, yaitu reaksi yang
berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang berpasangan dengan persamaan
kesetimbangan dan stoikiometri.

Reaktor kontinyu (alternatif disebut sebagai reaktor aliran) membawa bahan sebagai sungai
yang mengalir. Reaktan terus dimasukkan ke reaktor dan muncul sebagai aliran kontinu produk.
reaktor kontinyu digunakan untuk berbagai macam proses kimia dan biologi dalam industri makanan,
kimia dan farmasi. Sebuah survei dari pasar reaktor kontinyu akan muntah berbagai menakutkan dari
bentuk dan jenis mesin. Di bawah variasi ini namun terletak jumlah yang relatif kecil dari fitur desain
kunci yang menentukan kemampuan reaktor. Ketika mengklasifikasikan reaktor kontinyu, dapat lebih
bermanfaat untuk melihat fitur desain ini daripada seluruh sistem
5. Daftar Pustaka

1.CSR

2.SBR

Benefield, L.D., and Randall, CW., 1980,Biological Process Design for Wastewater
Treatment, PrenticeHall,inc, Engelwood Cliffs, Newyork
Grady, C.P.L.,Daigger,G, and Lim,H, 1999,
Biological Wastewater Treatment. Marcel
dekker,Inc, New york,NY.
Irvine,R.L. and Ketchum,L.H, 1986,
Sequenacing Batch Reactor for
Biological Waste water Treatment, CRC
Critical Reviews in environmental Control
vol.18.

Liao, B.Q., Allen D.G., Droppo I.G., Leppard

G.G., and Liss S.S., 2001, Surface


Properties of Sludge and Their role in
Bioflocculation and Settleability, Water
Research Vol 35,No.2
Sudarjanto, 1998 , Active Carbon in
Activated Sludge, ITB Press,
Bandung
Sundstrom, Donald W. dan Herbert E. Klei,
1979, Waste Water Treatment, Prentice
Hall Inc. Usa
Tchobanoglous, G. and F.L Burton, 1991,
Waste Water Engineering Treatment
Disposal Reuse, Third Edition, McGraw
– Hill Book Co., Singapore
Tchobanoglous, G. and F.L Burton, 2003,
Wastewater Engineering: Treatment and
Reuse, 4th Ed. McGraw-Hill.Inc., New
York.
Water Environment Association, 1987,
Microorganism and Their Role in The
Activated Sludge Process . http:// www.
College . ucla.edu/webproject

3.PRF

Bewley, J.D. dan Black, M. (1985). Seeds Physiology of Development and Germination. Plenum
Press, New York.
Galliard, T. (1971). Enzymic deacylation of lipids in plants. The effects of free fatty acids on the
hydrolysis of phospholipids by the lipolytic acyl hydrolase of potato tubers. European Journal of
Biochemistry 21: 90-98.

Granner, D.K., Mayes, P.A., Murray, R.K. dan Rodwell, V.W. (2003). Harper’s Illustrated
Biochemistry, 26th edition, Mc Graw-Hill Companies Inc., New Delhi.

Harnung, B., Amtmann, E. dan Sauer, G. (1994). Lauric acid inhibits the maturation of vesicular
stomatitis virus. Journal of General Virology 72: 353-361.

Kabara J.J., Swieczkowski, D.M., Conley, A.J. dan Truant, J.P. (1972). Fatty acid derivatives as
antimicrobial agent. Antimicrobial Agent and Chemotherapy 2: 23-28.

Nicole, M.R., Evert, G.S. dan Martijn, B.K. (2001). Consumption of a solid fat rich in lauric acid
result in a more favorable serum lipid profile in healthy men and women the consumption of a solid
fat rich in trans-fatty acid. Journal of Nutrition 131: 242-245.

Oo, K.C. dan Stumpf, P.K. (1983). Some enzymic activities in the germinating oil palm (Elaeis
guineensis) seedling. Plant Physiology 73: 1028-1032.

Pahoja, V.M., Dahot, M.U. dan Sethar, M.A. (2001). Characteristic properties of lipase crude extract
of Caesalpinia bounducella L. seeds. Journal of Biological Sciences 1: 775-778.

Rashid, K., Shimada, Y., Ezaki, S., Atomi, H. dan Imanaka, T. (2001). Low temperature lipase from
psychrotrophic Pseudomonas sp. strain KB700A. Applied and Environmental Microbiology 67: 4064-
4069.

Sana, N.K., Hossin, I., Haque, E.M. dan Shaha, R.K. (2004). Identification, purification and
characterization of lipase from germination oil seed (Brassica napus L.). Pakistan Journal of
Biological Sciences 7: 246-252.

Sui, M. dan Chandra, W. (2007). Aktivitas lipase kasar dalam buah kelapa yang digerminasi
(ditunaskan). Laporan Penelitian Dosen Muda Dirjen DIKTI Depdiknas Republik Indonesia.

Sui, M. (2007). Karakterisasi Enzim Lipase Kentos Kelapa. Makalah pada Konferensi Internasional
Biologi Molekular Ilmu Hayati, 2007, Universitas Brawijaya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai