Anda di halaman 1dari 2

- Pengertian Pornografi dan pornoaksi

Pornografi dalam rancangan pertama didefinisikan sebagai "substansi dalam media


atau alat komunikasi yang dibuat untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang
mengeksploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika" sementara pornoaksi adalah
"perbuatan mengeksploitasi seksual, kecabulan, dan/atau erotika di muka umum".

- Penyebab Pornografi dan pornoaksi

Pornografi dan pornoaksi terjadi karena modernisasi dan globalisasi yang


berpengaruh pada kehidupan sosial. Islam sebagai doktrin awal menyajikan untuk
memecahkan masalah, jadi ada banyak ayat Alquran dan tradisi nabi mengatur busana,
komunikasi antara pria dan wanita, termasuk publikasi yang tampil dekadensi moral.

- Dampak jangka pendek dan jangka panjang yang ditimbulkan dari pornoaksi
dan pornografi

Dampak yang ditimbulkan dari pornoaksi dan pornografi, menimbulkan kecenderungan


meningkatnya tindak kriminal di bidang seksual, baik kuantitas maupun jenisnya.
Misalnya, kekerasan sodomi dan kekerasan seksual dalam rumah tangga.

- Cara mencegah pornografi dan pornoaksi

1. Memberikan sosialisasi yg sempurna untuk anak sejak mash kecil.


2. Menanamkan nilai agama dlm diri anak.
3. Memberikan kesibukan yg bermanfaat bagi anak.
4. Berusaha menjadi tempat curhat bagi anak yg plng efektif.
5. Memberikan pengawasan bagi anak.
6. Mengetahui teman dktnya atau teman sebayanya.
7. Jangan membiasakan anak plng terlalu mlm dan menginap di rumah teman.
8. Meluangkan waktu untuk berdiskusi dgn anak.

- Dilihat dari sudut pandang agama islam

Pornografi dan pornoaksi dalam perspektif hukum Islam adalah terlarang, hal ini jelas
secara
normatif berdasarkan beberapa ayat dalam QS al-Nur ayat 30, 31 dan surah al-Isra
ayat 32. Dan beberapa hadis Rasulullah saw., yang tegas melarang. Selain itu, juga
ketentuan dalam Fatwa MUI tanggal 22 Agustus 2001 No. 287 Tabun 2001 dengan
jelas dan tegas mengharamkan pornografi dan pornoaksi dengan segala bentuknya.
- Dilihat dari sudut pandang hukum dari pornografi dan pornoaksi.

Dalam Bab XIV KUHP diatur tentang Kejahatan terhadap Kesusilaan, tetapi tidak diatur
mengenai definisi kesusilaan. Demikian juga, Pasal 27 ayat (1) UU ITE mengatur
larangan mendistribusikan, mentransmisikan, dan/atau membuat dapat diaksesnya
informasi atau dokumen elektronik yang bermuatan melanggar kesusilaan.

Pasal 1 ayat (1) UU Pornografi lebih jelas memberikan definisi mengenai pornografi,
yaitu gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi,
kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk
media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

Pasal 4 ayat (1) UU Pornografi melarang setiap orang memproduksi, membuat,


memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor,
mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan
pornografi yang secara eksplisit memuat:[1] persenggamaan, termasuk
persenggamaan yang menyimpang;
kekerasan seksual; masturbasi atau onani; ketelanjangan atau tampilan yang
mengesankan ketelanjangan; alat kelamin; atau pornografi anak.

Anda mungkin juga menyukai