E1A121041 - La Ode Imsak Ramadhn
E1A121041 - La Ode Imsak Ramadhn
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala rahmat-Nya sehingga tugas besar mata kuliah Hidrologi ini dapat
terselesaikan. Salawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam atas perjuanganya kami dapat menuntut ilmu
tanpa penindasan.
Kemudian kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Rekayasa Hidrologi Bapak Erich Nov Putra Razak, S. T., M. Eng., Ibu
Tryantini Sundi Putri, S. T., M. Eng. dan asisten tugas Kak La Ode Muhammad
Faizal, S. T. yang telah membimbing kami dalam penyusunan tugas besar ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas besar ini masih banyak
kekurangan ataupun kekeliruan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi terciptanya tugas yang lebih baik.
Kelompok VII
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
DAFTAR ISI
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
DAFTAR TABEL
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
DAFTAR GAMBAR
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
BAB I
PENDAHULUAN
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
2. Untuk mengetahui cara analisa dan pengujian data hujan, cara penggunaan
distribusi probabilitas dalam perhitungan hujan rencana, cara pengujian hasil
perhitungan hujan rencana, dan perhitungan intensitas hujan rencana.
3. Untuk mengetahui pengertian hidrograf, asumsi dan landasan teori yang
mendasari penurunan hidrograf satuan, cara-cara menurunkan hidrograf satuan
nyata dan sintetik, serta cara menggunakan masing-masing metode hidrograf
satuan dalam perhitungan debit rencana.
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
BAB II
LANDASAN TEORI
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Air di lautan menguap sebagai akibat penyinaran surya dan awan uap air
bergerak melewati daratan. Pencurahan terjadi sebagai salju, butiran es, dan hujan di
atas daratan, dan air pun mulai kembali ke laut. Salju dan es di daratan adalah air
dalam simpanan sementara. Hujan yang tercurah di permukaan daratan mungkin
tercegat oleh tumbuhan dan menguap kembali ke udara. Ada sedikit yang meresap ke
dalam tanah dan bergerak ke bawah atau menembus masuk ke dalam tanah yang
jenuh, di bawah muka air tanah atau muka freatik. Air dalam jalur ini mengalir
perlahan-lahan melalui akuifer atau lapisan pembawa air air ke alur sungai atau
kadang-kadang langsung ke laut. Air yang meresap juga memberi makan kepada
kehidupan tumbuhan yang di permukaan dan ada pula air yang tersedot ke atas ke
tetumbuhan itu dan di sanalah berlangsung pemeluhan dari permukaan tumbuhan
yang berdaun.
Air yang tertinggal di permukaan ada sebagian yang menguap kembali menjadi
uap, tetapi bagian terbesar bergabung ke dalam anak air dan melimpas sebagai aliran
atau limpasan permukaan ke alur sungai. Permukaan sungai dan danau pun menguap
dan semakin banyak lagi yang dipindahkan dari sini. Akhirnya, air yang tersisa yang
tidak meresap atau menguap tiba kembali di laut lewat alur sungai. Air tanah,
bergerak lebih perlahan-lahan, mungkin muncul kembali ke dalam alur air atau
sungai di dekat garis pantai dan merembes ke laut dan daur pun berulang lagi
(Wilson, E. M., 1990).
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
semakin besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin besar pula aliran
permukaan atau debit sungai.
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
jatuh sebagai hujan. Bagian lereng yang menghadap angin hujannya akan lebih lebat
daripada bagian lereng yang ada dibelakangnya. Curah hujan berbeda menurut
ketinggiannya, biasanya curah hujan makin besar pada tempat yang lebih tinggi.
2. Hujan Konvektif
Hujan ini merupakan hujan ini disebabkan oleh naiknya udara panas, lapisan
udara naik ini kemudian bergerak ke daerah yang lebih dingin (terjadi perpadatan dan
kondensasi) dan terjadi hujan. Proses ini khas buat terjadinya badai Guntur yang
terjadi di siang hari yang menghasilkan hujan lebat pada daerah yang sempit. Badai
Guntur lebih sering terjadi di lautan daripada di daratan.
Data-data tinggi hujan atau besarnya hujan hanya bisa ditentukan dnegan
pengukuran langsung dengan alat pengukur hujan atau juga disebut takaran hujan
(rain gauge), ada dua jenis alat pengukur curah hujan yaitu alat pengukur/penakar
hujan biasa dan alat pengukur/penakar hujan automatis (automatic rain
gauge/recorder).
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Istilah presipitasi selanjutnya, hanya diartikan sebagai jumlah air hujan yang
terukur/tertampung dalam alat pencatat hujan. Satuan hujan dalam: mm atau inch.
Tujuan pengukuran yaitu untuk mengukur banyaknya dan intensitas hujan yang turun
pada permukaan datar tanpa memperhatikan adanya infiltrasi, pengaliran.
1. Alat Penakar Hujan Biasa
Pada dasarnya alat ini berupa botol yang terdiri dari corong dengan diameter
tertentu (umumnya 8”) diperlengkapi dengan cincin bibir tajam agar ada batas yang
tajam antara air yang masuk dalam corong dan yang tidak terukur. Air di dalam botol
penampung diukur dengan memakai gelas ukur, untuk mengukur jumlah hujan yang
dinyatakan dalam mm atau inch tiap 1 hari atau 24 jam, misalnya 15 mm/24 jam.
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
3. Alat ukur sama, tempat tidak dipindahkan, akan tetapi lingkungan yang
berubah.
Menurut Linsley (1986), salah satu metode yang digunakan untuk menguji
konsistensi data adalah kurva massa ganda (double mass curve). Metode ini
membandingkan hujan tahunan komulatif di stasiun y terhadap stasiun referensi x.
Stasiun referensi biasanya adalah nilai rerata dari beberapa stasiun hujan di dekatnya.
Nilai komulatif tersebut digambarkan pada sistim koordinat kartesian x-y. Langkah
yang dilakukan dalam metode ini adalah:
Plot komulatif data hujan pada stasiun yang akan diuji (sb. y).
Plot komulatif data hujan pada stasiun referensi (sb. x).
Periksa kurva hasil plotting diatas untuk melihat perubahan kemiringan (trend).
Apabila garis yang terbentuk lurus berarti pencatatan di stasiun y konsisten.
Sebaliknya apabila kemiringan kurva patah/berubah, berarti pencatatan di
stasiun y tidak konsisten.
Jika tidak konsisten, perlu dilakukan koreksi terhadap data.
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Untuk keperluan analisis hujan rancangan, diperlukan data hujan daerah aliran
sungai atau hujan kawasan harian maksimum tahunan. Hujan kawasan dapat
ditentukan berdasarkan hujan titik dengan berbagai cara yang ada, yakni rata-rata
aljabar, poligon thiessen, dan isohyet. Dari tiga cara tersebut, cara isohyet
menghasilkan ketelitian paling tinggi, tetapi kurang didukung dengan ketersediaan
data. Cara poligon thiessen lebih umum digunakan dalam beragam analisis. Ada tiga
metode dalam menghitung curah hujan wilayah di suatu DAS, yaitu:
1. Metode Aritmatik/Rata-Rata Aljabar
Metode aritmatik adalah paling sederhana yang akan memberikan hasil yang
teliti bila stasiun hujan tersebar merata di DAS variasi kedalaman hujan antar stasiun
relatif lebih kecil. Cara ini berdasarkan asumsi bahwa semua alat penakar curah
hujan memiliki pengaruh yang setara, sehingga cocok untuk kawasan dengan
topografi datar dengan sebaran alat penakar curah hujan yang merata dan harga
individual curah hujannya tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya (Ariyani, 2015).
P =
∑ Pn … Pers. 2.1
n
Keterangan :
P = Hujan wilayah
Pn = Curah hujan pada stasiun n
n = Jumlah stasiun pencatat hujan
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Metode ini relatif lebih teliti, kurang fleksibel, tidak memperhitungkan faktor
topografi dan objektif. Cara ini dikenal juga sebagai rata-rata timbang (weighted
mean). Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan
untuk mengakomodasikan ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk
dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis yang
menghubungkan dua pos penakar terdekat (Ariyani, 2015).
P =
∑ Ai Pi … Pers. 2.2
A
Keterangan :
P = Curah Hujan wilayah
Ai = Luas wilayah pada stasiun i
A = Luas wilayah total
Pi = Curah hujan pada stasiun i
3. Metode Isohyet
Metode isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman
hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan
tersebar merata, metode isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih
banyak disbanding dua metode lainnya (Ariyani, 2015).
n
1 P +P
P = ∑
A i=1
A i i i+1
2 … Pers. 2.3
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Keterangan :
n = Jumlah luasan
Pi = Kedalaman hujan di kontur i
Ai = Luas daerah antara dua garis kontur kedalam hujan
A = Luas total
n
R 80 = +1 … Pers. 2.4
5
Keterangan :
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
S=
√ Σ (Xi - X)²
n-1 … Pers. 2.8
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Keterangan :
S = Standar deviasi
Xi = Besarnya curah hujan DAS
X = Rata-rata curah hujan maksimum daerah
n = Jumlah data
Cs = Koefisien Swekness
Ck = Koefisien Kurtosis
Cv = Koefisien Variasi
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm)
X = Curah hujan rata-rata (mm).
S = Standar deviasi
K = Faktor frekuensi
Nilai X adalah banjir dengan suatu nilai probabilitas tertentu, X adalah nilai
rata-rata rangkaian banjirnya, Sx adalah deviasi standar, dan k adalah faktor
frekuensi distribusi normal yang ditentukan oleh suatu distribusi tertentu yang
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
merupakan fungsi dari nilai probabilitas X. Nilai k untuk masing- masing periode
ulang banjir.
√
n
∑ (Log X i - log X )
2
… Pers. 2.14
i =1
S log X =
n-1
Keterangan :
Log Xt = Curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm)
Log X = Curah hujan rata-rata (mm)
SlogX = Standar deviasi
Kt = Faktor frekuensi
√
n
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
5. Harga curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu (Xt) diperoleh
dengan cara mencari anti logaritma dari log Xt.
√∑
n
2
( LogXi−X ¿
i =1
… Pers. 2.16
S= ¿
n-1
Koefisien kemencengan:
n
n ∑ ( log X i−X ) 2 … Pers. 2.17
i=1
G=
( n−1 )( n−2 ) S 3
Xt =X + Kt . S … Pers. 2.18
Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana periode ulang t tahun
X = Harga rata-rata
G = Koefisien kemencengan
S = Standar deviasi
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
√∑
n
log Xi−log X ¿ ²
3. Hitung harga simpanan baku logaritma data: Sx = i =1
¿
n-1
n
( Yt−Yn)
Xt =X + .S … Pers. 2.19
Sn
Reduced variate:
Yt=−ln −ln ( Tr −1
Tr ) … Pers. 2.20
Standar deviasi:
√
n
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm)
X = Curah hujan rata-rata (mm)
S = Standar deviasi
Sn = Standar deviation of reduced
Yt = Reduced variated
Yn = Mean of reduced variated
1.
∑
Hitung harga rata-rata data curah hujan: x= i=1
Xi
√
n
Ef
Keterangan :
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Dari hasil pengamatan yang didapat, dicari pengamatannya dengan chi kuadrat
kritis (didapat dari tabel nilai kritis untuk distribusi Chi Kuadrat) paling kecil. Untuk
suatu nilai nyata tertentu (level of significant) yang sering diambil 5%. Rumus umum
derajat kebebasan:
Keterangan :
Dk = Derajat kebebasan
p = Banyaknya parameter, untuk uji Chi Kuadrat adalah 2
K = Jumlah kelas distribusi
n = Banyaknya data
2 2
X < X cr … Pers. 2.25
Keterangan :
X2 = Parameter Chi-Kuadrat terhitung
X2cr = Parameter Chi-Kuadrat kritis
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
n+1
P(Xi )= … Pers. 2.26
i
Keterangan :
n = Jumlah data
i = Nomor urut data (setelah diurut).
3. Plot masing-masing nilai P(X,) diatas kertas probabilitas sebagai absis dan nilai
Xi sebagai ordinat yang sudah di skala sedemikian rupa sehingga menjadi titik
koordinat.
4. Kemudian diatas sebaran titik-titik koordinat tersebut ditarik curve atau garis
teoritis. Persamaan garis teoritis merupakan persamaan distribusi probabilitas
yang telah dihitung.
5. Hitung nilai peluang teoritis untuk masing-masing data. Caranya adalah dengan
menarik garis horizontal dari setiap titik koordinat menuju ke garis teoritis.
6. Hitung selisih (AP) antara peluang empiris P(X,) dan teoritis P’(X,) unruk
setiap data yang sudah diurut.
… Pers. 2.27
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Apabila Do lebih kecil dari Dcr maka distribusi teoritis yang digunakan untuk
menentukan persamaan distribusi dapat diterima, apabila Do lebih besar dari Dcr
maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan persamaan distribusi tidak
dapat diterima. Nilai Dcr untuk uji Smirnov-Kolmogorof tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
1 2 3 4 5
5 0,45 0,51 0,54 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
1,07 1,22 1,36 1,63
n > 50
√n √n √n √n
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan hujan yang
telah terjadi pada masa lampau (Loebis, 1987).
Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah
hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya
berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang
meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung
dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan
durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air
bagaikan ditumpahkan dari langit (Suroso, 2006).
Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai ketinggian curah hujan yang terjadi
pada kurun waktu dimana air hujan berkonsentrasi. Analisa intensitas curah hujan ini
dapat diproses berdasarkan data curah hujan yang telah terjadi pada tahun - tahun
sebelumnya. Perhitungan besarnya intensitas curah hujan dapat dipergunakan
beberapa rumus empiris dalam hidrologi. Untuk menghitung intensitas curah hujan,
dapat digunakan beberapa metode atau rumus antara lain, Rumus Talbot, Rumus
Haspers dan Der Weduwen, Metode Sherman dan Metode Mononobe.
1) Rumus Talbot
Rumus Talbot (1881), rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan
dan tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga terukur. Digunakan untuk
menghitung intensitas curah hujan apabila yang tersedia adalah curah hujan harian,
Dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Loebis,1987):
… Pers. 2.28
a
I=
Dengan mencari regresi a dan b yaitu: t+b
… Pers. 2.29
a=
∑ ( I.t ) . ∑ ( I² ) - ∑ ( I².t ) . ∑ (I)
n. ∑ ( I² ) - ∑ ( I ) ∑ (I)
… Pers. 2.30
b=
∑ ( I) . ∑ ( I.t ) - N ∑ ( I².t )
n. ∑ ( I² ) - ∑ ( I ) ∑ (I)
Keterangan :
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Ri=Xt
( 1218t
Xt ( i-1 ) +1272t )
+ 54
… Pers. 2.31
Keterangan :
t = Durasi curah hujan dalam satu jam
Xt = Curah hujan maksimum yang terpilih
3) Rumus Sherman
Rumus Sherman (1905), rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah
hujan yang lamanya lebih dari 2 jam. Rumus perhitungan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a
I= n
… Pers. 2.32
t
Keterangan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
a =⌈
∑ ( log I) . ∑ ( log t ) ² - ∑ (logt . log I). ∑ (logt) ⌉10
N. ∑ ( log t ) ² - ∑ ( log t). ∑ (logt)
n =
∑ ( log I) . ∑ ( log t ) - N. ∑ (logt . log I)
N. ∑ ( log t ) ² - ∑ ( log t). ∑ (logt)
t = Lamanya hujan (jam)
4) Rumus Mononobe
Rumus Mononobe dipakai apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia,
yang ada hanya data hujan harian. Metode pertama intensitas hujan jam-jaman
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
( )
2 /3
R 24 24
I= … Pers. 2.33
24 t
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam)
T = Lamanya hujan (24 jam)
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Keterangan :
Q = Debit puncak limpasan permukaan (m3/s).
C = Angka pengaliran (tanpa dimensi).
A = Luas daerah pengaliran (km3).
I = Intensitas curah hujan (mm/jam).
Keterangan :
Q = Debit puncak limpasan permukaan periode ulang T tahun (m3/det).
IT = Intensitas curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/jam).
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
( )
2 0,385
0,87 . L
t c= … Pers. 2.36
1000 . S
Keterangan :
tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang terdekat (km)
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air
∑ Ci . A i … Pers. 2.37
i=1
C=
A
Keterangan :
C = Koefisien Pengaliran
A = Luas Daerah Koefisien Pengaliran (km 2)
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Halaman berpasir:
Datar (2%) 0,05 – 0,10
Curam (7%) 0,15 – 0,20
Halaman tanah:
Datar (2%) 0,13 – 0,17
Curam (7%) 0,18 – 0,22
Hutan:
Datar 0 – 5% 0,10 – 0,40
Bergelombang 5 – 10% 0,25 – 0,50
Berbukit 10 – 30% 0,30 – 0,60
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
C A Ro … Pers. 2.38
Qp=
3,6(0,3 Tp+T 0,3 )
Keterangan :
Qp = Debit puncak banjir (m3/s)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit sampai 30% (jam)
A = Luas daerah pengaliran sampai outlet (km 2)
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
mempergunakan data tersebut atau yang lebih dikenal dengan hidrograf satuan
sintetik.
HSS Gama I terdiri dari tiga bagian pokok yaitu, (1) sisi naik (rising clim), (2)
puncak (crest), (3) sisi turun (recession clim) yang ditentukan oleh nilai koefisien
tampungan (K) yang mengikuti persamaan berikut:
−t / k … Pers. 2.39
Qt=Qp( e)
Keterangan :
Qt = Debit pada jam ke t (m3/s)
Qp = Debit Puncak (m 2 /s )
t = Waktu saat terjadinya debit puncak (jam)
k = Koefisien tampungan (jam)
2.8 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan
bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air
diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut
dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal).
Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan
pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Tranpirasi adalah vaporisasi di
dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan
tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporasi terjadi terutama di
ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer.
Hampir semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan
ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil dimanfaatkan tanamana (Allen et all,
1998).
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Dengan
¿
ETo c=W (0,7 Rs−Rn 1)+(1−W ) f (u)( ea−ed) … Pers. 2.41
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Dengan
Keterangan :
p = presentase rata-rata jam siang harian, besarnya tergantung lintang (LL)
t = suhu udara
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
BAB III
ANALISA DATA
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 87,0 42,0 58,5 50,3 50,3
2 2004 112,0 199,0 44,0 50,0 47,0 97,3
3 2005 120,0 319,0 93,0 84,3 88,7 185,9
4 2006 94,0 413,0 45,0 76,0 60,5 246,4
5 2007 84,0 497,0 60,0 80,0 70,0 316,4
6 2008 135,0 632,0 64,0 84,0 74,0 390,4
7 2009 114,5 746,5 60,0 91,0 75,5 465,9
8 2010 91,0 837,5 45,0 108,5 76,8 542,7
9 2011 175,5 1013,0 60,0 88,0 74,0 616,7
10 2012 93,0 1106,0 62,5 77,0 69,8 686,4
11 2013 96,0 1202,0 58,5 72,0 65,3 751,7
12 2014 95,0 1297,0 60,0 85,6 72,8 824,5
13 2015 98,5 1395,5 50,0 66,6 58,3 882,8
14 2016 118,0 1513,5 77,3 95,0 86,2 968,9
15 2017 160,0 1673,5 84,3 136,0 110,2 1079,1
16 2018 83,5 1757,0 110,0 155,9 133,0 1212,0
17 2019 62,5 1819,5 75,0 122,0 98,5 1310,5
18 2020 39,0 1858,5 75,0 76,0 75,5 1386,0
19 2021 104,5 1963,0 89,0 60,0 74,5 1460,5
20 2022 75,0 2038,0 60,0 77,3 68,7 1529,2
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
2000.0 R² = 0.984756718930603
1500.0
Kum. Pos B
1000.0
500.0
0.0
0
.0
.0
.0
.0
.0
0
0.
0.
0.
0.
0.
00
00
00
00
00
20
40
60
80
10
12
14
16
18
Kum. Rata-rata Pos D & E
Dapat dilihat melalui grafik diatas bahwa data curah hujan pos B mengalami
kepatahan pada tahun 2018-2022 (5 tahun terakhir). Sehingga kita dapat
menganalisis gradien data yang konsisten (2003-2017) dan tidak konsisten (2018-
2022).
m1 = 1,54
m2 = 0,89
F = 1,73
Nilai faktor koreksi (F) dijadikan sebagai faktor pengali data curah hujan yang
tidak konsisten. Sehingga diperoleh data curah hujan Pos B melalui table dan grafik
berikut ini.
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 42,0 58,5 87,0 50,3 50,3
2 2004 112,0 44,0 50,0 199,0 47,0 97,3
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
R² = 0.996969049719126
2000.0
1500.0
Kum. Pos B
1000.0
500.0
0.0
0
.0
.0
.0
0
.0
.0
0.
0.
0.
0.
0.
00
00
00
00
00
20
40
60
80
10
12
14
16
18
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 42,0 42,0 58,5 50,3 50,3
2 2004 112,0 44,0 86,0 50,0 47,0 97,3
3 2005 120,0 93,0 179,0 84,3 88,7 185,9
4 2006 94,0 45,0 224,0 76,0 60,5 246,4
5 2007 84,0 60,0 284,0 80,0 70,0 316,4
6 2008 135,0 64,0 348,0 84,0 74,0 390,4
7 2009 114,5 60,0 408,0 91,0 75,5 465,9
8 2010 91,0 45,0 453,0 108,5 76,8 542,7
9 2011 175,5 60,0 513,0 88,0 74,0 616,7
10 2012 93,0 62,5 575,5 77,0 69,8 686,4
11 2013 96,0 58,5 634,0 72,0 65,3 751,7
12 2014 95,0 60,0 694,0 85,6 72,8 824,5
13 2015 98,5 50,0 744,0 66,6 58,3 882,8
14 2016 118,0 77,3 821,3 95,0 86,2 968,9
15 2017 160,0 84,3 905,6 136,0 110,2 1079,1
16 2018 83,5 110,0 1015,6 155,9 133,0 1212,0
17 2019 62,5 75,0 1090,6 122,0 98,5 1310,5
18 2020 39,0 75,0 1165,6 76,0 75,5 1386,0
19 2021 104,5 89,0 1254,6 60,0 74,5 1460,5
20 2022 75,0 60,0 1314,6 77,3 68,7 1529,2
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
1200.0
R² = 0.991596978294622
1000.0
800.0
Kum. Pos D
600.0
400.0
200.0
0.0
.0
.0
.0
.0
.0
0
.0
0.
0.
0.
0.
0.
00
00
00
00
00
00
20
40
60
80
10
12
14
16
18
20
Kum. Rata-rata Pos B &E
Dapat dilihat melalui grafik diatas bahwa data curah hujan pos B mengalami
kepatahan pada tahun 2011-2022 (12 tahun). Sehingga kita dapat menganalisis
gradien data yang konsisten (2003-2010) dan tidak konsisten (2011-2022).
m1 = 0,63
m2 = 0,77
F = 0,83
Nilai faktor koreksi (F) dijadikan sebagai faktor pengali data curah hujan yang
tidak konsisten. Sehingga diperoleh data curah hujan Pos B melalui table dan grafik
berikut ini.
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 42,0 58,5 42,0 72,8 72,8
2 2004 112,0 44,0 50,0 86,0 81,0 153,8
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
1200.0
R² = 0.994870410031108
1000.0
800.0
Kum. Pos D
600.0
400.0
200.0
0.0
0
.0
.0
.0
0
.0
.0
.0
0.
0.
0.
0.
0.
00
00
00
00
00
00
20
40
60
80
10
12
14
16
18
20
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 42,0 58,5 58,5 64,5 64,5
2 2004 112,0 44,0 50,0 108,5 78,0 142,5
3 2005 120,0 93,0 84,3 192,8 106,5 249,0
4 2006 94,0 45,0 76,0 268,8 69,5 318,5
5 2007 84,0 60,0 80,0 348,8 72,0 390,5
6 2008 135,0 64,0 84,0 432,8 99,5 490,0
7 2009 114,5 60,0 91,0 523,8 87,3 577,3
8 2010 91,0 45,0 108,5 632,3 68,0 645,3
9 2011 175,5 60,0 88,0 720,3 117,8 763,0
10 2012 93,0 62,5 77,0 797,3 77,8 840,8
11 2013 96,0 58,5 72,0 869,3 77,3 918,0
12 2014 95,0 60,0 85,6 954,9 77,5 995,5
1021,
13 2015 98,5 50,0 66,6 74,3 1069,8
5
14 2016 118,0 77,3 95,0 1116,5 97,7 1167,4
1252,
15 2017 160,0 84,3 136,0 122,2 1289,6
5
1408,
16 2018 83,5 110,0 155,9 96,8 1386,3
4
1530,
17 2019 62,5 75,0 122,0 68,8 1455,1
4
1606,
18 2020 39,0 75,0 76,0 57,0 1512,1
4
19 2021 104,5 89,0 60,0 1666, 96,8 1608,8
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
4
1743,
20 2022 75,0 60,0 77,3 67,5 1676,3
7
1800.0
1600.0 R² = 0.995449851217832
1400.0
1200.0
Kum. Pos E
1000.0
800.0
600.0
400.0
200.0
0.0 .0
.0
0
.0
.0
.0
0.
0.
0.
0.
0.
00
00
00
00
00
20
40
60
80
10
12
14
16
18
Kum. Rata-rata Pos B & D
Dapat dilihat melalui grafik diatas bahwa data curah hujan pos B mengalami
kepatahan pada tahun 2018-2022 (5 tahun). Sehingga kita dapat menganalisis gradien
data yang konsisten (2003-2017) dan tidak konsisten (2018-2022).
m1 = 0,99
m2 = 1,09
F = 0,91
Nilai faktor koreksi (F) dijadikan sebagai faktor pengali data curah hujan yang
tidak konsisten. Sehingga diperoleh data curah hujan Pos B melalui table dan grafik
berikut ini.
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
1600.0 R² = 0.997015517291305
1400.0
1200.0
Kum. Pos E
1000.0
800.0
600.0
400.0
200.0
0.0
0
.0
.0
.0
0
.0
.0
0.
0.
0.
0.
0.
00
00
00
00
00
20
40
60
80
10
12
14
16
18
Kum. Rata-rata Pos B & D
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Dengan rumus metode aritmatik di atas, hujan kawasan 2003-2022 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3. 8 Data Curah Hujan Metode Rerata Aritmatik
Stasiun Curah Hujan Kawasan
No Tahun
B D E (mm)
1 2003 87,0 42,0 58,5 62,5
2 2004 112,0 44,0 50,0 68,7
3 2005 120,0 93,0 84,3 99,1
4 2006 94,0 45,0 76,0 71,7
5 2007 84,0 60,0 80,0 74,7
6 2008 135,0 64,0 84,0 94,3
7 2009 114,5 60,0 91,0 88,5
8 2010 91,0 45,0 108,5 81,5
9 2011 175,5 60,0 88,0 107,8
10 2012 93,0 62,5 77,0 77,5
11 2013 96,0 58,5 72,0 75,5
12 2014 95,0 60,0 85,6 80,2
13 2015 98,5 50,0 66,6 71,7
14 2016 118,0 77,3 95,0 96,8
15 2017 160,0 84,3 136,0 126,8
16 2018 83,5 110,0 155,9 116,5
17 2019 62,5 75,0 122,0 86,5
18 2020 39,0 75,0 76,0 63,3
19 2021 104,5 89,0 60,0 84,5
20 2022 75,0 60,0 77,3 70,8
Jumlah 1698,8
Rerata 84,9
Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Cad
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
5. Selanjutnya, tarik garis tegak lurus sebesar 90⁰ pada titik tengah masing-
masing garis pada tahap 5 menggunakan perintah line ( L ). Kemudian
bagilah DAS tersebut berdasarkan stasiunnya dengan metode polygon
thiessen menggunakan perintah fillet ( F ).
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
7. Menghitung Luas dari Auto Cad dengan menghitung masing-masing dari tiap
stasiun.
Stasiun B
Stasiun D
Stasiun E
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Adapun rumus yang digunakan dalam metode Poligon Thieseen adalah sebagai
berikut:
A 1 R1 + A 2 R2 +… .+ An Rn
R =
A 1 + A 2 … .+ A n
Keterangan:
R = Curah hujan area (mm)
R1,R2,Rn = Curah hujan pada Stasiun 1, 2, n (mm)
A1, A2, An = Luas area pada Stasiun 1, 2, n
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
Perencanaan Waduk/Bendungan
(E1A121041_La Ode Imsak Ramadhan)
Perairan air tawar menempati ruang yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
lautan maupun daratan. Akan tetapi, ekosistem air tawar memiliki peranan yang
penting sebab keberadaanya sumber air yang murah untuk makhluk hidup khususnya
manusia dalam lingkup rumah tanggan maupun industrial. Perairan air tawar ini
sering dijadikan sebagai tempat disposal/pembuangan karena akses yang cukup
mudah sekaligus biaya yang relative murah (Heddy dan Kurniati, 1994).
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
daerah aliran sungai mengalami kemajuan baik secara ekonomi maupun sosial. Oleh
karena itu, pemetintah sudah menjadi tanggung jawab yang besar dalam
meningkatkan perencanaan pembangunan waduk/bendungan diberbagai daerah di
Indonesia. Melihat daerah kita ini memiliki banyak badan sungai maupun anak-anak
sungai yang sangat beresiko terjadinya bencana apabila tidak dikelola menjadi lebih
baik.
REFERENSI
Heddy, S dan Kurniati, M. 1994. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Perencanaan Waduk/Bendungan
(E1A121009_INGGIT UTARI)
Air merupakan sumber kehidupan yang tak tergantikan, tidak hanya bagi
manusia, tapi juga untuk semua makhluk hidup di bumi ini. Kebutuhan akan air juga
mampu menggerakkan ekonomi dan sosial suatu wilayah. Keberadaan air di alam ini
mengalir secara terus menerus berdasarkan siklus hidrologi. Siklus ini dapat
berlangsung secara fluktiatif, kadang berputar secara cepat ataupun lambat. Iklim dan
kondisi permukaan tentu menjadi faktor utama terjadinya siklus hidrologis tersebut
(Hatmoko, 2021).
Daerah aliran sungai atau biasa disebut dengan DAS menjadi objek yang vital
bagi suatu wilayah pengairan. Potensi yang dimiliki daerah aliran dapat memberikan
kesejahteraan sosial bagi masyarakat sekitarnya. Kondisi daerah aliran sungai Ketika
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
memasuki musim hujan mempunyai debit yang sangat besar. Besaran debit yang
lewat tersebut tidak ada manfaatnya bahkan sering menjadi masalah baik di
sepanjang aliran sungai itu sendiri hingga daerah-daerah disekitarnya. Dilain sisi,
ketika daerah aliran hendak memasuki musim kemarau aliran sungai mempunyai
debit yang sangat kecil. Daerah-daerah disekitarnya kering, pertanian
dan perkebunan kekurangan air.
KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023
REFERENSI
KELOMPOK VII