Anda di halaman 1dari 66

TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI

TEKNIK SIPIL
2023

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala rahmat-Nya sehingga tugas besar mata kuliah Hidrologi ini dapat
terselesaikan. Salawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam atas perjuanganya kami dapat menuntut ilmu
tanpa penindasan.
Kemudian kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Rekayasa Hidrologi Bapak Erich Nov Putra Razak, S. T., M. Eng., Ibu
Tryantini Sundi Putri, S. T., M. Eng. dan asisten tugas Kak La Ode Muhammad
Faizal, S. T. yang telah membimbing kami dalam penyusunan tugas besar ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas besar ini masih banyak
kekurangan ataupun kekeliruan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi terciptanya tugas yang lebih baik.

Kendari, Juni 2023

Kelompok VII

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

DAFTAR ISI

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

DAFTAR TABEL

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

DAFTAR GAMBAR

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Air merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui melalui daur ulang
hidrologi, namun air tidak selalu tersedia seusai dengan waktu, ruang, kualitas dan
kuantitas yang memadai, sehingga sering terjadi kesenjangan antara kebutuhan
dengan ketersediaan air. Pada dasarnya air tidak akan habis karena terdapat siklus
yang mengaturnya. Akan tetapi air bersih memiliki keterbatasan. Di banyak tempat di
Indonesia kekurangan air sering terjadi pada musim kemarau, sedangkan kelebihan
air sering terjadi pada musim penghujan. Untuk menganalisa hal tersebut, diperlukan
ilmu hidrologi (Salsabilah, 2020).
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai
terjadinya peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan dengan
lingkungan terutama makhluk hidup. Aplikasi ilmu hidrologi dapat di jumpai dalam
permasalahan air didalam Daerah Aliran Sungai (DAS), seperti perencanaan dan
pengoperasian bangunan hidrolik, penyediaan air, pengelolaan air limbah dan air
buangan, irigasi dan drainase, pembangkit tenaga air, pengendalian banjir, navigasi
masalah erosi dan sedimentasi, penanganan salinitas, penanggulangan masalah polusi
dan pemanfaatan air untuk rekreasi. Penelitian Hidrologi juga memiliki kegunaan
lebih lanjut bagi ilmu-ilmu terapan seperti dalam bidang ilmu Teknik Sipil dan
Teknik Lingkungan, kebijakan lingkungan, serta perencanaan. Hidrologi juga
mempelajari perilaku hujan terutama meliputi periode ualang curah hujan karena
berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana untuk setiap bangunan teknik sipil
antara lain bendung, bendungan dan jembatan.
Setiap kegiatan pemanfaatan sumberdaya air akan selalu terkait dengan analisis
hidrologi merupakan langkah awal untuk menetapkan potensi ketersediaan air pada
suatu daerah aliran sungai (DAS) yang ditinjau. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan model hidrologi berupa model hujan aliran (rainfall
runoff model), yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi debit aliran sungai
berdasarkan masukan data hujan, dan data parameter DAS.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Analisis hidrologi merupakan tahapan penting dalam kegiatan pengembangan


sumber daya air, oleh karena itu keluaran dari analisis hidrologi secara umum akan
menentukan arah strategi pengembangan sumber daya air secara komprehensif dan
lebih sempit besaran tersebut akan menentukan dimensi serta karakteristik
infrastruktur yang diperlukan. Permasalahan klasik di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia ketersediaan seri data aliran sungai yang cukup menjadi masalah
tersendiri, sehingga penyelesaiannya harus dilakukan dengan cara mengalihragamkan
variabel iklim menjadi variabel aliran (Sulianto, 2009).
Aplikasi ilmu hidrologi dapat dijumpai dalam permasalahan air di dalam
Daerah Aliran Sungai (DAS). Proses terjadinya aliran sungai yang berasal dari
variabel input berupa data iklim dan karakteristik fisik daerah aliran sungai (DAS).
DAS merupakan sistem yang sangat komplek sehingga seringkali dianggap sebagai
suatu “black box”. Beberapa penerapan dari hidrologi adalah perencanaan dan
pengoperasian bangunan hidrolik, penyediaan air, pengelolaan air limbah dan air
buangan, irigasi dan drainase, pembangkit tenaga air, pengendalian banjir, navigasi,
masalah erosi dan sedimentasi, penanganan salinitas, penanggulangan masalah polusi
dan pemanfaatan air rekreasi (Rahmat, 2020).
Umumnya analisis hidrologi merupakan langkah awal untuk menetapkan
potensi ketersediaan air pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ditinjau. Oleh
karena itu, kami Kelompok VII melakukan analisis curah hujan pada DAS Rodaroda
yang dapat dilakukan dengan cara Aritmatik, Poligin Thiessen, Ishoyet. Metode yang
dapat digunakan adalah Log Person Type III, Gumbel, Normal dan Log Normal.
Namun dalam metode tersebut ada beberapa pengelompokkan yang lebih sesuai
dengan suatu kawasan, maka dilakukanlah Uji Smirnov – Kolmogorov dan Uji Chi
Kuadrat.

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan


Adapun maksud dan tujuan penulisan yang hendak dicapai dari tugas ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian debit rencana serta pengertian-pengertian lain
yang terkait dengan debit rencana.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

2. Untuk mengetahui cara analisa dan pengujian data hujan, cara penggunaan
distribusi probabilitas dalam perhitungan hujan rencana, cara pengujian hasil
perhitungan hujan rencana, dan perhitungan intensitas hujan rencana.
3. Untuk mengetahui pengertian hidrograf, asumsi dan landasan teori yang
mendasari penurunan hidrograf satuan, cara-cara menurunkan hidrograf satuan
nyata dan sintetik, serta cara menggunakan masing-masing metode hidrograf
satuan dalam perhitungan debit rencana.

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diperoleh dari tugas ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertian debit rencana serta pengertian-pengertian lain
yang terkait dengan debit rencana.
2. Dapat mengetahui cara analisa dan pengujian data hujan, cara penggunaan
distribusi probabilitas dalam perhitungan hujan rencana, cara pengujian hasil
perhitungan hujan rencana, dan perhitungan intensitas hujan rencana.
3. Dapat mengetahui pengertian hidrograf, asumsi, dan landasan teori yang
mendasari penurunan hidrograf satuan, cara-cara menurunkan hidrograf satuan
nyata dan sintetik, serta cara menggunakan masing-masing metode hidrograf
satuan dalam perhitungan debit rencana.
4. Sebagai pembanding dengan laporan lain dalam kajian materi yang masih
berkaitan.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Siklus Hidrologi


Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai
terjadinya, peredarannya dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan
lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Penerapan ilmu hidrologi dapat
dijumpai dalam beberapa kegiatan sipil seperti perencanaan dan operasi bangunan
air, penyediaan air untuk berbagai keperluan (air bersih, irigasi, perikanan dan
peternakan), pembangkit listrik tenaga air, pengendalian banjir, pengendalian erosi
dan sedimentasi, transportasi air, drainase dan limbah dan lain-lain.
Gerakan air yang berdaur dari lautan ke atmosfer dan dari sana karena
pencurahan ke bumi, tempat air berkumpul, disebut daur hidrologi. Urutan peristiwa
yang berdaur seperti itu memang terjadi, tetapi tidak sesederhana itu. Pertama, daur
itu mungkin pada berbagai tahapan membuat jalan pintas, misalnya curahan dapat
terjadi langsung di lautan, danau atau jalan air. Kedua, tidak ada keseragaman waktu
yang terpakai oleh daur itu. Pada waktu ada kekeringan mungkin daur itu ternyata
terhenti sama sekali dan selama banjir tampak berlangsung terus. Ketiga, kehebatan
dan kekerapan daur itu bergantung pada geografi dan iklim, karena yang
menyebabkannya bekerja adalah penyinaran matahari yang berbeda-beda,
bergantung pada garis lintang dan musim sepanjang tahun. Akhirnya, berbagai
bagian daur itu mungkin menjadi cukup rumit (banyak liku-likunya) dan manusia
hanya mampu mengendalikan sedikit pada bagian terakhirnya, ketika air sudah jatuh
di bumi dan menempuh jalannya kembali ke lautan.
Meskipun anggitan daur hidrologi ini terlalu disederhanakan, cara itu memberi
alat untuk menggambarkan proses yang paling penting dan perlu diketahui oleh
seorang hidrologiwan. Secara bagan, daur tersebut terlihat pada gambar berikut.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Gambar 2. 1 Siklus Hidrologi


Sumber: Wilson, E. M., 1990

Air di lautan menguap sebagai akibat penyinaran surya dan awan uap air
bergerak melewati daratan. Pencurahan terjadi sebagai salju, butiran es, dan hujan di
atas daratan, dan air pun mulai kembali ke laut. Salju dan es di daratan adalah air
dalam simpanan sementara. Hujan yang tercurah di permukaan daratan mungkin
tercegat oleh tumbuhan dan menguap kembali ke udara. Ada sedikit yang meresap ke
dalam tanah dan bergerak ke bawah atau menembus masuk ke dalam tanah yang
jenuh, di bawah muka air tanah atau muka freatik. Air dalam jalur ini mengalir
perlahan-lahan melalui akuifer atau lapisan pembawa air air ke alur sungai atau
kadang-kadang langsung ke laut. Air yang meresap juga memberi makan kepada
kehidupan tumbuhan yang di permukaan dan ada pula air yang tersedot ke atas ke
tetumbuhan itu dan di sanalah berlangsung pemeluhan dari permukaan tumbuhan
yang berdaun.
Air yang tertinggal di permukaan ada sebagian yang menguap kembali menjadi
uap, tetapi bagian terbesar bergabung ke dalam anak air dan melimpas sebagai aliran
atau limpasan permukaan ke alur sungai. Permukaan sungai dan danau pun menguap
dan semakin banyak lagi yang dipindahkan dari sini. Akhirnya, air yang tersisa yang
tidak meresap atau menguap tiba kembali di laut lewat alur sungai. Air tanah,
bergerak lebih perlahan-lahan, mungkin muncul kembali ke dalam alur air atau
sungai di dekat garis pantai dan merembes ke laut dan daur pun berulang lagi
(Wilson, E. M., 1990).

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan sebagai kawasan yang dibatasi
oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan
yang jatuh dan mengalir ke sungai lalu bermuara ke danau/laut. Daerah Aliran Sungai
(DAS) adalah kumpulan dari beberapa Sub-DAS. Sub-DAS merupakan suatu
wilayah kesatuan ekosistem yang terbentuk secara alamiah, air hujan meresap atau
mengalir melalui sungai hingga ke hilir dan ke pelosok daerah. Manusia yang dengan
segala kegiatannya, air dalam permukaan, hewan dan tumbuhan adalah suatu
ekosistem di Sub-DAS yang saling berinteraksi.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pengertian DAS adalah sebagai
berikut:
1. Suatu wilayah daratan yang menampung, menyimpan kemudian mengalirkan
air hujan ke laut atau danau melalui suatu sungai utama.
2. Suatu DAS yang dipisahkan dengan daerah lain oleh pemisah topografis
sehingga dapat dikatakan seluruh wilayah daratan terbagi beberapa DAS.
3. Unsur-unsur utama di dalam suatu DAS adalah sumber daya alam (tanah,
vegetasi dan air) yang merupakan sasaran dan manusia yang merupakan
pengguna sumber daya yang ada.
4. Unsur utama (sumber daya alam dan manusia) di DAS membentuk suatu
ekosistem dimana peristiwa yang terjadi pada suatu unsur akan mempengaruhi
unsur lainnya.
Daerah Aliran Sungai (DAS) ditentukan dengan menggunakan peta topografi
yang dilengkapi dengan garis-garis kontur. Garis-garis kontur dipelajari untuk
menentukan arah dari limpasan permukaan. Limpasan berasal dari titik-titik tertinggi
dan bergerak menuju titik-titik yang lebih rendah dalam arah tegak lurus dengan
garis-garis kontur. Daerah yang dibatasi oleh garis yang mengubungkan titik-titik
tertinggi tersebut adalah DAS.
Luas DAS diperkirakan dengan mengukur daerah itu pada peta Topografi. Luas
DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umumnya semakin besar DAS,

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

semakin besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin besar pula aliran
permukaan atau debit sungai.

Gambar 2. 2 Daerah Aliran Sungai (DAS)


Sumber: Ariyani, 2015

2.3 Hujan (Precipitation)


Dari daur (siklus) hidrologi terlihat bahwa air yang berada di bumi baik
langsung maupun tidak langsung berasal dari air hujan (precipitation). Dengan
demikian untuk menyelesaikan masalah dalam hidrologi, besaran dan sifat hujan
penting untuk dipahami oleh hidrologis.
Presipitasi adalah istilah umum dari semua bentuk air yang jatuh ke
permukaan, bentuk ini bisa berupa butiran-butiran es, salju dan cairan air. Untuk
daerah tropis seperti Indonesia, bentuk presipitasi adalah pada umumnya berbentuk
cairan dan biasa disebut hujan. Hujan berasal dair perpadatan dan kondensasi uap
yang selalu ada dalam atmosfir. Gerakan udara atau angina mempunyai saham besar
dalam pembentukana hujan, berdasarkan atas gerakan udara ini hujan dapat dibagi
dalam:
1. Hujan Orografi
Hujan ini terjadi karena adanya penghalang topografi, udara dipaksa naik dan
kemudian mengembang dan mendingin terus mengembun dan selanjutnya dapat

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

jatuh sebagai hujan. Bagian lereng yang menghadap angin hujannya akan lebih lebat
daripada bagian lereng yang ada dibelakangnya. Curah hujan berbeda menurut
ketinggiannya, biasanya curah hujan makin besar pada tempat yang lebih tinggi.
2. Hujan Konvektif
Hujan ini merupakan hujan ini disebabkan oleh naiknya udara panas, lapisan
udara naik ini kemudian bergerak ke daerah yang lebih dingin (terjadi perpadatan dan
kondensasi) dan terjadi hujan. Proses ini khas buat terjadinya badai Guntur yang
terjadi di siang hari yang menghasilkan hujan lebat pada daerah yang sempit. Badai
Guntur lebih sering terjadi di lautan daripada di daratan.

3. Hujan Siklon Tropis


Hujan ini berasal dari naiknya udara terpusatkan dalam daerah dengan tekanan
rendah. Siklon tropis dapat timbul di lautan yang panas karena energi utamanya
diambil dari panas laten yang terkandung dari uanp air. Siklon tropis akan
mengakibatkan cuaca yang buruk dan hujan yang lebat pada daerah yang dilaluinya.

Presipitasi termasuk faktor pengontrol yang mudah diamati dalam siklus


hidrologi pada suatu DAS (Daerah Aliran Sungai). Seorang perencana/hidrologis
harus dapat menentukan variasi karakteristik hujan di suatu DAS, dari hasil
pengumpulan, perhitungan/analisa data, serta dapat menentukan bagaimana
pengukurannya maupun cara menganalisa data hasil pengukuran. Karena selain
bergantung pada data yang tersedia, maka kebutuhan akan data hujan tergantung pula
pada kebutuhan lebih lanjut, apakah akan seteliti data harian, bulanan atau tahunan.
Jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG):
- Hujan sedang, 20-50 mm per hari
- Hujan lebat, 50-100 mm per hari
- Hujan sangat lebat, diatas 100 mm per hari

Data-data tinggi hujan atau besarnya hujan hanya bisa ditentukan dnegan
pengukuran langsung dengan alat pengukur hujan atau juga disebut takaran hujan
(rain gauge), ada dua jenis alat pengukur curah hujan yaitu alat pengukur/penakar
hujan biasa dan alat pengukur/penakar hujan automatis (automatic rain
gauge/recorder).

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Istilah presipitasi selanjutnya, hanya diartikan sebagai jumlah air hujan yang
terukur/tertampung dalam alat pencatat hujan. Satuan hujan dalam: mm atau inch.
Tujuan pengukuran yaitu untuk mengukur banyaknya dan intensitas hujan yang turun
pada permukaan datar tanpa memperhatikan adanya infiltrasi, pengaliran.
1. Alat Penakar Hujan Biasa
Pada dasarnya alat ini berupa botol yang terdiri dari corong dengan diameter
tertentu (umumnya 8”) diperlengkapi dengan cincin bibir tajam agar ada batas yang
tajam antara air yang masuk dalam corong dan yang tidak terukur. Air di dalam botol
penampung diukur dengan memakai gelas ukur, untuk mengukur jumlah hujan yang
dinyatakan dalam mm atau inch tiap 1 hari atau 24 jam, misalnya 15 mm/24 jam.

Gambar 2. 3 Penakar Hujan Manual


Sumber: Ariyani, 2015

2. Alat Penakar Hujan Automatik


Alat perekam hujan ini dapat dipakai juga untuk menentukan kecepatan atau
kederasan hujan untuk suatu jangka waktu pendek.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Gambar 2. 4 Penakar Hujan Automatik


Sumber: Ariyani, 2015
2.4 Analisis Data Hujan
Analisis data hujan bertujuan sebagai analisa pendahuluan dalam analisa
hidrologi, untuk mengetahui hujan maksimum, rata-rata hujan harian, bulanan dan
tahunan, hujan rencana dan mengetahui probabilitas hujan.
2.4.1 Uji Konsistensi
Satu seri data hujan untuk satu stasiun tertentu, dimungkinkan sifatnya tidak
konsisten (inconsistence). Data semacam ini tidak dapat langsung di analisis, karena
sebenarnya data didalamnya berasal dari populasi data yang berbeda. Tidak
konsistensinya data seperti ini dapat saja terjadi karena alat ukur yang diganti atau
dipindahkan dari tempatnya, atau situasi lokasi penempatan alat ukur mengalami
perubahan.
Suatu series data hujan untuk suatu stasiun hujan dimungkinkan sifatnya tidak
konsisten. Kondisi data hujan yang tidak konsisten ini butuh dilakukan uji
konsistensi data sebelum dilakukan analisis, karena datanya berasal dari populasi
yang berbeda. Penyebab ketidak konsistensian data ini adalah:
1. Alat ukur hujan diganti dengan spesifikasi berbeda, atau alat yang sama akan
tetapi dipasang dengan patokan yang berbeda.
2. Alat ukur dipindahkan dari tempat semula tetapi secara administrasi nama
stasiun tersebut tidak diubah, misalnya karena masih dalam satu desa.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

3. Alat ukur sama, tempat tidak dipindahkan, akan tetapi lingkungan yang
berubah.

Menurut Linsley (1986), salah satu metode yang digunakan untuk menguji
konsistensi data adalah kurva massa ganda (double mass curve). Metode ini
membandingkan hujan tahunan komulatif di stasiun y terhadap stasiun referensi x.
Stasiun referensi biasanya adalah nilai rerata dari beberapa stasiun hujan di dekatnya.
Nilai komulatif tersebut digambarkan pada sistim koordinat kartesian x-y. Langkah
yang dilakukan dalam metode ini adalah:
 Plot komulatif data hujan pada stasiun yang akan diuji (sb. y).
 Plot komulatif data hujan pada stasiun referensi (sb. x).
 Periksa kurva hasil plotting diatas untuk melihat perubahan kemiringan (trend).
Apabila garis yang terbentuk lurus berarti pencatatan di stasiun y konsisten.
Sebaliknya apabila kemiringan kurva patah/berubah, berarti pencatatan di
stasiun y tidak konsisten.
 Jika tidak konsisten, perlu dilakukan koreksi terhadap data.

2.4.2 Curah Hujan Wilayah


Karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalam analisis dan perencanaan
hidrologi antara lain:
1. Tinggi hujan (d) = jumlah atau kedalaman hujan yang terjadi selama durasi
hujan dan dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar (mm).
2. Lama waktu/durasi (t) = lama waktu hujan turun dalam satuan waktu
(menit/jam).
3. Intensitas hujan (I) = laju hujan atau tinggi air per satuan waktu (mm/menit,
mm/jam).
4. Frekuensi = jumlah kejadian hujan yang terjadi dan biasanya dinyatakan
dengan kala ulang (return period), misalnya sekali dalam 2, 5, 10, 20, 50, 100
tahun.
5. Luas (A) = luas geografi daerah sebaran hujan.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Untuk keperluan analisis hujan rancangan, diperlukan data hujan daerah aliran
sungai atau hujan kawasan harian maksimum tahunan. Hujan kawasan dapat
ditentukan berdasarkan hujan titik dengan berbagai cara yang ada, yakni rata-rata
aljabar, poligon thiessen, dan isohyet. Dari tiga cara tersebut, cara isohyet
menghasilkan ketelitian paling tinggi, tetapi kurang didukung dengan ketersediaan
data. Cara poligon thiessen lebih umum digunakan dalam beragam analisis. Ada tiga
metode dalam menghitung curah hujan wilayah di suatu DAS, yaitu:
1. Metode Aritmatik/Rata-Rata Aljabar
Metode aritmatik adalah paling sederhana yang akan memberikan hasil yang
teliti bila stasiun hujan tersebar merata di DAS variasi kedalaman hujan antar stasiun
relatif lebih kecil. Cara ini berdasarkan asumsi bahwa semua alat penakar curah
hujan memiliki pengaruh yang setara, sehingga cocok untuk kawasan dengan
topografi datar dengan sebaran alat penakar curah hujan yang merata dan harga
individual curah hujannya tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya (Ariyani, 2015).

P =
∑ Pn … Pers. 2.1
n
Keterangan :
P = Hujan wilayah
Pn = Curah hujan pada stasiun n
n = Jumlah stasiun pencatat hujan

Gambar 2. 5 Metode Aritmatik


Sumber: Ir. CD Soemarto, 1987

2. Metode Poligon Thiessen

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Metode ini relatif lebih teliti, kurang fleksibel, tidak memperhitungkan faktor
topografi dan objektif. Cara ini dikenal juga sebagai rata-rata timbang (weighted
mean). Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan
untuk mengakomodasikan ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh dibentuk
dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis yang
menghubungkan dua pos penakar terdekat (Ariyani, 2015).

P =
∑ Ai Pi … Pers. 2.2
A
Keterangan :
P = Curah Hujan wilayah
Ai = Luas wilayah pada stasiun i
A = Luas wilayah total
Pi = Curah hujan pada stasiun i

Gambar 2. 6 Metode Poligon Thiessen


Sumber: Ir. CD Soemarto, 1987

3. Metode Isohyet
Metode isohyet merupakan cara paling teliti untuk menghitung kedalaman
hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini stasiun hujan harus banyak dan
tersebar merata, metode isohyet membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih
banyak disbanding dua metode lainnya (Ariyani, 2015).
n
1 P +P
P = ∑
A i=1
A i i i+1
2 … Pers. 2.3

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Keterangan :
n = Jumlah luasan
Pi = Kedalaman hujan di kontur i
Ai = Luas daerah antara dua garis kontur kedalam hujan
A = Luas total

Gambar 2. 7 Metode Isohyet


Sumber: Ir. CD Soemarto, 1987
2.4.3 Curah Hujan Efektif
Besarnya curah hujan efektif diperoleh dari pengolahan data curah hujan harian
hasil pengamatan pada stasiun curah hujan yang ada di daerah irigasi/daerah
sekitarnya dimana sebelum menentukan curah hujan efektif terlebih dahulu
ditentukan curah hujan andalan yakni curah hujan rata-rata setengah bulanan (mm/15
hari) dengan kemungkinan terpenuhi 80% dan kemungkinan tak terpenuhi 20%
dengan menggunakan rumus analisis (Chow, 1994):

n
R 80 = +1 … Pers. 2.4
5

R e = 0,7 x R 80 … Pers. 2.5

Curah hujan efektif dapat juga dihitung dengan rumus:

Re = Rtot (125 – 0,2 Rtot)/125; Rtot < 250 mm … Pers. 2.6

Re = 125 + 0,1Rtot ; Rtot > 250 mm … Pers. 2.7

Keterangan :

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

R80 = Curah hujan andalan tengah bulan (mm/hari)


Re = Curah hujan efektif (mm/hari)
n = Jumlah tahun pengamatan curah hujan
Rtot = Jumlah curah hujan bulanan (mm/hari)

2.5 Analisis Frekuensi


Analisis frekuensi merupakan perkiraan dalam arti memperoleh probabilitas
untuk terjadinya suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk debit atau curah hujan
rencana yang berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk
antisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Hujan rencana merupakan
kemungkinan tinggi hujan yang terjadi dalam kala ulang tertentu sebagai hasil dari
suatu rangkaian analisis hidrologi yang biasa disebut sebagai Analisis Frekuensi.
Tujuan Analisis Frekuensi data hidrologi adalah mencari hubungan antara besarnya
kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi
probabilitas atau kemungkinan.
2.5.1 Pengukuran Dispersi
Tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak pada rata-ratanya, tetapi
kemungkinan ada nilai yang lebih besar atau kecil dari nilai rata-ratanya. Besarnya
dispersi dilakukan dengan pengukuran dispersi, yakni melalui perhitungan
parametrik statistik untuk (Xi – X), (Xi – X)2, (Xi – X)3, (Xi – X)4 terlebih dahulu.
Dimana: Xi = Besarnya curah hujan DAS (mm)
X = Rata-rata curah hujan maksimum daerah (mm).

Macam pengukuran dispersi menggunakan parameter yang digunakan dalam


perhitungan analisis parameter statistik meliputi standar deviasi (Sd), koefisien
variasi (Cv), koefisien Swekness (Cs), dan koefisien kurtosis (Ck). Untuk
memperoleh harga parameter statistic dilakukan dengan rumus perhitungan sebagai
berikut:
a. Standar deviasi (Sd)

S=
√ Σ (Xi - X)²
n-1 … Pers. 2.8

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

b. Koefisien Skewness (Cs)


n² Σ (Xi - X )³
Cs=
(n-1) (n-2). S³ … Pers. 2.9

c. Koefisien Kurtosis (Ck)


n² Σ (Xi - X )²
Ck=
(n-1) (n-2)(n-3). S⁴ … Pers. 2.10

d. Koefisien Variasi (Cv)


S
Cv=
X … Pers. 2.11

Keterangan :
S = Standar deviasi
Xi = Besarnya curah hujan DAS
X = Rata-rata curah hujan maksimum daerah
n = Jumlah data
Cs = Koefisien Swekness
Ck = Koefisien Kurtosis
Cv = Koefisien Variasi

2.5.2 Pemilihan Jenis Sebaran


Terdapat empat metode yang digunakan dalam mendapatkan hasil atau paling
mendekati analisis frekuensi. Ke empat metode yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
a. Metode Distribusi Normal
Distribusi Normal merupakan salah satu bentuk distribusi yang sering
digunakan untuk analisa data hidrologi seperti analisis frekuensi curah hujan,
analisis statistik dari distribusi rerata curah hujan tahunan, debit rerata tahunan, dan
sebagainya. Distribusi normal juga dikenal dengan Distribusi Gauss adalah distribusi
peluang normal (normal probability densirty function) yang menerus (continuos

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

probability density function) yang mempunyai fungsi kerapatan peluang (probability


density function) (Teguh Marhendi, 2003).
Analisis kurva normal cukup menggunakan parameter μ dan σ. Bentuk
kurvanya simetris terhadap X = μ, dan grafiknya selalu diatas sumbu datar X serta
mendekati sumbu datar X dan dimulai dari X = μ + 2 σ dan X = μ - 2 σ. Nilai mean =
median = modus. Nilai X mempunyai batas ∞ < X< + ∞ .

Gambar 2. 8 Kurva Distibusi Frekuensi Normal


Sumber: Soewarno, 1995
Distribusi normal mempunyai sifat khusus bahwa besarnya koefisien asimetris
(Swekness) Cs = 0, dengan Koefisien kortusis sebesar Ck = 3 (Evans et all, 1993).
Cara menghitung menggunakan distribusi normal adalah sebagai berikut (Suripin,
2004).
Xt =X + k . S … Pers. 2.12

Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm)
X = Curah hujan rata-rata (mm).
S = Standar deviasi
K = Faktor frekuensi

Nilai X adalah banjir dengan suatu nilai probabilitas tertentu, X adalah nilai
rata-rata rangkaian banjirnya, Sx adalah deviasi standar, dan k adalah faktor
frekuensi distribusi normal yang ditentukan oleh suatu distribusi tertentu yang

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

merupakan fungsi dari nilai probabilitas X. Nilai k untuk masing- masing periode
ulang banjir.

b. Metode Distribusi Log Normal


Distribusi Log Normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal,
yaitu dengan mengubah nilai variat X menjadi nilai logaritmik variat X. Distibusi
Log Person Type III akan menjadi distribusi Log Normal apabila nilai koefisien
kemencengan Cs = 0,00. Metode Log Normal apabila digambarkan pada kertas
peluang logaritmik akan merupakan persamaan garis lurus, sehingga dapat
dinyatakan sebagai model matematik dengan persamaan sebagai berikut
(Soewarno,1995):

log Xt =log X + Kt . S LogX … Pers. 2.13

Dengan Standar deviasi:


n

∑ (Log X i - log X )
2
… Pers. 2.14
i =1
S log X =
n-1
Keterangan :
Log Xt = Curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm)
Log X = Curah hujan rata-rata (mm)
SlogX = Standar deviasi
Kt = Faktor frekuensi

Langkah-langkah penggunaan distibusi log-normal adalah sebagai berikut:


1. Ubah data curah hujan ke dalam bentuk logaritma, X = Log x
n

2. Hitung harga rata-rata logaritma data Log X =


∑ log Xi
i=1
n


n

3. Hitung harga simpanan baku logaritma data: Sx = ∑ (Log X i - log X )2


i =1
n-1
4. Hitung nilai logaritma curah hujan rencana (Log Xr) untuk setiap periode ulang
dengan rumus: log Xt = log X + Kt.Sx

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

5. Harga curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu (Xt) diperoleh
dengan cara mencari anti logaritma dari log Xt.

c. Metode Distribusi Log Person Type III


Distribusi Log Person Type III digunakan untuk analisis variabel hidrologi
dengan nilai variat minimum misalnya analisis frekuensi distribusi dari debit
minimum (low flows). Distibusi Log Person Type III, mempunyai koefisien
kemencengan CS ≠ 0. Beberapa rumus yang dapat digunakan pada metode distribusi
ini adalah sebagai berikut (Indarto, 2016):
Harga rata-rata:
n

∑ log X i … Pers. 2.15


i=1
X=
Standar deviasi: n

√∑
n
2
( LogXi−X ¿
i =1
… Pers. 2.16
S= ¿
n-1
Koefisien kemencengan:
n
n ∑ ( log X i−X ) 2 … Pers. 2.17
i=1
G=
( n−1 )( n−2 ) S 3

Curah hujan rencana periode ulang t tahun

Xt =X + Kt . S … Pers. 2.18

Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana periode ulang t tahun
X = Harga rata-rata
G = Koefisien kemencengan
S = Standar deviasi

Langkah-langkah penggunaan Distribusi Log-Person Type III adalah sebagai


berikut:

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

1. Ubah data curah hujan ke dalam bentuk logaritma, X = log x


n

2. Hitung harga rata-rata logaritma data X =


∑ log Xi
i=1
n

√∑
n
log Xi−log X ¿ ²
3. Hitung harga simpanan baku logaritma data: Sx = i =1
¿
n-1
n

4. Hitung koefisien kemencengan logaritma data: G =


n ∑ (Log Xi- log X)3
i=1
( n-1 )( n-2 ) Sx²
5. Hitung nilai logaritma curah hujan rencana (Log Xr) untuk setiap periode ulang
dengan rumus: log Xt = X + K. Sx.
6. Harga curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu (xt) diperoleh dengan
cara mencari anti logaritma dari log Xt.

d. Metode Distrubusi Gumbel


Distribusi Gumberl biasa digunakan dalam perhitungan analisis data
maksimum, contohnya analisis frekuensi banjir. Distribusi gumbel mempunyai
koefisien kemencengan (Swekness) atau Cs = 1,1396 dan koefisien kurtosis atau
Ck<5,4002. Pada metode ini biasanya menggunakan distibusi dan nilai ekstrim
dengan distribusi dobel eksponensial. Rumus yang digunakan dalam distibusi ini
adalah sebagai berikut (Soewarno,1995):
Curah hujan rencana periode ulang t tahun:

( Yt−Yn)
Xt =X + .S … Pers. 2.19
Sn
Reduced variate:

Yt=−ln −ln ( Tr −1
Tr ) … Pers. 2.20

Standar deviasi:


n

∑ ( Xi−X )2 … Pers. 2.21


i=1
S=
n−1

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Keterangan :
Xt = Curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm)
X = Curah hujan rata-rata (mm)
S = Standar deviasi
Sn = Standar deviation of reduced
Yt = Reduced variated
Yn = Mean of reduced variated

Langkah-langkah penggunaan distribusi Gumbel adalah sebagai berikut:


n

1.

Hitung harga rata-rata data curah hujan: x= i=1
Xi


n

2. Hitung harga simpanan baku data: Sx = ∑ Xi- X)²


i=1
n-1
3. Tentukan harga reduced mean, Yn, dan reduced standard deviation, Sn yang
harganya tergantung pada jumlah data, n. Harga Yn dan Sn diperoleh dari:
Tr−1
4. Tentukan reduced variate, Yr, dengan rumus: YT = −ln (−ln( ))
Tr
Yt-Yn
5. Hitung nilai faktor probabilitas: K=
Sn
6. Hitung harga curah hujan rencana (xr) untuk setiap periode ulang: xr = x +SxK

2.5.3 Uji Kesesuaian Distribusi


Uji kesesuaian distribusi dimaksudkan untuk menetapkan apakah persamaan
distribusi peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel
data yang dianalisa. Ada dua jenis kesesuaian distribusi yaitu Chi Square dan
Smirnov Kolmogorov (Ariyani, 2015).
a. Uji Kesesuaian dengan Metode Chi Square
2
(Ef −Of )
f =∑ … Pers. 2.22
2

Ef
Keterangan :

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

f2 = Harga chi kuadrat


Of = Jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-i
Ef = Jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-i

Dari hasil pengamatan yang didapat, dicari pengamatannya dengan chi kuadrat
kritis (didapat dari tabel nilai kritis untuk distribusi Chi Kuadrat) paling kecil. Untuk
suatu nilai nyata tertentu (level of significant) yang sering diambil 5%. Rumus umum
derajat kebebasan:

Dk=K −( P+1) … Pers. 2.23

K=1+ 3,3 log n … Pers. 2.24

Keterangan :
Dk = Derajat kebebasan
p = Banyaknya parameter, untuk uji Chi Kuadrat adalah 2
K = Jumlah kelas distribusi
n = Banyaknya data

Selanjutnya, distribusi probabilitas yang dipakai untuk menentukan curah hujan


rencana adalah distribusi probabilitas yang mempunyai simpangan maksimum
terkecil dan lebih kecil dari simpangan kritis atau dirumuskan sebagai berikut:

2 2
X < X cr … Pers. 2.25

Keterangan :
X2 = Parameter Chi-Kuadrat terhitung
X2cr = Parameter Chi-Kuadrat kritis

Prosedur perhitungan dengan menggunakan Metode Uji Chi-Kuadrat adalah


sebagai berikut:
1. Urutkan data dari besar ke kecil atau sebaliknya.
2. Menghitung jumlah kelas.
3. Menghitung derajat kebebasan (Dk) dan X2cr
4. Menghitung kelas distribusi.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

5. Menghitung interval kelas.


6. Perhitungan nilai X2
7. Bandingkan nilai X2 terhadap X2cr

Tabel 2. 1 Nilai Dcr


Derajat Kepercayaan
Dk
0,995 0,99 0,975 0,95 0,05 0,025 0,01 0,005
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 0,0000393 0,000157 0,000982 0,00393 3,841 5,024 6,635 7,879
2 0,100 0,0201 0,0506 0,103 5,991 7,378 9,210 10,597
3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838
4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860
5 0,412 0,554 0,831 1,145 10.070 12,832 15,086 16,750
6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548
7 0,989 1,239 1,69 2,167 14,067 16,013 18,475 20,278
8 1,344 1,646 2,18 2,733 15,507 17,535 20,09 21,955
9 1,735 2,088 2,7 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589
10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188
11 2,603 3,053 3,816 4,575 19,675 21,492 24,725 26,757
12 3,074 3,571 4,404 5,226 21,026 23,337 26,217 28,300
13 3,565 4,107 5,009 5,892 22,362 24,736 27,688 29,819
14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319
15 4,601 5,229 6,161 7,261 24,996 27,488 30,578 32,801
16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718
18 6,265 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,410 34,17 37,566 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,932 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796
23 9,260 10,196 11,689 13,091 36,172 38,076 41,638 44,181
24 9,886 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558
25 10,52 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928
26 11,16 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,993
29 13,121 14,256 16,047 17,708 42,557 45,722 49,588 52,336
30 13,787 14,953 16,791 18.493 43,773 46,979 50,892 53,672
Sumber: Dwi Ariyani, 2015
b. Uji Kesesuaian dengan Metode Smirnov Kolmogorov
Dengan membandingkan probabilitas untuk tiap variabel dari distribusi empiris
dan teoritis didapat (Dcr) tertentu. Uji ini digunakan untuk menguji simpangan secara

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

horizontal, yaitu selisih simpangan maksimum


APi=P( Xi)−Pantara
' ( Xi) distribusi teeoritis dan empiris
(Do). Dengan pemeriksaan uji ini diketahui:
1. Kebenaran antara hasil pengamatan dengan model distribusi yang diharapkan
atau yang diperoleh secara teoritis.
2. Kebenaran hipotesa diterima atau ditolak.

Uji kesesuaian Smirnov-Kolmogorof, sering juga disebut uji kecocokan non


parametrik, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu.
Pengujian distribusi probabilitas dengan Metode Smirnov-Kolmogorof dilakukan
secara grafis dengan langkah-langkah berikut:
1. Urutkan data (Xi) dari besar ke kecil atau sebaliknya.
2. Tentukan peluang empiris masing-masing data yang sudah diurut tersebut
dengan rumus tertentu, rumus Weibull misalnya:

n+1
P(Xi )= … Pers. 2.26
i

Keterangan :
n = Jumlah data
i = Nomor urut data (setelah diurut).

3. Plot masing-masing nilai P(X,) diatas kertas probabilitas sebagai absis dan nilai
Xi sebagai ordinat yang sudah di skala sedemikian rupa sehingga menjadi titik
koordinat.
4. Kemudian diatas sebaran titik-titik koordinat tersebut ditarik curve atau garis
teoritis. Persamaan garis teoritis merupakan persamaan distribusi probabilitas
yang telah dihitung.
5. Hitung nilai peluang teoritis untuk masing-masing data. Caranya adalah dengan
menarik garis horizontal dari setiap titik koordinat menuju ke garis teoritis.
6. Hitung selisih (AP) antara peluang empiris P(X,) dan teoritis P’(X,) unruk
setiap data yang sudah diurut.
… Pers. 2.27

7. Tentukan APi yang paling maksimum.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

8. Tentukan apakah AP maksimum < ΔP kritis, jika “tidak” artinya distribusi


probabilitas yang dipilih tidak dapat diterima, demikian sebaliknya.

Apabila Do lebih kecil dari Dcr maka distribusi teoritis yang digunakan untuk
menentukan persamaan distribusi dapat diterima, apabila Do lebih besar dari Dcr
maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan persamaan distribusi tidak
dapat diterima. Nilai Dcr untuk uji Smirnov-Kolmogorof tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel 2. 2 Nilai Kritis (Dcr) untuk Uji Smirnov-Kolmogorof

n /a 0,20 0,10 0,05 0,01

1 2 3 4 5
5 0,45 0,51 0,54 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
30 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
1,07 1,22 1,36 1,63
n > 50
√n √n √n √n

Sumber: Dwi Ariyani, 2015

2.6 Intensitas Curah Hujan


Untuk menentukan debit banjir rencana (design flood), perlu didapatkan harga
suatu intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan adalah adalah ketinggian curah
hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan hujan yang
telah terjadi pada masa lampau (Loebis, 1987).
Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah
hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya
berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang
meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung
dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan
durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air
bagaikan ditumpahkan dari langit (Suroso, 2006).
Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai ketinggian curah hujan yang terjadi
pada kurun waktu dimana air hujan berkonsentrasi. Analisa intensitas curah hujan ini
dapat diproses berdasarkan data curah hujan yang telah terjadi pada tahun - tahun
sebelumnya. Perhitungan besarnya intensitas curah hujan dapat dipergunakan
beberapa rumus empiris dalam hidrologi. Untuk menghitung intensitas curah hujan,
dapat digunakan beberapa metode atau rumus antara lain, Rumus Talbot, Rumus
Haspers dan Der Weduwen, Metode Sherman dan Metode Mononobe.
1) Rumus Talbot
Rumus Talbot (1881), rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan
dan tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga terukur. Digunakan untuk
menghitung intensitas curah hujan apabila yang tersedia adalah curah hujan harian,
Dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Loebis,1987):

… Pers. 2.28
a
I=
Dengan mencari regresi a dan b yaitu: t+b

… Pers. 2.29
a=
∑ ( I.t ) . ∑ ( I² ) - ∑ ( I².t ) . ∑ (I)
n. ∑ ( I² ) - ∑ ( I ) ∑ (I)
… Pers. 2.30
b=
∑ ( I) . ∑ ( I.t ) - N ∑ ( I².t )
n. ∑ ( I² ) - ∑ ( I ) ∑ (I)

Keterangan :

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

I = Intensitas hujan (mm/jam)


t = Lamanya hujan
a dan b = Konstanta yang bergantung pada lamanya hujan yang terjadi di DAS

2) Rumus Haspers dan Der Weduwen


Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan
atas dasar anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan
durasi curah hujan lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1
sampai 24 jam, Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode
Haspers dan Der Weduwen adalah sebagai berikut (Melinda, 2007):

Ri=Xt
( 1218t
Xt ( i-1 ) +1272t )
+ 54
… Pers. 2.31

Keterangan :
t = Durasi curah hujan dalam satu jam
Xt = Curah hujan maksimum yang terpilih

3) Rumus Sherman
Rumus Sherman (1905), rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah
hujan yang lamanya lebih dari 2 jam. Rumus perhitungan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
a
I= n
… Pers. 2.32
t
Keterangan :
I = Intensitas hujan (mm/jam)

a =⌈
∑ ( log I) . ∑ ( log t ) ² - ∑ (logt . log I). ∑ (logt) ⌉10
N. ∑ ( log t ) ² - ∑ ( log t). ∑ (logt)

n =
∑ ( log I) . ∑ ( log t ) - N. ∑ (logt . log I)
N. ∑ ( log t ) ² - ∑ ( log t). ∑ (logt)
t = Lamanya hujan (jam)

4) Rumus Mononobe
Rumus Mononobe dipakai apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia,
yang ada hanya data hujan harian. Metode pertama intensitas hujan jam-jaman

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

dengan rumus Mononobe Menghitung intensitas rencana dengan rumus mononobe,


harus tersedia data hujan harian, bentuk umum dari rumus mononobe adalah:

( )
2 /3
R 24 24
I= … Pers. 2.33
24 t

Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam)
T = Lamanya hujan (24 jam)

2.7 Debit Banjir


Analisa debit banjir digunakan untuk menentukan besarnya debit banjir
rencana pada suatu DAS. Debit banjir rencana merupakan debit maksimum rencana
di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang tertentu yang dapat dialirkan
tanpa membahayakan lingkungan sekitar dan stabilitas sungai. Data untuk penentuan
debit banjir rencana adalah data curah hujan, dimana curah hujan merupakan salah
satu dari beberapa data yang dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya debit
banjir rencana baik secara rasional, empiris maupun statistik (Dwi Ariyani, 2015).
2.7.1 Metode Rasional
Metode rasional merupakan rumus yang tertua dan yang terkenal diantara
rumus-rumus empiris. Metode Rasional dapat digunakan untuk menghitung debit
puncak sungai atau saluran namun dengan daerah pengaliran yang terbatas.
Menurut Coldman (1986) dalam Suripin (2004), Metode Rasional dapat
digunakan untuk daerah pengaliran < 300 ha. Menurut Ponce (1989) dalam Bambang
T (2008), Metode Rasional dapat digunakan untuk daerah pengaliran < 2,5 Km2.
Dalam Departemen PU, SK SNI M-18-1989-F (1989), dijelaskan bahwa Metode
Rasional dapat digunakan untuk ukuran daerah pengaliran < 5000 Ha.
Dalam Asdak (2002), dijelaskan jika ukuran daerah pengaliran > 300 ha, maka
ukuran daerah pengaliran perlu dibagi menjadi beberapa bagian sub daerah
pengaliran kemudian Rumus Rasional diaplikasikan pada masing-masing sub daerah
pengaliran.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Dalam Montarcih (2009) dijelaskan jika ukuran daerah pengaliran ) 5000 Ha


maka koefisien pengaliran (C) bisa dipecah-pecah sesuai tata guna lahan dan luas
lahan yang bersangkutan. Dalam
Suripin (2004) dijelaskan penggunaan Metode Rasional pada daerah pengaliran
dengan beberapa sub daerah pengaliran dapat dilakukan dengan pendekatan nilai C
gabungan atau C rata-rata dan intensitas hujan dihitung berdasarkan waktu
konsentrasi yang terpanjang.
Rumus umum dari Metode Rasional adalah:

Q=0,278C I A … Pers. 2.34

Keterangan :
Q = Debit puncak limpasan permukaan (m3/s).
C = Angka pengaliran (tanpa dimensi).
A = Luas daerah pengaliran (km3).
I = Intensitas curah hujan (mm/jam).

Metode Rasional diatas dapat dikembangkan berdasarkan asumsi sebagai


berikut.
1. Hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah
pengaliran selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (t.) daerah
pengaliran.
2. Periode ulang debit sama dengan periode ulang hujan.
3. Koefisien pengaliran dari daerah pengaliran yang sama adalah tetap untuk
berbagai periode ulang.

Jika persamaan diatas dipergunakan untuk rencana dengan berbagai periode


ulang maka buku ini ditulis sebagai berikut:

Q=0,278C I T A … Pers. 2.35

Keterangan :
Q = Debit puncak limpasan permukaan periode ulang T tahun (m3/det).
IT = Intensitas curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/jam).

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Besarnya nilai tc dapat dihitung dengan beberapa rumus, diantaranya:

( )
2 0,385
0,87 . L
t c= … Pers. 2.36
1000 . S

Keterangan :
tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang terdekat (km)
S = Kemiringan rata-rata daerah lintasan air

Koefisien pengaliran (C), didefinisikan sebagai nisbah antara puncak aliran


permukaan terhadap intensitas hujan. Perkiraan atau pemilihan nilai C secara tepat
sulit dilakukan, karena koefisien ini antara lain bergantung dari:
1. Kehilangan air akibat infiltrasi, penguapan, tarnpungan permukaan.
2. Intensitas dan lamanya hujan.

Dalam perhitungan drainase permukaan, penentuan nilai C dilakukan melalui


pendekatan yaitu berdasarkan karakter permukaan. Kenyataan di lapangan sangat
sulit menemukan daerah pengaliran yang homogen. Dalam kondisi yang demikian,
maka nilai C dihitung dengan cara berikut:
n

∑ Ci . A i … Pers. 2.37
i=1
C=
A
Keterangan :
C = Koefisien Pengaliran
A = Luas Daerah Koefisien Pengaliran (km 2)

Tabel 2. 3 Koefisien Pengaliran (C) untuk Rumus Rasional


Deskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien Pengaliran (C)
1 2
Bisnis:
 Perkotaan 0,70 – 0,95
 Pinggiran 0,50 – 0,70

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Tabel 2. 4 Koefisien Pengaliran (C) untuk Rumus Rasional


Perumahan:
 Rumah tinggal 0,30 – 0,50
 Multiunit, terpisah 0,40 – 0,60
 Multiunit, tergabung 0,60 – 0,75
 Perkampungan 0,25 – 0,40
0,50 – 0,70
 Apartemen
Perkerasan:
 Aspal dan beton 0,70 – 0,95
 Batu bata, paving 0,50 – 0,70

Halaman berpasir:
 Datar (2%) 0,05 – 0,10
 Curam (7%) 0,15 – 0,20

Halaman tanah:
 Datar (2%) 0,13 – 0,17
 Curam (7%) 0,18 – 0,22

Hutan:
 Datar 0 – 5% 0,10 – 0,40
 Bergelombang 5 – 10% 0,25 – 0,50
 Berbukit 10 – 30% 0,30 – 0,60

Sumber: Dwi Ariyani, 2015

2.7.2 Metode Nakayasu


Penggunaan metode ini, memerlukan beberapa karakteristik parameter daerah
alirannya, sepertI:
1. Tenggang waktu dari permukaan hujan sampai puncak hidrograf (time of peak)
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag)
3. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
4. Luas daerah aliran sungai
5. Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel)

Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah:

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

C A Ro … Pers. 2.38
Qp=
3,6(0,3 Tp+T 0,3 )

Keterangan :
Qp = Debit puncak banjir (m3/s)
Ro = Hujan satuan (mm)
Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak
T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit sampai 30% (jam)
A = Luas daerah pengaliran sampai outlet (km 2)

2.7.3 Metode Gamma I


Daur hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari bumi ke
atmosfer dan kemudian kembali lagi ke bumi. Air di permukaan tanah dan laut
menguap ke udara. Uap air tersebut bergerak dan naik ke atmosfer, yang kemudian
mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air yang berbentuk awan.
Selanjutnya titik-titik air tersebut jatuh sebagai hujan ke permukaan laut dan daratan.
Hujan yang jatuh sebagian tertahan oleh tumbuh-tumbuhan (intersepsi) dan
selebihnya sampai ke permukaan tanah. Sebagian air hujan yang sampai ke
permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian lainnya
mengalir di atas permukaan tanah (aliran permukaan atau surface run off) mengisi
cekungan tanah,
Menurut Sri Harto (1993), mengembangkan hidrograf satuan sintetik
berdasarkan perilaku hidrologis di 30 DAS di Pulau Jawa. Meskipun hidrograf ini
dikembangkan hanya di pulau jawa, ternyata masih relevan untuk digunakan di
seluruh daerah lain di Indonesia.
Permasalahan lain yang timbul dari penggunaan hidrograf satuan tersebut ialah
diperlukannya data yang baik, yaitu (1) data AWLR, (2) data pengukuran debit, (3)
data hujan harian dan (4) data dengan durasi per jam. Kerumitan selanjutnya
disebabkan untuk menginventarisasi data yang tersedia. Untuk mengatasi hal ini
maka dikembangkan suatu cara untuk mendapatkan hidrograf satuan tanpa

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

mempergunakan data tersebut atau yang lebih dikenal dengan hidrograf satuan
sintetik.
HSS Gama I terdiri dari tiga bagian pokok yaitu, (1) sisi naik (rising clim), (2)
puncak (crest), (3) sisi turun (recession clim) yang ditentukan oleh nilai koefisien
tampungan (K) yang mengikuti persamaan berikut:

−t / k … Pers. 2.39
Qt=Qp( e)

Keterangan :
Qt = Debit pada jam ke t (m3/s)
Qp = Debit Puncak (m 2 /s )
t = Waktu saat terjadinya debit puncak (jam)
k = Koefisien tampungan (jam)

2.8 Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan
bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana air
diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air tersebut
dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor removal).
Evaporasi terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai lahan
pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Tranpirasi adalah vaporisasi di
dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut dipindahkan dari permukaan
tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada transpirasi, vaporasi terjadi terutama di
ruang antar sel daun dan selanjutnya melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer.
Hampir semua air yang diambil tanaman dari media tanam (tanah) akan
ditranspirasikan, dan hanya sebagian kecil dimanfaatkan tanamana (Allen et all,
1998).

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Gambar 2. 9 Major Climatic Factor Influencing Corp Water Need


Sumber: http://www.fao.org
Dari gambar diatas didapatkan bahwa tanaman tertentu yang tumbuh di iklim
cerah dan panas membutuhkan lebih banyak air per hari daripada tanaman yang sama
yang ditanam di iklim berawan dan lebih dingin. Namun demikian - selain sinar
matahari dan suhu - faktor iklim lain yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman.
Faktor-faktor ini adalah kelembaban dan kecepatan angin. Saat kering, kebutuhan air
tanaman lebih tinggi daripada saat lembab. Di iklim berangin, tanaman akan
menggunakan lebih banyak air daripada di iklim tenang.
Evapotranspirasi terbagi atas beberapa jenis, yaitu Evapotranspirasi potensial,
Evapotranspirasi standar, Evapotranspirasi tanaman, Evapotranspirasi actual.
Biasanya untuk mengalisa debit andalan untuk mengetahui ketersediaan air,
dipengaruhi oleh evapotranspirasi potensial. Adapaun metode yang digunakan untuk
mencari nilai evapotranspirasi potensial adalah metode penman yang telah
dimodifikasi dan metode blaney criddle.
2.8.1 Metode Penman Modifikasi
Perhitungan ETo berdasarkan rumus Penman yang telah dimodifikasi untuk
perhitungan pada daerah-daerah di Indonesia adalah sebagai berikut:
¿
ETo=ETo c … Pers. 2.40

Dengan
¿
ETo c=W (0,7 Rs−Rn 1)+(1−W ) f (u)( ea−ed) … Pers. 2.41

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Data terukur yang diperlukan adalah:


t = Suhu bulanan rata-rata (0C)
RH = Kelembaban relatif bulanan rata-rata (%)
n/N = Kecerahan matahari bulanan (%)
u = Kecepatan angina bulanan rata-rata (m/s)
c = Angka koreksi
W = Faktor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi
Rs = Radiasi gelombnag pendek, dalam setahun evaporasi ekivalen (mm/hari)
= (0,25 + 0,54 n/N) Ra
R = Radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfer atau angka
angot (mm/hari)
Rn1 = Radiaso bersih gelombang panjang (mm/hari)
= f (t). f (ed) f(n/N)
f(t) = Fungsi suhu = σ. Ta4
f (n/N) = 0,1 + 0,9 n/N
f (u) = Fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2,00 m (m/s)
= 0,27 (1 + 0,864 u)
ea = Perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekana uap sebenarnya
ed = ea RH
RH = Kelembaban udara relative (%)

Prosedur perhitungan ETo berdasarkan rumus Penmann adalah sebagai berikut:


1. Mencari data suhu bulanan rata-rata (t)
2. Mencari besaran (ea), (W), (1-W), dan f(t) berdasarkan nilai suhu rereta (t)
3. Mencari data kelembaban relative (RH)
4. Mencari besaran (ed) berdasar nilai (ea) dan (RH)
5. Mencari besaran (ea-ed)
6. Mencari besaran f(ed) berdasarkan nilai ed
7. Mencari data letak lintang daerah yang ditinjau
8. Mencari besaran (Ra) dari tabel PN.2, berdasarkan data letak lintang
9. Mencari data kecerahan matahari(n/N)
10. Mencari besaran (Rs) dari perhitungan, berdasarkan (Ra) dan (n/N)

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

11. Mencari besaran f(n/N) berdasarkan nilai (n/N)


12. Mencari data kecepatan angin rata-rata bulanan (u)
13. Mencari besaran f(u) berdasar nilai u
14. Menghitung besar Rn1 = f(t). f(ed). f(n/N)
15. Mencari besar angka koreksi (c) dari tabel PN.3
16. Menghitung besar ETo*
17. Menghitung ETo

2.8.2 Metode Blaney Criddle


Data terukur yang diperlukan dalam perhitungan rumus ini adalah letak lintang,
suhu udara dan angka koreksi. Blaney Criddle (1950), menghitung ETo dengan
rumus:

ETo=ETo¿ c … Pers. 2.42

Dengan

ETo¿ = p(0,475t −8,13) … Pers. 2.43

Keterangan :
p = presentase rata-rata jam siang harian, besarnya tergantung lintang (LL)
t = suhu udara

Perhitungan ETo* umumnya menggunakan periode waktu rata-rata keadaan


iklim pada suatu bulan tertentu. Prosedur perhitungan ETo untuk suatu bulan tertentu
adalah sebagai berikut:
1. Mencari data letak lintang daerah yang ditinjau
2. Mencari nilai (p) dari data BC.1, berdasarkan letak lintang
3. Mencari data suhu rata-rata bulanan (t)
4. Menghitung besar ETo*
5. Mencari angka koreksi dari tabel BC.3, sesuai dengan bulan yang ditinjau
6. Menghitung ETo

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

BAB III
ANALISA DATA

3.1 Uji Konsistensi Data


Berikut ini data curah hujan yang diperoleh melalui 3 stasiun penakar hujan,
yakni Pos B, Pos D dan Pos E sejak tahun 2003 hingga 2022.

Tabel 3. 1 Data curah hujan DAS Rodaroda


Data Curah Hujan Maksimum (mm)
Nomor Tahun
Pos B Pos D Pos E
1 2 3 4 5
1 2003 87,0 42,0 58,5
2 2004 112,0 44,0 50,0
3 2005 120,0 93,0 84,3
4 2006 94,0 45,0 76,0
5 2007 84,0 60,0 80,0
6 2008 135,0 64,0 84,0
7 2009 114,5 60,0 91,0
8 2010 91,0 45,0 108,5
9 2011 175,5 60,0 88,0
10 2012 93,0 62,5 77,0
11 2013 96,0 58,5 72,0
12 2014 95,0 60,0 85,6
13 2015 98,5 50,0 66,6
14 2016 118,0 77,3 95,0
15 2017 160,0 84,3 136,0
16 2018 83,5 110,0 155,9
17 2019 62,5 75,0 122,0
18 2020 39,0 75,0 76,0
19 2021 104,5 89,0 60,0
20 2022 75,0 60,0 77,3

Sumber: Lampiran Tugas Besar Rekayasa Hidrologi, 2023

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

3.1.1 Uji Konsistensi Data Pos B

Tabel 3. 2 Data uji konsistensi Pos B


Data Curah Hujan Maksimum (mm)
No Tahun Rata-rata Kum. Rata-rata
Pos B Kum. Pos B Pos D Pos E
Pos D & E Pos D &E

1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 87,0 42,0 58,5 50,3 50,3
2 2004 112,0 199,0 44,0 50,0 47,0 97,3
3 2005 120,0 319,0 93,0 84,3 88,7 185,9
4 2006 94,0 413,0 45,0 76,0 60,5 246,4
5 2007 84,0 497,0 60,0 80,0 70,0 316,4
6 2008 135,0 632,0 64,0 84,0 74,0 390,4
7 2009 114,5 746,5 60,0 91,0 75,5 465,9
8 2010 91,0 837,5 45,0 108,5 76,8 542,7
9 2011 175,5 1013,0 60,0 88,0 74,0 616,7
10 2012 93,0 1106,0 62,5 77,0 69,8 686,4
11 2013 96,0 1202,0 58,5 72,0 65,3 751,7
12 2014 95,0 1297,0 60,0 85,6 72,8 824,5
13 2015 98,5 1395,5 50,0 66,6 58,3 882,8
14 2016 118,0 1513,5 77,3 95,0 86,2 968,9
15 2017 160,0 1673,5 84,3 136,0 110,2 1079,1
16 2018 83,5 1757,0 110,0 155,9 133,0 1212,0
17 2019 62,5 1819,5 75,0 122,0 98,5 1310,5
18 2020 39,0 1858,5 75,0 76,0 75,5 1386,0
19 2021 104,5 1963,0 89,0 60,0 74,5 1460,5
20 2022 75,0 2038,0 60,0 77,3 68,7 1529,2

Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Uji Konsistensi Pos B


2500.0

2000.0 R² = 0.984756718930603

1500.0
Kum. Pos B

1000.0

500.0

0.0
0

.0

.0

.0

.0

.0
0

0.

0.

0.

0.
0.

00

00

00

00

00
20

40

60

80

10

12

14

16

18
Kum. Rata-rata Pos D & E

Gambar 3. 1 Grafik Data Uji Konsistensi Pos B Sebelum Koreksi


Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

Dapat dilihat melalui grafik diatas bahwa data curah hujan pos B mengalami
kepatahan pada tahun 2018-2022 (5 tahun terakhir). Sehingga kita dapat
menganalisis gradien data yang konsisten (2003-2017) dan tidak konsisten (2018-
2022).
m1 = 1,54
m2 = 0,89
F = 1,73
Nilai faktor koreksi (F) dijadikan sebagai faktor pengali data curah hujan yang
tidak konsisten. Sehingga diperoleh data curah hujan Pos B melalui table dan grafik
berikut ini.

Tabel 3. 3 Data uji konsistensi Pos B setelah koreksi

Data Curah Hujan Maksimum (mm)


No Tahun Kor. Kum. Kor. Rata-rata Kum. Rata-
Pos B
Pos D Pos E Pos B Pos D & E rata Pos D &E

1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 42,0 58,5 87,0 50,3 50,3
2 2004 112,0 44,0 50,0 199,0 47,0 97,3

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Data uji konsistensi Pos B setelah koreksi (Lanjutan)


3 2005 120,0 93,0 84,3 319,0 88,7 185,9
4 2006 94,0 45,0 76,0 413,0 60,5 246,4
5 2007 84,0 60,0 80,0 497,0 70,0 316,4
6 2008 135,0 64,0 84,0 632,0 74,0 390,4
7 2009 114,5 60,0 91,0 746,5 75,5 465,9
8 2010 91,0 45,0 108,5 837,5 76,8 542,7
9 2011 175,5 60,0 88,0 1013,0 74,0 616,7
10 2012 93,0 62,5 77,0 1106,0 69,8 686,4
11 2013 96,0 58,5 72,0 1202,0 65,3 751,7
12 2014 95,0 60,0 85,6 1297,0 72,8 824,5
13 2015 98,5 50,0 66,6 1395,5 58,3 882,8
14 2016 118,0 77,3 95,0 1513,5 86,2 968,9
15 2017 160,0 84,3 136,0 1673,5 110,2 1079,1
16 2018 144,5 110,0 155,9 1818,0 133,0 1212,0
17 2019 108,2 75,0 122,0 1926,2 98,5 1310,5
18 2020 67,5 75,0 76,0 1993,7 75,5 1386,0
19 2021 180,9 89,0 60,0 2174,6 74,5 1460,5
20 2022 129,8 60,0 77,3 2304,4 68,7 1529,2
Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

Uji Konsistensi Pos B


2500.0

R² = 0.996969049719126
2000.0

1500.0
Kum. Pos B

1000.0

500.0

0.0
0

.0

.0

.0
0

.0

.0
0.

0.

0.

0.

0.

00

00

00

00

00
20

40

60

80

10

12

14

16

18

Kum. Rata-rata Pos D & E

Gambar 3. 2 Grafik Data Uji Konsistensi Pos B Setelah Koreksi

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

3.1.2 Uji Konsistensi Data Pos D

Tabel 3. 4 Data uji konsistensi Pos D


Data Curah Hujan Maksimum (mm)
Tahu
No Kum. Rata-rata Kum. Rata-rata
n Pos B Pos D Pos E
Pos D Pos D & E Pos D &E

1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 42,0 42,0 58,5 50,3 50,3
2 2004 112,0 44,0 86,0 50,0 47,0 97,3
3 2005 120,0 93,0 179,0 84,3 88,7 185,9
4 2006 94,0 45,0 224,0 76,0 60,5 246,4
5 2007 84,0 60,0 284,0 80,0 70,0 316,4
6 2008 135,0 64,0 348,0 84,0 74,0 390,4
7 2009 114,5 60,0 408,0 91,0 75,5 465,9
8 2010 91,0 45,0 453,0 108,5 76,8 542,7
9 2011 175,5 60,0 513,0 88,0 74,0 616,7
10 2012 93,0 62,5 575,5 77,0 69,8 686,4
11 2013 96,0 58,5 634,0 72,0 65,3 751,7
12 2014 95,0 60,0 694,0 85,6 72,8 824,5
13 2015 98,5 50,0 744,0 66,6 58,3 882,8
14 2016 118,0 77,3 821,3 95,0 86,2 968,9
15 2017 160,0 84,3 905,6 136,0 110,2 1079,1
16 2018 83,5 110,0 1015,6 155,9 133,0 1212,0
17 2019 62,5 75,0 1090,6 122,0 98,5 1310,5
18 2020 39,0 75,0 1165,6 76,0 75,5 1386,0
19 2021 104,5 89,0 1254,6 60,0 74,5 1460,5
20 2022 75,0 60,0 1314,6 77,3 68,7 1529,2

Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Uji Konsistensi Pos D


1400.0

1200.0
R² = 0.991596978294622
1000.0

800.0
Kum. Pos D
600.0

400.0

200.0

0.0

.0

.0

.0

.0

.0
0

.0
0.

0.

0.

0.

0.

00

00

00

00

00

00
20

40

60

80

10

12

14

16

18

20
Kum. Rata-rata Pos B &E

Gambar 3. 3 Grafik Data Uji Konsistensi Pos D Sebelum Koreksi


Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

Dapat dilihat melalui grafik diatas bahwa data curah hujan pos B mengalami
kepatahan pada tahun 2011-2022 (12 tahun). Sehingga kita dapat menganalisis
gradien data yang konsisten (2003-2010) dan tidak konsisten (2011-2022).
m1 = 0,63
m2 = 0,77
F = 0,83
Nilai faktor koreksi (F) dijadikan sebagai faktor pengali data curah hujan yang
tidak konsisten. Sehingga diperoleh data curah hujan Pos B melalui table dan grafik
berikut ini.

Tabel 3. 5 Data Uji Konsistensi Pos D Setelah Koreksi

Data Curah Hujan Maksimum (mm)


No Tahun Kor. Kum. Kor. Rata-rata Kum. Rata-
Pos B Pos E
Pos D Pos D Pos B & E rata Pos B & E

1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 42,0 58,5 42,0 72,8 72,8
2 2004 112,0 44,0 50,0 86,0 81,0 153,8

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Data Uji Konsistensi Pos D Setelah Koreksi (Lanjutan)


3 2005 120,0 93,0 84,3 179,0 102,2 255,9
4 2006 94,0 45,0 76,0 224,0 85,0 340,9
5 2007 84,0 60,0 80,0 284,0 82,0 422,9
6 2008 135,0 64,0 84,0 348,0 109,5 532,4
7 2009 114,5 60,0 91,0 408,0 102,8 635,2
8 2010 91,0 45,0 108,5 453,0 99,8 734,9
9 2011 175,5 49,6 88,0 502,6 131,8 866,7
10 2012 93,0 51,6 77,0 554,2 85,0 951,7
11 2013 96,0 48,3 72,0 602,5 84,0 1035,7
12 2014 95,0 49,6 85,6 652,1 90,3 1126,0
13 2015 98,5 41,3 66,6 693,4 82,6 1208,5
14 2016 118,0 63,8 95,0 757,2 106,5 1315,0
15 2017 160,0 69,6 136,0 826,8 148,0 1463,0
16 2018 83,5 90,9 155,9 917,7 119,7 1582,7
17 2019 62,5 61,9 122,0 979,7 92,3 1675,0
18 2020 39,0 61,9 76,0 1041,6 57,5 1732,5
19 2021 104,5 73,5 60,0 1115,1 82,3 1814,7
20 2022 75,0 49,6 77,3 1164,7 76,2 1890,9
Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

Uji Konsistensi Pos D


1400.0

1200.0

R² = 0.994870410031108
1000.0

800.0
Kum. Pos D

600.0

400.0

200.0

0.0
0

.0

.0

.0
0

.0

.0

.0
0.

0.

0.

0.

0.

00

00

00

00

00

00
20

40

60

80

10

12

14

16

18

20

Kum. Rata-rata Pos B &E

Gambar 3. 4 Grafik Data Uji Konsistensi Pos D Setelah Koreksi


Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

3.1.3 Uji Konsistensi Data Pos E

Tabel 3. 6 Data Uji Konsistensi Pos E


Data Curah Hujan Maksimum (mm)
Tahu
No Kum. Rata-rata Kum. Rata-rata
n Pos B Pos D Pos E
Pos D Pos D & E Pos D &E

1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 42,0 58,5 58,5 64,5 64,5
2 2004 112,0 44,0 50,0 108,5 78,0 142,5
3 2005 120,0 93,0 84,3 192,8 106,5 249,0
4 2006 94,0 45,0 76,0 268,8 69,5 318,5
5 2007 84,0 60,0 80,0 348,8 72,0 390,5
6 2008 135,0 64,0 84,0 432,8 99,5 490,0
7 2009 114,5 60,0 91,0 523,8 87,3 577,3
8 2010 91,0 45,0 108,5 632,3 68,0 645,3
9 2011 175,5 60,0 88,0 720,3 117,8 763,0
10 2012 93,0 62,5 77,0 797,3 77,8 840,8
11 2013 96,0 58,5 72,0 869,3 77,3 918,0
12 2014 95,0 60,0 85,6 954,9 77,5 995,5
1021,
13 2015 98,5 50,0 66,6 74,3 1069,8
5
14 2016 118,0 77,3 95,0 1116,5 97,7 1167,4
1252,
15 2017 160,0 84,3 136,0 122,2 1289,6
5
1408,
16 2018 83,5 110,0 155,9 96,8 1386,3
4
1530,
17 2019 62,5 75,0 122,0 68,8 1455,1
4
1606,
18 2020 39,0 75,0 76,0 57,0 1512,1
4
19 2021 104,5 89,0 60,0 1666, 96,8 1608,8

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

4
1743,
20 2022 75,0 60,0 77,3 67,5 1676,3
7

Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

Uji Konsistensi Pos E


2000.0

1800.0

1600.0 R² = 0.995449851217832
1400.0

1200.0
Kum. Pos E

1000.0

800.0

600.0

400.0

200.0

0.0 .0

.0
0

.0

.0

.0
0.

0.

0.

0.

0.

00

00

00

00

00
20

40

60

80

10

12

14

16

18
Kum. Rata-rata Pos B & D

Gambar 3. 5 Grafik Data Uji Konsistensi Pos E Sebelum Koreksi


Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

Dapat dilihat melalui grafik diatas bahwa data curah hujan pos B mengalami
kepatahan pada tahun 2018-2022 (5 tahun). Sehingga kita dapat menganalisis gradien
data yang konsisten (2003-2017) dan tidak konsisten (2018-2022).
m1 = 0,99
m2 = 1,09
F = 0,91
Nilai faktor koreksi (F) dijadikan sebagai faktor pengali data curah hujan yang
tidak konsisten. Sehingga diperoleh data curah hujan Pos B melalui table dan grafik
berikut ini.

Tabel 3. 7 Data Uji Konsistensi Pos E Setelah Koreksi

Data Curah Hujan Maksimum (mm)


No Tahun
Pos B Pos D Kor. Kum. Kor. Rata-rata Kum. Rata-rata

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Pos E Pos E Pos B & D Pos B & D


1 2 3 4 5 6 7 8
1 2003 87,0 42,0 58,5 58,5 64,5 64,5
2 2004 112,0 44,0 50,0 108,5 78,0 142,5

Data Uji Konsistensi Pos E Setelah Koreksi (Lanjutan)


3 2005 120,0 93,0 84,3 192,8 106,5 249,0
4 2006 94,0 45,0 76,0 268,8 69,5 318,5
5 2007 84,0 60,0 80,0 348,8 72,0 390,5
6 2008 135,0 64,0 84,0 432,8 99,5 490,0
7 2009 114,5 60,0 91,0 523,8 87,3 577,3
8 2010 91,0 45,0 108,5 632,3 68,0 645,3
9 2011 175,5 60,0 88,0 720,3 117,8 763,0
10 2012 93,0 62,5 77,0 797,3 77,8 840,8
11 2013 96,0 58,5 72,0 869,3 77,3 918,0
12 2014 95,0 60,0 85,6 954,9 77,5 995,5
13 2015 98,5 50,0 66,6 1021,5 74,3 1069,8
14 2016 118,0 77,3 95,0 1116,5 97,7 1167,4
15 2017 160,0 84,3 136,0 1252,5 122,2 1289,6
16 2018 83,5 110,0 142,3 1394,8 96,8 1386,3
17 2019 62,5 75,0 111,4 1506,2 68,8 1455,1
18 2020 39,0 75,0 69,4 1575,5 57,0 1512,1
19 2021 104,5 89,0 54,8 1630,3 96,8 1608,8
20 2022 75,0 60,0 70,6 1700,9 67,5 1676,3
Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Uji Konsistensi Pos E


1800.0

1600.0 R² = 0.997015517291305
1400.0

1200.0
Kum. Pos E
1000.0

800.0

600.0

400.0

200.0

0.0
0

.0

.0

.0
0

.0

.0
0.

0.

0.

0.

0.

00

00

00

00

00
20

40

60

80

10

12

14

16

18
Kum. Rata-rata Pos B & D

Gambar 3. 6 Grafik Data uji Konsistensi Pos E Setelah Koreksi


Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

3.2 Analisa Hujan Kawasan


3.2.1 Metode Rerata Aritmatik
 Rumus yang digunakan:
R 2+¿ R + ….+ R
R = R1 + 3 n
¿
n
Keterangan: R = Curah hujan area (mm)
R1,R2,Rn = Curah hujan pada Stasiun 1, 2, n (mm)
n = Jumlah Stasiun
 Contoh perhitungan pada tahun 2003:
Dik : R1 = 87 mm
R2 = 42 mm
R3 = 58,5 mm
R 2+¿ R
Penye : R = R1 + 3
¿
n
87+ 42+58,5
R =
3
R = 62,5 mm

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Dengan rumus metode aritmatik di atas, hujan kawasan 2003-2022 dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 3. 8 Data Curah Hujan Metode Rerata Aritmatik
Stasiun Curah Hujan Kawasan
No Tahun
B D E (mm)
1 2003 87,0 42,0 58,5 62,5
2 2004 112,0 44,0 50,0 68,7
3 2005 120,0 93,0 84,3 99,1
4 2006 94,0 45,0 76,0 71,7
5 2007 84,0 60,0 80,0 74,7
6 2008 135,0 64,0 84,0 94,3
7 2009 114,5 60,0 91,0 88,5
8 2010 91,0 45,0 108,5 81,5
9 2011 175,5 60,0 88,0 107,8
10 2012 93,0 62,5 77,0 77,5
11 2013 96,0 58,5 72,0 75,5
12 2014 95,0 60,0 85,6 80,2
13 2015 98,5 50,0 66,6 71,7
14 2016 118,0 77,3 95,0 96,8
15 2017 160,0 84,3 136,0 126,8
16 2018 83,5 110,0 155,9 116,5
17 2019 62,5 75,0 122,0 86,5
18 2020 39,0 75,0 76,0 63,3
19 2021 104,5 89,0 60,0 84,5
20 2022 75,0 60,0 77,3 70,8
Jumlah 1698,8
Rerata 84,9
Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

3.2.2 Metode Poligon Thissen


Dalam perhitungan curah hujan area dengan metode Polligon Thiessen,
terlebih dahulu menentukan luas area setiap stasiun. Langkah-langkah perhitungan
luas hujan Kawasan metode polygon Thisen:

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

1. Langkah pertama copy gambar DAS (Roda-roda) ke dalam software Auto

Cad

2. Selanjutnya, buatlah tanda pada masing-masing stasiun dengan menggunakan


perintah circle ( C ) untuk tanda bulat.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

3. Selanjutnya, buatlah garis dengan menggunakan perintah polyline (PL) pada


batas-batas atau pinggiran DAS agar membentuk seperti DAS tersebut.

4. Selanjutnya, hubungkan ketiga stasiun dengan garis menggunakan perintah


line (L).

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

5. Selanjutnya, tarik garis tegak lurus sebesar 90⁰ pada titik tengah masing-
masing garis pada tahap 5 menggunakan perintah line ( L ). Kemudian
bagilah DAS tersebut berdasarkan stasiunnya dengan metode polygon
thiessen menggunakan perintah fillet ( F ).

6. Setelah mengambar polygon Thiessen seperti gambar diatas, langkah


selanjutnya adalah memisahkan bagian wilayah DAS menjadi tiga bagian.
Stasiun B, stasiun E, stasiun G.

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

7. Menghitung Luas dari Auto Cad dengan menghitung masing-masing dari tiap
stasiun.
 Stasiun B

 Stasiun D

 Stasiun E

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

 Sehingga didapatkan luasan pada Cad :


Stasiun B = 16,253 cm2
Stasiun D = 29,300 cm2
Stasiun E = 29,309 cm2
Untuk menghitung luas sebenarnya pada masing-masing stasiun digunakan
persamaan berikut.
 Luas sebenarnya = Luas stasiun pada Cad x Skala (1 : 120.000)
Sehingga di peroleh :
a). Luas Stasiun B
Luas = 16,253 x 1200002
= 234.043.200.000 cm2
= 23,404 km2
b). Luas Stasiun D
Luas = 29,300 x 1200002
= 421.920.000.000 cm2
= 42,192 km2

c). Luas Stasiun E


Luas = 29,309 x 1200002
= 422.049.600.000 cm2
= 42,205 km2

Luas Total = Luas Sta. B + Luas Sta. D + Luas Sta. E


= 23,404 km2 + 42,192 km2+ 42,205 km2
= 107,801 km2

Luas Pada Cad Luas Sebenarnya


No Nama Stasiun
(cm2) (km2)
1 Stasiun B 16,253 23,404
2 Stasiun D 29,300 42,192
3 Stasiun E 29,309 42,205

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Adapun rumus yang digunakan dalam metode Poligon Thieseen adalah sebagai
berikut:
A 1 R1 + A 2 R2 +… .+ An Rn
R =
A 1 + A 2 … .+ A n
Keterangan:
R = Curah hujan area (mm)
R1,R2,Rn = Curah hujan pada Stasiun 1, 2, n (mm)
A1, A2, An = Luas area pada Stasiun 1, 2, n

 Contoh perhitungan pada tahun 2003:


Dik. : R1 = 87 mm A1 = 23,404 km2
R2 = 42 mm A2 = 42,192 km2
R3 = 58,5 mm A3 = 42,205 km2
Penye:
A 1 R1 + A 2 R2 + A3 R3
R =
A1 + A2 + A3
(23,404 x 87)+(42,192 x 42)+(42,205 x 58,5)
R =
23,404+ 42,192+ 42,205
R = 58,2 mm
Pada perhitungan selanjutnya menggunakan metode polygon Thiessen karena
memiliki perhitungan yang lebih teliti atau akurat dari metode Aritmatik.
Stasiun Curah Hujan Kawasan
No Tahun
B D E (mm)
1 2003 87,0 42,0 58,5 58,2
2 2004 112,0 44,0 50,0 61,1
3 2005 120,0 93,0 84,3 95,5
4 2006 94,0 45,0 76,0 67,8
5 2007 84,0 60,0 80,0 73,0
6 2008 135,0 64,0 84,0 87,2
7 2009 114,5 60,0 91,0 84,0
8 2010 91,0 45,0 108,5 79,8
9 2011 175,5 60,0 88,0 96,0
10 2012 93,0 62,5 77,0 74,8
11 2013 96,0 58,5 72,0 71,9
12 2014 95,0 60,0 85,6 77,6

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

13 2015 98,5 50,0 66,6 67,0


14 2016 118,0 77,3 95,0 93,1
15 2017 160,0 84,3 136,0 121,0
16 2018 83,5 110,0 155,9 122,2
17 2019 62,5 75,0 122,0 90,7
18 2020 39,0 75,0 76,0 67,6
19 2021 104,5 89,0 60,0 81,0
20 2022 75,0 60,0 77,3 70,0
Jumlah 1639,6
Rerata 82,0
Sumber: Analisa Perhitungan Kelompok 7, 2023

3.2.3 Metode Isohyet

3.3 Analisa Hujan Rencana


3.4 Pengujian Kesesuaian Distribusi
3.5 Perhitungan Intensitas Curah Hujan
3.6 Perhitungan Debit Rencana
3.7 Perhitungan Debit Andalan

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

Perencanaan Waduk/Bendungan
(E1A121041_La Ode Imsak Ramadhan)

Perairan air tawar menempati ruang yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
lautan maupun daratan. Akan tetapi, ekosistem air tawar memiliki peranan yang
penting sebab keberadaanya sumber air yang murah untuk makhluk hidup khususnya
manusia dalam lingkup rumah tanggan maupun industrial. Perairan air tawar ini
sering dijadikan sebagai tempat disposal/pembuangan karena akses yang cukup
mudah sekaligus biaya yang relative murah (Heddy dan Kurniati, 1994).

Waduk/bendungan merupakan salah satu contoh bangunan air tawar yang


dibuat dengan cara membendung aliran sungai tertentu untuk berbagai kepentingan,
seperti sebagai bangunan pencegah banjir, penyuplai air dalam kebutuhan irigasi,
kegiatan perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya karamba, sebagai
penampung retensi dan sebagai pembangkit tenaga listrik hingga kegiatan pariwisata
(Apriyanti, 2008).

Dalam pembangunan bangunan air, waduk/bendungan membutuhkan


perencanaan yang baik dan runtut untuk meningkatkan kualitas dan menekan biaya
pembangunanya. Proses perencanaan yang baik ini sangat diperlukan mengingat
dalam pembangunan waduk/bendungan dalam daerah aliran sungai memiliki
berbagai macam permasalahan yang berbeda. Tahap pertama yang menjadi dasar
perencanaan waduk/bendungan adalah dengan melakukan inputan data primer dan
sekunder baik secara lisan ataupun tulisan seperti kondisi topografi dan klimatologi
daerah aliran tersebut. Hasil dalam perencanaan tahap awal kemudian akan dikelola
untuk melakukan suatu tetapan perencanaan awal, mulai dari tipe bangunan air dan
beberapa detail perencanaan bangunan tersebut. Setealah setiap perencanaan telah
selesai dan disetujui, pembangunan waduk/bendungan dapat dilakukan hingga
memasuki kedalam tahap pengawasan dan pemeliharaan serta penggunaan bangunan
air tersebut.

Pembangunan waduk/bendungan menjadi salah satu penggerak pengembangan


sumber daya air daerah aliran sungai. Potensi ini tentunya dapat menjadikan suatu

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

daerah aliran sungai mengalami kemajuan baik secara ekonomi maupun sosial. Oleh
karena itu, pemetintah sudah menjadi tanggung jawab yang besar dalam
meningkatkan perencanaan pembangunan waduk/bendungan diberbagai daerah di
Indonesia. Melihat daerah kita ini memiliki banyak badan sungai maupun anak-anak
sungai yang sangat beresiko terjadinya bencana apabila tidak dikelola menjadi lebih
baik.

REFERENSI

Heddy, S dan Kurniati, M. 1994. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Apridayanti, E. 2008. Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Perairan Waduk Lahor


Kabupaten Malang Jawa Timur. Universitas Diponegoro Semarang.

Perencanaan Waduk/Bendungan
(E1A121009_INGGIT UTARI)

Air merupakan sumber kehidupan yang tak tergantikan, tidak hanya bagi
manusia, tapi juga untuk semua makhluk hidup di bumi ini. Kebutuhan akan air juga
mampu menggerakkan ekonomi dan sosial suatu wilayah. Keberadaan air di alam ini
mengalir secara terus menerus berdasarkan siklus hidrologi. Siklus ini dapat
berlangsung secara fluktiatif, kadang berputar secara cepat ataupun lambat. Iklim dan
kondisi permukaan tentu menjadi faktor utama terjadinya siklus hidrologis tersebut
(Hatmoko, 2021).

Daerah aliran sungai atau biasa disebut dengan DAS menjadi objek yang vital
bagi suatu wilayah pengairan. Potensi yang dimiliki daerah aliran dapat memberikan
kesejahteraan sosial bagi masyarakat sekitarnya. Kondisi daerah aliran sungai Ketika

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

memasuki musim hujan mempunyai debit yang sangat besar. Besaran debit yang
lewat tersebut tidak ada manfaatnya bahkan sering menjadi masalah baik di
sepanjang aliran sungai itu sendiri hingga daerah-daerah disekitarnya. Dilain sisi,
ketika daerah aliran hendak memasuki musim kemarau aliran sungai mempunyai
debit yang sangat kecil. Daerah-daerah disekitarnya kering, pertanian
dan perkebunan kekurangan air.

Kondisi ini sering terjadi disejumlah wilayah di Indonesia. Adanya


kesenjangan perubahan musim perlu dilakukan kajian yang memfokuskan
pemanfaatan aliran sungai untuk memaksimalkan potensi dan menurunkan resiko
yang ada pada daerah aliran sungai tersebut. Salah satu pendekatan dalam
memecahkan masalah ini adalah perlunya pembuatan bangunan penampung air pada
titik tertentu aliran sungai. Waduk atau bendungan dapat menjadi bangunan
penampung yang perlu direncanakan secara optimal (Sukadi, 1998).

Waduk/bendungan merupakan bangunan rekayasa sungai yang dibuat secara


melintang pada sungai dan memiliki fungsi sebagai media penampungan air pada
saat musim hujan dan menyuplai air pada musim kemarau agar kestabilitas distribusi
air merata sesuai dengan keperuntukannya. Waduk/bendungan ini juga dapat
dimanfaatkan sebagai irigasi, PLTA, penyediaan air baku dan menampung sedimen.
Keberadaan waduk/bendungan juga dapat mendatangkan bencana apabila tidak
dilakukan perencanaan secara baik dan maksimal.

Perencanaan pembangunan waduk/bendungan pada dasarnya memerlukan studi


analisis kelayakan konstruksi terlebih dahulu. Hal ini dapat membantu dalam
meningkatkan manfaat dan mengurangi kerugian yang dihasilkan. Pemilihan titik
daerah pembangunan bangunan air pada daerah aliran sungai juga memerlukan
analisis data topografi dan klimatologi untuk meningkatkan kualitan rancangan.
Selanjutnya apabila data primer dan sekunder yang dihasilkan tersebut telah selesai,
perencanaan perlu melakukan survey lokasi terkait potensi hambatan dalam
pembangunannya. Tahapan ini tentu menjadi jalan pembuka dalam pembuatan detail
design pembangunan waduk/bendungan. Hasil dari perencanaan awal ini biasanya
ditransformasikan kedalam gambar rencana untuk menghitung biaya operasional

KELOMPOK VII
TUGAS BESAR REKAYASA HIDROLOGI
TEKNIK SIPIL
2023

pembangunan bendungan/waduk ini. Pelaksanaan konstruksi bendungan akan


dimulai ketika pihak pembangun/developer telah mendapatkan persetujuan kontrak
kerja oleh pemerintah.

Pembangunan waduk/bendungan menjadi salah satu penggerak pengembangan


sumber daya air daerah aliran sungai. Potensi ini tentunya dapat menjadikan suatu
daerah aliran sungai mengalami kemajuan baik secara ekonomi maupun sosial. Oleh
karena itu, pemetintah sudah menjadi tanggung jawab yang besar dalam
meningkatkan perencanaan pembangunan waduk/bendungan diberbagai daerah di
Indonesia. Melihat daerah kita ini memiliki banyak badan sungai maupun anak-anak
sungai yang sangat beresiko terjadinya bencana apabila tidak dikelola menjadi lebih
baik.

REFERENSI

Sukadi. 1998. Langkah-Langkah Perencanaan Dan Perancangan Sebuah


Bendungan/Waduk. Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Hatmoko, W. 2021. Pengantar Perencanaan Dan Pengoperasian Waduk.


Yogyakarta: Deepublish CV Budi Utama.

KELOMPOK VII

Anda mungkin juga menyukai