Anda di halaman 1dari 29

MODUL PELATIHAN

BANTUAN HIDUP DASAR


RSUD SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN

Hanya Untuk Kalangan Sendiri


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan modul “Bantuan Hidup Dasar”.
Modul ini disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan
peserta pendidikan dan pelatihan dalam rangka orientasi
umum bagi pihak luar yang melaksanakan kegiatan magang
di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Selain itu, modul
ini juga diperuntukkan bagi pegawai RSUD Sultan Imanuddin
sebagai panduan dalam memberikan bantuan hidup dasar
kepada orang lain yang membutuhkan.
Penulisan modul ini dilengkapi dengan tampilan gambar
sebagai panduan praktis dalam melakukan upaya-upaya
bantuan hidup dasar. Teknik penyajian seperti ini diharapkan
mempermudah pembaca untuk mempelajari dan
memahaminya, sehingga dapat di praktikkan oleh pembaca
dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan modul ini masih belum
sempurna sepenuhnya, oleh karena itu diharapkan kritik dan
saran yangmembangun dari pembaca agar dapat lebih
menyempurnakannya.

Pangkalan Bun, November 2021

Tim Penyusun Subbagian Diklatlitbang


RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. 1


DAFTAR ISI ............................................................................ 2
Pendahuluan ......................................................................... 3
Bantuan Hidup Dasar ............................................................ 4
Automated External Defibrillator (AED) ................................... 6
Posisi Recovery (Pulih).......................................................... 22
Penatalaksanaan Sumbatan Benda Asing ............................ 24

2
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Sudden cardiac arrest/henti jantung masih menjadi
salah satu penyebab tertinggi kematian di dunia. Sebanyak
70%kejadian henti jantung di luar rumah sakit terjadi di
rumah, dan sekitar 50% henti jantung di luar rumah sakit
tidak diketahui.
Penanganan kasus henti jantung terjadi di luar rumah
sakit masih di nilai kurang. Hanya sekitar 10% pasien
dewasa yang kejadian mengalami henti jantung non trauma
yang bertahan hidup setelah ditangani oleh pelayanan
darurat medis melaluiupaya resusitasi.
Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan pondasi dasar
untuk menyelamatkan hidup seseorang yang mengalami
henti jantung. Melalui BHD penolong (baik petugas medis
maupun non-medis) wajib memahami bagaimana cara
melakukan Resusitasi Jatung Paru (RJP) dalam kondisi
yang beragam. Selain itu, keterampilan BHD juga
mencakup penanganan pada korban tersedak (chocking
emergencies).

II. TUJUAN PELATIHAN


Tujuan umum dari kegiatan pelatihan bantuan hidup
dasar adalah agar setelah mengikuti pelatihan, peserta
mampu memberikan pertolongan pertama pada
korban/pasien saat mengalami sakit/kecelakaan yang
membutuhkan bantuan hidup dasar.
Secara khusus pelatihan bantuan hidup dasar
bertujuan agar peserta mampu :
a. Menjelaskan konsep BHD
b. Menjelaskan Langkah-langkah BHD
c. Melakukan teknik BHD
d. Melakukan teknik stabilisasi, evakuasi dan mobilisasi

3
III. MATERIPELATIHAN
Materi pembelajaran pada kegiatan pelatihan Bantuan
Hidup Dasar sebagaiberikut :
A. Konsep Bantuan Hidup Dasar
B. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar
C. Teknik Bantuan Hidup Dasar
D. Teknik stabilisasi, evakuasi dan mobilisasi pada korban

IV. METODE DAN JAM PEMBELAJARAN


A. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
antara lain:
1. Ceramah singkat dan tanya jawab
2. Penugasan berupa latihan
3. Praktik berupa simulasi atau demonstrasi

B. Jam Pembelajaran
Jumlah keseluruhan jam pelajaran adalah
sebanyak 8 jam pelajaran, yang mana durasi waktu 1
jam pelajaran adalah 45 menit. Proporsi pembelajaran
adalah 40 % teori dan 60% praktik/simulasi.

V. PESERTA DAN PELATIH


A. Peserta terdiri atas :
1. Mahasiswa/umum yang melaksanakan magang di
RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
2. Karyawan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
3. Civitas hospitalia lainnya.

B. Pelatih
Pelatih dalam kegiatan ini adalah Tim Code Blue RSUD
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun yang sudah pernah
mengikuti pelatihan BHD.

4
VI. PENYELENGGARAAN
Tempat penyelenggaraan di RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun Jl. Sutan Syahrir No. 17 Pangkalan Bun.

5
BANTUAN HIDUP DASAR

I. Konsep Bantuan Hidup Dasar


Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Basic Life Support
(BSL) adalah penanganan awal pada pasien yang mengalami
henti jantung, henti nafas, atau obstruksi jalan nafas. BHD
meliputi beberapa keterampilan yang dapat diajarkan
kepada siapa saja, yaitu mengenali kejadian henti jantung
mendadak, aktivasi sistem tanggapan darurat, melakukan
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR)/resusitasi jantung
paru (RJP) awal, dan cara menggunakan Automated
External Defibrilator (AED).
Pengenalan dini dan respon terhadap serangan
jantung dan stroke juga dianggap sebagai bagian dari BHD.
Resusitasi Jantung Paru (RJP) sendiri adalah suatu
tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan
keadaan henti napas dan atau henti jantung (yang dikenal
dengan kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah
kematian biologis.
Tujuan utama dari BHD adalah suatu tindakan
oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru
dan mendistribusikan darah-oksigenasi ke jaringan tubuh.
Selain itu, BHD merupakan usaha pemberian bantuan
sirkulasi sistemik, beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh
secara efektif dan optimal sampai didapatkan kembali
sirkulasi sistemik spontan atau telah tiba bantuan dengan
peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan
bantuan hidup jantung lanjutan.

Henti jantung dapat terjadi dimana saja (di jalan,


rumah maupun di ruang Instalasi Gawat Darurat/IGD,
intensive care unit/ICU dan ruang rawat). Pada pasien

6
dewasa, henti jantung seringkali diakibatkan oleh masalah
pada jantung. Sedangkan pada pasien anak, henti jantung
seringkali terjadi sebagai manifestasi dari kegagalan sistem
pernafasan serta masalah syok. Sistem penanganan pasien
dengan henti jantung akan bergantung pada setting/tempat
terjadinya henti jantung, yaitu di dalam rumah sakit/ In-
Hospital Cardiac Arrest (IHCA) atau di luar rumah
sakit/Out-Hospital Cardiac Arrest (OHCA).

A. Rantai kelangsungan hidup di rumah sakit (In-


Hospital Cardiac Arrest/IHCA)
Kasus henti jantung yang terjadi di rumah sakit
biasanya diakibatkan oleh adanya perburukan pada
sistem pernafasan ataupun sirkulasi. Banyak kejadian
arrestyang terjadi di rumah sakit dapat di prediksi dan
dicegah dengan melakukan observasi ketat, tindakan
pencegahan serta penanganan awal. Kondisi ini disebut
dengan kondisi prearrest. Hal tersebut yang
membedakan rantai kehidupan di dalam rumah sakit
dengan rantai kehidupan di luar rumah sakit.
Rantai kelangsungan hidup di dalam rumah sakit
terdiri dari:
• Pengawasan, pencegahan, dan penanganan kondisi
prearrest
• Penilaian henti jantung segera dan aktivasi sistem
penanganan gawat darurat
• RJP segera dengan penekanan pada kompresi dada
• Defibriliasi segera
• Perawatan pasca henti jantung (post cardiac arrest
care)
B. Rantai kelangsungan hidup diluar rumah sakit (Out-
Hospital Cardiac Arrest/OHCA)
Kasus henti jantung yang terjadi di luar rumah
sakit seringkali terjadi secara tiba-tiba dan sebagai
akibat dari adanya masalah di jantung. Adanya sistem

7
penanggulangan gawat darurat yang terpadu akan
sangat meningkatkan keberhasilan penanganan.Rantai
kelangsungan hidup diluar rumah sakit terdiri dari:
• Penilaian henti jantung segera dan aktivasi Code Blue
(187)
• RJP segera dengan penekanan pada kompresis dada
• Defibrilasi segera dengan Automated External
Defibrilator (AED)
• Advanced life support/Bantuan hidup lanjutan yang
efektif (mencakup stabilisasi segera dan transportasi
ke pelayanan pasca henti jantung)
Perawatan pasca henti jantung dilakukan oleh
profesional kesehatan secara komprehensif di rumah
sakit

II. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Langkah langkah BHD mengikuti pola Danger-
Response-Shout for Help-Circulation-Airways-Breathing (D-
R-S-C-A-B).

A. Danger
Pada saat tiba di tempat kejadian, kenali dan pelajari
segala situasi dan potensi bahaya yang ada. Sebelum
melakukan pertolongan, pastikan keadaan aman bagi si
penolong. Langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah:
1. Amankan diri
2. Amankan korban
3. Amankan lingkungan
Sebelum melakukan pertolongan pada korban,
gunakan sarung tangan atau alat pelindung diri lainnya
(jika tersedia)

8
B. Response
Melakukan penilaian terhadap respon dari korban
dengan melakukan penilaian tingkat kesadaran. Perlu
diperhatikan kemungkinan adanya trauma leher.

Level of Conciousness (Tingkat kesadaran)

• Alert/Awas: Kondisi dimana korban sadar, meskipun


mungkin masih dalam keadaan bingung terhadap apa yang
terjadi
A

• Verbal/Suara: Kondisi dimana korban merespon terhadap


rangsang suara. Berikan rangsang suara yang nyaring
V
• Pain/Nyeri: Kondisi dimana korban merespon terhadap
rangsang nyeri. Rangsang nyeri dapat diberikan melalui
penekanan dengan keras di pangkal kuku atau penekanan
dengan menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan
P pada tulang sternum/tulang dada.

• Unresponsive/tidak respon: Kondisi dimana korban tidak


merespon semua tahapan yang ada di atas.
U

9
Cek Respon Korban/Pasien
1. Pastikan
lingkungan
aman
2. Cek respon
korban/pasie
n → Tepuk
guncang bahu
korban :
“ Pak! Pak!
Apakah anda
baik-baik saja ?

Cek Pernapasan
Korban
Tentukan
korban:
✓ Bern
apas
✓ Tida
k bernapas
atau bernapas
tidak normal
(“gasping”)

Jika korban:
# tidak respon,
dan tidak
bernapas
→ periksa nadi
karotis…

10
C. Shout for Help
Penolong tetap berada bersama korban dan panggil
bantuan dengan mengaktifkan sistem gawat darurat
atau Emergency Medical System (EMS). Apabila kejadian
berada di tempat ramai, segera meminta orang lain
untuk melakukan memanggil tim medis (tim Code Blue).
Namun, jika pada saat kejadian di tidak ada orang lain
selain penolong dan korban maka gunakan handphone
atau telpon dengan mengaktifkan speaker untuk
berkomunikasi dengn tim medis (tim Code Blue). Bila
tidak ada handphone atau telpon maka lakukan
panggilan bantuan dengan berteriak. Kemudian aktivasi
Code Blue RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
“187” dan ambil AED (jika tersedia) sebelum melakukan
RJP
Meminta Bantuan
Bila
korban/pasien
tidak respon

- Panggil bantuan
- Aktifkan Code
Blue187
- Ambil AED jika
tersedia
- Aiphone Code
Blue di IGDakan
berdering

11
D. Circulation
Apabila korban dalam keadaan tidak respon, segera
evaluasi keadaan jalan napas korban. Pastikan bahwa
korban dalam posisi telentang. Jika korban
tertelungkup, penolong harus menelentangkannya
dengan hati-hati dan jangan sampai membuat atau
memperparah cidera korban.
Selanjutnya, cek nafas dan nadi secara bersamaan
kurang dari 10 detik, jika nadi tidak teraba lakukan
pemberian kompresi sebanyak 30 kali dan 2 ventilasi.
Namun, jika nadi teraba, berikan 1 ventilasi tiap 6 detik
(10 kali/menit). Bagi penolong awam tidak terlatih, tidak
dianjurkan mengecek nadi. Dianjurkan kompresi tanpa
0kmbinasi bantuan nafas.

Cara melakukan kompresi sebagai berikut :


1. Atur posisi :
➢ Posisi korban/pasien telentang di atas permukaan
yang keras dan datar
➢ Posisi penolong berlutut di samping
korban/pasien atau berdiri di samping tempat
tidur korban/pasien.
2. Letakkan tumit telapak tangan pada pertengan dada
(seperdua bawah sternum) dengan telapak tangan
ditumpuk dengan jari ditautkan.
3. Lakukan kompresi dengan posisi lengan lurus pada
kedalaman 5 – 6 cm dan kecepatan100 – 120
kali/menit.
4. Tekan dengan cepat tapi keras,ulangi dan minimalisr
gangguan.

12
Rekomendasi AHA 2015
Kedalaman Rasio Teknik
Dewasa dan Remaja
30 : 2 2 tangan pada
5 – 6 cm
(1 atau 2 seperdua bawah
(2 – 2,4 inchi)
penolong) sternum
Anak (1 tahun s/d puber)
30 : 2 (1
2 atau 1 tangan
1/3 diameter penolong)
pada seperdua
dada 15 : 2 (2
bawah sternum
penolong)
Bayi (< 1 tahun)
30 : 2 (1 2 jari dibawah
1/3 diameter penolon) nipple line
dada 15 : 2 (2 2 jempol di bawah
penolong) nipple line

TEKNIK KOMPRESI
Pada Orang Dewasa

13
Pada Anak-anak
Teknik Satu Tangan Teknik Dua Tangan

Pada Bayi
Teknik Jari Melingkar Teknik Dua Jari

14
Kompresi Dada Yang Efektif
➢ Tekan cepat : (minimal 100 kali/menit)
➢ Tekan kuat : (5cm) untuk dewasa
➢ Lakukan kontinyu
➢ Perbandingan kompresi dada dan bantuan
napas 30: 2
CHIN LIFT-HEAD TILT
➢ Setelah 30
kompresi
dada,
kemudian
buka jalan
napas dengan
maneuver
head tilt - chin
lift.

JAW THRUST
➢ Jika trauma /
cedera spinal
→jaw thrust
tanpa
mengekstensi
kan kepala

E. Airways
Terdiri atas 2 tahap, yaitu :
1. Membersihkan jalan nafas
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing.Jika
15
terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau
sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari
telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong
kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat
dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang
dibengkokkan
➢ Silang jari (cross fingers)
➢ Sapuan jari ( finger sweep)
➢ Hisap lendir (suction)

Gambar. Membersihkan Jalan Nafas

2. Membuka Jalan Nafas


Setelah jalan napas dipastikan bebas dari
sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar
tonus otot–otot menghilang, maka lidah dan epiglotis
akan menutup farink dan larink, inilah salah satu
penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan
napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara
tengadah kepala topang dagu (Head tilt – chin lift) dan
Manuver Pendorongan Mandibula. Teknik membuka
jalan napas yang direkomendasikan untuk orang awam
dan petugas kesehatan adalah tengadah kepala topang
dagu, namun demikian petugas kesehatan harus dapat
melakukan manuver lainnya
Teknik membuka jalan napas, yaitu :

16
➢ Head-tilt/chin-lift technique
Yaitu teknik dengan menekan dahi sambil menarik
dagu hingga melewati posisi netral tetapi jangan
sampai menyebabkan hiperekstensi leher
➢ Jaw-thrust maneuver
Yaitu teknik dengan memberikan dorongan pada
rahang, yang dilakukan bila dicurigai terjadi cedera
pada kepala, leher atau tulang belakang pada
korban. Kemudian dilanjutkan dengan membuka
mulut korban

Gambar. Triple Airway Manuever


Cara melakukannya dengan berlutut di atas kepala
pasien, lalu menumpukan siku pada lantai, meletakkan
tangan pada tiap sisi kepala, meletakkan jari-jari di
sekitar sudut tulang rahang dengan ibu jari berada di
sekitar mulut, lalu angkat rahang ke atas dengan jari-
jari dan ibu jari membuka mulut dengan mendorong
dagu ke arah depan sambil mengangkat rahang.
Pastikan tidak menggerakkan kepala atau leher korban
ketika melakukannya. Evaluasi napas dan nadi karotis
(nadi leher) korban secara bersamaan/simultan kurang
lebih selama 5 detik atau tidak lebih dari 10 detik.
Lakukan pengecekan napas dengan melihat naik-
turunnya dada korban, dengarkan dan rasakan dengan
pipi udara yang dihembuskan oleh korban. Lakukan
pengecekan nadi dengan meraba arteri karotis yang ada
di leher dengan meletakkan 2 jari di bawah sudut
rahang yang ada di sisi penolong.

17
F. Breathing
Terdiri dari 2 tahap, yaitu :
1. Memastikan korban/pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya
dada, mendengar bunyi napas dan merasakan
hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong
harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung
korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan
napas tetap terbuka.Prosedur ini dilakukan tidak boleh
melebihi 10 detik.

2. Memberikan bantuan napas.


Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan
napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut
ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat
pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan
napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang
dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5–2
detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 400
-500 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban/pasien
terlihat mengembang.
Penolong harus menarik napas dalam pada saat
akan menghembuskan napas agar tercapai volume
udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat
diberikan hanya 16–17%. Penolong juga harus
memperhatikan respon dari korban/pasien setelah
diberikan bantuan napas.
Cara memberikan bantuan pernapasan :
➢ Mulut ke mulut.
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini
merupakan cara yang cepat dan efektif untuk
memberikan udara ke paru–paru korban/pasien.
Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke
mulut, penolong harus mengambil napas dalam
terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat
menutup seluruhnya mulut korban dengan baik agar

18
tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan napas
dan juga penolong harus menutup lubang hidung
korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume
udara yang diberikan pada kebanyakan orang dewasa
adalah 400 – 500 ml (10 ml/kg).
Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang
terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki
lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
➢ Mulut ke hidung.
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari
mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada
Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka
yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke
hidung, penolong harus menutup mulut
korban/pasien.

Teknik Bantuan Napas


✓ Volume cukup
Mulut ke mulut
untukmembuat
dadamengembang,
✓ Hindari pemberian
bantuan napas yg
cepat dan berlebih

Mulut ke Masker

19
➢ Lanjutkan siklus 30 kompresi dan 2 bantuan
napas
➢ kompresor bergantian tiap 5 siklus utk
menghindari kelelahan
➢ Cek respon ulang setelah 5 siklus (2 menit)
➢ Lakukan kontinyu hingga AED atau tim
Advance datang

AUTOMATED EXTERNAL DEFIBRILLATOR (AED)


Defibrilasi merupakan tindakan kejut listrik untuk
mendepolarisasikan sel-sel jantung dan menghilangkan
ventrikel fibrilasi/ventrikel takikardia tanpa nadi.
Menunda resusitasi dan pemakaian
defibrilasi akan menurunkan harapan hidup.

20
Teknik Melakukan AED
1. Nyalakan AED Pasang elektroda
Ikuti perintah :
• Tempelkan
elektroda
pads.

Analisa Irama Jantung


• Janganmenye
ntuh korban
• Lakukan
analisis irama
jantung

2. AED :
Tekan tombol shock
Jika Shock
diperintahkan,
maka:
✓ Jangan
sentuh korban
✓ Tekan
tombol shock
✓ Lanjut
kan RJP 30:2

21
Jika Shock
Lanjutkan RJP
tidak
diperintahkan,
maka:
Lanjutkan RJP
30:2, sesuai
dengan perintah
alat AED.

Posisi Recovery (Pulih)

Posisi pulih (recovery) digunakan pada korban dewasa


yang tidak respon dengan pernapasan dan sirkulasi yang
adekuat. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan patensi
jalan napas dan mengurangi resiko obstruksi jalan napas dan
aspirasi.
Dalam melakukan posisi pemulihan (recovery), posisi
harus stabil, setengah lateral dengan kepala dependen dan
tidak ada tekanan yang menghalangi pada dada. Langkah-
langkah dalam menempatkan korban/pasein dalam posisi
pemulihan sebagai berikut :
1. Berlutut di lantai di salah satu sisi korban
2. Tempatkan lengan terdekat dari penolong ke kanan tubuh
korban dan diluruskan ke arah kepala.
3. Selipkan lengan korban yang lain di bawah sisi kepala
mereka, sehingga punggung tangan menyentuh pipinya.
4. Menekuk salah satu lutut korban, yaitu lutut terjauh dari
penolong ke sudut kanan.
5. Memiringkan korban ke arah penolong dengan hati-hati
dengan menarik lutut yang ditekuk.
6. Lengan atas harus mendukung kepala dan lengan bawah
akan menahan agar korban tidak bergulir terlalu jauh.

22
7. Membuka jalan nafas dengan memiringkan kepala dan
membuka dagu dengan perlahan.
8. Periksa bahwa tidak ada yang menghalangi jalan nafas
korban
9. Tetap bersama korban dengan terus memperhatikan
pernafasan dan denyut nadi terus menerus sampai
bantuan tiba.
10. Jika memungkinkan ubah ke posisi miring yang lain
setelah 30 menit.

Langkah-langkahMelakukan Posisi Recovery :

3 4

23
PENATALAKASANAAN SUMBATAN BENDA ASING

Selain bantuan hidup dasar akibat terjadinya henti


jantung atau henti nafas, dapat juga terjadi karena adanya
sumbatan pada jalan nafar akibat benda asing. Penyumbatan
jalan nafas ini dapat terjadi pada siapa saja, kadang-kadang
tanpa disertai keluhan. Kondisi tersbut dapat menimbulkan
keadaan kegawat daruratan, bahkan dapat menimbulkan
kematian mendadak.
Benda asing yang dapat menyebabkan tersumbatnya
jalan nafas terdiri atas :
1. Internal
- Posisi leher tertekuk
- Pangkal lidah jatuh ke belakang
- Oedem jalan nafas
- Tumor jalan nafas
2. Eksternal
- Jarum
- Kacang
- Mainan anak
- Dan lain-lain
Lokasi benda asing yang menyumbat jalan nafas ada
pada :
➢ Laring
➢ Trakea
➢ Bronkus utama
➢ Bronkus segmen/sub segmen
Penatalaksanaan sumbatan benda asing pada jalan nafas
sebagai berikut :
1. Bila benda asingnya terlihat, segera dikeluarkan/dambil.
2. Bila sumbatan akibat lidah, maka lakukan head tilt dan
chin lift atau jaw thrust.
3. Bila benda asing tidak terlihat dan diperkiran berada pada
saluran nafas atas, maka lakukan back blows/back slaps,
heimlich manuever (abdominat thrust) atau chest thrust.

24
4. Bila benda asing tidak terlihat dan berada di saluran nafas
bawah lakukan bronkoskopi.

Langkah-Langkah Penatalaksanaan Sumbatan


Benda Asing Jalan Napas.

Back blows

Abdominal Thrust

25
Langkah-Langkah Penatalaksanaan Sumbatan
Benda Asing
Jalan Napas Pada Anak

Abdominal Thrust

Back blows

Back blows
pada bayi

26
REFERENSI

http://repository.unimus.ac.id/601/3/15.%20BAB%20II.pdf.
2017

Modul Wokshop Bantuan Hidup Dasar Umum untuk Umum.


2018. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada.https://luk.staff.ugm.ac.id/artikel/

Benda Asing SaluRAN Nafas. 2018.


http://paru.fk.unand.ac.id/wp-
content/uploads/2018/05/BENDA-ASING-SALURAN-
NAFAS.pdf

Krakatau Medika Hospital. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life


Support).2019. http://reg.rskmd.com:2802/e-
book/2019/01

Pro Emergency. BTCLS : Basic Trauma & Cardiovascular Life


Support. Edisi 2.

http://repository.unimus.ac.id/601/3/15.%20BAB%20II.pdf.
2017

27
RSUD SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN

Copyright 2021
28

Anda mungkin juga menyukai