Modul Pelatihan Bantuan Hidup Dasar: Hanya Untuk Kalangan Sendiri
Modul Pelatihan Bantuan Hidup Dasar: Hanya Untuk Kalangan Sendiri
1
DAFTAR ISI
2
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Sudden cardiac arrest/henti jantung masih menjadi
salah satu penyebab tertinggi kematian di dunia. Sebanyak
70%kejadian henti jantung di luar rumah sakit terjadi di
rumah, dan sekitar 50% henti jantung di luar rumah sakit
tidak diketahui.
Penanganan kasus henti jantung terjadi di luar rumah
sakit masih di nilai kurang. Hanya sekitar 10% pasien
dewasa yang kejadian mengalami henti jantung non trauma
yang bertahan hidup setelah ditangani oleh pelayanan
darurat medis melaluiupaya resusitasi.
Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan pondasi dasar
untuk menyelamatkan hidup seseorang yang mengalami
henti jantung. Melalui BHD penolong (baik petugas medis
maupun non-medis) wajib memahami bagaimana cara
melakukan Resusitasi Jatung Paru (RJP) dalam kondisi
yang beragam. Selain itu, keterampilan BHD juga
mencakup penanganan pada korban tersedak (chocking
emergencies).
3
III. MATERIPELATIHAN
Materi pembelajaran pada kegiatan pelatihan Bantuan
Hidup Dasar sebagaiberikut :
A. Konsep Bantuan Hidup Dasar
B. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar
C. Teknik Bantuan Hidup Dasar
D. Teknik stabilisasi, evakuasi dan mobilisasi pada korban
B. Jam Pembelajaran
Jumlah keseluruhan jam pelajaran adalah
sebanyak 8 jam pelajaran, yang mana durasi waktu 1
jam pelajaran adalah 45 menit. Proporsi pembelajaran
adalah 40 % teori dan 60% praktik/simulasi.
B. Pelatih
Pelatih dalam kegiatan ini adalah Tim Code Blue RSUD
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang sudah pernah
mengikuti pelatihan BHD.
4
VI. PENYELENGGARAAN
Tempat penyelenggaraan di RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun Jl. Sutan Syahrir No. 17 Pangkalan Bun.
5
BANTUAN HIDUP DASAR
6
dewasa, henti jantung seringkali diakibatkan oleh masalah
pada jantung. Sedangkan pada pasien anak, henti jantung
seringkali terjadi sebagai manifestasi dari kegagalan sistem
pernafasan serta masalah syok. Sistem penanganan pasien
dengan henti jantung akan bergantung pada setting/tempat
terjadinya henti jantung, yaitu di dalam rumah sakit/ In-
Hospital Cardiac Arrest (IHCA) atau di luar rumah
sakit/Out-Hospital Cardiac Arrest (OHCA).
7
penanggulangan gawat darurat yang terpadu akan
sangat meningkatkan keberhasilan penanganan.Rantai
kelangsungan hidup diluar rumah sakit terdiri dari:
• Penilaian henti jantung segera dan aktivasi Code Blue
(187)
• RJP segera dengan penekanan pada kompresis dada
• Defibrilasi segera dengan Automated External
Defibrilator (AED)
• Advanced life support/Bantuan hidup lanjutan yang
efektif (mencakup stabilisasi segera dan transportasi
ke pelayanan pasca henti jantung)
Perawatan pasca henti jantung dilakukan oleh
profesional kesehatan secara komprehensif di rumah
sakit
A. Danger
Pada saat tiba di tempat kejadian, kenali dan pelajari
segala situasi dan potensi bahaya yang ada. Sebelum
melakukan pertolongan, pastikan keadaan aman bagi si
penolong. Langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah:
1. Amankan diri
2. Amankan korban
3. Amankan lingkungan
Sebelum melakukan pertolongan pada korban,
gunakan sarung tangan atau alat pelindung diri lainnya
(jika tersedia)
8
B. Response
Melakukan penilaian terhadap respon dari korban
dengan melakukan penilaian tingkat kesadaran. Perlu
diperhatikan kemungkinan adanya trauma leher.
9
Cek Respon Korban/Pasien
1. Pastikan
lingkungan
aman
2. Cek respon
korban/pasie
n → Tepuk
guncang bahu
korban :
“ Pak! Pak!
Apakah anda
baik-baik saja ?
Cek Pernapasan
Korban
Tentukan
korban:
✓ Bern
apas
✓ Tida
k bernapas
atau bernapas
tidak normal
(“gasping”)
Jika korban:
# tidak respon,
dan tidak
bernapas
→ periksa nadi
karotis…
10
C. Shout for Help
Penolong tetap berada bersama korban dan panggil
bantuan dengan mengaktifkan sistem gawat darurat
atau Emergency Medical System (EMS). Apabila kejadian
berada di tempat ramai, segera meminta orang lain
untuk melakukan memanggil tim medis (tim Code Blue).
Namun, jika pada saat kejadian di tidak ada orang lain
selain penolong dan korban maka gunakan handphone
atau telpon dengan mengaktifkan speaker untuk
berkomunikasi dengn tim medis (tim Code Blue). Bila
tidak ada handphone atau telpon maka lakukan
panggilan bantuan dengan berteriak. Kemudian aktivasi
Code Blue RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
“187” dan ambil AED (jika tersedia) sebelum melakukan
RJP
Meminta Bantuan
Bila
korban/pasien
tidak respon
- Panggil bantuan
- Aktifkan Code
Blue187
- Ambil AED jika
tersedia
- Aiphone Code
Blue di IGDakan
berdering
11
D. Circulation
Apabila korban dalam keadaan tidak respon, segera
evaluasi keadaan jalan napas korban. Pastikan bahwa
korban dalam posisi telentang. Jika korban
tertelungkup, penolong harus menelentangkannya
dengan hati-hati dan jangan sampai membuat atau
memperparah cidera korban.
Selanjutnya, cek nafas dan nadi secara bersamaan
kurang dari 10 detik, jika nadi tidak teraba lakukan
pemberian kompresi sebanyak 30 kali dan 2 ventilasi.
Namun, jika nadi teraba, berikan 1 ventilasi tiap 6 detik
(10 kali/menit). Bagi penolong awam tidak terlatih, tidak
dianjurkan mengecek nadi. Dianjurkan kompresi tanpa
0kmbinasi bantuan nafas.
12
Rekomendasi AHA 2015
Kedalaman Rasio Teknik
Dewasa dan Remaja
30 : 2 2 tangan pada
5 – 6 cm
(1 atau 2 seperdua bawah
(2 – 2,4 inchi)
penolong) sternum
Anak (1 tahun s/d puber)
30 : 2 (1
2 atau 1 tangan
1/3 diameter penolong)
pada seperdua
dada 15 : 2 (2
bawah sternum
penolong)
Bayi (< 1 tahun)
30 : 2 (1 2 jari dibawah
1/3 diameter penolon) nipple line
dada 15 : 2 (2 2 jempol di bawah
penolong) nipple line
TEKNIK KOMPRESI
Pada Orang Dewasa
13
Pada Anak-anak
Teknik Satu Tangan Teknik Dua Tangan
Pada Bayi
Teknik Jari Melingkar Teknik Dua Jari
14
Kompresi Dada Yang Efektif
➢ Tekan cepat : (minimal 100 kali/menit)
➢ Tekan kuat : (5cm) untuk dewasa
➢ Lakukan kontinyu
➢ Perbandingan kompresi dada dan bantuan
napas 30: 2
CHIN LIFT-HEAD TILT
➢ Setelah 30
kompresi
dada,
kemudian
buka jalan
napas dengan
maneuver
head tilt - chin
lift.
JAW THRUST
➢ Jika trauma /
cedera spinal
→jaw thrust
tanpa
mengekstensi
kan kepala
E. Airways
Terdiri atas 2 tahap, yaitu :
1. Membersihkan jalan nafas
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing.Jika
15
terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau
sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari
telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong
kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat
dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang
dibengkokkan
➢ Silang jari (cross fingers)
➢ Sapuan jari ( finger sweep)
➢ Hisap lendir (suction)
16
➢ Head-tilt/chin-lift technique
Yaitu teknik dengan menekan dahi sambil menarik
dagu hingga melewati posisi netral tetapi jangan
sampai menyebabkan hiperekstensi leher
➢ Jaw-thrust maneuver
Yaitu teknik dengan memberikan dorongan pada
rahang, yang dilakukan bila dicurigai terjadi cedera
pada kepala, leher atau tulang belakang pada
korban. Kemudian dilanjutkan dengan membuka
mulut korban
17
F. Breathing
Terdiri dari 2 tahap, yaitu :
1. Memastikan korban/pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya
dada, mendengar bunyi napas dan merasakan
hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong
harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung
korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan
napas tetap terbuka.Prosedur ini dilakukan tidak boleh
melebihi 10 detik.
18
tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan napas
dan juga penolong harus menutup lubang hidung
korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume
udara yang diberikan pada kebanyakan orang dewasa
adalah 400 – 500 ml (10 ml/kg).
Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang
terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki
lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
➢ Mulut ke hidung.
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari
mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada
Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka
yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke
hidung, penolong harus menutup mulut
korban/pasien.
Mulut ke Masker
19
➢ Lanjutkan siklus 30 kompresi dan 2 bantuan
napas
➢ kompresor bergantian tiap 5 siklus utk
menghindari kelelahan
➢ Cek respon ulang setelah 5 siklus (2 menit)
➢ Lakukan kontinyu hingga AED atau tim
Advance datang
20
Teknik Melakukan AED
1. Nyalakan AED Pasang elektroda
Ikuti perintah :
• Tempelkan
elektroda
pads.
2. AED :
Tekan tombol shock
Jika Shock
diperintahkan,
maka:
✓ Jangan
sentuh korban
✓ Tekan
tombol shock
✓ Lanjut
kan RJP 30:2
21
Jika Shock
Lanjutkan RJP
tidak
diperintahkan,
maka:
Lanjutkan RJP
30:2, sesuai
dengan perintah
alat AED.
22
7. Membuka jalan nafas dengan memiringkan kepala dan
membuka dagu dengan perlahan.
8. Periksa bahwa tidak ada yang menghalangi jalan nafas
korban
9. Tetap bersama korban dengan terus memperhatikan
pernafasan dan denyut nadi terus menerus sampai
bantuan tiba.
10. Jika memungkinkan ubah ke posisi miring yang lain
setelah 30 menit.
3 4
23
PENATALAKASANAAN SUMBATAN BENDA ASING
24
4. Bila benda asing tidak terlihat dan berada di saluran nafas
bawah lakukan bronkoskopi.
Back blows
Abdominal Thrust
25
Langkah-Langkah Penatalaksanaan Sumbatan
Benda Asing
Jalan Napas Pada Anak
Abdominal Thrust
Back blows
Back blows
pada bayi
26
REFERENSI
http://repository.unimus.ac.id/601/3/15.%20BAB%20II.pdf.
2017
http://repository.unimus.ac.id/601/3/15.%20BAB%20II.pdf.
2017
27
RSUD SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN
Copyright 2021
28