Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HADIS AHKAM II

“Hadits-Hadits tentang ‘Iddah dan Macam-Macamnya”

Dosen Pengampu :

Hafizzullah, S.Th.I, M.A

Oleh Kelompok 9:

ADILA PUTRI 2130201004

DESTRI WULANDHARI 2130201021

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH

UIN MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dannikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul
“Hadits-Hadits tentang ‘Iddah dan Macam-Macamnya” Sholawat dan salam semoga
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas makalah pada mata kuliah Hadis Ahkam
II yang diampu oleh Bapak Hafizzullah, S.Th.I, M.A. Penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
tanggapan yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya, dan
pembaca pada umumnya.

Batusangkar, 30 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 3
A. Hadits-Hadits yang Menjelaskan tentang Hak Bagi Wanita yang Ditalaq Tiga ........................... 3
B. Hadits-Hadits yang Menjelaskan tentang Hak Bagi Wanita yang Ditalaq Tiga Ba’in .................. 4
C. Hadits-Hadits yang Menjelaskan tentang Menikahi Wanita yang Sedang Hamil ......................... 6
D. Hadits-Hadits yang Menjelaskan tentang Menikahi Wanita yang Suaminya Dihukum Hilang .... 9
BAB III ............................................................................................................................................... 13
PENUTUP .......................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 13
B. Saran .......................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku bagi semua makhluk
Allah, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ini merupakan cara Allah
yang dipilih sebagai jalan bagi makhluknya untuk melestarikan hidupnya Namun dalam
kehidupan rumah tangga kita tidak bisa memungkiri pasti banyak problematika rumah
tangga yang menyelimuti tidak jarang pasangan suami istri yang akhirnya memutuskan
untuk bercerai sebagai jalan akhir untuk menyelesaikan bahtera rumah tangganya.
Wanita muslim yang bercerai dari suaminya, disana ada tenggang waktu yang harus
dilalui sebelum menikah lagi dengan laki-laki lain. Kemauan untuk mentaati aturan beriddah
inilah yang merupakan gambaran ketaatan, dan kemauan untuk taat itulah yang didalamnya
terkandung nilai ta’abbudi itu. Pelaksanaan nilai ta’abbudi ini selain akan mendapatkan
manfaat beriddah sebagaimana digambarkan diatas, juga akan bernilai pahalaapabila ditaati
dan berdosa bila dilangar dari Allah SWT.
Kata iddah berasal dari bahasa Arab yang berarti menghitung, menduga, mengira.
Menurut bahasa, kata iddah berasal darikata’ ada (bilangan dan ihshaak (perhitungan),
seorang wanita yang menghitung dan menjumlah hari dan masa haidh masa suci. Menurut
istilah, kata iddah ialah Sebutan bagi suatu masa di mana seorang wanita/menangguhkan
perkawinan setelah ia ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan
menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa
bulan yang sudah ditentukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hadits-hadits yang menjelaskan tentang hak bagi wanita yang ditalaq tiga?
2. Apa saja hadits-hadits yang menjelaskan tentang hak bagi wanita yang ditalaq tiga
ba’in?
3. Apa saja hadits-hadits yang menjelaskan tentang menikahi wanita yang sedang hamil?
4. Apa saja hadits-hadits yang menjelaskan tentang menikahi wanita yang suaminya
dihukum hilang?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja hadits-hadits yang menjelaskan tentang hak bagi wanita
yang ditalaq tiga.
2. Untuk mengetahui apa saja hadits-hadits yang menjelaskan tentang hak bagi wanita
yang ditalaq tiga ba’in.
3. Untuk mengetahui apa saja hadits-hadits yang menjelaskan tentang menikahi wanita
yang sedang hamil.
4. Untuk mengetahui apa saja hadits-hadits yang menjelaskan tentang menikahi wanita
yang suaminya dihukum hilang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadits-Hadits yang Menjelaskan tentang Hak Bagi Wanita yang Ditalaq Tiga

‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ - ِ ‫ «ع َْن النَّ ِبي‬- ‫ع ْن َها‬ َّ ‫ َر ِض َي‬- ‫ت قَ ْي ٍس‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫اط َمةَ ِب ْن‬
ِ َ‫ش ْع ِبي ِ ع َْن ف‬ َّ ‫ع َْن ال‬
‫س ِلم‬ْ ‫ َو ََل نَفَقَة» َر َواهُ ُم‬،‫س ْكنَى‬
ُ ‫س لَ َها‬ َ ‫ لَ ْي‬- ‫ ِفي ا ْل ُم َطلَّقَ ِة ث َ ََلثًا‬-

Artinya : Dan dari asy-Sya’bi, dari Fathimah binti Qais, dari Nabi Saw. tentang wanita yang
ditalak dengan talak tiga, beliau bersabda, “Wanita itu tidak lagi punya hak tempat tinggal
maupun nafkah.” (HR. Muslim)
Mufradat:

1. ‫س ْكنَى‬
ُ : tempat tinggal

2. ‫نَفَقَة‬ : nafkah
Biografi Perawi :
1. Muslim
Imam Muslim bernama lengkap Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn
Muslim ibn Kaushaz al-Qusyairi al-Naisaburi. Imam Muslim dilahirkan di Naisabur
tahun 204 H.
Kecenderungan Imam Muslim kepada ilmu hadis tergolong luar biasa.
Keunggulannya dari sisi kecerdasan dan ketajaman hafalan, ia manfaatkan dengan
sebaik mungkin. Di usia 10 tahun, Muslim kecil sering datang berguru pada
Muhammad ibn Yahya al-Dakhili, seorang ahli hadis di kotanya. Setahun kemudian,
Imam Muslim mulai menghafal hadis dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya
ketika salah dalam periwayatan hadis. (Samsukadi, 2020)
Penjelasang Hadis :
Hadis yang sedang dibahas ini mengacu pada apakah suami masih berhak untuk
memberikan nafkah (jaminan hidup) kepada istrinya yang telah ditalak. Menurut dzahirnya
hadis, mantan istri tidak berhak lagi mendapat jaminan hidup baik berupa nafkah maupun
perumahan. Secara tekstual kita dapat pula melihat bahwa urusan jaminan hidup antara
suami dan istri terputus karena adanya talak tiga yang dijatuhkan suami terhadap istrinya.
Jatuhnya talak tiga tidak mesti harus bertahap tapi bisa hanya sekaligus dilakukan oleh

3
suami apabila ia menghendaki untuk tidak ruju’ lagi, suami boleh saja menceraikan atau
mentalak istrinya sementara ia berada di luar daerah (ditempat yang jauh dari istrinya).
Ulama telah sepakat bahwa seorang suami boleh saja mentalak istrinya ketika ia tidak berada
di tempat, begitu pula pemenuhan hajat terhadap wanita yang ditalak boleh diwakili oleh
orang lain.
Konsekuensi hukum yang kedua yang dapat ditarik adalah seorang wanita yang
menjalani masa ‘iddah maka ia harus menjaga dirinya dari orang banyak agar tidak terkena
fitnah. Wanita yang masih dalam masa ‘iddah belum mempunyai kebebasan menentukan
dirinya dalam persoalan perkawinan sebelum sampai masanya berakhir.
Persoalan urgen yang ditekankan oleh Rasulullah saw adalah wanita yang ingin
memilih jodohnya harus mempertimbangkan watak dan sifat calon suami agar ia dapat
menjalani kehidupan yang harmonis. Orang yang ringan tangan kurang baik untuk dijadikan
pemimpin karena akan melahirkan tiran-tiran dalam keluarga. Sifat tirani akan
menimbulkan arogansi dan monopoli dalam segala hal.
Hal yang menjadi sorotan selanjutnya adalah kemapanan ekonomi, lebih ditegaskan
lagi akan pentingnya kehidupan yang didukung oleh ekonomi yang baik. Dengan sendirinya
Rasulullah saw memberikan himbauan agar para laki-laki harus berusaha keras dalam
rangka membina dan mengokohkan rumah tangganya. Materi bukanlah jaminan tapi
kebutuhan akan hajat hidup yang harus diperhatikan. (Ahmad, 2014)

B. Hadits-Hadits yang Menjelaskan tentang Hak Bagi Wanita yang Ditalaq Tiga Ba’in

‫ فَأ َ َرادَتْ أ َ ْن ت َ ُج َّد نَ ْخلَ َها فَ َز َج َر َها َر ُجل أ َ ْن‬،‫ َطلُقَتْ َخالَتِي‬:َ‫ قَال‬- ُ‫ع ْنه‬ َّ ‫ َر ِض َي‬- ‫ع َْن « َجا ِب ٍر‬
َ ُ‫َّللا‬
‫سى أ َ ْن‬ َ ‫ فَ ِإنَّك‬،‫ ُجدِي نَ ْخلَك‬،‫ بَلَى‬:َ‫ فَقَال‬،- ‫سلَّ َم‬
َ ‫ع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ - ‫ فَأَتَتْ النَّ ِب َّي‬،َ‫ت َ ْخ ُرج‬
َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬
ْ ‫ أ َ ْو ت َ ْفعَ ِلي َم ْع ُروفًا» َر َواهُ ُم‬،‫ص َّدقِي‬
‫س ِلم‬ َّ َ ‫ت‬

Artinya: Dari Jabir bin Abdullah berkata: "Bibiku dicerai oleh suaminya, lalu dia ingin
memetik buah kurma, namun dia dilarang oleh seorang laki-laki untuk keluar rumah."
Setelah itu istriku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menanyakan
hal itu, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ya, boleh! Petiklah buah
kurmamu, semoga kamu dapat bersedekah atau berbuat kebajikan.“ (HR. Muslim)
Mufradat:

1. ‫نَ ْخلَ َها‬ : buah kurma (nya)

4
2. ‫فَ َز َج َر َها‬ : dia dilarang
Biografi Perawi :
1. Muslim
Imam Muslim bernama lengkap Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj ibn
Muslim ibn Kaushaz al-Qusyairi al-Naisaburi. Imam Muslim dilahirkan di Naisabur
tahun 204 H.
Kecenderungan Imam Muslim kepada ilmu hadis tergolong luar biasa.
Keunggulannya dari sisi kecerdasan dan ketajaman hafalan, ia manfaatkan dengan
sebaik mungkin. Di usia 10 tahun, Muslim kecil sering datang berguru pada
Muhammad ibn Yahya al-Dakhili, seorang ahli hadis di kotanya. Setahun kemudian,
Imam Muslim mulai menghafal hadis dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya
ketika salah dalam periwayatan hadis. (Samsukadi, 2020)
Penjelasang Hadis :
Istri yang ditalak ba`in, baik ba`in sughrâ atau ba`in kubrâ dan dia dalam kondisi hamil,
maka dalam hal ini ulama sepakat bahwa dia punya hak atas nafkah dan fasiltas tempat
tinggal, sebagaimana terdapat dalam al-Qur`an dalam QS al-Thalaq [65]: 6. Menurut
Wahbah al-Zuhayli, sebagaimana dikutip oleh Erwin Hikmatiar, ba`in yang disebabkan oleh
fasakh yang disebabkan oleh adanya aib juga tidak mendatangkan kewajiban bagi suami
untuk menafkahi istrinya dalam masa iddah itu, karena dengan fasakh perkawinan sudah
berakhir selama-lamanya.
Bila ia tidak hamil, maka ulama berbeda pandangan. Pendapat pertama, diantaranya
Umar dan anaknya, ibn Mas’ûd, ibn Abbâs, Imâm Mâlik, Imâm al-Syâfi’î dan Ahmad
berpendapat bahwa perempuan itu berhak atas fasilitas tempat tinggal tetapi tidak berhak
atas nafkah. Pendapat kedua dari Ali, ibn Abbâs, Jâbir, Atha’, Thâwûs dan Dâwûd al-Zhâhirî
dan pendapat yang umum dikalangan ulama Hanabilah, mereka mengatakan bahwa
perempuan itu tidak mendapat nafkah dan juga tidak mendapat tempat tinggal. Alasannya
ialah perkawinan telah putus sama sekali dan tidak ada pula kehamilan yang mesti dibiayai
oleh suaminya. Pandangan ini diperkuat oleh atsar sahabi dari Fatimah bin Qais yang
mengatakan “tidak ada nafkah bagimu kecuali bila kamu hamil”. Sedangkan pendapat
ketiga dari Abû Hanîfah, al-Tsawrî, al-Hasan, ibn Syubrumah, yang berpendapat bahwa istri
itu mempunyai hakatas nafkah dan fasiltas tempat tinggal. (Busyro, 2018)

5
C. Hadits-Hadits yang Menjelaskan tentang Menikahi Wanita yang Sedang Hamil

‫ « ََل يَ ِح ُّل‬:َ‫ قَال‬- ‫سلَّ َم‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ - ِ ‫ ع َْن النَّ ِبي‬- ُ‫ع ْنه‬َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ َر ِض َي‬- ‫ت‬ ٍ ‫ع َْن ُر َو ْي ِف ِع ْب ِن ثَا ِب‬
،‫ِي‬ ُّ ‫الت ْر ِمذ‬ ُ ‫غ ْي ِر ِه» أ َ ْخ َر َجهُ أَبُو د‬
ِ ‫َاود َو‬ َ ‫ع‬ ْ َ‫َّلل َوا ْليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر أ َ ْن ي‬
َ ‫س ِق َي َما َءهُ َز ْر‬ ِ َّ َ ‫َِل ْم ِر ٍئ يُ ْؤ ِمنُ ِبا‬
‫سنَهُ ا ْلبَ َّزا ُر‬ َ َّ‫ص َّح َحهُ ا ْبنُ ِحب‬
َّ ‫ َو َح‬،‫ان‬ َ ‫َو‬

Artinya: Dari Ruwaifi' Ibnu Tsabit Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir
menyiramkan airnya pada tanaman orang lain." Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits
shahih menurut Ibnu Hibban dan hasan menurut al-Bazzar.
Mufradat:

1. ‫س ِق َي‬
ْ َ‫ي‬ : menyiramkan
Biografi Perawi :
1. Abu Daud
Nama lengkapnya Sulaiman ibn al-Asy`asy ibn Ishaq ibn Basyir ibn Syaddad
ibn Amar ibn Amir al-Azdi. Kuniyahnya adalah Abu Daud sedangkan nisbahnya
adalah as-Sijistiani, sebagaimana keterangan Ibn Abi Hatim. Menurut muridnya Abu
’Ubaid al-Ajuri, beliau lahir di kota Sijistian pada tahun 202 H (al-Khatib, 1975)
dan meninggal di Basrah pada tahun 275 H.
Abu Daud tumbuh di tengah keluarga yang agamis. Sejak kecil beliau
mempelajari Alquran dan literatur Arab serta materi lainnya sebelum mempelajari
hadis. Pada usia kurang lebih 20 tahun, beliau berkelana ke Bagdad pada tahun 221
H. Setelah dewasa beliau melakukan rihlah dengan lebih intensif untuk mempelajari
hadis. Beliau melakukan perjalanan ke Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah Arab,
Khurasan, Naisabur dan Basrah. Pengembaraannya ini menunjang beliau untuk
mendapatkan hadis sebanyak-banyaknya untuk dijadikan referensi dalam
penyusunan kitab as-Sunan.
2. Tirmidzi
Dilahirkan pada tahun 209 H di kota Tirmiz, Imam Tirmidzi bernama lengkap
Imam Al-Hafiz Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Ad-Dahhak
As-Sulami At-Tirmidzi. Sejak kecil, Imam Tirmidzi gemar belajar ilmu dan mencari
Hadis. sosok Imam Tirmidzi sebagai salah satu periwayat dan ahli Hadis utama,
selain Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, dan sederet nama lainnya.

6
Perjalanan panjang pengembaranya mencari ilmu, bertukar pikiran, dan
mengumpulkan Hadis itu mengantarkan dirinya sebagai ulama Hadis yang sangat
disegani kalangan ulama semasanya. Imam Tirmidzi meninggal dunia, ia wafat di
kota Tirmiz tanggal 13 Rajab 279 H pada usia 70 tahun. (Suparta, 2002)
3. Ibnu Hibban
Ibn Ḥibbān adalah seorang yang berlimu luas, seorang hāfidz, dan beliau adalah
seorang syeikh dari kota Khurasān. (Al-Dzahabi, 2004)
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ḥibbān bin Aḥmad bin Ḥibbān bin
Muʾādz bin Maʾbad bin Sahīd bin Hadyah bin Murrah bin Saʾad bin Yazīd bin
Murrah bin Zayd bin Abdullāh bin Dārim bin Hanzholah bin Mālik bin Zaid Manah
al-Tamīmī al-Darimi al-Busti Ibn Ḥibbān dilahirkan di kota yang sudah kuno yang
dianggap sebagai salah satu wilayah Sijistān dan posisinya saat ini berada dalam
wilayah Afganistan baru. Ada yang mengatakan kota ini bernama Bust, salah satu
dari negeri pegunungan Timur Sijistaan yang paling besar. Kota ini terletak di sudut
antara dua sungai. Yaitu sungai Hilmand dan sungai Arghandab.
Ibn Ḥibbān dilahirkan pada tahun 270-an Hijriah. Ibn Ḥibbān menghabiskan
waktu sebagai hakim di Samarqand, Naisabūr, dan Nasaʾ beliau juga termasuk
diantara orang-orang yang faqih dalam agama, dan seorang hafiz, beliau juga banyak
mengetahui ilmu-ilmu umum seperti ilmu kesehatan, perbintangan, dan seni.
Selama beliau hidup, beliau sempat menjadi hakim di kota Samarqand
sebagaimana yang disebutkan oleh Abū Saʾad al-Idrīs beliau berkata, “Beliau
menghabiskan waktu sebagai Hakim di Samarqand, dan termasuk diantara para
faqih agama, dan seorang hafidz al-atsar, mengetahui tentang ilmu kedokteran,
perbintangan, dan seni. Beliau menyusun Musnad al-Ṣahīh, yaitu: Kitab (al-Anwāʾ
wa al-Taqāsīm), kitab (al-Tārīkh), dan kitab (al-Ḍuʾafā). Beliau juga mengajarkan
orang-orang di Samarqand.
4. Al Bazzar
Nama beliau ialah al-Hafiz Abu Bakr Ahmad bin ‘Amr bin ‘Abd al-Khaliq bin
kholad bin ubaidillah abu bakar al-‘ataki al-Basri. Beliau lahir sekitar tahun 210
hijriyah di kota Basrah Iraq dan wafat pada tahun 292 hijriyah. Beliau juga terkenal
dengan panggilan al-Bazzar. Antara guru imam al-Bazzar ialah Hudbah bin Khalid,
‘Abd al-A’la bin Hammad, Muhammad bin Yahya, Muhammad bin Ma’mar dan
banyak lagi. Antara murid beliau ialah Ibn Qani’, Abu al-Qasim al-Thabarani,
‘Abdullah bin Ja’far, Ahmad bin Ibrahim dan lain-lain lagi. (adz-Dzahabi, 1996)

7
Imam Hafidz al-Bazzar tumbuh di dalam biah atau lingkungan yang ilmiyah
yaitu di kota Basrah yang tekenal dengan keilmuannya. Dan Imam Bazar kecil mulai
belajar dengan cara mengahadiri majlis-majlis ulama‟ untuk memperdalam ilmunya,
kemudian beliau mengambil hadits dari Adam bin Abi Iyyas yang wafat pada tahun
221 H, kemudian beliau menuntut ilmu kepada para ulama‟ dan syaikh-syaikh
pengarang enam buku induk dalam pembahasan hadits. (al-Bazzar, 1988)
Imam Hafidz Al-Bazzar terkenal dengan kerajinan beliau dalam mempelajari
hadits dan ilmu-ilmu tentang hadits, dan perhatian beliau ke dua hal itu sangatlah
besar di bandingkan dengan perhatian beliau kepada ilmu yang lainnya.
Penjelasang Hadis :
Menikahi wanita hamil korban perbuatan zina dengan lelaki lain, statusnya pernikahan
yang batal. Para lelaki dilarang melakukan hubungan dengan wanita yang hamil dengan
mani orang lain, berdasarkan hadits di atas. Yang dimaksud tanaman orang lain adalah janin
yang disebabkan air mani orang lain. Ancaman dalam hadis ini menunjukkan larangan.
Karena itu, tidak ada istilah menolong wanita hamil korban hasil zina dengan bentuk
menikahinya. Menikahi wanita hamil, justru menjerumuskannya pada perbuatan zina yang
dilegalkan dengan pernikahan yang batal.
Dalam Impres No. 1 Tahun 1991 tentang penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam
(KHI), Bab VIII Kawin Hamil sama dengan persoalan menikahkan wanita hamil. Pasal 53
dari BAB tersebut berisi tiga (3) ayat, yaitu :
a) Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dinikahkan dengan pria yang menghamilinya.
b) Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa
menunggu lebih dulu kelahiran anaknya.
c) Dengan dilangsungkan perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan
ulang setelah anak yang dikandung lahir.
Persoalan menikahkan wanita hamil apabila dilihat dari KHI, penyelesaianya jelas dan
sederhana cukup dengan satu pasal dan tiga ayat. Yang menikahi wanita hamil adalah pria
yang menghamilinya, hal ini termasuk penangkalan terhadap terjadinya pergaulan bebas,
juga dalam pertunangan. Asas pembolehan pernikahan wanita hamil ini dimaksudkan untuk
memberi perlindungan kepastian hukum kepada anak yang ada dalam kandungan, dan
logikanya untuk mengakhiri status anak zina.
Fatwa MUI DKI tanggal 26 Dzulqa’dah 1420 tentang perkawinan wanita hamil di luar
nikah menyebutkan bahwa wanita yang pernah melakukan zina, baik dalam keadaan hamil
dari zina maupun tidak, boleh dan sah dinikah oleh pria yang menzinahinya dan laki-laki

8
lain yang tidak menzinainya. (Asnidar Sriyuli, 2018)

D. Hadits-Hadits yang Menjelaskan tentang Menikahi Wanita yang Suaminya


Dihukum Hilang

ْ َ ‫ين ث ُ َّم ت َ ْعت َ ُّد أ َ ْربَعَةَ أ‬


‫ش ُه ٍر‬ ِ ‫ص أ َ ْربَ َع‬
َ ِ‫سن‬ ُ َّ‫ ت َ َرب‬- ‫ فِي ا ْم َرأَ ِة ا ْل َم ْفقُو ِد‬- ُ‫ع ْنه‬ َ ُ‫َّللا‬
َّ ‫ َر ِض َي‬- ‫ع َم َر‬ ُ ‫ع َْن‬
‫عش ًْرا أ َ ْخ َر َجهُ َما ِلك َوالشَّا ِف ِع ُّي‬
َ ‫َو‬
Artinya: Dari Umar Radliyallaahu 'anhu tentang seorang istri yang ditinggal suaminya
tanpa berita: Ia menunggu empat tahun dan menghitung iddahnya empat bulan sepuluh
hari. Riwayat Malik dan Syafi'i.

Mufradat :

1. ‫ام َرأ َ ِة ا ْل َم ْفقُو ِد‬


ْ : seorang istri yang ditinggal suaminya tanpa berita
2. ُ َّ‫ت َ َرب‬
‫ص‬ : Ia menunggu
3. ‫ت َ ْعت َ ُّد‬ : menghitung
Biografi Perawi :
1. Imam Malik
Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir bin Amrul bin Chaiman bin Huthail bin
Amrul bin Al Haris adalah pendiri mazhab Maliki. Malik juga biasa dipanggil Abu
Abdullah dan Al Asbahi, nama julukan kakeknya. Nama sebenarnya adalah Al
Haris, silsilahnya sampai pada Ya’rab bin Qahtan adalah satu kabilah besar di
Yaman.
Malik bin Anas lahir di Madinah tahun 93 H. Sejak muda ia sudah hafal Al-
Qur’an dan sudah nampak minatnya dalam ilmu pengetahuan Beliau meriwayatkan
hadis dari sejumlah besar tabi'ien dan tabi'ut tabi'ien, diantaranya : Nafi' bekas budak
Ibn Umar, Ibn Syihab Az Zuhri, Abu Az Zanad, Abdurrahman bin Al Qasim, Ayyub
As Sakhtiyani, Yahya bin Sa'id Al Anshari, Aisyah binti Sa'ad bin Abi Waqqash,
Zaid bin Aslam, Humaid Ath Thawiel, dan Hisyam bin Urwah.
Sebaliknya, tidak sedikit guru-gurunya yang meriwayatkan hadis dari beliau
sesudah itu, seperti Az Zuhri dan Yahya bin Sa'id Al Anshari. Cukup banyak perawi
yang meriwayatkan hadist dari beliau. Al Hafidh Abu Bakar Al Khatib Al Baghdadi
menulis sebuah kitab tentang para perawi yg meriwayatkan dari Imam Malik.
Semasa hidup Imam Malik pernah mengikuti dua macam pemerintahan yaitu

9
pemerintahan Umawiyah dan Abbasiyah, di mana terjadinya pertentangan sengit
antara dua pemerintahan tersebut yang sering terjadi diantara dua pemerintahan
tersebut. Dan di saat itu ilmu pengetahuan Arab, Parsi dan India berpengaruh pada
masyarakat dan juga hidup subur di tengah-tengah masyarakat.
2. Syafi’i
Imam syafi’i adalah ulama mujtahid (ahli ijtihad) dibidang fiqh dan salah
seorang dari empat Imam Mazhab yang terkenal dalam Islam. Beliau hidup pada
masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, Al-Amin dan Al-Ma’mun dari
Dinasti Abbasiyah.
Kebanyakan ahli sejarah berpendapat bahwa Imam Syafi’i lahir di kota Gaza,
Palestina. Namun di antara pendapat ini terdapat pula yang menyatakan bahwa
beliau lahir di Asqalan, sebuah kota yang berjarak sekitar tiga farsakh dari Gaza.
Nama lengkap beliau adalah Muhammad Ibn Idris Ibn Al-Abbas Ibn Utsman
Ibn Syafi’i ibn Al-Sa’ib Ibn Ubaid Ibn Yazid Ibn Hasyim Ibn Abd Al-Muthalib Ibn
Manaf. Al-Imam Asy-Syafi’i r.a. lahir pada tahun 150 H (766 M), yang mana pada
tahun itu wafat seorang ulama besar yang bernama Al-Imam Abu Hanifah di
Bagdad, pendiri mazhab Hanafi.
Di Makkah, Imam Syafi’i hidup dalam kemiskinan. Beliau suka bergaul dengan
anak-anak dan kelihatan cerdik dan segera dapat menghafal apa yang didengarkan
dari teman-temannya. Pada umur tujuh tahun Imam Syafi’i belajar membaca Al-
Qur’an pada Syaikh Ismail bin Kustantin, seorang ahli baca Al-Qur’an yang terkenal
di Makkah pada waktu itu.
Pada usia sembilan tahun beliau sudah menghafal Al-Qur’an dengan baik dan
menguasai artinya. Imam Syafi’i selalu berada di Masjidil-Haram, beliau duduk di
samping para ulama dan menghafal hadits dan ilmu yang didengar dari mereka.
Ketika berumur duabelas tahun, beliau pergi ke Madinah untuk belajar kepada Al-
Imam Malik bin Anas pendiri mazhab Maliki.
Menurut Abu Bakar Al-Baihaqy dalam kitab Ahkam Al-Qur’an, bahwa karya
Imam Syafi’i cukup banyak, baik dalam bentuk risalah maupun dalam bentuk kitab.
Al-Qadhi Imam Abu Hasan Ibn Muhammad Al-Maruzy mengatakan bahwa Imam
Syafi’i menyusun 113 buah kitab tentang tafsir, fiqh, adab, dan lain-lain.
Penjelasang Hadis :
Isteri orang mafqud adalah isteri yang suaminya pergi dan tidak diketahui
keberadaanya, apakah ia masih hidup atau tidak. Status pernikahan antara suami dan istri

10
walaupun suaminya mafqud/hilang menurut hukum adalah tetap terikat dalam suatu
perkawinan yang sah sebagai suami istri. Dan ataupun suami mafqud tetapi ia meninggalkan
anak status anak tersebut juga masih menjadi anak kandung, dan masih pula menjadi
tanggungan suami tersebut. Apabila suami tidak bisa memenuhi kebutuhan sang anak itu
bisa menjadi tanggung jawab saudara atau kerabat terdekatnya Status perkawinan suami
mafqud bisa menjadi putus apabila didasarkan atas penetapan dari pengadilan atas
permohonan yang diajukan oleh istri atau ahli warisnya yang menyatakan suaminya mafqud
tersebut telah meninggal dunia dengan dilakukan pemanggilan sebanyak 3 kali dengan
tenggang waktu 3 bulan, namun sang suami tidak pernah hadir dipersidangan dan tidak pula
menyuruh orang lain atau kuasanya untuk hadir mewakilinya yang menerangkan bahwa
dirinya masih hidup dan berada di suatu tempat. Suami Mafqud sebenarnya dapat dijadikan
alasan untuk mengajukan permohonan cerai atas dasar ketentuan pasal 19 huruf b Peraturan
Pemerintah No.9. Tahun 1975 bahwa suami telah meninggalkan istri selama 2 tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau hal lain diluar kemapuan.
Menurut Kompilasi Hukum Islam status pernikahan yang disebabkan suami Mafqud
Penentuan lamanya seseorang itu mafqud atau tidak diatur secara jelas dalam Al-Qur’an dan
Hadis. Ulama berbeda pendapat dalam menentukan jangka waktu seseorang itu dianggap
mafqud. Begitu pula dalam aturan kompilasi Hukum Islam (KHI). Pasal 116 huruf b
Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan satu
pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan
tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuanya. Ini bisa menjadi acuan istri
untuk mengajukan permohonan cerai kepada pengadilan, di samping itu alasan tidak
memenuhi nafkah batin/dohir juga dapat menjadi alasan bagi si istri untuk meminta
permohonan cerai kepada pengadilan, kemudian nanti pengadilan dapat menyelidiki apakah
semua yang di laporkan oleh istri itu benar-benar terjadi, apabila semua yang di laporkan
istri itu benar maka pengadilan bisa mengabulkan permohonan cerai yang didasarkan
ketentuan di atas. Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Pendapat pertama
mengatakan bahwa seorang istri yang ditinggal lama oleh suaminya hendaknya sabar dan
tidak boleh menuntut cerai. Ini adalah pendapat Hanafiyah dan Syafi’iyah. Mereka berdalil
bahwa pada asalnya pernikahan antara kedua masih berlangsung hingga terdapat keterangan
yang jelas, bahwa suaminya meninggal atau telah menceraikanya. Mereka cenderung
memandangnya dari segi positif, yaitu dengan menganggap orang yang hilang masih hidup,
sampai dapat dibuktikan dengan bukti-bukti bahwa ia telah wafat. Sikap yang diambil
Ulama Fiqh ini berdasarkan kaidah istishab, yaitu menetapkan hukum yang berlaku sejak

11
semula, sampai ada dalil yang menunjukan hukum lain.
Sebagian ulama juga berpendapat bahwa persoalan status hukum istri yang suaminya
mafqud itu sebenarnya tidak ada alasan, kecuali jika suami yang hilang itu tidak
meninggalkan apapun yang menjadi kewajibannya bagi istrinya. Hal ini berarti bahwa suami
yang dianggap ada disamping istrinya. Karena tidak ada hak istri yang tidak dibayarkan
selain bersetubuh, sedangkan bersetubuh adalah hak suami, akan tetapi anggapan masih
hidup tersebut tidak bisa dipertahankan terus menerus, karena ini akan menimbulkan
kerugian bagi orang lain. Oleh karena itu harus digunakan suatu pertimbangan hukum untuk
mencari kejelasan status hukum bagi si mafqud, karena tidak berhak untuk menetapkan
bahwa orang hilang tersebut adalah hakim, baik untuk menetapkan bahwa orang hilang itu
telah wafat atau belum. (Khomsatun, 2021)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Jatuhnya talak tiga tidak mesti harus bertahap tapi bisa hanya sekaligus dilakukan oleh
suami apabila ia menghendaki untuk tidak ruju’ lagi, suami boleh saja menceraikan atau
mentalak istrinya sementara ia berada di luar daerah (ditempat yang jauh dari istrinya).
Ulama telah sepakat bahwa seorang suami boleh saja mentalak istrinya ketika ia tidak berada
di tempat, begitu pula pemenuhan hajat terhadap wanita yang ditalak boleh diwakili oleh
orang lain.
Istri yang ditalak ba`in, baik ba`in sughrâ atau ba`in kubrâ dan dia dalam kondisi hamil,
maka dalam hal ini ulama sepakat bahwa dia punya hak atas nafkah dan fasiltas tempat
tinggal, sebagaimana terdapat dalam al-Qur`an dalam QS al-Thalaq [65]: 6. Menurut
Wahbah al-Zuhayli, sebagaimana dikutip oleh Erwin Hikmatiar, ba`in yang disebabkan oleh
fasakh yang disebabkan oleh adanya aib juga tidak mendatangkan kewajiban bagi suami
untuk menafkahi istrinya dalam masa iddah itu, karena dengan fasakh perkawinan sudah
berakhir selama-lamanya.
Menikahi wanita hamil korban perbuatan zina dengan lelaki lain, statusnya pernikahan
yang batal. Para lelaki dilarang melakukan hubungan dengan wanita yang hamil dengan
mani orang lain, tetapi dalam Fatwa MUI DKI tanggal 26 Dzulqa’dah 1420 tentang
perkawinan wanita hamil di luar nikah menyebutkan bahwa wanita yang pernah melakukan
zina, baik dalam keadaan hamil dari zina maupun tidak, boleh dan sah dinikah oleh pria
yang menzinahinya dan laki-laki lain yang tidak menzinainya.
Isteri orang mafqud adalah isteri yang suaminya pergi dan tidak diketahui
keberadaanya, apakah ia masih hidup atau tidak. Status pernikahan antara suami dan istri
walaupun suaminya mafqud/hilang menurut hukum adalah tetap terikat dalam suatu
perkawinan yang sah sebagai suami istri.

B. Saran
Demikianlah makalah ini saya buat, saya menyadari bahwa masih banyak kesalahan
yang terjadi di dalamnya, baik disengaja maupun tidak disengaja karena keterbatasan ilmu
saya sebagai penyusun, kurang dan lebihnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Besar harapan saya untuk kritik dan saran demi pembenahan makalah ini, agar lebih banyak

13
memberi manfaat bagi penyusun khusunya dan bagi pembaca umumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

adz-Dzahabi, S. M. (1996). Siyar A'lam an-Nubala', juz 13. Beirut: Muassasah ar-Risalah.

Ahmad, L. O. (2014). Hadis tentang Hak Nafkah Bagi Wanita yang Ditalak Tiga (Kasus Fatimah binti

Qais). Jurnal Al-Maiyyah, 28-30.

al-Bazzar, a.-H. a.-I.-K.-'. (1988). al-Bahru az-Zakkar al-Ma'ruf Bi Musnadi al-Bazzar. Beirut:

Muassasah Ulum al-Qur'an.

Al-Dzahabi. (2004). Siyar A'lam al-Nubala. Lebanon: Baitul Afkar al-Dauliyah.

al-Khatib, M. '. (1975). Ushul al-Hadits: 'Ilmuhu wa Musthalahuhu. Damaskus: Dar al-Fikri.

Asnidar Sriyuli, M. (2018). Hukum Menikahi Wanita Hamil sebagai Pasampo Siri dalam Syariat

Islam. Sangaji, Jurnal Pemikiran Syariah dan Hukum, 350-352.

Busyro, F. M. (2018). Nafkah Iddah Akibat Talak Ba'in dalam Perspektif Keadilan Gender (Analisis

terhadap Hukum Perkawinan Indonesia). Alhurriyah, Jurnal Hukum Islam, 117-118.

Khomsatun, A. (2021). Hukum Pernikahan Istri yang Disebabkan Suami Mafqud menurut Prespektif

Hukum Islam. Jurnal Al Wasith: Jurnal Studi Hukum Islam, 34-35.

Samsukadi, M. (2020). Sahih Al Bukhari dan Sahih Muslim. Jurnal Hukum Keluarga Islam, 9.

Suparta, M. (2002). Ilmu Hadits. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Anda mungkin juga menyukai