Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN TUGAS BESAR PERENCANAAN JALAN RAYA

MATA KULIAH PROYEK REKAYASA JALAN RAYA

Dosen Pengampu: Rachmad Basuki, M.T.

Devita Candraningtyas

(2035201105)

Departemen Teknik Infrastruktur Sipil

Fakultas Vokasi

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan “Laporan Tugas Besar Proyek Perencanaan Jalan
Raya”.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................3

DAFTAR TABEL ....................................................................................................5

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................6

LEMBAR SOAL ......................................................................................................7

1. PENGANTAR TUGAS ................................................................................8

2. DATA PERENCANAAN .............................................................................8

LEMBAR ASISTENSI ............................................................................................9

LEMBAR PENILAIAN .........................................................................................10

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................11

1.1 Latar Belakang ........................................................................................11

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................12

1.3 Tujuan ......................................................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................13

2.1 Studi Literatur ..........................................................................................13

2.2 Trase Jalan ...............................................................................................13

2.2.1 Faktor Topografi ..............................................................................13

2.2.2 Faktor Geologi .................................................................................14

2.2.3 Faktor Lingkungan ...........................................................................14

2.2.4 Penetapan Stasiun (Stationing) ........................................................15

2.2.5 Klasifikasi Jalan Raya ......................................................................15

2.2.6 Bagian-bagian Jalan .........................................................................16

2.2.7 Parameter Geometrik Jalan Raya .....................................................16

2.3 Galian dan Timbunan ..............................................................................18

2.4 Diagram Mass Haul .................................................................................18

2.5 Alinyemen Horizontal .............................................................................19


3
2.5.1 Ketentuan-Ketentuan Elemen Geometrik ........................................19

2.5.2 Jenis-jenis Alinyemen Horizontal ....................................................22

2.6 Alinyemen Vertical .................................................................................24

2.6.1 Kelandaian Jalan Maksimum ...........................................................25

2.6.2 Panjang Kritis Kelandaian ................................................................25

2.7 Drainase ...................................................................................................26

2.7.1 Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan .........................26

2.7.2 Selokan Samping Jalan ....................................................................27

2.7.3 Menentukan Debit Aliran .................................................................28

2.7.4 Penampang basah berdasarkan debit air dan kecepatan (V) ............33

2.7.5 Tinggi Jagaan Selokan Samping ......................................................33

2.7.6 Kemiringan Selokan Samping dan Gorong-gorong .........................33

2.7.6 Kemiringan Tanah ............................................................................34

BAB III DATA PERENCANAAN ........................................................................35

3.1 Data Perencanaan ....................................................................................35

3.2 Data Kontur .............................................................................................35

BAB IV ANALISA PERENCANAAN JALAN RAYA .......................................36

4
Nama : As’ad Ahmad Masruri

NRP : 2035201112

Kelas : TRPPBS-B

Dosen : Dr. Machsus, ST., MT.Assignment

Lembar Tugas ini digunakan untuk menuliskan data Perencanaan sesuai Informasi
yang diberikan.

Kemudian membuat Laporan sesuai Panduan Tugas, serta harus diasistensikan ke


Dosen pengampu dan Asisten Dosen.

PROGRAM SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI REKAYASA


PEMELIHARAAN DAN PENGELOLAAN BANGUNAN SIPIL
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI ITS 2022

5
1. PENGANTAR TUGAS
Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang
peranan penting dalam aksesibilitas dan kesinambungan distribusi barang dan
jasa. Perencanaan Jalan Raya (Geometrik Jalan Raya) meliputi perencanaan
Trase jalan, Volume Galian Timbunan, Alinemen Horisontal, Alinemen
Vertikal, Koordinasi Alinemen, Drainase jalan, serta penggambaran hasil
perencanaan). Tugas di selesaikan secara mandiri oleh mahasiswa dan
ditunjang oleh dosen pengampu dan asisten dosen (jika diperlukan) sesuai
materi Mata Kuliah terkait. Tujuan tugas perencanaan Jalan raya ini membantu
mahasiswa memahami langkah perencanaan Jalan Raya serta
penggambarannya.

2. DATA PERENCANAAN

2.1 Peran Fungsi Jalan : a. Arteri b. Kolektor c. Lokal

2.2 Status Jalan : a. Jalan Nasional b. Jalan Provinsi c. Jalan Kabupaten

2.3 Kondisi Medan : a. Datar b. Bukit c. Pegunungan

2.4 Kecepatan rencana : 60 km/jam

2.5 Data Hujan : Type 1 / 2 / 3

2.6 Kendaraan Rencana dan Volume Lalu Lintas diasumsikan sesuai Peran dan Status Jalan
2.7 Dimensi Potongan Melintang

94
a. Perkerasan Jalan :7m

b. Bahu Jalan :2m

c. Lebar Saluran tepi :1m

d. Ambang pengaman : 14 m

10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan geometrik jalan merupakan bagran dari perencanaan jalan
yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi
fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus
lalu lintas dan sebagai akses ke rumah-rumah. Dalam lingkup perencanaan
geometrik tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan, walaupun
dimensi dari perkerasan merupakan bagian dari perencanaan geometrik sebagai
bagian dari perencanaan jalan seutuhnya. Demikian pula dengan drainase jalan.
Jadi tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah menghasilkan infra
struktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan
ratio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan
dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai
jalan. Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sitat gerakan. dan
ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya,
dan karakteristik arus lalu Iintas. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan
pdrtimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta
ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan
yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menentukan trase jalan yang baik dan benar?

2. Bagaimana cara menghitung volume galian timbunan dan mass haul diagram?
3. Bagaimana cara penggambaran potongan melintang dan memanjang jalan?

4. Bagaimana cara merancang alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal?

5. Bagamaimana merencanakan dimensi saluran drainase jalan raya?

1.3 Tujuan
Tujuan dan manfaat dari Tugas Besar Proyek Rekayasa Jalan Raya adalah:

8
1. Mengetahui alur perencanaan dan dapat menentukan trase geometrik jalan raya
yang baik dan benar.
2. Dapat menghitung volume galian timbunan dan mass haul diagram

3. Dapat menggambar potongan melintang dan memanjang jalan 4. Dapat


merancang alinyemen horizontal dan alinyemen vertical
5. Dapat merencanakan dimensi saluran drainase jalan raya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Literatur


Selama mengerjakan tugas besar mata kuliah Proyek Rekayasa Jalan
Perencanaan Geometrik Jalan Raya saya menggunakan acuan dan literatur
dari buku maupun jurnal–jurnal ilmiah yang ada, diantaranya :
1. Buku modul mata kuliah Rekayasa Jalan Raya

2. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) 1997, Bina
Marga.
3. Kontruksi Jalan Raya Buku 1 Geometrik Jalan, Ir. Hamirhan Soodong MSCE.

9
4. Perencanaan Teknik Jalan Raya, Shirley L.Hendrasin.

5. Dasar – Dasar Perencanaan Gometrik Jalan, Silvia Sukirman. Tata Cara


Perencanaan Drainase Pemukaan Jalan SNI 03-3424-1994

2.2 Trase Jalan


Penentuan lokasi dan perencanaan suatu trase jalan sangat dipengaruhi
oleh keadaan fisik dan topografi serta penentuan lahan yang dilalui keadaan
tanah dasar, keadaan iklim turut mempengaruhi lokasi dan bentuk trase dari
suatu jalan. Dalam kondisi normal penentuan trase jalan dan pemetaan
dilapangan, tidak terlalu banyak memerlukan perbaikan – perbaikan tanah
(Soil Improvement), sehingga hanya terbatas pada pekerjan galian dan
timbunan. (cut and fill).

2.2.1 Faktor Topografi


Keadaan topografi memeiliki peran yang sngat penting dalam
merencanakan bentuk trase diantarnya penetapan alinyemen,
kelandaian jalan, jarak pandangan, penampang melintang, saluran tepi
dan sebagainya. Penentuan bentuk trase dipengaruhi oleh klasifikasi
medan.
➢ Medan datar, tidak memberikan pengaruh begitu nyata, penentuan
trase dapat dengan bebas ditarik kemana saja disesuaikan dengan

arah dan tujuan rute jalan raya yang direncanakan.

Topografi Medan Kemiringan Medan

Datar (D) < 3%

Perbukitan (B) 3 – 25%

Pegunungan (G) > 25%


Tabel 1. Sumber: TPGJAK. No.038/T/BM/1997

10
2.2.2 Faktor Geologi
Tata guna lahan merupakan hal yang paling mendasar dalam
penentuan trase jalan. Apakah jalan yang direncanakan untuk daerah
permukiman, perindustrian atau daerah ruang lain. Apakah jalan
melalui cagar budaya. Cagar alam atau situs purbakala yang harus
dilindungi. Persyaratan teknis tata guna lahan adalah jangan sampai tata
ruang yang sudah ada dirusak oleh keberadaan jalan baru. Usahakan
menambah keserasaian ruang lahan yang sudah ada menjadikan jalan
sebagai saran pembentuk orientasi tata ruang dengan jalan sebagai
koridor penyangga ruang lahan tersebut.

2.2.3 Faktor Lingkungan


Sebaiknya jalan yang dibangun memiliki aspek yang berwawasan
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan yang mengacu pada
Amdal dengan tetap menjaga keserasian dan kesinambungan ekosistem
lingkungan.

2.2.4 Penetapan Stasiun (Stationing)


Setelah trase ditentukan, langkah selanjutnya dapat ditentukan
penetapan stasiun (stationing). Tujuan dari stationing adalah untuk
menetepakan titik-titik lintasan suatu trase jalan, sekaligus menentukan
panjang suatu trase jalan atau jarak dari suatu tempat ke tempat yang
lainnya pada suatu lokasi jalan. Titik-titik penting atau titik-titik yang
terdapat pada sepanjang jalan tertentu dinamakan dengan nama titik
stasiun. Jadi, stasiun (STA) adalah jarak langsung yang diukur dari mulai
titik awal, berupa STA 0+000 sampai titik yang akan dicari stasiunnya.
Kriteria penetapan stasiun adalah sebagai berikut.

1. Daerah datar, dibuat jarak patok ± 100 m

2. Daerah bukit, diabuatjarak patok ± 50 m

3. Daerah pegunungan, dibuatjarak patok ± 25 m

4. Untuk daerah lengkung, jarak patok harus dibuat lebih pendek menurut
keperluan yang ada dengan faktor ketelitian.

11
Dalam menentukan trase jalan, dikenal bebrapa tahapan survey sebagai
berikut:
1. Data penunjang

2. Survei pendahuluan

3. Survei Topografi

4. Survei Hidrologi

5. Survei Lalu Lintas

6. Survei Geoteknik

2.2.5 Klasifikasi Jalan Raya

Tabel 2. Klasifikasi Jalan Raya, Sumber: TPGJAK. No.038/T/BM/1997

2.2.6 Bagian-bagian Jalan

Gambar 1. Bagian-bagian Jalan

12
2.2.7 Parameter Geometrik Jalan Raya
1. Kendaraan Rencana
Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius
putarnya dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik.
Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori:

a. Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;

b. Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus


besar 2 as.
c. Kendaraan Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.

Tabel 3. Dimensi Kendaraan Rencana, Sumber: TPGJAK. No.038/T/BM/1997

2. Kecepatan Rencana

Tabel 4. Kecepatan Rencana sesuai klasifikasi fungsi dan medan jalan, Sumber:
TPGJAK. No.038/T/BM/1997

3. Volume Lalu Lintas

13
a) Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah perkiraan
volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas
dinyatakan dalam SMP/hari.
b) Volume Jam Rencana (VJR) adalah perkiraan volume lalu lintas
pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas, dinyatakan dalam
SMP/jam, dihitung dengan rumus:

di mana K (disebut faktor K), adalah faktor volume lalu lintas jam
sibuk, dan
F (disebut faktor F), adalah faktor variasi tingkat lalu lintas
perseperempat jam dalam satu jam.
c) VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan
fasilitas lalu lintas lainnya.

Tabel 5. Penentuan faktor-K dan faktor-F berdasarkan Volume Lalu Lintas


Harian, Sumber: TPGJAK. No.038/T/BM/1997

2.3 Galian dan Timbunan

Galian dan timbunan adalah pemindahan sejumlah volume akibat adanya


perbedaan ketinggian (ketinggian muka tanah asli dengan ketinggian rencana
trase) disuatu tempat. Galian dan timbuanan atau yang lebih dikenal oleh
orang-orang lapangan adalah Cut and Fill dimana pekerjaan ini sangat penting
baik pada pekerjaan pembuatan jalan, bendungan, bangunan dan reklamasi.
Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan

14
garis-garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran
sipat datar profil melintang sepanjang koridor jalur proyek atau bangunan.

Gambar 2. Contoh galian dan timbunan

2.4 Diagram Mass Haul


Diagram massa (Mass diagram) adalah kurva yang penggambaran
pemindahan tanah (haul), pada suatu penampang melintang, diatas atau
dibawah profil jalan, mulai dari suatu station tertentu sampai station
berikutnya.
Sebelum menggambar diagram mass haul, sebaiknya kuantitas galian (+)
dan timbunan (-) telah dihitung. Sehingga pada penggambarannya lebih mudah
untuk dilakukan.

Gambar 3. Contoh diagram mass haul

2.5 Alinyemen Horizontal


Alinemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang
horizontal, dikenal juga dengan nama “situasi jalan” atau “trase jalan”.
Alinemen horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan

15
garis-garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran
ditambah busur peralihan, busur peralihan saha ataupun busur lingkaran saja.
2.5.1 Ketentuan-Ketentuan Elemen Geometrik

a. Ketentuan Panjang Bagian Lurus

Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan,


ditinjau dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang maksimum bagian
jalan yang lurus harus ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,50 menit
(sesuai VR).

Tabel 6. Panjang Bagian Lurus Maksimum, Sumber: TPGJAK.


No.038/T/BM/1997

b. Ketentuan Komponen Tikungan

➢ Jari-jari minimun

Jari-jari minimum (Rmin) dihitung dengan menggunakan rumus:

dimana :

emaks = kemiringan melintang jalan (emaks= 8% untuk dalam kota dan


10% untuk jalan antar kota)
fmaks = gaya gesek untuk perkerasan aspal (0,012 – 0,017)

V = kecepatan rencana jalan

R = jari-jari lengkung

Disarankan R > Rmin , karena agar lebih nyaman

16
Tabel 7. Panjang jari-jari minimum, Sumber: TPGJAK. No.038/T/BM/1997

➢ Lengkung peralihan

Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara


bagian lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari jari tetap R;
berfungsi mengantisipasi perubahan alinemen jalan dari bentuk lurus
(R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan berjari jari tetap R
sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat berjalan
di tikungan berubah secara berangsur-angsur, baik ketika kendaraan
mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan.
Adapun nilai lengkung peralihan yang diambil adalah nilai
terbesar dari empat persamaan dibawah ini : - Berdasarkan waktu
tempuh di lengkung peralihan

dimana :

VR = kecepatan rencana, km/jam

t = waktu tempuh di lengkung peralihan (t=3 detik)

- Berdasarkan landai relatif

𝐿𝑠𝑚𝑖𝑛 = (𝑒 + 𝑒𝑛) × 𝐵 × 𝑚𝑚𝑎𝑘𝑠

dimana :

e = superelevasi, % en = kemiringan
melintang normal. % B = lebar jalur
per arah, m mmaks = landai relatif
masimum

17
- Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal

dimana :

V = kecepatan rencana, km/jam

R = jari-jari tikungan, m

C = perubahan percepatan, m/dt3 (0,3 – 0,9 m/dt3)


e = superelevasi, %

- Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

dimana : emaks = superelevasi


maksimum, %
en = kemiringan melintang normal, %
VR = kecepatan rencana, km/jam
re = tingkat pencapaian perubahan kemiringan melintang
jalan (0,035 m/m/detik untuk Vd ≤ 70 km/jam dan 0,025
m/m/detik untuk Vd ≥ 80 km/jam)

Selain menggunakan rumus-rumus diatas, untuk tujuan praktis Ls


dapat ditetapkan dengan menggunakan Tabel dibawah ini.

18
Tabel 8. Panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang dibutuhkan
(emaks = 10 metoda Bina Marga), Sumber: TPGJAK. No.038/T/BM/1997

➢ Landai Relatif

Landai relatif (L/m) adalah besarnya kelandaian akibat


perbedaan elevasi tepi perkerasan sebelah luar sepanjang lengkung
peralihan. Perbedaan elevasi didasarkan pada tinjauan perubahan
bentuk penampang melintang jalan, belum merupakan gabungan dari
perbedaan elevasi akibat kelandaian vertika jalan.

2.5.2 Jenis-jenis Alinyemen Horizontal


a. Lengkung Busur Lingkaran (Full Circle)

Lengkung full circle pada umumnya hanya dapat digunakan jika jari-
jari tikungan R yang direncanakan besar dan nilai superelevasi e lebih kecil
dari 3%.

19
Gambar 4. Lengkung Full Circle

Keterangan :
∆ = sudut tikungan
O = titik pusat lingkaran
Tc = panjang tangen jarak dari Tc ke PI atau PI ke CT
Rc = jari-jari lingkaran
Lc = panjang busur lingkaran
Ec = jarak luar ke PI ke busur lingkaran

b. Lengkung Busur dengan Lengkung Peralihan (Spiral-Circle- Spiral)

Lengkung spiral-circle-spiral pada umunya digunakan jika nilai


superelevasi e ≥ 3% dan panjang Ls > 20 meter.

Gambar 5. Lengkung SCS

Keterangan :
∆ = sudut tikungan
Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC (jarak lurus
lengkung peralihan)

Ys = ordinat titik Sc pada garis lurus garis tangen, jarak tegak lurus ke titik
SC pada lengkung

Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC)


Lc = panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)
Ts = panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
TS = titik dari tangen ke spiral
SC = titik dari spiral ke lingkaran
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran

20
θs = sudut lengkung spiral
Rc = jari-jari lingkaran
p = pergeseran tangen terhadap spiral
k = absis dari p pada garis tangen spiral

c. Lengkung Peralihan (Spiral-Spiral)

Lengkung spiral-spiral pada umumnya digunakan jika nilai superelevasi


e ≥ 3% dan panjang Ls ≤ 20 meter.

Gambar 6. Lengkung SS

Keterangan :
θs = sudut lengkung spiral pada titik SC=CS
Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC)
Rc = jari-jari lingkaran
∆ = sudut tikungan
Ts = panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran

2.6 Alinyemen Vertical


Alinyemen vertical atau biasa juga disebut penampang melintang jalan
didefinisikan sebagai perpotongan antara potongan bidang vertical dengan
badan jalan arah memanjang (Sukirman, 1994). Perencanaan alinemen vertical
berkaitan erat dengan besarnya volume galian dan timbunan yang akan terjadi,
oleh karena itu perencanaannya juga terkait dengan besarnya biaya konstruksi
yang akan terjadi. Sebagai contoh, jalan yang cenderung mengikuti muka tanah

21
asli akan menghasilkan volume galian dan timbunan yang relative kecil
sehingga mengakibatkan biaya yang diimbulkan menjadi relatif murah.
Alinyemen vertical adalah perpotongan bidang vertical dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan (trase jalan), yang umumnya
disebut dengan profil penampang memanjang jalan. Perencanaan alinemen
vertical sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain kondisi tanah dasar,
keadaan medan, fungsi jalan, muka air tanah, muka air banjir, kelandaian yang
masih memungkinkan.

Gambar
7. Alinyemen vertical

2.6.1 Kelandaian Jalan Maksimum


Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan
kendaraan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan
penuh yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari
separuh kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.
Kelandaian maksimum untuk berbagai VR ditetapkan dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini.

Tabel 9. Kelandaian jalan maksimum yang diijinkan, Sumber: TPGJAK. No.038/T/BM/1997

22
Apabila dilihat dari bentuknya, lengkung vertical dibagi menjadi 2
macam, yaitu:
a. Lengkung Vertical Cembung

b. Lengkung Vertical Cekung

2.6.2 Panjang Kritis Kelandaian

Tabel 10. Panjang kritis, Sumber: TPGJAK. No.038/T/BM/1997

No g1 g2 Ev Bentuk Gambar

1 (-) (+) (-) Cekung Ev=(-)

2 (-) (-) (-) Cekung

3 (+) (+) (-) Cekung

4 (+) (-) (+) Cembung

5 (+) (+) (+) Cembung

Gambar 8. Lengkung vertical cembung dan cekung

23
2.7 Drainase
Sistem drainase permukaan terdiri dari kemiringan melintang
perkerasan dan bahu jalan, selokan samping, gorong-gorong dan saluran
penangkap.

Gambar 9. Sistem drainase jalan

2.7.1 Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan

Kemiringan melintang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

• Kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari tengah perkerasan


menurun atau melandai ke arah selokan samping
• Besarnya kemiringan bahu jalan diambil 2% lebih besar daripada
kemiringan permukaan jalan.
• Besarnya kemiringan melintang normal pada perkerasan jalan, dapat
dilihat seperti tercantum pada tabel.

Tabel 11. Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan

24
Gambar 10. Kemiringan melintang normal pada daerah datar dan lurus

2.7.2 Selokan Samping Jalan

Selokan samping ditentukan, sebagai berikut:

1. Bahan bangunan selokan samping jalan ditentukan oleh besarnya


kecepatan rencana aliran air yang akan melewati selokan samping
jalan.

Tabel 12. Kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis material

25
Gambar 11. Tipe penampang saluran samping

2.7.3 Menentukan Debit Aliran

Faktor-faktor untuk menentukan debit aliran, yaitu:

a. Intensitas curah hujan (I) dihitung berdasarkan data-data sebagai berikut


1. Data curah hujan

2. Periode ulang

3. Lamanya waktu hujan

4. Rumus menghitung intensitas curah hujan (I) menggunakan analisa


distribusi frekuensi menurut rumus sebagai berikut:

26
Dimana:
XT = Besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun

(mm)/24 jam
X̅ = nilai rata-rata aritmatik hujan komulatif
Sx = Stadar deviasi
YT = variasi yang merupakan fungsi periode ulang
Yn = nilai yang tergantung pada n
Sn = Standar deviasi merupakan fungsi dari n
I = Intensitas curah hujan mm/jam

5. Kurva basis

Untuk menentukan kurva lamanya intensitas hujan rencana,


yang dapat diturunkan dari kurva basis (lengkung intensitas
standar) seperti pada gambar.

Gambar 12. Kurva Basis

Tabel 13. Periode Ulang

27
Tabel 14. Nilai Yn

Tabel 15. Nilai Sn

6. Waktu konsentrasi (Tc), dihitung dengan rumus :

Dimana:
Tc = waktu konsentrasi (menit)
T1 = waktu inlet (menit)
T2 = waktu aliran (menit)
Lo = jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
L = Panjang saluran (m)
nd = koefisien hambatan
s = kemiringan daerah pengaliran
V = kecepatan air rata-rata diselokan (m/dt)

28
Tabel 16. Hubungan kondisi permukaan dengan koefisien hambatan

7. Luas daerah pengaliran batas-batasannya tergantung dari daerah


pembebasan dan daerah sekelilingnya ditetapkan seperti pada gambar.

Gambar 13. Luas daerah pengaliran

Keterangan :
L = Batas Daerah Pengaliran yang Diperhitungkan

(L1+L2+L3)
L1 = ditetapkan dari as jalan sampai bagian tepi perkerasan
L2 = ditetapkan dari tepi perkerasan yang ada sampai tepi bahu
jalan

L3 = tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang


maksimum 100 meter

8. Harga koefisien pengaliran (C) untuk berbagai kondisi ditentukan


berdasarkan tabel.

29
Tabel 17. Koefisien pengairan

9. Untuk menghitung debit air menggunakan rumus

Keterangan :

Q = debit air (m³/detik)

C = koefisien pengaliran

I = intensitas hujan (mm/jam)

A = luas daerah pengaliran (km²)

10. Penampang basah selokan samping dan gorong-gorong

 Selokan segi empat

Gambar
14. Selokan segi empat

30
Keterangan: b = lebar saluran (m) d
= dalam saluran tergenang air (m)

R = jari-jari hidrolis (m)

 Selokan Trapesium

Gambar 15. Selokan trapesium

Tabel 18. Kemiringan talud

2.7.4 Penampang basah berdasarkan debit air dan kecepatan (V)

Keterangan :

Fd = luas penampang (m²)

Q = debit air (m³/detik)

V = kecepatan aliran (m/detik)

2.7.5 Tinggi Jagaan Selokan Samping

Gambar 16. Ilustrasi tinggi jagaan (w) pada selokan bentuk trapesium

31
Rumus yang digunakan untuk menghitung tinggi jagaan (w) adalah
sebagai berikut :

Keterangan:

d = tinggi selokan yang terendam air (m)

2.7.6 Kemiringan Selokan Samping dan Gorong-gorong

Pembuang Air Untuk menghitung kemiringan selokan samping dan


gorong-gorong pembuang air digunakan rumus, yaitu:

Keterangan :

V = kecepatan aliran (m/detik) n


= koefisien kekasaran
manning R = F/P = jari-jari
hidrolik
F = luas penampang basah (m²) P
= keliling basah (m) i = kemiringan
saluran yang diizinkan
2.7.6 Kemiringan Tanah

Kemiringan tanah di tempat dibuatnya fasilitas selokan


goronggorong ditentukan dari hasil pengukuran di lapangan, dihitung
dari rumus:

Gambar
17. Kemiringan tabel

32
Rumus yang digunakan untuk menghitung kemiringan tanah adalah
sebagai berikut:

Keterangan:

T1 = tinggi tanah dibagian tertinggi (m)

T2 = tinggi tanah dibagian terendah (m)

L = jarak antar STA

Tabel
19. Harga n untuk rumus manning

33
BAB III

DATA PERENCANAAN

3.1 Data Perencanaan

Dalam perencanaan jalan raya, diberikan berbagai data meliputi :

1. Peranan Fungsi Jalan : Kolektor

2. Klasifikasi Medan : Perbukitan

3. Status Jalan : Provinsi

4. Kecepatan Rencana : 60 km/jam

5. Dimensi Potongan Melintang

a. Badan Jalan : 4,00 meter

b. Bahu Jalan : 1,50 meter

c. Lebar Saluran Tepi : 1,00 meter

d. Ambang Pengaman : 2,50 meter

6. Kemiringan Melintang

a. Perkerasan Jalan : 6%

b. Bahu Jalan : 6%

7. Kelandaian Maksimum : 8%

3.2 Data Kontur

Gambar 18. Kontur


BAB IV ANALISA

PERENCANAAN JALAN RAYA

4.1 Perhitungan Kelandaian Rencana Jalan

Rencana Trase didasarkan pada titik kontur yang telah ditentukan pada lembar tugas yaitu A – D. Rencana trase dibuat oleh perencana
berjumlah 3 alternatif trase yang berguna sebagai pembanding. Gambar rencana trase terdapat pada lembar lampiran. Setelah merencanakan
trase selanjutnya perencana merekapitulasi data-data yang didapat pada rencana trase meliputi station, jarak, dan elevasi tanah asli. Sehingga
dapat dihitung kelandaian tanah asli pada rencana trase.

Contoh perhitungan:

Menghitung kelandaian tanah asli Trase 1 STA 0+000 – STA 0+100


Elevasi STA 0+000 = +223 m
Elevasi STA 0+100 = +227 m
Jarak antar STA = 100
𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑇𝐴 (0+000)+𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑇𝐴 (0+100)
Kelandaian tanah asli
= 𝑥 100%
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑆𝑇𝐴

Kelandaian tanah asli = 𝑥 100%


Kelandaian tanah asli =
4%

• KELANDAIAN TRASE

KELANDAIAN TRASE 1
JARAK KELANDAIAN TANAH OK/NOT
NO. STA ELEVASI
(m) ASLI OK
1 0+ 000 250
100 -1 OK
2 0+ 100 249
100 -4 OK
3 0+ 200 245
100 -2 OK
4 0+ 300 243
100 1 OK
5 0+ 400 244
25 0 OK
6 0+ 425 244
25 0 OK
7 0+ 450 244
25 4 OK
8 0+ 475 245
50 -6 OK
9 0+ 525 242
25 -8 OK
10 0+ 550 240
25 0 OK
11 0+ 575 240
50 -6 OK
12 0+ 600 237
50 -8 OK
13 0+ 700 233
100 10 OK
14 0+ 800 243
100 4 OK
15 0+900 247

KELANDAIAN TRASE 1
JARAK KELANDAIAN OK/NOT
NO. STA ELEVASI
(m) RENCANA JALAN (%) OK
1 0+ 000 250
100 -4 OK
2 0+ 100 246
100 -2 OK
3 0+ 200 244
100 -5 OK
4 0+ 300 239
175 0 OK
5 0+475 239
125 -1,6 OK
6 0+600 237
100 0 OK
7 0+700' 237
118 5,9 OK
8 0+900 244

KELANDAIAN TRASE 2
KELANDAIAN OK/NOT
NO. STA ELEVASI JARAK (m)
TANAH ASLI OK
1 0+ 000 251
50 1 OK
2 0+ 050 250,5
50 1 OK
3 0+ 100 250
50 0 OK
4 0+ 150 250
50 0 OK
5 0+ 200 250
50 0 OK
6 0+ 250 250
50 0 OK
7 0+ 300 250
50 0 OK
8 0+ 350 250
50 1 OK
9 0+ 400 249,5
25 2 OK
10 0+ 425 250
25 0 OK
11 0+ 450 250
50 1 OK
12 0+ 500 250,5
25 2 OK
13 0+ 525 250
25 2 OK
14 0+ 550 249,5
50 2 OK
15 0+ 600 248,5
50 2 OK
16 0+ 650 247,5
50 1 OK
17 0+ 700 247
25 4 OK
18 0+ 725 248
25 0 OK
19 0+ 750 248
50 0 OK
20 0+ 800 248
50 5 OK
21 0+ 850 250,5
50 3 OK
22 0+ 900 252
50 0 OK
23 0+ 950 252
50 4 OK
24 1+ 000 250

KELANDAIAN TRASE 2
JARAK KELANDAIAN RENCANA OK/NOT
NO. STA ELEVASI
(m) JALAN (%) OK
1 0+ 000 251
50 1 OK
2 0+ 050 250,5
50 1 OK
3 0+ 100 250
50 0 OK
4 0+ 150 250
50 0 OK
5 0+ 200 250
50 0 OK
6 0+ 250 250
50 0 OK
7 0+ 300 250
50 0 OK
8 0+ 350 250
50 1 OK
9 0+ 400 249,5
25 -2 OK
10 0+ 425 250
25 0 OK
11 0+ 450 250
50 -1 OK
12 0+ 500 250,5
25 2 OK
13 0+ 525 250
25 2 OK
14 0+ 550 249,5
50 2 OK
15 0+ 600 248,5
50 2 OK
16 0+ 650 247,5
50 1 OK
17 0+ 700 247
25 -4 OK
18 0+ 725 248
25 0 OK
19 0+ 750 248
50 0 OK
20 0+ 800 248
50 -5 OK
21 0+ 850 250,5
50 -3 OK
22 0+ 900 252
50 0 OK
23 0+ 950 252
50 4 OK
24 1+ 000 250

KELANDAIAN TRASE 3
JARAK OK/NOT
NO. STA ELEVASI KELANDAIAN TANAH ASLI
(m) OK
1 0+ 000 250
100 -1 OK
2 0+ 100 249
100 -4 OK
3 0+ 200 245
100 -2 OK
4 0+ 300 243
50 2 OK
5 0+ 350 244
25 0 OK
6 0+ 375 244
25 0 OK
7 0+ 400 244
25 0 OK
8 0+ 425 244
25 -8 OK
9 0+ 450 242
50 4 OK
10 0+ 500 244
25 8 OK
11 0+ 525 246
25 -8 OK
12 0+ 550 244
25 -8 OK
13 0+ 575 242
50 -10 OK
14 0+ 625 237
25 -10 OK
15 0+ 650 234,5
25 2 OK
16 0+ 675 235
25 8 OK
17 0+700 237
50 10 OK
18 0+ 750 242
100 5 OK
19 0+ 850 247

KELANDAIAN TRASE 2
NO. STA ELEVASI JARAK (m) KELANDAIAN JALAN OK/NOT OK
1 0+ 000 250
100 -1 OK
2 0+ 100 249
100 -4 OK
3 0+ 200 245
150 -0,67 OK
4 0+350 244
150 0 OK
5 0+500 244
125 -5,6 OK
6 0+575 237
125 0 OK
7 0+700 237
150 6,67 OK
8 0+850 247

CUT N FILL LONG


CUT N FILL CROSS
• Penentuan Trase Terpilih dengan Skoring

KRITERIA PENILAIAN

Trase 1
Panjang jalan = 800 m
Jumlah Tikungan = 2 Buah
Kelandaian Jalan Memenuhi
Panjang jembatan = 75 Buah
Volume pekerjaan tanah = 47571,55 m³
Biaya Timbunan = Rp4.094.329.112 Rupiah
Biaya Galian = Rp2.182.278.448 Rupiah
Harga estimasi pekerjaan jalan = *) Rupiah
Total Biaya = Rp6.276.607.560,25 Rupiah
Trase 2
Panjang jalan = 1000 m
Jumlah Tikungan = 3 Buah
Kelandaian Jalan Memenuhi
Panjang jembatan = 0 m
Volume pekerjaan tanah = 22021,09 m³
Biaya Timbunan = Rp1.882.672.588 Rupiah
Biaya Galian = Rp1.014.784.057 Rupiah
Harga estimasi pekerjaan jalan = *) Rupiah
Total Biaya = Rp2.897.456.644,76 Rupiah
Trase 3
Panjang jalan = 850 m
Jumlah Tikungan = 3 Buah
Kelandaian Jalan Memenuhi
Panjang jembatan = 0 m
Volume pekerjaan tanah = 34825,45 m³
Biaya Timbunan = Rp4.334.532.414 Rupiah
Biaya Galian = Rp1.110.073.941 Rupiah
Harga estimasi pekerjaan jalan = *) Rupiah
Total Biaya = Rp5.444.606.355 Rupiah

Skoring Pemilihan Trase


Kriteria Penilaian Trase 1 Trase 2 Trase 3
Panjang jalan 5 4 5
Jumlah Tikungan 4 3 3
Kelandaian Jalan OK OK OK
Panjang jembatan 4 5 5
Volume pekerjaan tanah 3 5 4
Total Biaya 2 5 3
Total 18 22 20
Sehingga didapatkan trase terpilih yaitu Trase 2, karena
dibandingkan trase lainnya, Trase 2 memiliki total biaya lebih
ekonomis. Dengan pertimbangan lain seperti jumlah tikungan,
kelandaian, volume pekerjaan tanah lebih sedikit, dan panjang kritis
telah memenuhi standart.

KESIMPULAN
TRASE TERPILIH 2
Panjang jalan = 1000 m
Jumlah Tikungan = 3 Buah
Kelandaian Jalan Memenuhi
Panjang jembatan = 0 Buah
Volume pekerjaan tanah = 22021,09 m³
Biaya Timbunan = Rp1.882.672.588 Rupiah
Biaya Galian = Rp1.014.784.057 Rupiah
Harga estimasi pekerjaan jalan = *) Rupiah
Total Biaya = Rp2.897.456.644,76 Rupiah
Merupakan Trase Dengan Nilai Terbaik, Sehingga Dapat Digunakan Dalam Perhitungan
Selanjutnya

4.2 Perencanaan Alinyemen Horizontal

Berdasarkan data trase terpilih (trase 2) selanjutnya akan direncanakan alinemen horizontal pada setiap tikungan yang ada pada rencana
jalan trase 2. Berikut ini merupakan perhitungan alinyemen horizontal pada trase 2 pada tikungan tipe Spiral-Circle-Spiral (SCS)
Gambar 19. Perencanaan alinyemen horizontal trase 2

4.2.1 Perhitungan Tikungan Horizontal 1.

a. Panjang jari-jari tikungan minimum (Rmin)

Menentukan panjang jari-jari tikungan minimum berdasarkan kecepatan rencana yang telah direncanakan serta status jalan. Kecepatan
rencana telah ditentukan oleh perencana sebesar 50 km/jam. Status jalan yang direncanakan berdasarkan data perencanaan adalah Jalan
Kabupaten. Jalan kabupaten termasuk dalam kategori jalan antar kota. Panjang jari-jari tikungan minimum ini berguna sebagai batas
untuk menentukan panjang jari-jari tikungan pada alinyamen horizontal. Sehingga jika menentukan atau merencanakan panjang jari-jari
tikungan harus lebih besar daripada panjang jari-jari tikungan minimum.

Kecepatan e maks Rmin


(km/jam) (m/m') f maks perhitungan
(m)
0,10 47,363
40 0,166
0,08 51,213
10,10 75,7116
50 0,160
0,08 82,192
0,10 112,041

60 0,153
0,08 118,11024

0,10 156,522

70 0,147
0,08 170,343

0,10 209,974

80 0,140
0,08 229,062

0,10 280,350

90 0,128
0,08 307,371

0,10 366,233

100 0,015
0,08 403,796

0,10 470,497

110 0,103
0,08 522,058

0,10 596,768

120 0,090
0,08 666,975
b. Menentukan panjang jari-jari tikungan dan superelevasi

Berdasarkan tabel di atas digunakan Jari-Jari tikungan (R) sebesar 190 m dan superelevasi (e) sebesar 8% atau 0,800

c. Perhitungan lengkung peralihan (Ls).


Untuk menghitung panjang lengkung peralihan (Ls) terdapat beberapa cara. Dari cara-cara tersebut akan diambil nilai Ls yang
terbesar.
• Perhitungan Ls berdasarkan waktu tempuh di lengkung peralihan

• Perhitungan Ls berdasarkan rumus Modifikasi Short

• Perhitungan Ls berdasarkan tingkat pencapaian

Maka diambil nilai Ls yang terbesar yaitu 50 m


d. Perhitungan ϴs, ϴc, dan Lc.
Syarat tikungan S-C-S

ϴc > 0 ⁰ = 13,914516 > 0 ⁰ (OK)

Lc > 20 m = 46,118889 m > 20 m (OK)

e) Perhitungan besaran – besaran tikungan.


4.2.2 Perhitungan Tikungan 2.

a) Rc yang direncanakan harus lebih besar dari 118,110236 m.

Direncanakan Rc = 190 m.

b) Perhitungan lengkung peralihan (Ls).

Maka diambil nilai Ls yang terbesar yaitu 50 m

c) Perhitungan ϴs, ϴc, dan Lc.


Syarat tikungan S-C-S

ϴc > 0 ⁰ = 26,91 > 0 ⁰ (OK)

Lc > 20 m = 89,206 m > 20 m (OK)

d) Perhitungan besaran – besaran tikungan.


4.2.2 Perhitungan Tikungan 3.

a) Rc yang direncanakan harus lebih besar dari 118,110236 m.

Direncanakan Rc = 190 m.

b) Perhitungan lengkung peralihan (Ls).


Maka diambil nilai Ls yang terbesar yaitu 50 m

c) Perhitungan ϴs, ϴc, dan Lc.


Syarat tikungan S-C-S

ϴc > 0 ⁰ = 26,91 > 0 ⁰ (OK)

Lc > 20 m = 89,206 m > 20 m (OK)

d) Perhitungan besaran – besaran tikungan.


4.3 Perencanaan Alinyemen Vertical

Perencanaan Alinemen Vertikal tidak lepas dari kecepatan rencana (VR) dan rencana trase pada potongan memanjang. Berdasarkan trase
potongan memanjang terdapat 3 alinemen vertical

4.8.1 Klasifikasi Jenis Lengkung Vertikal


Alinemen vertikal dibagi menjadi 2 macam jika dilihat dari bentuknya yaitu alinemen vertikal cekung dan alinemen vertikal cembung.
Untuk mengklasifikasikan bentuk lengkung vertikal tersebut dapat dilihat pada bentuknya secara langsung atau dengan perhitungan. Berikut ini
merupakan contoh perhitungan untuk menentukan bentuk lengkung vertikal, dimisalkan pada lengkung vertikal pada STA 0+700

• Data Perencanaan Alinyemen Vertikal Cekung

Tabel 1 Kontrol perencanaan untuk lengkung vertikal cembung

Karena Vr 60 km/h, maka didapatkan JPH 85 m, dan nilai lengkung vertikal (K) adalah 18

• Perhitungan Alinyemen Vertikal Cembung


Rekapitulasi Stationing

Gambar 1 Alinyemen Vertikal

4.4 Perencanaan Drainase

4.4.1 Data Curah Hujan


Curah Hujan Harian maks, mm
Tahun
Pos 1 Pos 2 Pos 3 Pos 4

2005 100 110 107 90

2006 140 134 142 139

2007 150 145 149 155

2008 160 165 155 150

2009 120 125 130 135


2010 135 130 140 142

2011 95 100 105 88

2012 100 105 110 120

2013 150 155 158 145

2014 160 165 155 158

2015 165 148 155 145

2016 150 154 155 162

2017 135 140 125 130

2018 150 155 145 148

2019 160 155 165 160

2020 155 140 148 150


Tabel 37. Data curah hujan tipe 2

Standar deviasi dapat dicari dengan menggunakan rumus: 𝑥 = 𝑥/𝑛


∑(𝑥𝑖 −𝑥 )2
Sx =√ 𝑛

Pos 1

Curah Hujan Perhitungan Deviasi


Tahun
Maksimum xi-xr (xi-xr)^2
2005 100 -39,063 1525,879
2006 140 0,938 0,879
2007 150 10,938 119,629
2008 160 20,938 438,379
2009 120 -19,063 363,379
2010 135 -4,063 16,504
2011 95 -44,063 1941,504
2012 100 -39,063 1525,879
2013 150 10,938 119,629
2014 160 20,938 438,379
2015 165 25,938 672,754
2016 150 10,938 119,629
2017 135 -4,063 16,504
2018 150 10,938 119,629
2019 160 20,938 438,379
2020 155 15,938 254,004
n= 16 ∑xi = 2225 ∑(xi - xr)^2 =
139,063 8110,94
=
Tabel 38. Standar deviasi pos 1

Pos 2

Curah Hujan Perhitungan Deviasi


Tahun
Maksimum xi-xr (xi-xr)^2
2005 110 -29,125 848,266
2006 134 -5,125 26,266
2007 145 5,875 34,516
2008 165 25,875 669,516
2009 125 -14,125 199,516
2010 130 -9,125 83,266
2011 100 -39,125 1530,766
2012 105 -34,125 1164,516
2013 155 15,875 252,016
2014 165 25,875 669,516
2015 148 8,875 78,766
2016 154 14,875 221,266
2017 140 0,875 0,766
2018 155 15,875 252,016
2019 155 15,875 252,016
2020 140 0,875 0,766
n= 16 ∑xi = 2226 ∑(xi - xr)^2 =
139,125 6283,75
=
Tabel 39. Standar deviasi pos 2

Pos 3

Curah Hujan Perhitungan Deviasi


Tahun
Maksimum xi-xr (xi-xr)^2
2005 107 -33,250 1105,563

2006 142 1,750 3,063

2007 149 8,750 76,563

2008 155 14,750 217,563

2009 130 -10,250 105,063

2010 140 -0,250 0,063

2011 105 -35,250 1242,563

2012 110 -30,250 915,063

2013 158 17,750 315,063

2014 155 14,750 217,563

2015 155 14,750 217,563

2016 155 14,750 217,563

2017 125 -15,250 232,563

2018 145 4,750 22,563

2019 165 24,750 612,563

2020 148 7,750 60,063

n= # ∑xi = 2244 ∑(xi - xr)^2 =

= 140,250 5561,00
Tabel 40. Standar deviasi pos 3

Pos 4

Curah Hujan Perhitungan Deviasi


Tahun
Maksimum xi-xr (xi-xr)^2
2005 90 -48,563 2358,316
2006 139 0,438 0,191
2007 155 16,438 270,191
2008 150 11,438 130,816
2009 135 -3,563 12,691
2010 142 3,438 11,816
2011 88 -50,563 2556,566
2012 120 -18,563 344,57
2013 145 6,438 41,441
2014 158 19,438 377,816
2015 145 6,438 41,441
2016 162 23,438 549,316
2017 130 -8,563 73,316
2018 148 9,438 89,066
2019 160 21,438 459,566
2020 150 11,438 130,816
n= 16 ∑xi = 2217 ∑(xi - xr)^2 =
138,563 7447,94
=
Tabel 41. Standar deviasi pos 4

 Menentukan nilai Yt

Tabel 42. Nilai Yt

Yt (periode ulang 10 tahun)= 2,2502

 Menentukan nilai Yn

Tabel 43. Nilai Yn

Yn = 0,5157

 Menentukan nilai Sn

Tabel 44. Nilai Sn


Sn = 1,0316

 Menghitung Xt,
Pos 1
3,984
Xt = 139,063 + (2,2502 − 0,5157)
1,0316

= 145,762
Pos 2
0,234
Xt = 139,13 + (2,2502 − 0,5157)
1,0316

= 139,519

Pos 3
2,234
Xt = 140,250 + (2,2502 − 0,5157)
1,0316

= 144,007 mm

Pos 4
2,734
Xt = 138,563 + (2,2502 − 0,5157)
1,0316

= 143,160 mm

90% × 𝑋𝑇
 Menghitung Intensitas I = 4

Pos 1
90% × 145,762
I = 4

= 32,796 mm/jam

Pos 2
90% × 139,519
I = 4

= 31,392 mm/jam

Pos 3
90% × 144,007
I = 4

= 32,402 mm/jam

Pos 4
90% × 143,160
I = 4

= 32,211 mm/jam

I gabungan = 𝐼 𝑝𝑜𝑠 1 + 𝐼 𝑝𝑜𝑠 2 + 𝐼 𝑝𝑜𝑠 3 + 𝐼 𝑝𝑜𝑠 4


4

32,796+31,392+32,402+32,211
= 4

= 32,2 mm/jam

 Menghitung kemiringan tanah (i)

4.8.2 Perhitungan jari jari hidrolisis


Perhitungan jari-jari hidrolis selokan (R), maka didapatkan data :

lebar bawah, b 0,500 m


muka air, d d : b/2 0,250 m
jari-jari hidrolis, R R : d/2 0,125 m

4.8.3 Perhitungan Kecepatan Aliran di Lapangan


Keterangan:

R = Jari-jari hidrolik (m)

i = kemiringan saluran

n = koefisien kekasaran manning

1
𝑣 = (0,125)2/3 (0,001)1/2
0,012

= 0,659 mm/detik

4.8.4 Kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis material yang digunakan (V)
Untuk menentukan kecepatan aliran air yang diizinkan, maka digunakan tabel untuk acuan berdasarkan jenis material yang akan dipakai.
Dikarenakan dalam pererncanaan akan menggunakan jenis material pasangan batu atau beton maka didapatkan kecepatan aliran yang
diizinkan adalah seperti dibawah ini.

V 1,50 m/detik
Cek nilai V
V endapan < V lapangan < V ijin
0,6 m/dtk < 0,76 m/dtk < 1,50 m/dtk
V endapan < V lapangan Ok
V lapangan < V ijin Ok

4.8.5 Menghitung Waktu Konsentrasi, Tc


untuk menghitung waktu konsentrasi (Tc) didapatkan beberapa bagian dikarenakan satu penampang jalan terdiri dari beberapa material
yang dipakai yaitu aspal, bahu jalan, dan tanah. Maka dari itu Tc akan dihitung per material untuk kemudian dijadikan satu dalam T
gabungan.

Untuk menghitung waktu inlet


Keterangan :

Lo = jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m)

s = kemiringan daerah pengaliran

nd = hubungan jondisi permukaan dengan koefisien hambatan (lihat tabel 14)


Tabel 2 Hubungan Kondisi Permukaan Dengan Koefisien Hambatan (nd)

Hasil perhitungan Waktu konsentrasi

4.8.6 Menghitung Debit air (m3/detik)


Untuk menghitung debit air (Q) didapatkan beberapa bagian dikarenakan satu penampang jalan terdiri dari beberapa material yang dipakai
yaitu aspal, bahu jalan, dan tanah. Maka dari itu Q akan dihitung per potongan jalan sesuai dengan material untuk kemudian dijadikan satu
gabungan.

Data Rencana

Keterangan :

Q = debit air (m³/detik)

C = koefisien pengaliran

I = intensitas hujan (mm/jam)

A = luas daerah pengaliran (m²)

1
𝑄= 𝑥 0,4 𝑥 20,765 𝑥 0,513
3,6

𝑄 = 1,18

Hasil Perhitungan
4.8.7 Menghitung Penampang Basah
Untuk menghitung luas drainase digunakan rumus sebagai berikut, dengan begitu didapatkan luas untuk saluran. Karena lebar saluran telah

ditetapkan menurut bina marga maka yanga dapat diganti adalah kedalaman saluran yang direncanakan

Keterangan :

Fd = Penampang basah selokan samping (m²)

Q = Debit air (m³/detik)

V = kecepatan aliran (m/detik)

4,916
𝐹𝑑 =
0,659

𝐹𝑑 = 7,462 m2

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasrkan hasil perencanaan jalan yang telah dilakukan dalam Tugas Besar Proyek Rekayasa Jalan Raya ini, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Trase jalan yang digunakan adalah trase 2 dengan panjang jalan 1000 m, lebar badan jalan 4 m.
2. Dari perencanaan ruas jalan didapat volume galian sebesar 14369,89 m3 dan volume timbunan sebesar 20455,56 m3, yang diperoleh
berdasarkan perencanaan potongan melintang.
3. Perencanaan jalan ini memakai 1 tipe lengkung horizontal, yaitu lengkung tipe Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) pada STA 0+425, STA
0+525, dan 0+725.
4. Perencanaan jalan ini memakai 2 tipe lengkung vertikal yaitu, lengkung vertikal cekung pada STA 0+100, 0+400, 0+450, 0+650, 0+700,
dan STA 0+800, lengkung vertikal cembung pada STA 0+350, 0+425, 0+500, 0+725, 0+850, 0+900, dan STA 0+950.
5. Saluran tepi jalan untuk perencanaan dimensi saluran tepi dengan itensitas curah hujan sebesar 32,2. Dengan periode ulang 10 tahun,
digunakan saluran bentuk segiempat dengan material pembentuk berupa beton.
6. Perencanaan dimensi saluran drainase jalan digunakan saluran tipe segiempat, dengan dimensi sebagai berikut :
 H = 3,731 m

 B=2m

5.2 SARAN
1. Pada perencanaan trase jalan hendaknya rencana jalan jangan dibuat terlalu banyak tikungan, hal tersebut akan membuat pengguna jalan
merasa tidak nyaman saat berkendara pada jalan tersebut.
2. Dalam perencaan geometrik jalan, sebaiknya tidak memotong kontur terlalu banyak, hal tersebut akan membuat jalan terlalu mendaki
atau menurun sehingga biaya untuk galian dan timbunan juga besar.

Anda mungkin juga menyukai