Spesifikasi - Teknis - Rehab Bangunan Gedung Kantor (Dak)
Spesifikasi - Teknis - Rehab Bangunan Gedung Kantor (Dak)
1. LATAR BELAKANG
Berkembangnya sektor jasa pembangunan kontruksi yang semakin
pesat, Kebutuhan akan pembangunan gedung perkantoran juga semakin
meningkat untuk mendukung berbagai kepentingan pemerintah. Banyak
kegiatan konstruksi yang dilakukan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk
pembangunan gedung kantor Inspektorat Daerah Konawe Selatan adalah
peningkatan pembangunan kontruksi yang sangat signifikan. Sebagai pusat
pemerintahan di Konawe Selatan, Pemembangun Gedung Kantor ini untuk
menunjang pemerintah mengembangkan daerah. Kegiatan di daerah
berkembang harus ditingkatkan guna memajukan daerah itu sendiri. Dalam
operasi konstruksi, peran manajemen biaya, waktu dan sumber daya yang
tepat diperlukan untuk mengurangi risiko kegagalan implementasi.
Permasalahan yang sering muncul dalam proyek konstruksi adalah karena
metode pelaksanaan yang tidak tepat, perhitungan biaya yang tidak tepat
dalam perencanaan, yang akan menimbulkan biaya tinggi dan sering terjadi
keterlambatan antar waktu pelaksanaan dan waktu yang dijadwalkan, serta
biaya yang meningkat. Untuk itu diperlukan kegiatan manajemen waktu dan
biaya untuk mengendalikan proyek agar tercapai triple constrain proyek yaitu
kualitas, biaya dan waktu yang baik.
Rehab Bangunan Gedung Kantor adalah Rehabilitasi Gedung kantor
yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari . Proyek Rehabilitasi Gedung kantor ini memiliki peran penting
untuk kelancaran pemeriksaan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari. Untuk itu, proyek Rehabilitasi Gedung kantor ini diharapkan dapat
berjalan sesuai rencana dan dapat diselesaikan tepat waktu. Yang perlu
diperhatikan adalah biaya dan waktu pelaksanaan proyek. Perencanaan dan
pengendalian biaya dan waktu adalah bagian dari manajemen keseluruhan
proyek konstruksi. Pada saat pelaksanaan proyek, banyak muncul hambatan
yang menyebabkan keterlambatan pelaksanaan proyek dan biaya yang cukup
besar. Pengawasan dan pengendalian proyek harus diperhatikan sebagai
salah satu hal yang sangat mempengaruhi kinerja suatu proyek
2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
a. Maksud
Kegiatan Rehabilitasi Bangunan Gedung CT Scan Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari sesuai dengan apa yang telah direncanakan dari sisi
kualitas, volume, biaya dan ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan,
sehingga dicapai wujud akhir bangunan dan kelengkapannya yang sesuai
dengan Spesifikasi Teknis dan kelancaran penyelesaian administrasi yang
berhubungan dengan pekerjaan lapangan, serta penyelesaian
kelengkapan pembangunan.
b. Tujuan
6. SPESIFIKASI PEKERJAAN
A. Situasi
1. Lokasi bangunan yang akan dilaksanakan terletak di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari.
2. Lokasi bangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya
pada waktu rapat penjelasan,untuk itu calon pemborong wajib meneliti
situasi medan terutama kondisi bangunan, sifat dan luas nya serta
pekerjaan lainnya yang berpengaruh terhadap rehabilitasi tersebut.
3. Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak apat dijadikan alasan
untuk mengajukan claim dikemudian hari.
4. Setelah rapat penjelasan akan diadakan peninjauan lokasi sebagai patokan
dasar untuk menghitung anggaran/penawaran yang diajukan.
I. Pekerjaan Pendahuluan/Persiapan
a. Pekerjaan Pembembokaran
b. Papan nama
b. Bahan
1. Semen Portland
Semen Portland yang digunakan adalah semen yang masih berkualitas baik,
butirannya halus tidak membatu.
2. Pasir dan Kerikil
Pasir pasangan dan kerikil digunakan asal local kategori tambang kelas C dan harus
bersih dari bahan organic. Tanah , lumpur dan tidak mengandung garam.
3. Besi Beton.
Besi beton yang digunakan adalah jenis baja mutu U24 polos dan memenuhi
ketentuan PBI 1971
• Ukuran besi beton yang dipakai adalah :
➢ Sloof ukuran 15 x 20
Tulangan Pokok = Dia. 12 mm (Zigma)
Tulangan Beugel = Dia. 8 mm (Zigma)
➢ Balok ukuran 13 x 13 dan Kolom Praktis 13 x 13
Tulangan Pokok = Dia. 10 mm (Zigma)
Tulangan Beugel = Dia. 8 mm (Zigma)
➢ Kolom Pedestal ukuran 20 x 40
Tulangan Pokok = Dia. 10 mm (Zigma)
Tulangan Beugel = Dia. 8 mm (Zigma)
➢ Kolom Pedestal ukuran 20 x 55
Tulangan Pokok = Dia. 10 mm (Zigma)
Tulangan Beugel = Dia. 8 mm (Zigma)
➢ Ring balok Ukuran 15 x 20 cm
Tulangan Pokok = Dia. 10 mm (Zigma)
Tulangan Beugel = Dia. 8 mm (Zigma)
Besar tulangan / Besi beton didasarkan pada ukuran melalui alat pengukur besi ( Zigma
) bukan berdasar atas informasi pabrik/Toko.
4. Kayu Maal ( Becasting Beton)
Dinding maal menggunakan Tripleks 4 mm dan Balok untuk maal beton digunakan
jenis kayu kelas III yang telah disetujui oleh Konsultan pengawas.
5. Pekerjaan Bekisting Beton.
Bekisting harus dibuat dan direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada
perubahan bentuk sampai pembongkaran bekisting tersebut dan juga harus cukup rapat
untuk menghindarkan keluarnya adukan campuran beton selam berlangsungnya
pengecoran. Kayu bekisting harus bersih dan disiram air terlebih dahulu sebelum
pengecoran.Tiang penyangga harus diberi jarak antara yang dapat mencegah
difleksi bahan-bahan becasting.
6. Adukan Beton
Adukan tidak boleh terlalu kental atau encer bila dimasukan dalam ember
dibalikan dan dicatu maka tinggi beton minimal 0.75 kali tinggi ember. Pengangkutan
adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus dilakukan
dengan cara yaitu :
• Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan
• Tidak terjadi waktu pengikatan yang mencolok antar beton yang sudah dicor, dan
nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus memenuhi tabel 4.4 SNI T-
15. 1919.03.
• Beton yang mengeras atau sudah berumur 1,5 jam tidak boleh dimasukkandalam
pengecoran.
7. Pengecoran
• Pengecoran beton dilaksanakan setelah terkait siap dan lokasi yang dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran/Genangan air.
• Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan – jalan diatas
penulangan Untuk dapat sampai ke tempat – tempat yang sulit dicapai harus
digunakan papan berkaki yang tidak membebani tulangan.
• Papan tersebut harus sudah dapat dicabut pada saat beton dicor.
• Apabila pengecoran beton harus dihentikan ( dibalok harizontal ). Maka tempat
penghentiannya adalah ditengah bentang sesuai PBI tahun 1971. Untuk
melanjutkan bagian pekerjaan yang putus tersebut, bagian permukaan yang
mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi aditive yang
tidak boleh dicurahkan dari ketiggian yang lebih tinggi dari 1,5 cm. Selimut Beton
digunakan minimal 2 cm dan diberi tahu-tahu beton dengan ukuran 5x5 cm dan
tebal sesuai dengan selimut beton sebagai penyangga tulangan agar tidak rapat
dengan bekisting terutama pada daerah sisi bawah. Apabila pengecoran lebih dari
2 m agar menggunakan talang cor dan selama pengecoran tidak boleh terjadi
pergeseran / perubahan bekisting dan tulangan. Besi Tulangan diatur jaraknya
harus lebih besar dari butiran kerikil sehingga tidak keropos.
• Selama Pengecoran tidak boleh terjadi perubahan posisi tahu beton dan harus
selalu diperiksa sehingga jarak besi ke bekisting tidak berubah.Selama Pengecoran
adukan boleh ditusuk – tusuk dengan tongkat besi sehingga adukan menyebar dan
rata.
8. Perawatan beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban
untuk paling sedikit 14 ( empat belas ) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkam cara
sebagai berikut :
• Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai penutup beton
• Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil permukaan tidak
mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan
beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, harus dibongkar kembali
sebagian atau seluruhnya.
9. Pekerjaan pembesian
• Perakitan pembesian dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja. Ikatan besi harus
kokoh hingga tidak berubah tempat selama pengecoran.
• Selimut beton harus sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam PBI 1971 dan
SNI 1991.
10. Jenis dan mutu beton
• Jenis pekerjaan beton bertulang menggunakan adukan 1Pc : 2 Psr : 3 Krk.
• Mutu beton yang digunakan adalah sesuai yang diisyaratkan dan disetujui oleh
Direksi.
IV.PEKERJAAN DINDING
a. Pekerjaan Tembok / Dinding Bata.
1. Pekerjaan dinding mempunyai dua macam pasangan , yaitu :
• Pasangan kedap air 1 Pc : 3 Psr Semua pasangan bata dimulai diatas sloof sampai
tinggi 30 cm diatas lantai Pasangan dinding dan dasarsaluran keliling bangunan.
• Pasangan dinding 1 Pc : 5 Psr Semua Pasangan bata yang lain yang tidak
disebutkan di atas.
2. Adukan Untuk Pasangan
• Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati , diaduk didalam bak kayu yang
memenuhi syarat . Mencampur semen dan pasir harus dalam keadaan kering yang
kemudian diberi air sampai didapat campuran yang Elastis. Adapun yang telah
mengering akibat tidak habis digunakan sebelumnya tidak boleh dicampur dengan
adukan yang baru.
3. Pengukuran ( Uit-zet ) harus dilakukan secara teliti dan sesuai gambar, dengan
syarat :
• Semua pasangan dinding harus rata ( horisontal ) ,dan pengukuran harus
dilakukan dengan benang.
• Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh
melebihi 30 cm , dari pasangan bata yang telah selesai.
4. Panjang bata
• Bata setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah pasangan bata, kecuali
pasangan pada sudut
• Siar tegak tidak boleh ada yang menerus bila ketinggian pasangan bata lebih
dari 1,5 m , maka mempergunakan bangku atau perancah sebagai alat bantu,
maksimum ketinggian pasangan bata adalah 1 m . Setiap jarak 3 m tinggi 4 m (12
m2) diperkuat dengan kolom praktis.
• Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bentangan menurun dan
tidak tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari. Pada tempat -tempat
tertentu sesuai gambar dari kolom - kolom praktis yang ukuran disesuaikan
dengan tebal dinding. Dalam mendirikan dinding yang kena udara terbuka,
selama waktu hujan lebat harus diberi perhitungan dengan suatu penutup yang
sesuai (plastik). Dinding yang telah dipasang harus diberi perawatan dengan cara
membasahi secara terus menerus paling sedikit 7 hari setelah pemasangan.
5. Pekerjaan pasangan dinding / tembok dari pasangan ½ bata yang ukurannya
seperti dalam gambar kerja.
6. Batu bata sebelum dipasang harus direndam air terlebih dahulu.
7. Tembok yang akan dipasangkan kusen harus diikat dengan kolom terlebih dahulu.
b. Lapisan dinding Timbal sesuai dengan spesifikasi yang telah di setujui oleh direksi
c. Rangka Canal C75 jarak 60 x 60 Cm
d. Pelapis dinding timbal menggunakan bahan PVC
V. PEKERJAAN PLESTERAN
a. Sebelum plesteran dilakukan, maka :
• Dinding dibersihkan dari semua kotoran.
• Dinding dibasahi dengan air.
• Semua permukaan dinding batu bata dikorek sedalam
b. Adukan plesteran pasangan bata kedap air dipakai campuran 1 Pc : 3 Ps, sedangkan
plesteran bata lainnya dipergunakan campuran 1 Pc : 4 Ps.
c. Kepala plester (patok) harus dipasang di dinding setiap jarak 1,5 m
d. Ketebalan plesteran pada semua bidang harus sama tebalnya dan tidak
diperbolehkan berkisar antara 1,00 cm. untuk mencapai tebal plesteran yang rata
sebaiknya didakan pemeriksaan secara silang dengan menggunakan mistar kayu panjang
yang digerakkan secara horisontal dan vertikal.
e. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak harus diusahakan memperbaiki secara
keseluruhan. Bidang bidang yang harus diperbaiki hendaknya dibongkar secara teratur.
(dibuat bongkaran berbentuk segi empat) dan plesteran baru harus rata dengan sekitarnya .
f. Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu sejak
g. permulaan plesteran dan selalu disiram setiap hari selama 3 hari agar tidak retak – retak.
h. Bila mana ketinggian pasangan lebih dari 1,5 m, maka harus menggunakan bangku atau
perancah sebagai alat bantu.
X. PEKERJAAN PENGECETAN
a. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan cat (kecuali ditentukan lain) dan
peralatan untuk melaksanakan pekerjaan ini termasuk alat-alat bantunya dan alat
angkutnya (bila diperlukan), ke tempat pekerjaan seperti yang tercantum dalam gambar,
uraian dan syarat teknis ini dan perjanjian kerja. Semua pengecatan harus mendapat
garansi tertulis (kartu garansi) dari pabrikan. Cat yang digunakan adalah merk Jotun .
• Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang sesuai dengan prosedur dan teknik
pengecatan Jotun. Dilakukan kecuali spesifikasi lain. Jadi urutan pengecatan,
penggunaan lapisan-lapisan dasar dan tebal lapisan penutup minimal sama dengan
persyaratan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada
bekas - bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan atau semprotan dan roller.
• Kesiapan dinding pondasi aplikasi cat harus didasarkan pada evaluasi pabrik cat yang
dipilih atau ditunjuk.
• Sapukan semua dasar dengan cat dasar memakai kuas. Penyemprotan hanya diijinkan
dilakukan bila disetujui Pengawas .
• Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang menutupi,
atau lepas. Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana ditunjukkan oleh
Pengawas, serta harus mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang dikeluarkan pabrik
yang bersangkutan.
• Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan. Pekerjaan termasuk
penggunaan ongkos, pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan kain kering.
• Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan menggangu pekerjaan
finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang. Pekerjaan yang tidak
sempurna diulang dan diperbaiki atas tanggungan Kontraktor.
➢ LAPORAN PELAKSANAAN
Laporan Pelaksanaan, sebagai resume laporan harian (kemajuan
pekerjaan, tenaga dan hari kerja) terhitung 7 hari setelah dimulainya kerja
oleh kontraktor (7 hari setelah SPMK ditandatangani) sebanyak 6
eksemplar dan berisiantara lain :
➢ Review terhadap rencana kerja kontraktor;
➢ Resume laporan harian (kemajuan pekerjaan, tenaga dan hari kerja)
selama seminggu tersebut;
Gambaran/penjelasan secara garis besar kondisi lokasi proyek
Monitor masalah teknis di lapangan;
Permasalahan non teknis yang dihadapi Monitor Kendali Mutu
Pemeriksaan Gambar Kerja;
Foto-foto Kemajuan Pekerjaan dibuat secara bertahap sesuai
kemajuan pekerjaan;
➢ Rencana kerja, metoda dan jadwal pelaksanaan pekerjaan selanjutnya;
MATERIAL SPESIFIKASI
B. Spesifikasi Standar
Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan standar-standar sebagai berikut:
01. PERATURAN TEKNIS
1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini digunakan lembar-lembar ketentuan-
ketentuan dan peraturan seperti tercantum di bawah ini :
a. Peraturan-peraturan umum atau Algemene Voorwaarden (A.V)
b. Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
c. Peraturan Konstrusi Bangunan Sipil Elektrikal
d. Peraturan Konstruksi Gedung Perkantoran
e. Peraturan Perencanaan Struktur Baja (SNI-03-1729-2002)
f. Peraturan Umum Instalasi Listrik (A.V.E)
g. Peraturan Umum Instalasi Air Leding (A.V.W.I)
h. Peraturan Instalasi Listrik (SNI 0225 : 2011)
i. Pedoman Sistem Plumbing Pada Bangunan (SNI 8153 : 2015)
j. Peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh PLN
k. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja
Tentang Penggunaan Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan
Kesehatan Kerja n. Persyaratan Umum Dewan Teknik Pembangunan
Indonesia (PDTPI - 1980)
o. Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Gedung Negara
oleh Departemen Pekerjaan Umum
2. Spesifikasi Alat
B PERALATAN PENDUKUNG
9. 009 KeputusanPresidenNomor80tahun2003tentangPengadaan