Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEBIJAKAN MONETER DALAM MENJAGA KESTABILAN


NILAI RUPIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Publik
Dosen : Drs. H. Asmungi, S.H., M.Si

OLEH

MUHAMMAD FACHRY FACHRUDIN


32.1117/G-6.06

PRODI TEKNOLOGI REKAYASA INFORMASI PEMERINTAHAN


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
KAMPUS SUMATERA BARAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa selalu kita panjatkan kepada kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu untuk memenuhi tugas
Kebijakan Publik yang berjudul : “KEBIJAKAN MONETER DALAM
MENJAGA KESTABILAN NILAI RUPIAH”

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Asmungi, S.H., M.Si. selaku Dosen pembimbing yang telah


membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini

2. Keluarga penulis yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis
setiap saat

3. Teman-teman penulis yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang selalu
membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini

Penulis menyadari makalah ini memiliki banyak kekurangan dikarenakan


terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu kritik dan
saran membangun diharapkan agar penulis dapat memperbaiki pembuatan
makalah dan menjadi lebih baik kedepannya. Pada akhirnya penulis berharap
makalah ini dapat memiliki manfaat untuk para pembaca.

Baso, 01 November 2022

Penulis
i
DAFTAR ISI

hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1.Latar Belakang Masalah......................................................................1

1.2.Identifikasi Masalah........................................................................2

1.3.Batasan Masalah....................................................................................2

1.4.Rumusan masalah.................................................................................3

1.5.Tujuan Penulisan...................................................................................3

1.6.Manfaat Penulisan................................................................................3

BAB II: KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN.............................................4

2.1. Konsep Teori.........................................................................................4

2.1.1.Kebijakan Publik..........................................................................4

2.1.2.Krisis Moneter..............................................................................5

2.2.Pembahasan............................................................................................6

2.2.1.Penyebab Nilai Mata Rupiah Turun..........................................6

2.2.2.Pengelolaan Keuangan Negara....................................................8

2.2.3. Kondisi Perekonomian Negara...................................................9

2.2.4. Utang Negara..............................................................................10

2.2.5. Suku Bunga Keuangan Negara.................................................10

BAB III: PENUTUP.............................................................................................13

3.1.Kesimpulan...........................................................................................13

3.2.Saran......................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Kebijakan moneter adalah tindakan dan komunikasi bank sentral yang
mengelola jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar termasuk bentuk kredit,
uang tunai, cek, dan reksa dana pasar uang. Bentuk uang yang paling penting
adalah kredit. Kredit termasuk pinjaman, obligasi, dan hipotek. Kebijakan
moneter meningkatkan likuiditas untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi. Ini
mengurangi likuiditas untuk mencegah inflasi. Bank sentral menggunakan suku
bunga, persyaratan cadangan bank, dan jumlah obligasi pemerintah yang harus
dimiliki bank. Semua alat ini memengaruhi berapa banyak bank dapat
meminjamkan, volume pinjaman mempengaruhi jumlah uang beredar.

Bank sentral menggunakan kebijakan moneter kontraktif untuk mengurangi


inflasi. Mereka mengurangi jumlah uang beredar dengan membatasi volume uang
yang dapat dipinjamkan bank. Bank mengenakan tingkat bunga yang lebih tinggi
dan membuat pinjaman lebih mahal. Akibatnya akan ada lebih sedikit sektor
bisnis dan individu yang meminjam sehingga memperlambat pertumbuhan
ekonomi. Bank sentral menggunakan kebijakan moneter ekspansif untuk
mengurangi pengangguran dan menghindari resesi. Mereka meningkatkan
likuiditas dengan memberi bank lebih banyak uang untuk dipinjamkan. Kemudian
bank akan menurunkan suku bunga sehingga membuat pinjaman lebih murah.

Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan


mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas
harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan
neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga
stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga
serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Jika kestabilan dalam
kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat digunakan
untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama
kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor
riil. Kebijakan moneter adalah upaya mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga.

Kebijakan moneter di Indonesia dilakukan dikarenakan nilai mata uang


Rupiah yang semakin melemah dimana mencapai RP 15.200 per dolar AS dimana
nilai ini semakin meningkat dari tahun sebelumnya. Rupiah itu termasuk soft
currency, yaitu mata uang yang mudah berfluktuasi ataupun terdepresiasi, karena
perekonomian negara asalnya relatif kurang mapan. Mata uang negara-negara
berkembang umumnya adalah mata uang tipe ini, sedang mata uang negara maju
seperti Amerika Serikat disebut hard currency, karena kemampuannya untuk
mempengaruhi nilai mata uang yang lebih lemah. Ketika terjadi krisis Subprime
Mortgage di Amerika Serikat, rupiah sempat terkena imbasnya. Pelemahan rupiah
juga terjadi karena bank sentral negara anggota Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) tengah menyedot likuiditas dengan
menaikkan suku bunga acuan untuk menekan inflasi. Dikarenakan nilai rupiah
yang terus melemah maka Bank Indonesia (BI) melakukan Kebijakan Moneter
agar dapat menjaga kestabilan nilai Rupiah. Berdasarkan masalah yang penulis
ambil maka judul dari makalah ini adalah “KEBIJAKAN MONETER DALAM
MENJAGA KESTABILAN NILAI RUPIAH”

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan yang dapat penulis
ambil, diantaranya:

a. Mengapa nilai mata rupiah bisa turun


b. Pemerintah yang kurang baik dalam mengelola keuangan negara
c. Perekonomian negara yang belum stabil
d. Banyak utang negara yang belum dilunasi
e. Suku bunga negara tidak mengimbangi kenaikan suku bunga negara lain

1.3. Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah diatas dapat dilihat beberapa poin
permasalahan, namun penulis membatasi poin permasalahan makalah ini pada
penyebab turunnya nilai mata rupiah.

2
1.4. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan diatas penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Apakah penyebab nilai mata rupiah yang turun?
b. Bagaimanakah pemerintah mengelola keuangan negara?
c. Bagaimanakah kondisi perekonomian negara yang belum stabil?
d. Mengapa utang negara belum lunas?
e. Mengapa suku bunga negara tidak mengimbangi negara lain?

1.5. Tujuan Penulisan


Penulis memiliki beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian dari melemahnya nilai rupiah
b. Untuk mengetahui sarana dan prasarana pengelolaan keuangan negara
c. Untuk mengetahui solusi dari perekonomian yang tidak stabil
d. Untuk mengetahui kondisi utang negara
e. Untuk mengetahui perbedaan suku bunga negara Indonesia dengan negara
lain

1.6. Manfaat Penulisan


Penulis membuat makalah ini agar pembaca dan penulis dapat mengetahui
mengapa nilai mata uang rupiah bisa turun, utang negara belum dilunasi, suku
bunga negara lain semakin meningkat dibandingkan negara sendiri, lalu langkah
apa yang dilakukan oleh pemerintah untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang
sedang terjadi, juga agar menambah wawasan dari masalah yang diambil oleh
penulis.

3
B A B II
KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1. Konsep Teori

2.1.1. Kebijakan Publik


Kebijakan merupakan keputusan-keputusan yang diambil untuk
kepentingan masyarakat luas, sedangkan kebijkasanaan adalah alternatif
keputusan sebagai bentuk penghormatan atau faktor lainnya untuk
memberikan rasa keadilan dan kebaikan bagi seseorang atau sekelompok
orang terhadap proses kebijaksanaan yang dilakukan. Keduanya mempunyai
pola tersendiri dalam proses, pelaksanaan dan evaluasinya sehingga harus
dibedakan penggunaannya.

Smith dan Larimer (2009:3) di dalam bukunya yang berjudul “The


Public Policy Theory Primer” mengemukakan tentang berbagai pendapat
tentang kebijakan. Policy is whatever governments choose to do or no to do
(Kebijakan itu menurut Dye adalah apa yang dilakukan atau yang tidak
dilakukan oleh pemerintah) (Dye, 1987:1). Dilakukan atau tidak
dilakukannya sebuah kebijakan merupakan bentuk dari kebijakan publik.
Apa pun yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
untuk kepentingan publik atau masyarakat adalah bagian dari kebijakan
publik.

Sementara Eyestone (1971:18) mengemukakan bahwa kebijakan


adalah the relationship of governmental unit to its environment (Hubungan
pemerintah dengan unit-unit dalam lingkungan pemerintahan). Hubungan
antar unit-unit dalam lembaga pemerintahan adalah sebagai bentuk dari
kebijakan yang bersumber secara top-down. Setiap atasan mempunyai
kebijakan yang harus dilaksanakan oleh bawahan, baik secara kelembagaan
atau pun personal. Kebijakan itu berbentuk korelasi antar unsur dan lembaga.

Pengertian kebijakan publik mempunyai banyak tafsir dan makna,


tetapi secara prinsip dan esensi adalah sama. Pandangan dan paradigma
kebijakan publik sebagai sebuah ilmu mempunyai cara pandang tersendiri
bagi sebagian ahli. Para ahli mengklasifikasian makna kebijakan publik ke
dalam 4 sudut pandang, yaitu: Pertama, kebijakan sebagai keputusan.
Beberapa makna/definisi mengenai kebijakan publik yang termasuk dalam
sudut pandang ini. Thomas R. Dye dalam buku Kebijakan Publik Untuk
Negara-negara Berkembang, yang ditulis oleh Riant Nugroho D. (2006)
mendefinisikan bahwa kebijakan publik sebagai “Whatever governments
choose to do or not to do.”, yaitu segala sesuatu atau apapun yang dipilih
oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Dye juga memaknai
kebijakan publik sebagai suatu upaya untuk mengetahui apa sesungguhnya
yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa mereka melakukannya, dan apa
yang menyebabkan mereka melakukannya secara berbeda-beda. Lebih lanjut,
dikatakan bahwa apabila pemerintah memilih untuk melakukan suatu
tindakan, maka tindakan tersebut harus memiliki tujuan. Kebijakan publik 18
tersebut harus meliputi semua tindakan pemerintah, bukan hanya merupakan
keinginan atau pejabat pemerintah.

2.1.2. Krisis Moneter


Krisis moneter adalah sebuah krisis yang berkaitan dengan masalah
keuangan negara. Nama lain krisis finansial atau krisis keuangan. Diambil
dari buku Monetary Policy Strategy (2007) karya Frederic S Mishkin, krisis
moneter adalah krisis yang berhubungan dengan keuangan suatu negara.
Ditandai dengan keadaan keuangan yang tidak stabil akibat lembaga
keuangan dan nilai tukar mata uang yang tidak berfungsi sesuai dengan
harapan.

Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997,


sementara ini telah berlangsung hampir dua tahun dan telah berubah menjadi
krisis ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak
perusahaan yang tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur.
Memang krisis ini tidak seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis
moneter saja, karena sebagian diperberat oleh berbagai musibah nasional
yang datang secara bertubi-tubi di tengah kesulitan ekonomi seperti
kegagalan panen padi di banyak tempat karena musim kering yang panjang

5
dan terparah selama 50 tahun terakhir, hama, kebakaran hutan secara besar-
besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan yang melanda banyak kota
pada pertengahan Mei 1998 lalu dan kelanjutannya.

Penyebab dari krisis ini bukanlah fundamental ekonomi Indonesia


yang selama ini lemah, hal ini dapat dilihat dari data-data statistik di atas,
tetapi terutama karena utang swasta luar negeri yang telah mencapai jumlah
yang besar. Yang jebol bukanlah sektor rupiah dalam negeri, melainkan
sektor luar negeri, khususnya nilai tukar dollar AS yang mengalami
overshooting yang sangat jauh dari nilai nyatanya1 . Krisis yang
berkepanjangan ini adalah krisis merosotnya nilai tukar rupiah yang sangat
tajam, akibat dari serbuan yang mendadak dan secara bertubi-tubi terhadap
dollar AS (spekulasi) dan jatuh temponya utang swasta luar negeri dalam
jumlah besar. Seandainya tidak ada serbuan terhadap dollar AS ini, meskipun
terdapat banyak distorsi pada tingkat ekonomi mikro, ekonomi Indonesia
tidak akan mengalami krisis. Dengan lain perkataan, walaupun distorsi pada
tingkat ekonomi mikro ini diperbaiki, tetapi bila tetap ada gempuran terhadap
mata uang rupiah, maka krisis akan terjadi juga, karena cadangan devisa
yang ada tidak cukup kuat untuk menahan gempuran ini. Krisis ini
diperparah lagi dengan akumulasi dari berbagai faktor penyebab lainnya
yang datangnya saling bersusulan. Analisis dari faktor-faktor penyebab ini
penting, karena penyembuhannya tentunya tergantung dari ketepatan
diagnosa.

2.2. Pembahasan

2.2.1. Penyebab Nilai Mata Rupiah Turun


Melemahnya nilai rupiah merupakan masalah yang sedang dihadapi
oleh negara Indonesia dari tahun ke tahun dimana mengalami penurunan
hingga sekarang nilai rupiah telah menyentuh hingga RP 15.200 per dolar
AS. Ini tentu merupakan hal yang merugikan negara dan juga rakyatnya yang
membuat harga produk impor semakin mahal. Juga karena melemahnya
rupiah membuat hutang negara menjadi lebih besar dari sebelumnya, namun
peyebab dari melemahnya nilai rupiah ini bukan hanya dari kurangnya

6
pengelolaan perekonomian Indonesia namun juga karena menguatnya
perekonomian AS sehingga membuat nilai rupiah menjadi mengecil
terhadapnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003, keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut. Keuangan negara merupakan aspek terpenting
dalam proses penyelenggaraan negara. Proses pembangunan tidak akan
berjalan lancar apabila keuangan negara terganggu atau tidak stabil.

Menguat atau melemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya


ditentukan oleh kondisi dan kebijakan ekonomi dalam negeri akan tetapi juga
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian negara lain yang menjadi mitra
dalam perdagangan internasionalnya serta kondisi non- ekonomi seperti
keamanan dan kondisi politik.

Berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab menurunnya rupiah:

a. Perkembangan ekspor sebagai mesin pencetak devisa tidak dapat dipertahankan


minimal pada posisi tetap bertahan. Kondisinya terus menurun sehingga pelaku
pasar masih belum percaya bahwa ekspor bisa dipulihkan.
b. Kepercayaan yang semakin berkurang. Kebanyakan rumah tangga sudah mulai
menggeser portofolionya ke mata uang dolar. Daripada rupiah jeblok lebih baik
tidak dapat suku bunga tinggi tapi aman pegang valuta dolar. Ini menambah
masalah yang tidak seharusnya terjadi.
c. Paket kebijakan sudah sangat terlambat karena krisis nilai tukar sudah terjadi
sejak dua tahun terakhir, tepatnya masa akhir pemerintahan Presiden SBY di
mana rupiah melemah dari Rp9.000/USD ke Rp12.000/USD.
d. Bank Indonesia (BI) yang tidak memiliki inisiatif kuat untuk menyelesaikan
masalah ini. DPR sudah mengkritik dalam krisis seperti sekarang, namun BI
mengambil untung dalam keadaan krisis.
e. Faktor kepemimpinan juga lemah dan terlalu banyak bos di negeri ini sehingga
komando kebijakan tidak turun secara efektif. Pasar melihat bahwa modal sosial
7
tim pemerintah rendah seperti ditunjukkan dalam perkelahian internal satu sama
lain. Satu tim kolektif saling tidak percaya, tidak akan menghasilkan kebijakan
efektif.
f. Faktor yang paling mempengaruhi Rupiah adalah kondisi politik- ekonomi.
Performa data ekonomi Indonesia, seperti pertumbuhan PDB (Produk Domestik
Bruto/Gross Domestic Product), inflasi, dan neraca perdagangan, juga cukup
mempengaruhi Rupiah. Pertumbuhan yang bagus akan menyokong nilai
Rupiah, sebaliknya defisit neraca perdagangan yang bertambahakan membuat
Rupiah terdepresiasi. Dua sisi dalam neraca perdagangan, impor dan ekspor,
sangat penting disini. Inilah sebabnya kenapa sangat penting bagi Indonesia
untuk menggenjot ekspor dan mengurangi ketergantungan pada produk impor,
defisit neraca perdagangan Indonesia dan tingginya inflasi yang menyebabkan
kebutuhan akan dolar meningkat tajam karena impor lebih besar daripada
ekspor
g. Modal yang beredar di Indonesia, terutama di pasar finansial, sebagian besar
adalah modal asing. Ini membuat nilai rupiah sedikit banyak tergantung pada
kepercayaan investor asing terhadap prospek bisnis di Indonesia. Semakin baik
iklim bisnis Indonesia maka akan semakin banyak investasi asing di Indonesia
dan dengan demikian Rupiah akan semakin menguat. Sebaliknya, semakin
negatif pandangan investor terhadap Indonesia, Rupiah akan kian melemah.

2.2.2. Pengelolaan Keuangan Negara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, keuangan negara
didefinisikan sebagai; semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut (Pasal 1 butir 1). Pengertian tersebut secara historis
konseptual sebenarnya mengikuti rumusan pengertian keuangan negara yang
pernah dihasilkan dalam seminar Indonesische Comptabiliteit Wet (ICW)
tanggal 30 Agustus – 5 September 1970 di Jakarta yang sebelumnya dalam
teori hukum keuangan negara pernah pula dikemukakan oleh van der Kemp.
Penganggaran keuangan negara adalah suatu proses penyusunan
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui
8
oleh Dewan Perwakilan Rakyat, yaitu dalam bentuk Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN). APBN berisi daftar sistematis dan terperinci
yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun
anggaran yaitu 1 Januari sampai dengan 31 Desember. APBN, perubahan
APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan
Undang-Undang. APBN disusun berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) dalam satu tahun yang menjadi
tanggung jawab dari Menteri dan Kepala Lembaga. APBN adalah undang-
undang, sehingga merupakan kesepakatan antara Pemerintah dan DPR,
sebagaimana disebutkan dalam pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu:
Anggaran Pendapatan dan Belanjan Negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
bagi kemakumuran rakyat. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, yang dimaksud dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. Pemerintahan menyusun APBN setiap tahun dalam
rangka penyelenggaraan fungsi pemerintah untuk mencapai tujuan
bernegara. APBN tersebut harus dikelola secara tertib dan bertanggung
jawab sesuai kaidah umum praktik penyelenggaraan tata kepemerintahan
yang baik.

2.2.3. Kondisi Perekonomian Negara


Perekonomian Indonesia masih mengalami guncangan dari adanya
ketidakpastian di tingkat global. Pelemahan kurs rupiah tetap membayang-
bayangi kondisi perekonomian di RI dan dikhawatirkan membawa negara
kembali ke krisis seperti kondisi 1997. Terdapat indikator penting yang
digunakan untuk menganalisis kondisi perekonomian suatu negara. Di
antaranya cadangan devisa, nilai tukar, neraca perdagangan, dan neraca
pembayaran.

9
Penyebab ketidakstabilan perekonomian di Indonesia terdiri dari beberapa faktor,
yaitu:

a. Inflasi dimana kenaikan harga secara terus menerus, dan penambahan atau
permintaan uang yang berlebihan tanpa adanya pertambahan produksi dan
penawaran barang, akibat buruk inflasi ini juga cenderung menurunkan tarif
kesejahteraan masyarakat.

b. Melonjaknya pengganguran yang berdampak pada ketidakstabilan pada kegiatan


ekonomi, karena dengan ini maka akan berdampak pada pendapatan perkapita
suatu negara. Pengangguran banyak dan sedangkan lapangan kerja tidak dapat
mencakup semua, sehingga tidak semua dapat berproduktifitas.

c. Korupsi dimana uang untuk rakyat yang bisa digunakan untuk membenahi strutur
berbagai macam yang terjadi di negara digunakan untuk kepentingan pribadi,
dengan adanya korupsi maka dana untuk masyrakat juga akan mengurang,
sehingga yang tadinya harga berbagai macam bahan dan kebutuhan biasa, bisa
naik dengan drastis.

2.2.4. Utang Negara


Utang negara atau sovereign debt adalah utang yang dikeluarkan atau dijamin
oleh pihak pemerintah pada suatu negara. Artinya, utang negara adalah surat utang
yang dikeluarkan oleh pemerintahan nasional. Hal tersebut tentunya berbeda
dengan municipal debt yang mana utang tersebut dikeluarkan oleh pemerintah
daerah.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan
Risiko Kementerian Keuangan (KU)  Deni Ridwan mengatakan posisi utang
Indonesia dinilai masih lebih baik dibandingkan negara lain. Selain itu, rasio utang
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga disebut masih berada di bawah batas
maksimal seperti yang diatur Undang Undang 17/2003 tentang Keuangan Negara,
yakni 60 persen terhadap PDB.
Merujuk data Kemenkeu, per April 2022 utang Indonesia tercatat sebesar
Rp7.040,32 triliun dengan rasio utang terhadap PDB 39,09 persen. Posisi itu tercatat
mengalami perbaikan lantaran pada Maret 2022 rasio utang Indonesia mencapai
40,39 persen. Utang per April 2022 itu berasal dari penerbitan Surat Berharga
10
Negara (SBN) sebesar Rp6.228,90 triliun, atau 88,47 persen dari total utang.
Sementara Rp811,42 triliun utang lainnya berasal dari pinjaman dalam maupun luar
negeri, atau 11,53 persen dari total utang.
Upaya optimalisasi sumber penerimaan negara dilakukan melalui agenda
reformasi perpajakan. Diharapkan hasil dari implementasi reformasi itu bisa
mendorong peningkatan pendapatan Indonesia dan mewujudkan konsolidasi fiskal.
Untuk itu strategi pembiayaan anggaran yang digunakan tetap berpegang pada
prinsip prudent, fleksibel, dan oportunistik. Hal itu dapat dilihat dari adanya Surat
Keputusan Bersama (SKB) antara pemerintah dengan Bank Indonesia (BI) untuk
menopang pembiayaan anggaran sejak 2020.

2.2.5. Suku Bunga Keuangan Negara


Suku bunga adalah persentase tertentu dari pokok yang diberikan oleh debitur
kepada kreditur sebagai balas jasa atas penggunaan uangnya. Pokok di sini adalah
sejumlah uang yang dipinjamkan kreditur kepada debitur. Sesuai dengan definisinya,
suku bunga mempengaruhi biaya pinjaman. Oleh karena itu, suku bunga juga dapat
mendorong ataupun memperlambat pertumbuhan ekonomi. Suku bunga yang juga
dijadikan indikator kebijakan moneter pemerintahan Indonesia bahkan diberbagai
negara, telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan ekonomi di
suatu negara. Dalam rekam jejak sistem keuangan yang menggunakan bunga telah
banyak menuai krisis ekonomi. Hal ini membuktikan bahwa ada kelemahan dalam
sistem keuangan konvensional atau bisa disebut dengan sistem ekonomi kapitalis
disamping kelebihan sistem ini yang digunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan
ekonomi secara global.
Suku bunga merupakan penyebab utama terjadinya inflasi, akibat dari inflasi
adalah menurunnya nilai uang yang pada akhirnya berakibat turunnya daya beli
masyarakat. Inflasi yang cenderung fluktuatif dapat mempengaruhi kegiatan bank
dan perilaku masyarakat. Naiknya inflasi akan mendorong masyarakat untuk
mengurangi saving atau investasi dan lebih memilih untuk konsumtif, menghabiskan
pendapatannya untuk membeli barang atau jasa yang dibutuhkan, maka aset bank
secara riil akan turun.
Dari pembahasan diatas penulis menemukan solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut dimulai dari melemahnya nilai rupiah pemerintah menaikkan
11
tarif Pajak Penghasilan (PPh) impor terhadap 1.147 barang. Hal itu dilakukan untuk
mengendalikan impor dan memperbaiki defisit neraca pembayaran. Kenaikan pajak
impor bervariasi, mulai dari 7,5 hingga 10 persen. Adapun rincian kenaikan pajak
impor tersebut di antaranya adalah 719 barang atau post tarif pajak impornya naik
tiga kali lipat dari 2,5 persen menjadi 7,5 persen.

12
B A B III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Melemahnya nilai rupiah merupakan masalah yang sedang dihadapi oleh
negara Indonesia dari tahun ke tahun dimana mengalami penurunan hingga
sekarang nilai rupiah telah menyentuh hingga RP 15.200 per dolar AS. Ini
tentu merupakan hal yang merugikan negara dan juga rakyatnya yang
membuat harga produk impor semakin mahal. Juga karena melemahnya
rupiah membuat hutang negara menjadi lebih besar dari sebelumnya, namun
peyebab dari melemahnya nilai rupiah ini bukan hanya dari kurangnya
pengelolaan perekonomian Indonesia namun juga karena menguatnya
perekonomian AS sehingga membuat nilai rupiah menjadi mengecil
terhadapnya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003, keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut. Keuangan negara merupakan aspek terpenting
dalam proses penyelenggaraan negara. Proses pembangunan tidak akan
berjalan lancar apabila keuangan negara terganggu atau tidak stabil. Menguat
atau melemahnya nilai tukar mata uang tidak hanya ditentukan oleh kondisi
dan kebijakan ekonomi dalam negeri akan tetapi juga dipengaruhi oleh
kondisi perekonomian negara lain yang menjadi mitra dalam perdagangan
internasionalnya serta kondisi non- ekonomi seperti keamanan dan kondisi
politik.

3.2. Saran
Pemerintah harus mampu bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dengan
mengembangkan kebijakan monete dan mecari kebijakan lain agar dapat
menemukan solusi dari melemahnya nilai mata rupiah yang membuat perekonomian
menjadi lemah dan utang negara yang semakin meningkat sehingga jika berhasil
diharapkan perekonomian negara dapat meningkat dan utang negara dapat semakin
berkurang dan semoga dapat dilunasi.

DAFTAR PUSTAKA

Makmur dan Thahire, Rohana. 2016. Konseptual dan Kontekstual Adminsitrasi dan
Organisasi Terhadap Kebijakan Publik. Bandung: PT. Refika Utama.
Diakses pada 20 November 2022
Abdul Halim, dan Nasuhi Hidajat, 1999. Pengaruh Krisis Moneter dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kinerja Finansial Perusahaan Publik di Bursa Efek
Jakarta-Suatu Penerapan Multivariate Analysis of Variance, KOMPAK,
Juli, hal 311-337. Diakses pada 20 November 2022
Subarsono, AG. 2009. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori, dan Aplikasi.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Diakses pada 20 November 2022
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan
Penanganan Krisis Sistem Keuangan. Diakses pada 20 November 2022
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Diakses pada 20
November 2022
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik. Diakses pada 20 November 2022
Bank Indonesia. 1998. “Financial Crisis in Indonesia”, Jakarta, August. Diakses
pada 20 November 2022
Eijfinjer, S. C., & Karatas, B. (2012). Currency Crises And Monetary Policy: A
Study on Advence and Emerging Economies. Journal of International
Money and Finance , 948-974. Diakses pada 20 November 2022
Beureukat. (2022, januari). Pengaruh Suku Bunga terhadap Inflasi di Indonesia.
Jurnal Manajemen, 18, 39-46. Diakses pada 20 November 2022
Keumala, S. & Fakhrudin, (2016) Indonesia, Identifikasi penyebab Krisis Moneter
Dan Kebijakan Bank Sentral Di Indonesia: Kasus Krisis Tahun (1997-1998
dan 2008), 1(2), 377-388. Diakses pada 20 November 2022
Amtiran, P. & Molidya, A. (2020) Indonesia, Pengelolaan Keuangan Negara
Journal of Management, 12(2), 203-214. Diakses pada 20 November 2022

14
Krisis Moneter di Indonesia. Diakses pada 20 November 2022, dari
https://www.pelajaran.co.id/pengertian-krisis-moneter/
Kondisi Perekonomian Indonesia. Diakses pada 20 November 2022, dari
https://mediaindonesia.com/opini/191277/kondisi-ekonomi-indonesia
Cara Menulis Daftar Pustaka. Diakses pada 20 November 2022, dari
https://www.gramedia.com/bestseller/caramenulisdaftarpustaka/#Cara_men
ulis_daftar_pustaka_dari_artikel_jurnal

15

Anda mungkin juga menyukai