PKM Kuripan
PKM Kuripan
Disusun oleh:
Kelompok 14
Menyetujui,
(Bq. Eka Putri Saudia, SST. M. Keb) (Ni Ketut Setiawati Arini, S. Keb)
NIP : 198610102008122002 NIP : 198011022005012019
i
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS
PADA NY “S” USIA KEHAMILAN 10-11 MINGGU
DENGAN ABORTUS INKOMPLET
DI PUSKESMAS KURIPAN
Disusun oleh:
Kelompok 14
(Bq. Eka Putri Saudia, SST. M. Keb) (Ni Ketut Setiawati Arini, S. Keb)
NIP : 198610102008122002 NIP : 198011022005012019
Ketua Jurusan
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................2
D. Manfaat...................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................3
A. Definisi Abortus Inkomplit........................................................3
B. Epidemiologi Abortus Inkomplit...............................................3
C. Penyebab Abortus Inkomplit....................................................4
D. Faktor-Faktor Risiko Abortus Inkomplit...................................7
E. Gambaran Klinis Abortus Inkomplit.........................................8
F. Diagnosis Abortus Inkomplit....................................................8
G. Penatalaksanaan Abortus Inkomplit........................................9
BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................11
A. Data Subjektif..........................................................................11
B. Data Objektif............................................................................13
C. Analisa.....................................................................................14
D. Penatalaksanaan.....................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................15
BAB V PENUTUP.............................................................................18
A. Simpulan.................................................................................18
B. Saran......................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komplikasi kehamilan merupakan gangguan kesehatan yang
terjadi selama kehamilan. Hal ini bisa melibatkan ibu, kesehatan bayi
atau keduanya. Beberapa wanita memiliki masalah kesehatan yang
muncul pada saat hamil dan ada juga yang beberapa wanita memiliki
masalah kesehatan sebelum hamil yang bisa berujung pada komplikasi
selama kehamilan. (Indryani et al., 2022)
Komplikasi kehamilan dan persalinan seringkali terjadi di negara
berkembang. Lebih dari 40% ibu hamil akan mengalami komplikasi
selama kehamilan, 15% dari komplikasi kehamilan bisa mengancam
kehidupan dan memerlukan perawatan obstetric segera. World health
organization (WHO) memperkirakan setengah juta perempuan
meninggal setiap tahunnya akibat kehamilannya dan 99% pada
kematian ini terjadi di negara berkembang.
Salah satu komplikasi kehamilan yang dapat menyebabkan
kematian adalah perdarahan. Pendarahan merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas ibu hamil dan perinatal yang bahkan
merupakan salah satu keadaan darurat yang paling sering terjadi pada
kebidanan. Perdarahan dalam kehamilan didefinisikan sebagai
perdarahan dari saluran kelamin yang terjadi pada masa kehamilan dan
dapat terjadi pada setiap usia kehamilan muda maupun tua. (Fan et al.,
2017). (Putri, 2020).
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan
yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran
atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan
antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua
ialah kehamilan 22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di luar
uterus. Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan
jalan-lahir setelah kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama
dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 22 minggu. (Evanovita &
Mariyana, 2019)
5
Dari seluruh wanita hamil yang mengalami perdarahan
pervaginam tanpa nyeri selama pertengahan pertama kehamilan,
kemungkinan penyebab perdarahan salah satunya adalah abortus
(Varney, 2006). Sebesar 75% insidens abortus terjadi saat usia
kehamilan kurang dari 16 minggu dan 80% dari persentase ini terjadi
sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu (Konar, 2015). (Zakira,
2019). Masalah abortus merupakan penyebab perdarahan yang terjadi
pada trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan
berakhirnya kehamilan.
Abortus dapat terjadi secara spontan maupun buatan. Abortus
spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari
luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut yang termasuk dalam
abortus spontan yaitu abortus imminens, insipiens, inkompletus,
kompletus, missed abortus, abortus habitualis. Abortus buatan
merupakan abortus yang terjadi akibat intervensi yang bertujuan untuk
mengakhiri proses kehamilan yang termasuk abortus provokatus yaitu
abortus medisnalis, abortus kriminalis.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50 % kematian
ibu disebabkan oleh abortus. Di dunia angka kematian ibu dan bayi yang
tertinggi adalah di Asia Tenggara, menurut data WHO persentase
kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar 15-40% angka
kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil, dan
60-75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12
minggu. (Burbano, 2015)
WHO mengatakan tahun 2017 didunia terjadi 20 juta kasus
abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap
tahunnya. Kasus abortus di Asia Tenggara ialah 4,2 juta pertahun
termasuk Indonesia ialah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya
atau 600.000-900.000, sedangkan abortus buatan ± 750.000- 1,5 juta
setiap tahunnya, 2.500 diantaranya berakhir dengan kematian
(Lokadata, 2020)
Salah satu abortus spontan yang dapat terjadi adalah abortus
inkompletus. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
6
yang tertinggal dalam uterus (Norma dan Dwi, 2013). Pada ibu usia di
bawah 20 tahun risiko terjadinya abortus kurang dari 2%. Risiko
meningkat 10% pada usia ibu lebih dari 35 tahun dan mencapai 50%
pada usia ibu lebih dari 45 tahun. Peningkatan risiko abortus ini diduga
berhubungan dengan abnormalitas kromosom pada wanita usia lanjut.
Beberapa faktor penyebab abortus yaitu : faktor janin, yang dapat
menyebabkan terjadinya abortus yaitu adanya kelainan genetik, hal ini
dapat terjadi pada 50 % - 60 % kasus abortus dan faktor ibu, antara lain
anemia, kelainan endokrin (hormonal), faktor kekebalan (imunologi),
kelemahan otot leher rahim, kelainan bentuk rahim, dan infeksi
yangdiduga akibat beberapa virus seperti campak jerman, cacar air,
herpes,toksoplasma, dan klamidia. (Amalia & Sayono, 2015)
Berdasarkan profil kesehatan Nusa Tenggara Barat pada tahun
2014 – 2020 terjadi penurunan kasus abortus pada ibu hamil. Pada 2014
tercatat 108 kasus abortus terjadi. Jumlah ini terus mengalamipenurunan
dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2019 yaitu tercatat
kasus abortus sebanyak 65 kasus abortus. Jumlah ini mengalami
penurunan pada tahun 2020 yaitu tercatat kasus abortus sebanyak 20
kasus abortus terjadi.
Berdasarkan data PWS KIA Puskesmas Kuripan tahun 2022
terdapat kasus abortus pada ibu hamil yaitu sebanyak 68 kasus.
Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya
abortus missalnya faktor janin, faktor maternal, faktor lingkungan, umur,
paritas, pekerjaan dan riwayat abortus. Resiko abortus semakin
tinggi dengan bertambahnya paritas dan semakin bertambahnya usia
ibu (Myles, 2015).Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan
paritas serta usia ibu dan ayah. Frekuensi abortus yang secara
klinis terdeteksi meningkat 12% pada wanita berusia kurang dari
20 tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya lebih dari 40
tahun (Obstetri Williams, Cunningham, 2018). Riwayat obstetrik
sebelumnya merupakan prediktor terjadinya keguguran
spontan.Multigravida secara signifikan beresiko lebih besar
dibandingkan primigravida, dan keguguran yang terjadi pada
kehamilan sebelumnya merupakan indikator risiko utama. Riwayat
7
abortus pada penderita abortus juga merupakan predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%.
Berdasarkan data diatas, penulis ingin mengkaji permasalahan
tersebut dan memaparkan dalam sebuah laporan dengan judul “Asuhan
Kebidanan Kehamilan Patologis Pada Ny “S” dengan Abortus Inkomplit
di Puskesmas Kuripan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik membuat rumusan
masalah pada kasus ini yaitu ”Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan abortus inkomplit?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. S
dengan Abortus Incomplit di Puskesmas Kuripan dengan
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkajian data pada
Ny “S” dengan Abortus Inkomplit
b. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan analisa data pada Ny
“S” dengan Abortus Inkomplit.
c. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan tindakan yang
sudah ditentukan pada Ny “S” dengan Abortus Inkomplit.
d. Mendokumentasikan semua hasil temuan dan tindakan asuhan
kebidanan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan Abortus
Inkomplit di Puskesmas Kuripan.
D. Manfaat
1. Teoritis
a. Untuk Responden dan Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan tentang ibu hamil dengan
Abortus Inkomplit.
8
b. Untuk Peneliti
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan secara
langsung dalam pencegahan deteksi dini dan memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus Incomplit.
c. Praktis/Aplikatif ; antara lain :
1) Institusi
Sebagai bahan ilmiah atau bahan bacaan untuk penulisan
berikutnya.
2) Profesi
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi
bidan dalam asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
Abortus Incomplit
3) Peneliti
Sebagai pengalaman ilmiah yang berharga yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan
tentang faktor yang berhubungan dengan abortus
4) Klien dan Masyarakat
Sebagai bahan informasi bagi klien maupun masyarakat
bahwa di perlukan pengetahuan dan wawasan tentang
abortus.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Abortus
Menurut Prawirohardjo (2009 : 460) abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.
Saifuddin (2008 : 145), mendefinisikan bahwa Abortus adalah
berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Manuaba (2008 : 58)
mengemukakan Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup diluar kandungan dengan berat kurang dari 1000 gram
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu.
B. Macam-macam Abortus
Macam-macam abortus dapat dibagi atas dua golongan:
a. Abortus Spontan
Menurut Saifuddin (2008:145), abortus spontan adalah
abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan
gambaran kliniknya, abortus spontan dapat dibagi menjadi:
1) Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2) Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
3) Abortus Inkomplit adalah peristiwa pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa
tertinggal di dalam uterus.
4) Abortus Komplit adalah peristiwa perdarahan pada kehamilan
muda dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari
cavum uteri.
5) Abortus Habitualis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali
atau lebih berturut-turut.
10
6) Missed Abortion adalah kematian janin sebelum berusia 20
minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih.
7) Abortus Infeksius dan Abortus Septik adalah keguguran yang
disertai infeksi genetalia. Abortus septik adalah keguguran
disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya
ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
b. Abortus Provokatus (Induced Abortion)
Manuaba (2007:686), mendefinisikan abortus Provokatus
merupakan abortus yang disengaja baik dengan memakai
obatobatan atau memakai alat. Abortus ini terbagi menjadi:
1) Abortus Medisinalis ialah karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa
ibu.
2) Abortus Kriminalis ialah abortus yang terjadi oleh karena tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga
tradisional.
C. Etiologi Abortus
12
ini didapatkan kanalis servikalis yang membuka. (Cunningham, et al.,
2014)
17
mengkonsumsi alkohol setiap hari. (Maryam, 2019)
c. Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus.
Akan tetapi pada wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg
kafein) kopi setiap hari menunjukkan tingkat abortus yang sedikit
lebih tinggi. (Maryam, 2019)
d. Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup.
Akan tetapi, jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada
manusia tidak diketahui secara pasti. (Maryam, 2019)
e. Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan
menyebabkan risiko abortus, khususnya abortus septik meningkat.
(Maryam, 2019)
4. Faktor Pekerjaan
Resiko pasien dengan riwayat abortus untuk kehamilan
berikutnya ditentukan dari faktor pekerjaan. Saat ini, sebagian besar
wanita Indonesia bekerja untuk membantu perekonomian keluarga
atau sebagai sarana aktualisasi diri. Perkerjaan tersebut memerlukan
kekuatan otot atau pemikiran, merupakan beban bagi yang
melakukan.
5. Nutrisi
Wanita yang kekurangan nutrisi pada saat pembuahaan
kemungkinan juga akan gagal memenuhi peningkatan kebutuhan gizi
yang diperlukan selama kehamilan. Hal ini dapat menyebabkan
penambahan berat badan yang tidak mencukupi selama kehamilan
dan meningkatkan resiko keguguran.
6. Berhubungan Seksual
Ibu yang usia kandungannya masih muda atau Trimester 1
sebaiknya tidak berhubungan intim dahulu agar tidak terjadi kontraksi
yang menyebabkan keguguran.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
2) Anamnesa kebidanan
a. Keluhan utama
Ibu mengatakan sedang hamil 3 bulan, namun ibu mengalami
pengeluaran darah beserta gumpalan disertai nyeri perut bagian
bawah sejak tanggal 23-02-2023 pukul 03.30.00 WITA.
b. Riwayat perjalanan penyakit
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ibu yang ke-3. Ibu
memiliki 2 orang anak dan tidak pernah keguguran. Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT) ibu pada 09-12-2022 dan Taksiran
Persalinan pada 16-09-2023. Selama kehamilan, ibu baru 1 kali
periksa hamil ke bidan dan belum pernah di USG.
c. Riwayat perkawinan
1) Perkawinana ke : 1 (Pertama)
2) Menikah sejak umur : 20 tahun
3) Lama peerkawinan : ±18 tahun
21
4) Status perkawinan : Sah (di akui negara dan agama)
23
Riwayat ANC
24
Jenis Air mineral Air mineral
b. Pola eliminasi
25
Dukungan keluarga : Ada. Menemani dan menunggu ibu di
puskesmas
Respon ibu : khawatir dengan kondisi kandungannya
Kekhawatiran : adanya gumpulan darah pada jalan lahir
Beban kerja : Mengurus pekerjaan rumah tangga
27
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV: Tidak dilakukan
Kontraksi uterus : belum ada kontraksi
1) Auskultasi
DJJ (-)
g. Ektremitas atas dan bawah
Inspeksi
Varises : Tidak
Palapasi
Kuku Pucat : Tidak
Oedema : Tidak
Perkusi
Refleks Patella : +/+
h. Pemeriksaan genetalia eksterna
Inspeksi
Pengeluaran : pengeluaran darah disertai gumpalan
Luka/ Lesi : Tidak
Pembengkakan : Tidak
Odema : Tidak
Varises : Tidak
Jaringan Parut : Tidak
i. Pemeriksaan dalam jam : 05.30 wita
VT 2 cm, teraba jaringan, dan tidak ada nyeri goyang,
pendarahan (+)
j. Pemeriksaan Penunjang
a. Urine, tanggal 24-01-2023
1) PP test : Positif
b. Darah, tanggal 21-01-2023
1) Hb : 13,0 gr %
2) Anti-HIV : Non-Reaktif
3) Golongan darah: O+
C. Analisa (A)
28
1. Diagnosa :
G3P2A0H2 , UK : 10-11 minggu dengan abortus inkomplit
2. Masalah :
a) Keluar darah dan jaringan dari jalan lahir
b) Ibu mengatakan merasakan nyeri pada perutnya
3. Diagnosa Potensial :
Ibu : Abortus Komplit, infeksi, syok
4. Kebutuhan
a. Mandiri : Menganjurkan bedrest dan observasi TTC
b. Kolaborasi : Kolaborasi dengan Dokter umum dengan advice
pemberian therapy infus RL 500 ml dengan 28 tetes permenit
c. Rujukan : Merujuk ke RSUD Patut Patuh Patju Gerung
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 23-02-2023/ pukul : 05.35 WITA
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga dengan
hasil TD: 150/90 mmhg, N: 80x/ menit, RR: 22x/menit, S: 36,6ºC.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang
kesenjangan yang terjadi antara praktik dan teori yang dilakukan di
Puskesmas Kuripan dengan teori yang ada. Di sini penulis akan
menjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah-langkah dalam
kebidanan SOAP.
A. Data Subjektif
Berdasarkan hasil anamnesa yang dilakukan, diketahui bahwa
ibu sedang hamil 3 bulan anak ke-3, ibu tidak pernah keguguran,
namun ibu mengalami pengeluaran darah beserta gumpalan disertai
nyeri perut bagian bawah sejak 23-02-2023 pukul 03.30. Saat ini perut
ibu terasa nyeri. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
abortus inkomplit adalah di mana sebagian jaringan hasil konsepsi
masih tertinggal di dalam uterus dan pada pemeriksaan vagina, kanalis
servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau
menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahannya masih terjadi
dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus.
Ada perbedaan antara teori abortus inkomplet dengan kondisi
ibu yaitu : Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah,
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, tekanan
nadi cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat, sedangkan
keadaan umum ibu baik dan kesadaran composmentis.
Didapatkan tidak ada perbedaan antara teori dengan kondisi ibu, yaitu :
1. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi.
C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah didapat maka
dapat ditegakkan analisa “Ny. S 38 Tahun G3P2A0H2 UK 10-11
Minggu dengan Abortus Inkomplit”.
D. Penatalaksanaan
Asuhan yang dapat diberikan pada Ny. S meliputi pemberian
penjelasan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga, melakukan
kolaborasi dengan dokter SpOG untuk tindak lanjut keadaan ibu berupa
advice dokter yaitu melakukan rujukan, memberitahu ibu dan keluarga
bahwa menurut anjuran dokter ibu harus dirujuk serta menjelaskan
gambaran tindakan yang akan dilakukan serta risiko atas tindakan
tersebut dengan evaluasi ibu dan keluarga setuju dan menandatangani
informed consent, memberikan dukungan emosional kepada ibu dan
keluarga.
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada saat ini ibu hamil dengan abortus inkomplit di dapatkan
data Subjektif ibu mengatakan perut bagian bawah nyeri mulai tanggal
23-02-2023 pukul 03.30 wita dan keluar darah beserta gumpalan dari
jalan lahir. Data objektif yang didapatkan yaitu, K/U ibu baik, kesadaran
composmentis, TD: 150/90 mmhg, N: 80x/menit, RR: 22x/menit, S:
36,6ºC, tinggi badan : 157 cm, BB sebelum hamil : 70 kg, BB sekarang :
70 kg dan lila : 26 cm. Pada kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit
didapatkan masalah ibu merasa nyeri pada perut bagian bawah dan
kebutuhan yang diberikan adalah memberi dorongan kepada ibu serta
memberi informasi tentang abortus inkomplit serta memberikan support
mental dan spiritual. Pada penatalaksanaan kasus ibu hamil Ny. “S”
dengan abortus inkomplit, penulis menemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus yang ada di lahan yaitu pada teori Saifuddin
(2018) diberikan terapi ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg
per oral dan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV sedangkan
pada kasus hanya diberikan infus cairan RL 500 ml akan tetapi tidak
dieberikan oksitosin, ergometrin 0,2 mg dan misoprostol 400 mcg.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, perlu adanya upaya untuk
meningkatkan pelayanan lebih baik. Oleh karena itu, penulis
memberikan saran kepada bidan, instansi dan bagi ibu hamil sebagai
berikut:
1. Bidan
Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan wawasan bagi profesi
dan tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus atau
melaksanakan asuhan kebidanan khususnya pada ibu hamil dengan
abortus inkomplit.
33
2. Instansi
a. Puskesmas
Disarankan agar puskesmas meningkatkan pemberian asuhan
kebidanan melalui pendekatan menajemen kebidanan secara
komprehensif, tepat dan profesional untuk meningkatkan mutu
pelayanan sehingga pasien merasa aman dan nyaman.
b. Bagi Pendidikan
Mahasiswa dapat memberikan dan melaksanakan asuhan
kebidanan sesuai dengan teori dan praktik tidak ada
kesenjangan dan dapat dijadikan bahan referensi.
3. Bagi Ibu Hamil
Diharapkan ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan dan nutrisi
yang baik pada saat hamil, persalinan maupun nifas membutuhkan
kondisi tubuh yang baik dan sehat.
34
DAFTAR PUSTAKA
35