Anda di halaman 1dari 39

PERATURAN

PENGELOLAAN LIMBAH B3

Fina Binazir Maziya


Peraturan yang berlaku di USA
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan erat dengan
masalah limbah B3 adalah :

1. TSCA (Toxic Substances Control Act) tahun 1976


2. RCRA (Resource Conservation and Recovery Act) tahun 1976
3. HSWA (Hazardous and SolidsWaste Amandements Act) tahun
1984
4. CERCLA (Comprehensive Environmental Response, Compensation,
and Liabilities Act) tahun 1980
5. SARA (Superfund Amandement and Reautorization Act) tahun
1986
Peraturan yang berlaku di USA
 TSCA (Toxic Substances Control Act)

TSCA memberikan kewenangan pada EPA (Environmental


Protection Agency) untuk mengidentifikasi dan memantau bahan-bahan
kimia berbahaya di lingkungan dan mendapatkan informasi tentang
bahan berbahaya di sumbernya (pabrik).

Contoh produk yang tidak termasuk kontrol TSCA adalah tembakau,


pestisida, bahan nuklir, senjata api, makanan, aditif utk makanan, obat-
obatan dan kosmetik.
Peraturan yang berlaku di USA
Bahan-bahan kimia yang diproduksi sebelum TSCA, juga terkena
peraturan tersebut

Tidak ada satu pun bahan kimia yang boleh diimport atau dieksport
tanpa kontrol dan persetujuan EPA
Peraturan yang berlaku di USA
 RCRA (Resource Conservation and Recovery Act)
Program-program penanganan limbah B3 yang dibahas
dalam RCRA adalah:
1. Identifikasi dan penyusunan daftar limbah B3
2. Peraturan bagi penghasil limbah B3
3. Peraturan bagi pengangkut limbah B3
4. Peraturan bagi pemilik dan operator fasilitas
penyimpanan, pengolahan, dan pembuangan limbah
B3
5. Pedoman bagi lembaga-lembaga yang berwenang
dalam pemantauan dan pengawasan pengelolaan
limbah B3
Peraturan yang berlaku di USA
Jenis-Jenis limbah yang tidak termasuk dalam daftar limbah B3
menurut RCRA :
1. Limbah cair rumah tangga
2. Limbah cair industri yang memiliki peraturan perundangan tersendiri
3. Limbah nuklir yang memiliki peraturan perundangan tersendiri
4. Air saluran irigasi
5. Limbah rumah tangga
6. Limbah dari pertambangan dan prosesnya
7. Pupuk dari kegiatan pertanian dan peternakan
8. Debu dari pabrik semen
9. Limbah pembakaran dari batubara (abu, abu terbang)
10.Minyak dan gas dari lumpur pengeboran
Pengelolaan Limbah B3 versi RCRA
 Program Cradle to Grave, yaitu dari timbul sampai dikubur,
Apa maksudnya ?

Bahwa pengelolaan limbah B3 harus mulai dari identifikasi,


persyaratan-persyaratan mulai dari sumber (timbulan),
transportasi, pengolahan, penyimpanan, dan pembuangan
Konsep Cradle to Grave Versi RCRA
Bagaimana cara untuk melakukan
pelacakan dan pengelolaan sesuai
dengan konsep cradle to grave ?
EPA GENERAT
Copy - 5 OR
(copy - 6) Copy - 1

TRANSPORTE
R
(copy – 4)

TREATMENT,
Copy - 2
STORAGE,
DISPOSAL
(copy – 3)
Sistem Pemantauan Limbah B3 versi RCRA
Pemantauan Limbah B3
versi RCRA
 Setiap manifes isian tersebut berisi antara lain :
- Pernyataan bahwa Generator telah menggunakan cara-
cara terbaik guna mengurangi volume dan toksisitas
limbah B3-nya
- Pernyataan bahwa sarana yang dipilih oleh Generator
adalah yang terbaik dalam meminimkan risiko terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan
 Program-program yang tercantum dalam RCRA diatur
sedemikian sehingga setiap pemerintah daerah / negara
bagian dapat menerapkan sistem perijinan dan peraturan
yang berlaku di daerahnya masing-masing
 Setiap negara bagian dapat menerima autorisasi EPA
selama program pengelolaan limbah yang berlaku
konsisten dengan program RCRA
Bagaimana di Indonesia??
Peraturan yang berlaku di Indonesia
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan erat dengan masalah limbah
B3 adalah :
1. PP No 101 Tahun 2014 mengenai Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 128 tahun
2003 tentang Tatacara Dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah
Minyak Bumi Dan Tanah Terkontaminasi Oleh Minyak Bumi secara
Biologis
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun
2007 tentang Fasilitas Pengumpulan Dan Penyimpanan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Pelabuhan
4. Keputusan Kepala Bappedal nomor 1 – 5 Tahun 1995
Pemantauan Limbah B3
versi Indonesia
 Mata rantai siklus perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil
limbah B3 sampai penimbunan
akhir oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi.
 Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan limbah B3
dikendalikan dengan sistem manifest berupa dokumen limbah B3.
 Dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu
penyerahan limbah B3 oleh penghasil limbah B3 atau pengumpul
limbah B3 kepada pengangkut limbah B3.
Pelacakan di Indonesia
Dokumen limbah B3 tersebut berisi ketentuan sebagai berikut :
a. nama dan alamat penghasil atau pengumpul limbah B3
yang menyerahkan limbah B3;
b. tanggal penyerahan limbah B3;
c. nama dan alamat pengangkut limbah B3;
d. tujuan pengangkutan limbah B3;
e. jenis, jumlah, komposisi, dan karakteristik limbah B3
yang diserahkan.
Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang
dihasilkan dan berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses
pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki
persyaratan lingkungan.
Pemegang Dokumen Manifest
Dokumen No 1
(putih): Pengangkut
Dokumen No 2
(kuning):
Bapedal/KLH
Dokumen No 3
(hijau): Penghasil
Dokumen No 4
(merah
muda):pengumpul/p
engolah
Dokumen No 5
(biru): Bapedal/KLH
Dokumen No 6
(krem): Provinsi
Dokumen No 7
(ungu): Penghas
Pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3 dilakukan oleh
Pemerintah Daaerah Tingkat I yang meliputi:

a. Penghasil limbah B3 yang berpotensi mengakibatkan


pencemaran yang melintasi lintas batas Tingkat II menjadi tugas
dan tanggung jawab Tingkat I untuk mengawasinya.

b. Penghasil limbah B3 yang berpotensi mengakibatkan


pencemaran yang melintasi batas Tingkat I menjadi tugas dan
tanggung jawab Bapedal Wilayah untuk mengawasinya.
1. Penetapan Limbah B3
2. Pengurangan Limbah B3
PP No 101 Tahun 2014
3. Penyimpanan Limbah B3
4. Pengumpulan Limbah B3
5. Pengangkutan Limbah B3
6. Pemanfaatan Limbah B3
7. Pengolahan Limbah B3
8. Penimbunan Limbah B3
9. Dumping Limbah B3
10.Pengecualian Limbah B3
11.Perpindahan Lintas Batas B3
12.Penanggulangan Pencemaran LH dan atau Kerusakan LH dan
Pemulihan Fungsi LH
13.Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan Limbah B3
14. Pembinaan
15. Pengawasan
16. Pembiayaan
17. Sanksi Administratif
EKSPORT DAN IMPORT
LIMBAH B3
Basel Convention
 Basel Convention (verbose: Basel Convention on the
Control of Transboundary Movements of Hazardous
Wastes and Their Disposal)
 Convention ini muncul setelah ada berbagai kejadian
pengiriman limbah B3 dari negara maju ke negara
berkembang atau miskin.
 Contohnya kasus Khian Sea (1988), kapal pengangkut
limbah abu dari pembakaran radioaktif di Philadelphia
menimbun limbah di laut Khian merupakan bagian dari
Haiti.
 Tahun 1988, 8000 barrels limbah B3 diangkut dari Italy
menuju Nigeria (Koko) dan membuang limbahnya disana
dengan biaya $100 perbulan.
 Basel convention dimulai tahun 1989 dan secara
serentak 51 negara menandatanganinya pada tahun
1992.
 Tujuan :
Mengurangi dan membatasi perdagangan limbah B3
terutama dari negara maju ke negera berkembang
 Setiap negara yang menandatangani konvensi ini wajib :
- Meminimalkan limbah B3 yang dihasilkan
- Menyediakan tempat pengolahan limbah B3 yang
memadai
- Mengontrol dan mengurangi perdagangan limbah B3 di negaranya.
- Melakukan pengelolaan limbah B3 yang berwawasan lingkungan.
- Peraturan dan sanksi terhadap illegal trading dan illegal traffic.

Convention ini juga mengatur mengenai jenis


limbah B3 yang dilarang untuk diperdagangkan.
Selain itu ada pembatasan mengenai
perdagangan limbah diantara negara yang
menandatangani konvensi ini dan yang tidak
menandatangani.
Implementasi di Indonesia
 Keppres no 61 Tahun 1993 tentang ratifikasi basel convention.
 UU nomer 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
 PP Limbah B3, diatur pada pasal 53 tentang perpindahan lintas batas.
 Pengangkutan limbah B3 dari luar negeri harus diberitahukan terlebih
dahulu dan disetujui oleh instansi terkait.
 Pengiriman limbah B3 juga harus mendapat persetujuan dari negara
penerima dan instansi terkait
 Rancangan Peraturan Pemerintah (belum disahkan)- bagian notifikasi B3-
bagian keenam pasal 18
Penyebaran Limbah B3 di Alam
Kontaminan B3 dapat dilepaskan ke alam melalui :
1. Proses manufaktur
2. Penggunaan produk
3. Pengolahan dan pembuangan limbah
Limbah Gas
Buang

Bahan Baku

PP No.101 Tahun 2014


 Setelah terlepas ke lingkungan, kontaminan B3 bergerak
dan mempengaruhi faktor-faktor lingkungan
 Kontaminan tersebut dapat bergerak dengan cepat atau
lambat menuju unsur lingkungan penerima dalam bentuk
asalnya atau dalam bentuk yang telah berubah
Proses Penyebaran LB3 di Atmosfer dan Dalam Tanah
(Sumber : LaGrega, 1994)
Proses Penyebaran LB3 di Lingkungan Akuatik
(Sumber : LaGrega, 1994)
Penyebaran Kontaminan dalam Air
 Dapat diakibatkan karena disengaja atau karena
kecelakaan
 Sumber pencemaran air :
1. Effluen dari fasilitas pengolahan limbah
2. Air pendingin dari boiler atau insinerator
3. Lindi dari landfill
4. Sumber-sumber lain
Penyebaran Kontaminan dalam Air
 Perlu diperhatikan pembuangan limbah industri yang
ilegal
 Sifat fisik kimia kontaminan yang terlepas ke
lingkungan sangat mempengaruhi pergerakannya di
lingkungan perairan
 Kelarutan zat dalam air merupakan parameter penting
karena semakin solubel (mudah melarut) maka
semakin luas distribusinya
Proses Perpindahan Insektisida Dalam Ekosistem Air
(Sumber : Crawford & Donigran, 1973)
Penyebaran Kontaminan dalam Tanah
dan Batuan
 Jenis kontaminan yang paling umum adalah lindi
 Proses terbentuknya lindi dari landfill dipenggaruhi oleh faktor-
faktor keseimbangan air di alam :
1. Curah hujan
2. Runoff yang mengalir menuju landfill
3. Infiltrasi air ke dalam lampisan limbah dalam landfill
4. Aliran air tanah pada bagian landfill yang terletak di bawah muka
air tanah
Penyebaran Kontaminan dalam Tanah
dan Batuan
 Masuknya lindi atau kontaminan B3 lainnya ke dalam batuan
atau tanah sangat dipengaruhi olehkarakteristik geologik
 Faktor-faktor geologik :
1. Struktur tanah dan batuan
2. Komposisi tanah dan kemampuan mengalirkan fluida
3. Porositas tanah dan kemampuan menyimpan fluida
Penyebaran Kontaminan dalam Tanah
dan Batuan
 Lapisan tanah merupakan kompartemen yang heterogen,
mengandung kerikil, pasir, lanau, lempung, dan materi
organik
 Bagian atas merupakan zona tidak jenuh (vadose zone),
pori-porinya 20-40% dari volume tanah yang terisi oleh
udara dan air
 Bagian bawah terletak zona jenuh (saturated zone) yang
terdiri dari kerikil dan pasir yang banyak mengandung air
Penyebaran Kontaminan dalam Tanah
dan Batuan
 Di bagian bawah zona jenuh terdiri dari batuan basal
 Dalam zona tidak jenuh, kontaminan B3 akan mengalami
transpor melalui tiga mekanime :
- dalam fase cair
- dalam fase uap/gas
- diadsorsi pada partikel tanah
Penyebaran Kontaminan dalam Tanah
dan Batuan
 Transpor paling umum adalah perkolasi, yang dipengaruhi
oleh gravitasi, porositas tanah, adsorpsi, reaksi abiotik dan
biologi
 Jarak suatu zat berpindah disebut sebagai jarak leaching
 Kontaminan B3 yang hidropobik akan cenderung tetap berada
dalam tanah
 Tanah umumnya bermuatan negatif yang membuat zat bersifat
anionik akan ditolak dan bergerak tanpa hambatan,
kebalikannya kation akan mudah terikat pada partikel tanah

Anda mungkin juga menyukai