Laporan Proyek Jalan Devita
Laporan Proyek Jalan Devita
Devita Candraningtyas
(2035201105)
Fakultas Vokasi
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan “Laporan Tugas Besar Proyek Perencanaan Jalan
Raya”.
Penulis
2
DAFTAR ISI
2.7.4 Penampang basah berdasarkan debit air dan kecepatan (V) ............33
4
Nama : As’ad Ahmad Masruri
NRP : 2035201112
Kelas : TRPPBS-B
Lembar Tugas ini digunakan untuk menuliskan data Perencanaan sesuai Informasi
yang diberikan.
5
1. PENGANTAR TUGAS
Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang
peranan penting dalam aksesibilitas dan kesinambungan distribusi barang dan
jasa. Perencanaan Jalan Raya (Geometrik Jalan Raya) meliputi perencanaan
Trase jalan, Volume Galian Timbunan, Alinemen Horisontal, Alinemen
Vertikal, Koordinasi Alinemen, Drainase jalan, serta penggambaran hasil
perencanaan). Tugas di selesaikan secara mandiri oleh mahasiswa dan
ditunjang oleh dosen pengampu dan asisten dosen (jika diperlukan) sesuai
materi Mata Kuliah terkait. Tujuan tugas perencanaan Jalan raya ini membantu
mahasiswa memahami langkah perencanaan Jalan Raya serta
penggambarannya.
2. DATA PERENCANAAN
2.6 Kendaraan Rencana dan Volume Lalu Lintas diasumsikan sesuai Peran dan Status Jalan
2.7 Dimensi Potongan Melintang
94
a. Perkerasan Jalan :7m
d. Ambang pengaman : 14 m
10
BAB I
PENDAHULUAN
2. Bagaimana cara menghitung volume galian timbunan dan mass haul diagram?
3. Bagaimana cara penggambaran potongan melintang dan memanjang jalan?
1.3 Tujuan
Tujuan dan manfaat dari Tugas Besar Proyek Rekayasa Jalan Raya adalah:
8
1. Mengetahui alur perencanaan dan dapat menentukan trase geometrik jalan raya
yang baik dan benar.
2. Dapat menghitung volume galian timbunan dan mass haul diagram
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) 1997, Bina
Marga.
3. Kontruksi Jalan Raya Buku 1 Geometrik Jalan, Ir. Hamirhan Soodong MSCE.
9
4. Perencanaan Teknik Jalan Raya, Shirley L.Hendrasin.
10
2.2.2 Faktor Geologi
Tata guna lahan merupakan hal yang paling mendasar dalam
penentuan trase jalan. Apakah jalan yang direncanakan untuk daerah
permukiman, perindustrian atau daerah ruang lain. Apakah jalan
melalui cagar budaya. Cagar alam atau situs purbakala yang harus
dilindungi. Persyaratan teknis tata guna lahan adalah jangan sampai tata
ruang yang sudah ada dirusak oleh keberadaan jalan baru. Usahakan
menambah keserasaian ruang lahan yang sudah ada menjadikan jalan
sebagai saran pembentuk orientasi tata ruang dengan jalan sebagai
koridor penyangga ruang lahan tersebut.
4. Untuk daerah lengkung, jarak patok harus dibuat lebih pendek menurut
keperluan yang ada dengan faktor ketelitian.
11
Dalam menentukan trase jalan, dikenal bebrapa tahapan survey sebagai
berikut:
1. Data penunjang
2. Survei pendahuluan
3. Survei Topografi
4. Survei Hidrologi
6. Survei Geoteknik
12
2.2.7 Parameter Geometrik Jalan Raya
1. Kendaraan Rencana
Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius
putarnya dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik.
Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori:
2. Kecepatan Rencana
Tabel 4. Kecepatan Rencana sesuai klasifikasi fungsi dan medan jalan, Sumber:
TPGJAK. No.038/T/BM/1997
13
a) Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah perkiraan
volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas
dinyatakan dalam SMP/hari.
b) Volume Jam Rencana (VJR) adalah perkiraan volume lalu lintas
pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas, dinyatakan dalam
SMP/jam, dihitung dengan rumus:
di mana K (disebut faktor K), adalah faktor volume lalu lintas jam
sibuk, dan
F (disebut faktor F), adalah faktor variasi tingkat lalu lintas
perseperempat jam dalam satu jam.
c) VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan
fasilitas lalu lintas lainnya.
14
garis-garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran
sipat datar profil melintang sepanjang koridor jalur proyek atau bangunan.
15
garis-garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran
ditambah busur peralihan, busur peralihan saha ataupun busur lingkaran saja.
2.5.1 Ketentuan-Ketentuan Elemen Geometrik
➢ Jari-jari minimun
dimana :
R = jari-jari lengkung
16
Tabel 7. Panjang jari-jari minimum, Sumber: TPGJAK. No.038/T/BM/1997
➢ Lengkung peralihan
dimana :
dimana :
e = superelevasi, % en = kemiringan
melintang normal. % B = lebar jalur
per arah, m mmaks = landai relatif
masimum
17
- Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal
dimana :
R = jari-jari tikungan, m
18
Tabel 8. Panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang dibutuhkan
(emaks = 10 metoda Bina Marga), Sumber: TPGJAK. No.038/T/BM/1997
➢ Landai Relatif
Lengkung full circle pada umumnya hanya dapat digunakan jika jari-
jari tikungan R yang direncanakan besar dan nilai superelevasi e lebih kecil
dari 3%.
19
Gambar 4. Lengkung Full Circle
Keterangan :
∆ = sudut tikungan
O = titik pusat lingkaran
Tc = panjang tangen jarak dari Tc ke PI atau PI ke CT
Rc = jari-jari lingkaran
Lc = panjang busur lingkaran
Ec = jarak luar ke PI ke busur lingkaran
Keterangan :
∆ = sudut tikungan
Xs = absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke SC (jarak lurus
lengkung peralihan)
Ys = ordinat titik Sc pada garis lurus garis tangen, jarak tegak lurus ke titik
SC pada lengkung
20
θs = sudut lengkung spiral
Rc = jari-jari lingkaran
p = pergeseran tangen terhadap spiral
k = absis dari p pada garis tangen spiral
Gambar 6. Lengkung SS
Keterangan :
θs = sudut lengkung spiral pada titik SC=CS
Ls = panjang lengkung peralihan (panjang dari titik TS ke SC)
Rc = jari-jari lingkaran
∆ = sudut tikungan
Ts = panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
Es = jarak dari PI ke busur lingkaran
21
asli akan menghasilkan volume galian dan timbunan yang relative kecil
sehingga mengakibatkan biaya yang diimbulkan menjadi relatif murah.
Alinyemen vertical adalah perpotongan bidang vertical dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan (trase jalan), yang umumnya
disebut dengan profil penampang memanjang jalan. Perencanaan alinemen
vertical sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain kondisi tanah dasar,
keadaan medan, fungsi jalan, muka air tanah, muka air banjir, kelandaian yang
masih memungkinkan.
Gambar
7. Alinyemen vertical
22
Apabila dilihat dari bentuknya, lengkung vertical dibagi menjadi 2
macam, yaitu:
a. Lengkung Vertical Cembung
No g1 g2 Ev Bentuk Gambar
23
2.7 Drainase
Sistem drainase permukaan terdiri dari kemiringan melintang
perkerasan dan bahu jalan, selokan samping, gorong-gorong dan saluran
penangkap.
24
Gambar 10. Kemiringan melintang normal pada daerah datar dan lurus
Tabel 12. Kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis material
25
Gambar 11. Tipe penampang saluran samping
2. Periode ulang
26
Dimana:
XT = Besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun
(mm)/24 jam
X̅ = nilai rata-rata aritmatik hujan komulatif
Sx = Stadar deviasi
YT = variasi yang merupakan fungsi periode ulang
Yn = nilai yang tergantung pada n
Sn = Standar deviasi merupakan fungsi dari n
I = Intensitas curah hujan mm/jam
5. Kurva basis
27
Tabel 14. Nilai Yn
Dimana:
Tc = waktu konsentrasi (menit)
T1 = waktu inlet (menit)
T2 = waktu aliran (menit)
Lo = jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
L = Panjang saluran (m)
nd = koefisien hambatan
s = kemiringan daerah pengaliran
V = kecepatan air rata-rata diselokan (m/dt)
28
Tabel 16. Hubungan kondisi permukaan dengan koefisien hambatan
Keterangan :
L = Batas Daerah Pengaliran yang Diperhitungkan
(L1+L2+L3)
L1 = ditetapkan dari as jalan sampai bagian tepi perkerasan
L2 = ditetapkan dari tepi perkerasan yang ada sampai tepi bahu
jalan
29
Tabel 17. Koefisien pengairan
Keterangan :
C = koefisien pengaliran
Gambar
14. Selokan segi empat
30
Keterangan: b = lebar saluran (m) d
= dalam saluran tergenang air (m)
Selokan Trapesium
Keterangan :
Gambar 16. Ilustrasi tinggi jagaan (w) pada selokan bentuk trapesium
31
Rumus yang digunakan untuk menghitung tinggi jagaan (w) adalah
sebagai berikut :
Keterangan:
Keterangan :
Gambar
17. Kemiringan tabel
32
Rumus yang digunakan untuk menghitung kemiringan tanah adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
Tabel
19. Harga n untuk rumus manning
33
BAB III
DATA PERENCANAAN
6. Kemiringan Melintang
a. Perkerasan Jalan : 6%
b. Bahu Jalan : 6%
7. Kelandaian Maksimum : 8%
Rencana Trase didasarkan pada titik kontur yang telah ditentukan pada lembar tugas yaitu A – D. Rencana trase dibuat oleh perencana
berjumlah 3 alternatif trase yang berguna sebagai pembanding. Gambar rencana trase terdapat pada lembar lampiran. Setelah merencanakan
trase selanjutnya perencana merekapitulasi data-data yang didapat pada rencana trase meliputi station, jarak, dan elevasi tanah asli. Sehingga
dapat dihitung kelandaian tanah asli pada rencana trase.
Contoh perhitungan:
• KELANDAIAN TRASE
KELANDAIAN TRASE 1
JARAK KELANDAIAN TANAH OK/NOT
NO. STA ELEVASI
(m) ASLI OK
1 0+ 000 250
100 -1 OK
2 0+ 100 249
100 -4 OK
3 0+ 200 245
100 -2 OK
4 0+ 300 243
100 1 OK
5 0+ 400 244
25 0 OK
6 0+ 425 244
25 0 OK
7 0+ 450 244
25 4 OK
8 0+ 475 245
50 -6 OK
9 0+ 525 242
25 -8 OK
10 0+ 550 240
25 0 OK
11 0+ 575 240
50 -6 OK
12 0+ 600 237
50 -8 OK
13 0+ 700 233
100 10 OK
14 0+ 800 243
100 4 OK
15 0+900 247
KELANDAIAN TRASE 1
JARAK KELANDAIAN OK/NOT
NO. STA ELEVASI
(m) RENCANA JALAN (%) OK
1 0+ 000 250
100 -4 OK
2 0+ 100 246
100 -2 OK
3 0+ 200 244
100 -5 OK
4 0+ 300 239
175 0 OK
5 0+475 239
125 -1,6 OK
6 0+600 237
100 0 OK
7 0+700' 237
118 5,9 OK
8 0+900 244
KELANDAIAN TRASE 2
KELANDAIAN OK/NOT
NO. STA ELEVASI JARAK (m)
TANAH ASLI OK
1 0+ 000 251
50 1 OK
2 0+ 050 250,5
50 1 OK
3 0+ 100 250
50 0 OK
4 0+ 150 250
50 0 OK
5 0+ 200 250
50 0 OK
6 0+ 250 250
50 0 OK
7 0+ 300 250
50 0 OK
8 0+ 350 250
50 1 OK
9 0+ 400 249,5
25 2 OK
10 0+ 425 250
25 0 OK
11 0+ 450 250
50 1 OK
12 0+ 500 250,5
25 2 OK
13 0+ 525 250
25 2 OK
14 0+ 550 249,5
50 2 OK
15 0+ 600 248,5
50 2 OK
16 0+ 650 247,5
50 1 OK
17 0+ 700 247
25 4 OK
18 0+ 725 248
25 0 OK
19 0+ 750 248
50 0 OK
20 0+ 800 248
50 5 OK
21 0+ 850 250,5
50 3 OK
22 0+ 900 252
50 0 OK
23 0+ 950 252
50 4 OK
24 1+ 000 250
KELANDAIAN TRASE 2
JARAK KELANDAIAN RENCANA OK/NOT
NO. STA ELEVASI
(m) JALAN (%) OK
1 0+ 000 251
50 1 OK
2 0+ 050 250,5
50 1 OK
3 0+ 100 250
50 0 OK
4 0+ 150 250
50 0 OK
5 0+ 200 250
50 0 OK
6 0+ 250 250
50 0 OK
7 0+ 300 250
50 0 OK
8 0+ 350 250
50 1 OK
9 0+ 400 249,5
25 -2 OK
10 0+ 425 250
25 0 OK
11 0+ 450 250
50 -1 OK
12 0+ 500 250,5
25 2 OK
13 0+ 525 250
25 2 OK
14 0+ 550 249,5
50 2 OK
15 0+ 600 248,5
50 2 OK
16 0+ 650 247,5
50 1 OK
17 0+ 700 247
25 -4 OK
18 0+ 725 248
25 0 OK
19 0+ 750 248
50 0 OK
20 0+ 800 248
50 -5 OK
21 0+ 850 250,5
50 -3 OK
22 0+ 900 252
50 0 OK
23 0+ 950 252
50 4 OK
24 1+ 000 250
KELANDAIAN TRASE 3
JARAK OK/NOT
NO. STA ELEVASI KELANDAIAN TANAH ASLI
(m) OK
1 0+ 000 250
100 -1 OK
2 0+ 100 249
100 -4 OK
3 0+ 200 245
100 -2 OK
4 0+ 300 243
50 2 OK
5 0+ 350 244
25 0 OK
6 0+ 375 244
25 0 OK
7 0+ 400 244
25 0 OK
8 0+ 425 244
25 -8 OK
9 0+ 450 242
50 4 OK
10 0+ 500 244
25 8 OK
11 0+ 525 246
25 -8 OK
12 0+ 550 244
25 -8 OK
13 0+ 575 242
50 -10 OK
14 0+ 625 237
25 -10 OK
15 0+ 650 234,5
25 2 OK
16 0+ 675 235
25 8 OK
17 0+700 237
50 10 OK
18 0+ 750 242
100 5 OK
19 0+ 850 247
KELANDAIAN TRASE 2
NO. STA ELEVASI JARAK (m) KELANDAIAN JALAN OK/NOT OK
1 0+ 000 250
100 -1 OK
2 0+ 100 249
100 -4 OK
3 0+ 200 245
150 -0,67 OK
4 0+350 244
150 0 OK
5 0+500 244
125 -5,6 OK
6 0+575 237
125 0 OK
7 0+700 237
150 6,67 OK
8 0+850 247
KRITERIA PENILAIAN
Trase 1
Panjang jalan = 800 m
Jumlah Tikungan = 2 Buah
Kelandaian Jalan Memenuhi
Panjang jembatan = 75 Buah
Volume pekerjaan tanah = 47571,55 m³
Biaya Timbunan = Rp4.094.329.112 Rupiah
Biaya Galian = Rp2.182.278.448 Rupiah
Harga estimasi pekerjaan jalan = *) Rupiah
Total Biaya = Rp6.276.607.560,25 Rupiah
Trase 2
Panjang jalan = 1000 m
Jumlah Tikungan = 3 Buah
Kelandaian Jalan Memenuhi
Panjang jembatan = 0 m
Volume pekerjaan tanah = 22021,09 m³
Biaya Timbunan = Rp1.882.672.588 Rupiah
Biaya Galian = Rp1.014.784.057 Rupiah
Harga estimasi pekerjaan jalan = *) Rupiah
Total Biaya = Rp2.897.456.644,76 Rupiah
Trase 3
Panjang jalan = 850 m
Jumlah Tikungan = 3 Buah
Kelandaian Jalan Memenuhi
Panjang jembatan = 0 m
Volume pekerjaan tanah = 34825,45 m³
Biaya Timbunan = Rp4.334.532.414 Rupiah
Biaya Galian = Rp1.110.073.941 Rupiah
Harga estimasi pekerjaan jalan = *) Rupiah
Total Biaya = Rp5.444.606.355 Rupiah
KESIMPULAN
TRASE TERPILIH 2
Panjang jalan = 1000 m
Jumlah Tikungan = 3 Buah
Kelandaian Jalan Memenuhi
Panjang jembatan = 0 Buah
Volume pekerjaan tanah = 22021,09 m³
Biaya Timbunan = Rp1.882.672.588 Rupiah
Biaya Galian = Rp1.014.784.057 Rupiah
Harga estimasi pekerjaan jalan = *) Rupiah
Total Biaya = Rp2.897.456.644,76 Rupiah
Merupakan Trase Dengan Nilai Terbaik, Sehingga Dapat Digunakan Dalam Perhitungan
Selanjutnya
Berdasarkan data trase terpilih (trase 2) selanjutnya akan direncanakan alinemen horizontal pada setiap tikungan yang ada pada rencana
jalan trase 2. Berikut ini merupakan perhitungan alinyemen horizontal pada trase 2 pada tikungan tipe Spiral-Circle-Spiral (SCS)
Gambar 19. Perencanaan alinyemen horizontal trase 2
Menentukan panjang jari-jari tikungan minimum berdasarkan kecepatan rencana yang telah direncanakan serta status jalan. Kecepatan
rencana telah ditentukan oleh perencana sebesar 50 km/jam. Status jalan yang direncanakan berdasarkan data perencanaan adalah Jalan
Kabupaten. Jalan kabupaten termasuk dalam kategori jalan antar kota. Panjang jari-jari tikungan minimum ini berguna sebagai batas
untuk menentukan panjang jari-jari tikungan pada alinyamen horizontal. Sehingga jika menentukan atau merencanakan panjang jari-jari
tikungan harus lebih besar daripada panjang jari-jari tikungan minimum.
60 0,153
0,08 118,11024
0,10 156,522
70 0,147
0,08 170,343
0,10 209,974
80 0,140
0,08 229,062
0,10 280,350
90 0,128
0,08 307,371
0,10 366,233
100 0,015
0,08 403,796
0,10 470,497
110 0,103
0,08 522,058
0,10 596,768
120 0,090
0,08 666,975
b. Menentukan panjang jari-jari tikungan dan superelevasi
Berdasarkan tabel di atas digunakan Jari-Jari tikungan (R) sebesar 190 m dan superelevasi (e) sebesar 8% atau 0,800
Direncanakan Rc = 190 m.
Direncanakan Rc = 190 m.
Perencanaan Alinemen Vertikal tidak lepas dari kecepatan rencana (VR) dan rencana trase pada potongan memanjang. Berdasarkan trase
potongan memanjang terdapat 3 alinemen vertical
Karena Vr 60 km/h, maka didapatkan JPH 85 m, dan nilai lengkung vertikal (K) adalah 18
Pos 1
Pos 2
Pos 3
= 140,250 5561,00
Tabel 40. Standar deviasi pos 3
Pos 4
Menentukan nilai Yt
Menentukan nilai Yn
Yn = 0,5157
Menentukan nilai Sn
Menghitung Xt,
Pos 1
3,984
Xt = 139,063 + (2,2502 − 0,5157)
1,0316
= 145,762
Pos 2
0,234
Xt = 139,13 + (2,2502 − 0,5157)
1,0316
= 139,519
Pos 3
2,234
Xt = 140,250 + (2,2502 − 0,5157)
1,0316
= 144,007 mm
Pos 4
2,734
Xt = 138,563 + (2,2502 − 0,5157)
1,0316
= 143,160 mm
90% × 𝑋𝑇
Menghitung Intensitas I = 4
Pos 1
90% × 145,762
I = 4
= 32,796 mm/jam
Pos 2
90% × 139,519
I = 4
= 31,392 mm/jam
Pos 3
90% × 144,007
I = 4
= 32,402 mm/jam
Pos 4
90% × 143,160
I = 4
= 32,211 mm/jam
32,796+31,392+32,402+32,211
= 4
= 32,2 mm/jam
i = kemiringan saluran
1
𝑣 = (0,125)2/3 (0,001)1/2
0,012
= 0,659 mm/detik
4.8.4 Kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis material yang digunakan (V)
Untuk menentukan kecepatan aliran air yang diizinkan, maka digunakan tabel untuk acuan berdasarkan jenis material yang akan dipakai.
Dikarenakan dalam pererncanaan akan menggunakan jenis material pasangan batu atau beton maka didapatkan kecepatan aliran yang
diizinkan adalah seperti dibawah ini.
V 1,50 m/detik
Cek nilai V
V endapan < V lapangan < V ijin
0,6 m/dtk < 0,76 m/dtk < 1,50 m/dtk
V endapan < V lapangan Ok
V lapangan < V ijin Ok
Data Rencana
Keterangan :
C = koefisien pengaliran
1
𝑄= 𝑥 0,4 𝑥 20,765 𝑥 0,513
3,6
𝑄 = 1,18
Hasil Perhitungan
4.8.7 Menghitung Penampang Basah
Untuk menghitung luas drainase digunakan rumus sebagai berikut, dengan begitu didapatkan luas untuk saluran. Karena lebar saluran telah
ditetapkan menurut bina marga maka yanga dapat diganti adalah kedalaman saluran yang direncanakan
Keterangan :
4,916
𝐹𝑑 =
0,659
𝐹𝑑 = 7,462 m2
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasrkan hasil perencanaan jalan yang telah dilakukan dalam Tugas Besar Proyek Rekayasa Jalan Raya ini, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Trase jalan yang digunakan adalah trase 2 dengan panjang jalan 1000 m, lebar badan jalan 4 m.
2. Dari perencanaan ruas jalan didapat volume galian sebesar 14369,89 m3 dan volume timbunan sebesar 20455,56 m3, yang diperoleh
berdasarkan perencanaan potongan melintang.
3. Perencanaan jalan ini memakai 1 tipe lengkung horizontal, yaitu lengkung tipe Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) pada STA 0+425, STA
0+525, dan 0+725.
4. Perencanaan jalan ini memakai 2 tipe lengkung vertikal yaitu, lengkung vertikal cekung pada STA 0+100, 0+400, 0+450, 0+650, 0+700,
dan STA 0+800, lengkung vertikal cembung pada STA 0+350, 0+425, 0+500, 0+725, 0+850, 0+900, dan STA 0+950.
5. Saluran tepi jalan untuk perencanaan dimensi saluran tepi dengan itensitas curah hujan sebesar 32,2. Dengan periode ulang 10 tahun,
digunakan saluran bentuk segiempat dengan material pembentuk berupa beton.
6. Perencanaan dimensi saluran drainase jalan digunakan saluran tipe segiempat, dengan dimensi sebagai berikut :
H = 3,731 m
B=2m
5.2 SARAN
1. Pada perencanaan trase jalan hendaknya rencana jalan jangan dibuat terlalu banyak tikungan, hal tersebut akan membuat pengguna jalan
merasa tidak nyaman saat berkendara pada jalan tersebut.
2. Dalam perencaan geometrik jalan, sebaiknya tidak memotong kontur terlalu banyak, hal tersebut akan membuat jalan terlalu mendaki
atau menurun sehingga biaya untuk galian dan timbunan juga besar.