Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS

PADA NY “S” USIA KEHAMILAN 10-11 MINGGU


DENGAN ABORTUS INKOMPLET
DI PUSKESMAS KURIPAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 14


NAMA ANGGOTA:

1. Rini Nur Rahayu P07124020036


2. Baiq Arinda Wiranti P07124020003
3. Nirma Ramadhani P07124020024
4. Nurhumaira Destilita P07124020028
5. Tasya Naswa Hijriani P07124020041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKESKEMENKES MATARAM
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS


PADA NY “S” USIA KEHAMILAN 10-11 MINGGU
DENGAN ABORTUS INKOMPLET
DI PUSKESMAS KURIPAN

Laporan Kelompok Praktik Klinik Kebidanan III


Telah memenuhi persyaratan dan disetujui
Tanggal ………………….. 2023

Disusun oleh:
Kelompok 14

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Bq. Eka Putri Saudia, SST. M. Keb) (Ni Ketut Setiawati Arini, S. Keb)
NIP : 198610102008122002 NIP : 198011022005012019

i
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS
PADA NY “S” USIA KEHAMILAN 10-11 MINGGU
DENGAN ABORTUS INKOMPLET
DI PUSKESMAS KURIPAN
Disusun oleh:

Kelompok 14

Telah diseminarkan di depan pembimbing


Pada……………………….
Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Bq. Eka Putri Saudia, SST. M. Keb) (Ni Ketut Setiawati Arini, S. Keb)
NIP : 198610102008122002 NIP : 198011022005012019

Ketua Jurusan

(DR. Sudarmi, SST.M.Biomed)


NIP : 198012282001122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha


Esa karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan
Seminar Kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Kehamilan Patologis
Pada Ny “S” Usia Kehamilan 10 Minggu Dengan Abortus Inkomplet Di
Puskesmas Kuripan”.
Dalam proses penyusunan laporan ini, tentunya kami mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu saya ucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr. Yopi Harwinda Ardesa, M. Kes, selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Mataram.
2. M. Husni SKM selaku kepala Puskesmas Kuripan
3. Dr. Sudarmi, SST., M. Biomed, selaku Ketua Jurusan Kebidanan.
4. Ni Nengah Arini Murni, SST., M. Kes, selaku Ketua Program Studi
DIII Kebidanan
5. Bq. Eka Putri Saudia, SST. M. Keb, selaku Pembimbing
Pendidikan.
6. Ni Ketut Setiawati Arini, S. Keb, selaku pembimbing lahan di
Puskesmas Kuripan

Penulis menyadari bahwa Laporan Seminar ini masih memiliki


banyak kekurangan baik dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan
tersebut. Dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik
yang membangun dari pembaca dengan harapan agar penulis mampu
menyusun Laporan Seminar dengan lebih baik lagi. Akhir kata penulis
berharap semoga Laporan Seminar ini dapat memberikan manfaat dan
inspirasi bagi pembaca.

Mataram, Februari 2023

Penulis

ii
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................2
D. Manfaat...................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................3
A. Definisi Abortus Inkomplit........................................................3
B. Epidemiologi Abortus Inkomplit...............................................3
C. Penyebab Abortus Inkomplit....................................................4
D. Faktor-Faktor Risiko Abortus Inkomplit...................................7
E. Gambaran Klinis Abortus Inkomplit.........................................8
F. Diagnosis Abortus Inkomplit....................................................8
G. Penatalaksanaan Abortus Inkomplit........................................9
BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................11
A. Data Subjektif..........................................................................11
B. Data Objektif............................................................................13
C. Analisa.....................................................................................14
D. Penatalaksanaan.....................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................15
BAB V PENUTUP.............................................................................18
A. Simpulan.................................................................................18
B. Saran......................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komplikasi kehamilan merupakan gangguan kesehatan yang
terjadi selama kehamilan. Hal ini bisa melibatkan ibu, kesehatan bayi
atau keduanya. Beberapa wanita memiliki masalah kesehatan yang
muncul pada saat hamil dan ada juga yang beberapa wanita memiliki
masalah kesehatan sebelum hamil yang bisa berujung pada komplikasi
selama kehamilan. (Indryani et al., 2022)
Komplikasi kehamilan dan persalinan seringkali terjadi di negara
berkembang. Lebih dari 40% ibu hamil akan mengalami komplikasi
selama kehamilan, 15% dari komplikasi kehamilan bisa mengancam
kehidupan dan memerlukan perawatan obstetric segera. World health
organization (WHO) memperkirakan setengah juta perempuan
meninggal setiap tahunnya akibat kehamilannya dan 99% pada
kematian ini terjadi di negara berkembang.
Salah satu komplikasi kehamilan yang dapat menyebabkan
kematian adalah perdarahan. Pendarahan merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan perinatal yang bahkan
merupakan salah satu keadaan darurat yang paling sering terjadi pada
kebidanan. Perdarahan dalam kehamilan didefinisikan sebagai
perdarahan dari saluran kelamin yang terjadi pada masa kehamilan dan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan muda maupun tua. (Fan et al.,
2017). (Putri, 2020).
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan
yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran
atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan
antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua
ialah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di luar
uterus. Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan
jalan-lahir setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama
dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22 minggu. (Evanovita &
Mariyana, 2019)

5
Dari seluruh wanita hamil yang mengalami perdarahan
pervaginam tanpa nyeri selama pertengahan pertama kehamilan,
kemungkinan penyebab perdarahan salah satunya adalah abortus
(Varney, 2006). Sebesar 75% insidens abortus terjadi saat usia
kehamilan kurang dari 16 minggu dan 80% dari persentase ini terjadi
sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu (Konar, 2015). (Zakira,
2019). Masalah abortus merupakan penyebab perdarahan yang terjadi
pada trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan
berakhirnya kehamilan.
Abortus dapat terjadi secara spontan maupun buatan. Abortus
spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari
luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut yang termasuk dalam
abortus spontan yaitu abortus imminens, insipiens, inkompletus,
kompletus, missed abortus, abortus habitualis. Abortus buatan
merupakan abortus yang terjadi akibat intervensi yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan yang termasuk abortus provokatus yaitu
abortus medisnalis, abortus kriminalis.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50 % kematian
ibu disebabkan oleh abortus. Di dunia angka kematian ibu dan bayi yang
tertinggi adalah di Asia Tenggara, menurut data WHO persentase
kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar 15-40% angka
kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan
60-75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12
minggu. (Burbano, 2015)
WHO mengatakan tahun 2017 didunia terjadi 20 juta kasus
abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap
tahunnya. Kasus abortus di Asia Tenggara ialah 4,2 juta pertahun
termasuk Indonesia ialah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya
atau 600.000-900.000, sedangkan abortus buatan ± 750.000- 1,5 juta
setiap tahunnya, 2.500 diantaranya berakhir dengan kematian
(Lokadata, 2020)
Salah satu abortus spontan yang dapat terjadi adalah abortus
inkompletus. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
6
yang tertinggal dalam uterus (Norma dan Dwi, 2013). Pada ibu usia di
bawah 20 tahun risiko terjadinya abortus kurang dari 2%. Risiko
meningkat 10% pada usia ibu lebih dari 35 tahun dan mencapai 50%
pada usia ibu lebih dari 45 tahun. Peningkatan risiko abortus ini diduga
berhubungan dengan abnormalitas kromosom pada wanita usia lanjut.
Beberapa faktor penyebab abortus yaitu : faktor janin, yang dapat
menyebabkan terjadinya abortus yaitu adanya kelainan genetik, hal ini
dapat terjadi pada 50 % - 60 % kasus abortus dan faktor ibu, antara lain
anemia, kelainan endokrin (hormonal), faktor kekebalan (imunologi),
kelemahan otot leher rahim, kelainan bentuk rahim, dan infeksi
yangdiduga akibat beberapa virus seperti campak jerman, cacar air,
herpes,toksoplasma, dan klamidia. (Amalia & Sayono, 2015)
Berdasarkan profil kesehatan Nusa Tenggara Barat pada tahun
2014 – 2020 terjadi penurunan kasus abortus pada ibu hamil. Pada 2014
tercatat 108 kasus abortus terjadi. Jumlah ini terus mengalamipenurunan
dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2019 yaitu tercatat
kasus abortus sebanyak 65 kasus abortus. Jumlah ini mengalami
penurunan pada tahun 2020 yaitu tercatat kasus abortus sebanyak 20
kasus abortus terjadi.
Berdasarkan data PWS KIA Puskesmas Kuripan tahun 2022
terdapat kasus abortus pada ibu hamil yaitu sebanyak 68 kasus.
Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya
abortus missalnya faktor janin, faktor maternal, faktor lingkungan, umur,
paritas, pekerjaan dan riwayat abortus. Resiko abortus semakin
tinggi dengan bertambahnya paritas dan semakin bertambahnya usia
ibu (Myles, 2015).Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan
paritas serta usia ibu dan ayah. Frekuensi abortus yang secara
klinis terdeteksi meningkat 12% pada wanita berusia kurang dari
20 tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya lebih dari 40
tahun (Obstetri Williams, Cunningham, 2018). Riwayat obstetrik
sebelumnya merupakan prediktor terjadinya keguguran
spontan.Multigravida secara signifikan beresiko lebih besar
dibandingkan primigravida, dan keguguran yang terjadi pada
kehamilan sebelumnya merupakan indikator risiko utama. Riwayat
7
abortus pada penderita abortus juga merupakan predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%.
Berdasarkan data diatas, penulis ingin mengkaji permasalahan
tersebut dan memaparkan dalam sebuah laporan dengan judul “Asuhan
Kebidanan Kehamilan Patologis Pada Ny “S” dengan Abortus Inkomplit
di Puskesmas Kuripan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik membuat rumusan
masalah pada kasus ini yaitu ”Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan abortus inkomplit?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. S
dengan Abortus Incomplit di Puskesmas Kuripan dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian data pada
Ny “S” dengan Abortus Inkomplit
b. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan analisa data pada Ny
“S” dengan Abortus Inkomplit.
c. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan tindakan yang
sudah ditentukan pada Ny “S” dengan Abortus Inkomplit.
d. Mendokumentasikan semua hasil temuan dan tindakan asuhan
kebidanan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan Abortus
Inkomplit di Puskesmas Kuripan.

D. Manfaat
1. Teoritis
a. Untuk Responden dan Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan tentang ibu hamil dengan
Abortus Inkomplit.

8
b. Untuk Peneliti
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan secara
langsung dalam pencegahan deteksi dini dan memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Incomplit.
c. Praktis/Aplikatif ; antara lain :
1) Institusi
Sebagai bahan ilmiah atau bahan bacaan untuk penulisan
berikutnya.
2) Profesi
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi
bidan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
Abortus Incomplit
3) Peneliti
Sebagai pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan
tentang faktor yang berhubungan dengan abortus
4) Klien dan Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi klien maupun masyarakat
bahwa di perlukan pengetahuan dan wawasan tentang
abortus.

9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Abortus
Menurut Prawirohardjo (2009 : 460) abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Saifuddin (2008 : 145), mendefinisikan bahwa Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Manuaba (2008 : 58)
mengemukakan Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup diluar kandungan dengan berat kurang dari 1000 gram
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.

B. Macam-macam Abortus
Macam-macam abortus dapat dibagi atas dua golongan:
a. Abortus Spontan
Menurut Saifuddin (2008:145), abortus spontan adalah
abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan
gambaran kliniknya, abortus spontan dapat dibagi menjadi:
1) Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2) Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3) Abortus Inkomplit adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa
tertinggal di dalam uterus.
4) Abortus Komplit adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan
muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
cavum uteri.
5) Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali
atau lebih berturut-turut.

10
6) Missed Abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20
minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih.
7) Abortus Infeksius dan Abortus Septik adalah keguguran yang
disertai infeksi genetalia. Abortus septik adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya
ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
b. Abortus Provokatus (Induced Abortion)
Manuaba (2007:686), mendefinisikan abortus Provokatus
merupakan abortus yang disengaja baik dengan memakai
obatobatan atau memakai alat. Abortus ini terbagi menjadi:
1) Abortus Medisinalis ialah karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa
ibu.
2) Abortus Kriminalis ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga
tradisional.

C. Etiologi Abortus

Menurut Yulaikha (2008 : 73), hal-hal yang dapat menyebabkan


Abortus adalah sebagai berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi Kelainan pertumbuhan hasil
konsepsi yang dapat mengakibatkan kematian dan atau
dilahirkannya hasil konsepsi dalam keadaan cacat. Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan kelainan hasil konsepsi adalah:
1) Kelainan kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
kromosom seks.
2) Lingkungan kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium yang terdapat di sekitar implantasi
kurang sempurna karena belum siap untuk menerima implantasi
hasil konsepsi sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi akan terganggu. Gizi ibu hamil yang kurang karena
11
anemia dan terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh dari luar
Radiasi yang mengenai ibu, virus, obat-obatan yang digunakan ibu
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan
hidupnya di dalam uterus.
b. Kelainan pada plasenta
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga
plasenta tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh darah plasenta,
diantaranya pada ibu yang menderita Diabetes Melitus, penyakit
hipertensi menahun, toxemia gravidarum dan lainlain.
c. Penyakit ibu
Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan demam tinggi,
pneumonia, thypoid, rubella yang dapat menyebabkan Abortus.
Toksin, bakteri, virus/plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke
janin sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi
Abortus.
d. Kelainan traktus genitalis seperti retroversi uteri, mioma uteri atau
kelainan bawaan uterus yang dapat menyebabkan abortus.
Penyebab lain dari abortus dalam trimester II adalah servik
inkompeten yang disebabkan kelemahan bawaan servik, dilatasi
serviks berlebihan dan atau robekan serviks yang tidak dijahit.

D. Definisi Abortus Inkomplit


Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gr
atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu. Berdasarkan aspek
klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable
abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan
abortus habitualis (recurrent abortion), abortus servikalis, abortus
infeksiosus, dan abortus septik (Maryam, 2019). Adapun abortus
inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gr dan
masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus. Pada abortus inkomplit

12
ini didapatkan kanalis servikalis yang membuka. (Cunningham, et al.,
2014)

E. Epidemiologi Abortus Inkomplit


Kejadian abortus berdasarkan data yang dikumpulkan di rumah
sakit pada umumnya berkisar antara 15-20%. Namun angka kejadian
abortus sebenarnya diperkirakan dapat lebih tinggi lagi di masyarakat.
Hal ini disebabkan karena tidak adanya kewajiban untuk melaporkan
kejadian abortus pada pihak yang berwenang. Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2004 diperkirakan 4,2 juta abortus terjadi
setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian 1,3 juta dilakukan di
Vietnam dan Singapura, antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia,
antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina, antara 300.000 sampai
900.000 di Thailand. Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi
2 juta kasus aborsi di Indonesia. Ini artinya terdapat 23 kasus aborsi per
100 kelahiran hidup. Laporan epidemiologis menyatakan bahwa di
Amerika Serikat angka kejadian abortus spontan berkisar antara 10-
20% dari kehamilan. (Cunningham, et al., 9 2014).
Angka kejadian abortus inkomplit bervariasi antara 16-21%.
Laporan dari rumah sakit pendidikan di Indonesia menunjukkan
kejadian abortus bervariasi antara 2,5-15%. Data pada dinas
kesehatan Sumatera Utara didapatkan angka kejadian abortus
inkomplit pada tahun 2011 adalah 9,75%. Di RSUP Sanglah diperoleh
data angka kejadian abortus inkomplit pada tahun 2015 adalah 8%.
(Anonim, 2015)

F. Penyebab Abortus Inkomplit


Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus
tidak selalu tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh
abnormalitas pada ovum atau zigot atau oleh penyakit sistemik pada
ibu, dan kadang-kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari
ayahnya. (Maryam, 2019)
1. Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan
terutama abortus rekuren disebabkan oleh kelainan genetik.
13
Kelainan genetik menjadi penyebab 70% pada 6 minggu pertama,
50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah 12 minggu. Kelainan ini
dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal. Gamet jantan
berkontribusi pada 50% material genomik embrio. Mekanisme yang
dapat berkontribusi menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan
kromosom sperma, kondensasi kromatin abnormal, fragmentasi
DNA, peningkatan apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal.
Sekitar 42% struktur vili korionik abnormal akibat gangguan genetik.
(Maryam, 2019)
2. Gangguan plasenta
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik
maupun kelainan perkembangan plasenta terutama pada vili korionik
yang berperan sebagai unit fungsional plasenta dalam hal transpor
oksigen dan nutrisi pada fetus. Penelitian histologi Haque, et al. pada
128 sisa konsepsi abortus, ditunjukkan bahwa 97% menunjukkan vili
plasenta berkurang, 83% vili mengalami fibrosis stroma, 75%
mengalami degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan
pembuluh darah. Inflamasi dan gangguan genetik dapat
menyebabkan aktivasi proliferasi mesenkim dan edema stroma vili.
Keadaan ini akan berlanjut membentuk sisterna dan digantikan
dengan jaringan fibroid. Pada abortus, pendarahan yang merembes
melalui desidua akan membentuk lapisan di sekeliling vili korionik.
Kemudian, material pecah dan merangsang degenerasi fibrinoid.
(Maryam, 2019)
3. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan
kelainan yang timbul dalam proses perkembangan janin. Cacat
uterus akuisita yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan
perlekatan intrauteri. Miomektomi sering mengakibatkan jaringan
parut uterus yang dapat mengalami ruptur pada kehamilan
berikutnya, sebelum atau selama persalinan. Perlekatan intrauteri
(sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering terjadi akibat tindakan
kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau
mungkin pula akibat komplikasi postpartum. Keadaan tersebut
14
disebabkan oleh destruksi endometrium yang sangat luas.
Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan amenore dan abortus
habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yang kurang
memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan. (Maryam,
2019)
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk
mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun
struktur pada serviks. Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan
abortus pada trimester kedua dengan insidensi 0,5-8%. Keadaan ini
juga dapat menyebabkan hilangnya barrier mekanik yang
memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina dan kebanyakan
asimptomatik. Serviks merupakan barier mekanik yang memisahkan
kehamilan dari flora bakteri vagina. (Maryam, 2019)
4. Kelainan endokrin
a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan
suatu keadaan dimana korpus luteum mengalami kerusakan
sehingga produksi progesteron tidak cukup dan mengakibatkan
kurang berkembangnya dinding endometrium. (Maryam, 2019)
b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan
hiperandrogenemia Sindrom ovarium polikistik terkait dengan
infertilitas dan abortus. Dua mekanisme yang mungkin
menyebabkan hal tersebut terjadi adalah peningkatan hormon LH
dan efek langsung hiperinsulinemia terhadap fungsi ovarium.
(Maryam, 2019)
c. Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid. (Maryam,
2019)
d. Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut
dari korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan
kenaikan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi
mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara
teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan
demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya. (Maryam,
2019)
15
5. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis
memiliki faktor autoimun. Faktor autoimun misal SLE, APS,
antikoagulan lupus, antibodi antikardiolipin. Insidensi berkisar 1-5%
tetapi risikonya mencapai 70%. Selain itu, faktor alloimun dapat
mempengaruhi melalui HLA. Bila kadar atau reseptor leptin menurun,
terjadi aktivasi sitrokin proinflamasi, dan terjadi peningkatan risiko
abortus. Mekanismenya berhubungan dengan timbal balik aktif
reseptor di vili dan ekstravili tropoblas. (Maryam, 2019)
6. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada
manusia, tetapi hal ini tidak umum terjadi. Organisme seperti
Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorhoeae,
Streptococcus agalactina, virus herpes simpleks, sitomegalovirus,
Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab
abortus. Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan abortus.
Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari 4
traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah
menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma
yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus.
Dari kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan
penyebab utama. (Maryam, 2019)
7. Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang
melemahkan keadaan ibu misalnya penyakit tuberkulosis atau
karsinomatosis jarang menyebabkan abortus. Hipertensi jarang
disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi
keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan
prematur. Pada saat ini, hanya malnutrisi umum sangat berat yang
paling besar kemungkinanya menjadi predisposisi meningkatnya
kemungkinan abortus. (Maryam, 2019)
8. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi
banyak kasus yang tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme
16
trauma yang paling banyak adalah jatuh sendiri dan kesengajaan.
Keadaan ini akan menyebabkan abrupsio plasenta, pendarahan
fetomaternal, rupture uteri, trauma janin langsung. (Maryam, 2019)

G. Faktor-Faktor Risiko Abortus Inkomplit


1. Bertambahnya usia ibu.
Abortus meningkat dengan pertambahan umur setelah usia 30
tahun. Risiko berkisar 13,3% pada usia 12-19 tahun; 11,1% pada
usia 20-24 tahun; 11,9% pada usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-
34 tahun; 24,6% pada usia 35-39%; 51% usia 40-44 tahun; 93,4%
pada usia 45 tahun ke atas. Baru- baru ini peningkatan usia ayah
dianggap sebagai suatu faktor risiko terjadinya abortus. Suatu
penelitian yang dilakukan di Eropa melaporkan bahwa risiko abortus
tertinggi ditemukan pada pasangan dimana usia wanita
≥35 tahun dan pria ≥40 tahun. (Maryam, 2019).
2. Riwayat abortus.
Risiko pasien dengan riwayat abortus untuk kehamilan
berikutnya ditentukan dari frekuensi riwayatnya. Pada pasien yang
baru mengalami riwayat 1 kali berisiko 19%, 2 kali berisiko 24%, 3
kali berisiko 30%, dan 4
kali berisiko 40%. (Maryam, 2019)
3. Kebiasaan suami istri
a. Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko
abortus meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang
rokok yang dikonsumsi setiap hari. Asap rokok mengandung
banyak ROS (Reactive Oxygen Spesies) yang akan mendestruksi
organel seluler melalui kerusakan mitrokondria, nukleus, dan
membran sel. Selain itu, secara tidak langsung ROS (Reactive
Oxygen Spesies) akan menyebabkan kerusakan sperma. Hal ini
menyebabkan fragmentasi DNA rantai tunggal maupun ganda
sperma. (Maryam, 2019)
b. Konsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat
aborsi spontan dua kali lebih tinggi pada wanita yang minum
alkohol 2x/minggu dan tiga kali lebih tinggi pada wanita yang

17
mengkonsumsi alkohol setiap hari. (Maryam, 2019)
c. Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus.
Akan tetapi pada wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg
kafein) kopi setiap hari menunjukkan tingkat abortus yang sedikit
lebih tinggi. (Maryam, 2019)
d. Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup.
Akan tetapi, jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada
manusia tidak diketahui secara pasti. (Maryam, 2019)
e. Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan
menyebabkan risiko abortus, khususnya abortus septik meningkat.
(Maryam, 2019)
4. Faktor Pekerjaan
Resiko pasien dengan riwayat abortus untuk kehamilan
berikutnya ditentukan dari faktor pekerjaan. Saat ini, sebagian besar
wanita Indonesia bekerja untuk membantu perekonomian keluarga
atau sebagai sarana aktualisasi diri. Perkerjaan tersebut memerlukan
kekuatan otot atau pemikiran, merupakan beban bagi yang
melakukan.
5. Nutrisi
Wanita yang kekurangan nutrisi pada saat pembuahaan
kemungkinan juga akan gagal memenuhi peningkatan kebutuhan gizi
yang diperlukan selama kehamilan. Hal ini dapat menyebabkan
penambahan berat badan yang tidak mencukupi selama kehamilan
dan meningkatkan resiko keguguran.
6. Berhubungan Seksual
Ibu yang usia kandungannya masih muda atau Trimester 1
sebaiknya tidak berhubungan intim dahulu agar tidak terjadi kontraksi
yang menyebabkan keguguran.

H. Gambaran Klinis Abortus Inkomplit


Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil
konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal
(biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung,
banyak, dan membahayakan ibu karena dapat menyebabkan terjadinya
18
syok. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh
karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak
sehebat pada abortus insipiens. (Anonim, 2018)

I. Diagnosis Abortus Inkomplit


Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran
klinis melalui anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah
menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding lain, serta dilengkapi
dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai status
ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen, inspikulo dan vaginal
toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai
dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan penunjang
berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan. (Opi, 2018)
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang
terlihat pada kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan
menggunakan spekulum akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks,
mungkin disertai dengan keluarnya jaringan konsepsi atau gumpalan-
gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk menentukan besar dan
bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan evakuasi sisa
hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase
uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang
sesuai. (Opi, 2018)

J. Penatalaksanaan Abortus Inkomplit


Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien
dan diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus
spontan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pembedahan
maupun medis. Teknik pembedahan dapat dilakukan dengan
pengosongan isi uterus baik dengan cara kuretase maupun aspirasi
vakum. Induksi abortus dengan tindakan medis menggunakan preparat
antara lain : oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik intraamnion
seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin E2, F2a dan
analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi intraamnion, injeksi
19
ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral maupun per oral,
antiprogesteron - RU 486 (mefepriston), atau berbagai kombinasi
tindakan tersebut di atas. (Opi, 2018)
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum
tindakan kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan
plasenta yang tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis servikalis
dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang sudah terbuka dengan
memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau
sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun
tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan
untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut. Perdarahan pada
abortus inkomplit kadang-kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat
fatal. Evakuasi jaringan sisa di dalam uterus untuk menghentikan
perdarahan dilakukan dengan cara:
1. Evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular atau
misoprostol 400 mcg per oral. (Opi, 2018)
2. Evakuasi hasil konsepsi dengan:
f. Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia. (Opi, 2018)
g. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2
mg intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika
perlu). (Opi, 2018)

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS


PADA NY “S” USIA KEHAMILAN 10-11 MINGGU
DENGAN ABORTUS INKOMPLET
DI PUSKESMAS KURIPAN

Tanggal/ Pukul : 23-02-2023/05.30 WITA

A. DATA SUBYEKTIF (S)


1) Identitas Istri
Suami Nama : Ny. S Tn. S
Umur : 38 tahun 38 tahun
Suku : Sasak Sasak
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SD
Pekerjaan : IRT Dagang
Alamat : Tunggu Lawang 3

2) Anamnesa kebidanan

a. Keluhan utama
Ibu mengatakan sedang hamil 3 bulan, namun ibu mengalami
pengeluaran darah beserta gumpalan disertai nyeri perut bagian
bawah sejak tanggal 23-02-2023 pukul 03.30.00 WITA.
b. Riwayat perjalanan penyakit
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ibu yang ke-3. Ibu
memiliki 2 orang anak dan tidak pernah keguguran. Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT) ibu pada 09-12-2022 dan Taksiran
Persalinan pada 16-09-2023. Selama kehamilan, ibu baru 1 kali
periksa hamil ke bidan dan belum pernah di USG.
c. Riwayat perkawinan
1) Perkawinana ke : 1 (Pertama)
2) Menikah sejak umur : 20 tahun
3) Lama peerkawinan : ±18 tahun
21
4) Status perkawinan : Sah (di akui negara dan agama)

d. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang Lalu

Hamil UK Tempat Penolong Jenis Riwayat Anak Ket


ke (bln) persalinan persalinan persalinan penyulit
H P N
BB(gr) JK Umur

1 aterm Puskesmas Bidan Spontan - - - 3700 L 11 thn H

2 aterm puskesmas Bidan Spontan - - - 4200 P 7 thn H


ini

e. Riawayat KB yang lalu


1) Metode yang pernah digunakan : Implant
2) Lama penggunaan KB : 3 thn
3) Kapan berhenti dan alasan : 4 thn yang lalu, karena
ingin menggukan metode alami yaitu senggama terputus
4) Rencana KB : KB suntik 3 bulan
f. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan yang lalu :
a. Jantung : Tidak ada
b. Hipertensi : Tidak ada
c. Diabetes Mellitus : Tidak ada
d. Asma : Tidak ada
e. Tuberkolosis) : Tidak ada
f. Penyakit Ginjal : Tidak ada
g. Riwayat alergi : Tidak ada
h. Gangguan Mental: Tidak ada
i. Sirce cell disease : Tidak ada
j. Lain – lain : Tidak ada
2) Riwayat Kesehatan Sekarang :
a. Jantung : Tidak ada
b. Hipertensi : Tidak ada
c. Diabetes Mellitus : Tidak ada
d. Asma : Tidak ada
22
e. Tuberkolosis) : Tidak ada
f. Penyakit Ginjal : Tidak ada
g. Riwayat alergi : Tidak ada
h. Gangguan Mental: Tidak ada
i. Sirce cell disease : Tidak ada
j. Lain – lain : Tidak ada
3) Riwayat Kesehatan Keluarga:
a. Jantung : Tidak ada
b. Hipertensi : Tidak ada
c. Diabetes Mellitus : Tidak ada
d. Keturunan Kembar : Tidak ada
e. Asma : Tidak ada
f. Sirce cell disease : Tidak ada
g. Alergi : Tidak ada
h. Epilepsi : Tidak ada
i. Kelainan Mental : Tidak ada
j. Kelainan Kongenital : Tidak ada
k. Lain – lain : Tidak ada
g. Riwayat kehamilan sekarang
Hamil ke :3
HPHT : 09-12-2022 HTP : 16-09-2023
Umur kehamilan : 10-11 minggu
Pergerakan fetus dalam 12 jam terakhir : tidak ada
Masalah / tanda bahaya yang dirasakan selama kehamilan ini :
tidak ada
Imunisasi : TT 4 kali,
Jumlah kunjungan : 1 kali
TM 1, 1 kali
Tablet Fe : ± 30 tablet

23
Riwayat ANC

Tgl Keluhan TD BB TFU Leta DJJ Lab Tindakan/ Nasihat yang


(mmhg) (kg) (cm) k Terapi disampaikan
Janin

21- Tidak 140/80 70 Belum - - 13,0 -Konseling a) Istirahat


01- ada mmhg kg Teraba gr% - Tablet Fe yang cukup
2023 b) Makan-
makanan yang
bernutrisi
c) Minum
tablet tambah
darah

h. Permasalahan dan Keluhan Dalam Kehamilan (jika ada)

Trimester Masalah/keluhan Tindakan/terapi


I Mual, pusing KIE dan Fe
II - -
III - -

2. Kebutuhan Biologis Sehari-Hari


a. Pola Nutrisi

Makan Sebelum Hamil Selama Hamil

Frekuensi 3x / hari 3x / hari

Komposisi Nasi, sayur lauk Nasi, lauk Pauk,


pauk Buah
Porsi 1 piring 1 piring
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Masalah Tidak ada Tidak ada

Minum Sebelum Hamil Selama Hamil

24
Jenis Air mineral Air mineral

Banyaknya 8 gelas/hari 12 gelas/hari

Masalah Tidak ada Tidak ada

b. Pola eliminasi

BAB Sebelum hamil Selama hamil


Frekuensi 1 kali / hari 2 kali / hari
Konsistensi Padat, lunak Padat, lunak
Kesulitan Tidak ada Tida ada

BAK Sebelum hamil Selama hamil


Frekuensi 4-5 kali/ hari 5-6 kali/ hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
c. Istirahat

Istirahat Sebelum hamil Selama hamil


Siang ±2 jam ±2 jam
Malam ±6 jam ±7 jam
Masalah Tidak ada Tidak ada
d. Aktivitas terakhir : Pergi ke kamar mandi, menyapu,
mengepel, mencuci baju, memasak. Mencuci piring
e. Personal hygiene
1. Mandi : 2x sehari
2. Gosok gigi : 2x sehari
3. Ganti pakaian : 2x sehari
f. Pola seksual terakhir : tidak pernah
3. Riwayat Psikososial
Pengambilan keputusan : Suami

25
Dukungan keluarga : Ada. Menemani dan menunggu ibu di
puskesmas
Respon ibu : khawatir dengan kondisi kandungannya
Kekhawatiran : adanya gumpulan darah pada jalan lahir
Beban kerja : Mengurus pekerjaan rumah tangga

B. Data Obyektif (O)


1. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan Emosi : Stabil
2. Tinggi Badam : 157 cm
Berat badan yang lalu : 70 kg
Berat Badan Sekarang : 70 Kg
IMT : 28,4 Kg/m2 (Gemuk)
Kenaikan Berat Badan : 0 Kg
LILA : 24 cm
3. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Respirasi : 22 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,6° C
4. Pemeriksaan fisik
a.Kepala
 Inspeksi
Kebersihan : Bersih
Luka/Lesi : Tidak
Distribusi : Tidak
 Palpasi
Benjolan : Tidak
b. Wajah
 Inspeksi
Pucat : Tidak
26
 Palpasi
Oedema : Tidak
c. Mulut dan gigi
 Inspeksi
Bibir lembab : Ya
Lesi / luka : Tidak
Gigi tanggal : Tidak
Karies : Tidak
d. Leher
 Palpasi
1) Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
2) Pembesaran Kelenjar Lymfe : Tidak ada pembesaran
3) Bendungan Vena Jugularis : Tidak ada bendungan
e. Payudara
 Inspeksi
Simetris Kiri dan kanan : Ya
Areola Hyperpigmentasi : Ya
Putting menonjol : Ya
Retraksi : Tidak
 Palpasi
Benjolan : Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Pengeluaran kolostrum : Ada
f. Abdomen
 Inspeksi
Bekas Luka Operasi : Tidak
Linea nigra : Ada
Streae : Ada
 Palpasi
Benjolan : Tidak
Kandung kemih :kosong
Palpasi uterus
Leopold I : TFU : Belum Teraba

27
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV: Tidak dilakukan
Kontraksi uterus : belum ada kontraksi
1) Auskultasi
DJJ (-)
g. Ektremitas atas dan bawah
 Inspeksi
Varises : Tidak
 Palapasi
Kuku Pucat : Tidak
Oedema : Tidak
 Perkusi
Refleks Patella : +/+
h. Pemeriksaan genetalia eksterna
 Inspeksi
Pengeluaran : pengeluaran darah disertai gumpalan
Luka/ Lesi : Tidak
Pembengkakan : Tidak
Odema : Tidak
Varises : Tidak
Jaringan Parut : Tidak
i. Pemeriksaan dalam jam : 05.30 wita
VT 2 cm, teraba jaringan, dan tidak ada nyeri goyang,
pendarahan (+)
j. Pemeriksaan Penunjang
a. Urine, tanggal 24-01-2023
1) PP test : Positif
b. Darah, tanggal 21-01-2023
1) Hb : 13,0 gr %
2) Anti-HIV : Non-Reaktif
3) Golongan darah: O+
C. Analisa (A)

28
1. Diagnosa :
G3P2A0H2 , UK : 10-11 minggu dengan abortus inkomplit
2. Masalah :
a) Keluar darah dan jaringan dari jalan lahir
b) Ibu mengatakan merasakan nyeri pada perutnya
3. Diagnosa Potensial :
Ibu : Abortus Komplit, infeksi, syok

4. Kebutuhan
a. Mandiri : Menganjurkan bedrest dan observasi TTC
b. Kolaborasi : Kolaborasi dengan Dokter umum dengan advice
pemberian therapy infus RL 500 ml dengan 28 tetes permenit
c. Rujukan : Merujuk ke RSUD Patut Patuh Patju Gerung

D. Penatalaksanaan
Tanggal : 23-02-2023/ pukul : 05.35 WITA
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga dengan
hasil TD: 150/90 mmhg, N: 80x/ menit, RR: 22x/menit, S: 36,6ºC.

Ibu dan keluarga mengetahui keadaan ibu saat ini.


2. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindak lanjut keadaan
ibu.
Advice dokter yaitu memasangkan infus RL 500 mL dengan 28 tetes
per menit dan merujuk pasien ke RSUD Gerung dengan BAKSOKU
(Bidan, Alat, Kendaraan, Surat, Obat, Keluarga dan Uang).
a. Bidan : Sari Ratnawati, Amd. Keb
b. Alat : Tidak ada
c. Kendaraan : Ambulance
d. Surat : Surat rujukan dan informed consent
e. Obat : Infus RL 500 ml
f. Keluarga : Suami
g. Uang : Menggunakan BPJS
3. Memberikan dukungan emosional kepada ibu berupa memberitahu
suami untuk tetap mendampingi ibu dan memberikan kasih sayang
29
serta semangat kepada ibu.
Ibu merasa semangat dan merasa lebih baik didampingi oleh
suaminya.
4. Memberi KIE pra rujukan dan rujukan.
Ibu dirujuk ke Rumah sakit Gerung pada pukul 05.40 wita dan pada
pukul 05.55 ibu sampai di RS Gerung. Pada saat sampai di RS
Gerung ibu di arahkan ke IGD.

30
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang
kesenjangan yang terjadi antara praktik dan teori yang dilakukan di
Puskesmas Kuripan dengan teori yang ada. Di sini penulis akan
menjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah-langkah dalam
kebidanan SOAP.

A. Data Subjektif
Berdasarkan hasil anamnesa yang dilakukan, diketahui bahwa
ibu sedang hamil 3 bulan anak ke-3, ibu tidak pernah keguguran,
namun ibu mengalami pengeluaran darah beserta gumpalan disertai
nyeri perut bagian bawah sejak 23-02-2023 pukul 03.30. Saat ini perut
ibu terasa nyeri. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
abortus inkomplit adalah di mana sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus dan pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahannya masih terjadi
dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus.
Ada perbedaan antara teori abortus inkomplet dengan kondisi
ibu yaitu : Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah,
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, tekanan
nadi cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat, sedangkan
keadaan umum ibu baik dan kesadaran composmentis.
Didapatkan tidak ada perbedaan antara teori dengan kondisi ibu, yaitu :
1. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi.

2. Rasa mulas atau kram perut di daerah simpisis, sering nyeri


pinggang akibat kontraksi uterus
3. Pemeriksaan dalam:
a. Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa
31
b. Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam
4. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan
Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak
dapat dipertahankan.
B. Data Objektif
Untuk melengkapi data objektif, dilakukan pemeriksaan
terhadap Ny. S umur 38 tahun yang meliputi pemeriksaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Adapun hasil dari pemeriksaan umum yaitu keadaan umum
tampak baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 80x/menit, suhu 36,5ºC, pernafasan 22x/menit. Mata konjungtiva
merah, sklera putih, genitalia bersih, tidak ada massa/benjolan, tidak
ada pembengkakan kelenjar skene dan bartolini, terlihat darah yang
bergumpal keluar dari vagina, pada pemeriksaan dalam terdapat
pembukaan.

C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah didapat maka
dapat ditegakkan analisa “Ny. S 38 Tahun G3P2A0H2 UK 10-11
Minggu dengan Abortus Inkomplit”.

D. Penatalaksanaan
Asuhan yang dapat diberikan pada Ny. S meliputi pemberian
penjelasan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, melakukan
kolaborasi dengan dokter SpOG untuk tindak lanjut keadaan ibu berupa
advice dokter yaitu melakukan rujukan, memberitahu ibu dan keluarga
bahwa menurut anjuran dokter ibu harus dirujuk serta menjelaskan
gambaran tindakan yang akan dilakukan serta risiko atas tindakan
tersebut dengan evaluasi ibu dan keluarga setuju dan menandatangani
informed consent, memberikan dukungan emosional kepada ibu dan
keluarga.

32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada saat ini ibu hamil dengan abortus inkomplit di dapatkan
data Subjektif ibu mengatakan perut bagian bawah nyeri mulai tanggal
23-02-2023 pukul 03.30 wita dan keluar darah beserta gumpalan dari
jalan lahir. Data objektif yang didapatkan yaitu, K/U ibu baik, kesadaran
composmentis, TD: 150/90 mmhg, N: 80x/menit, RR: 22x/menit, S:
36,6ºC, tinggi badan : 157 cm, BB sebelum hamil : 70 kg, BB sekarang :
70 kg dan lila : 26 cm. Pada kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit
didapatkan masalah ibu merasa nyeri pada perut bagian bawah dan
kebutuhan yang diberikan adalah memberi dorongan kepada ibu serta
memberi informasi tentang abortus inkomplit serta memberikan support
mental dan spiritual. Pada penatalaksanaan kasus ibu hamil Ny. “S”
dengan abortus inkomplit, penulis menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada di lahan yaitu pada teori Saifuddin
(2018) diberikan terapi ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg
per oral dan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV sedangkan
pada kasus hanya diberikan infus cairan RL 500 ml akan tetapi tidak
dieberikan oksitosin, ergometrin 0,2 mg dan misoprostol 400 mcg.

Jadi, pada kasus ibu hamil Ny “S” dengan abortus inkomplit


penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yaitu
pada penatalaksanaannya.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, perlu adanya upaya untuk
meningkatkan pelayanan lebih baik. Oleh karena itu, penulis
memberikan saran kepada bidan, instansi dan bagi ibu hamil sebagai
berikut:
1. Bidan
Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan wawasan bagi profesi
dan tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus atau
melaksanakan asuhan kebidanan khususnya pada ibu hamil dengan
abortus inkomplit.

33
2. Instansi
a. Puskesmas
Disarankan agar puskesmas meningkatkan pemberian asuhan
kebidanan melalui pendekatan menajemen kebidanan secara
komprehensif, tepat dan profesional untuk meningkatkan mutu
pelayanan sehingga pasien merasa aman dan nyaman.
b. Bagi Pendidikan
Mahasiswa dapat memberikan dan melaksanakan asuhan
kebidanan sesuai dengan teori dan praktik tidak ada
kesenjangan dan dapat dijadikan bahan referensi.
3. Bagi Ibu Hamil
Diharapkan ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan dan nutrisi
yang baik pada saat hamil, persalinan maupun nifas membutuhkan
kondisi tubuh yang baik dan sehat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Kajian Teori Abortus Inkomplit. Badung: Universitas


Udayana. Anonim. 2018. Tinjauan Pustaka Abortus. Sumatera Utara:
Universitas Sumatera
Utara.
Cunningham, et al. 2014. Obstetri Williams Edisi 23. Jakarta: EGC.
Opi. 2018. Makalah Abortus Inkomplit.
Scribd. https://www.scribd.com/doc/62762420/Abortus-
Inkomplit (diakses pada 18 Maret 2020)
Saliimah, Maryam Balqis. 2019. Laporan Kasus Abortus Inkomplit. Riau:
Bagian Obstetri Dan Ginekologi RSUD Dr. R.M Pratomo
Bagansiapiapi
Zuliyanti, R. 2019. Tinjauan Pustaka. Tanjungkarang: Poltekkes
Kemenkes Tanjungkarang.

35

Anda mungkin juga menyukai