Anda di halaman 1dari 10

TUGAS UAS

PERANCANGAN PROSES LANJUT

STUDI KASUS
A Cement Industry Case Study

DOSEN PENGAMPU :
Erni Misran, ST, MT, Ph.D

DISUSUN OLEH:
Cindy Carnella
227022003

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
PENDAHULUAN

Biaya produksi sebuah produk sangat bergantung pada jumlah energi


yang dikonsumsi selama proses produksi. Semakin banyak jumlah energi
yang dikonsumsi selama proses, maka biaya produk yang dihasilkan dari
pabrik akan semakin tinggi pula. Oleh karena itu, konsumsi energy
merupakan factor penting yang harus dipertimbangkan disetiap pabrik untuk
mengurangi biaya produk demi memperoleh kepuasan konsumen dan
mendapatkan lebih banyak keuntungan bagi perusahaan (Precious O, Francis
and Olamilekan E, 2020).
Integrasi proses adalah pendekatan efisien yang memungkinkan
industry untuk meningkatkan profitabilitas mereka melalui pengurangan
konsumsi energi, air dan bahan baku, pengurangan emisi gas rumah kaca dan
limbah (Kwaghger et al., 2019). Pada kenyataannya, sulit untuk menentukan
jumlah minimum energi yang dibutuhkan oleh sebuah pabrik proses dengan
menggunakan desain teknik kimia tradisional (keseimbangan massa dan
energi, dll.) tanpa menyertakan teknologi pinch (Precious O, Francis and
Olamilekan E, 2020).
Analisis pinch adalah metodologi intergrasi proses untuk
mengoptimalkan penggunaan energi dengan menemukan target energi
termodinamika yang layak dan minimum, dan mencapainya dengan
mengoptimalkan sistem pemulihan panas. Hal ini didasarkan pada prinsip
termodinamika (Singh and Kesari, 2019). Prosedur pertama sebelum desain
dilakukan, memprediksipersyaratan minimum energi eksternal, area jaringan,
dan jumlah unit untuk proses tertentu pada titik pinch. Setelah itu, desain
Heat Exchanger Network (HEN) yang memenuhi target ini disintesis. HEN
tersebut akhirnya dioptimalkan dengan membandingkan biaya energi dan
biaya modal jaringan sehingga total biaya tahunan diminimalkan.
Dengan demikian, tujuan utama integrasi energi adalah untuk mencapai
penghematan finansial dengan integrasi panas proses yang lebih baik
(memaksimalkan pemulihan panas proses-ke-proses dan mengurangi beban
utilitas eksternal) (Kwaghger et al., 2019). Integrasi Heat Exchanger Network
(HEN) merupakan salah satu penyebab yang mampu memberikan dampak
besar terhadap konservasi energy dalam proses industry (Bakar et al., 2017).
Produksi Semen sangat dibutuhkan dan termasuk campuran sintetis
Kalsium karbonat (batu kapur), silika, alumina dan ukuran kecil dari bahan
yang berbeda, yang disesuaikan secara artifisial melalui panas yang tinggi
untuk membentuk senyawa dengan sifat pembatas. Langkah pertama masuk
Produksi semen diperiksa diwakili pada Gambar. 1. Ini langkah terutama
terdiri dari persiapan bahan baku, produksi clinker dan menyelesaikan
penggilingan.
Untuk meningkatkan proses produksi semen akan mengurangi biaya
energi. Salah satunya dengan proses integrasi. Studi kasus dalam jurnal ini
adalah Pabrik Semen di Madhya Pradesh, India. Berikut pada gambar 1,
terlihat proses produksi semen.

Gambar 1. Proses Produksi Semen


Tabel 1. Stream Information extracted from the Cement Production Process
Stream Name Stream Supply Target Heat capacity
No Temperature (oC) Temperature (oC) flow rate (kW/K)
Flue gas supply for milling raw 1 270 55 21,814
Flue gases outlet from the kiln 2 1000 280 66,946
Flue gas for cooling 3 280 110 19,085
Flue gases to fuel mill 4 280 90 1,193
Clinker after kiln 5 1400 100 24,510
Hot air to coolers 6 290 100 114,839
Air hetaing to grinding 7 270 105 14,053
Raw material for milling 8 30 100 68,008
Kiln feed 9 280 810 35,033
Hot meal 10 810 1400 34,625
Fuel to fuel mill 11 30 90 5,147
Coal dust to kiln 12 90 150 2,860
Air to kiln 13 30 150 62,305
Air for clincker cooling 14 30 290 128,564
Clinker to cement grinding 15 30 90 24,510
Mineral components grinding 16 30 90 5,343

Kasus ini akan diselesaikan dengan menggunakan metode pinch analysis dengan T min
= 15 oC. Selanjutnya akan dibuat Temperature Interval Diagram (TID). Pada jurnal diperoleh,
dengan T min = 10oC pinch point terletak pada 992,5oC pada hot pinch dan 987,5oC pada
cold pinch, dengan minimum hot utility (HU) sebesar 4738,32 kW dan minimum cold utility
(CU) sebesar 29951,75 kW.
TEMPERATUR INTERVAL DIAGRAM (TID)
CASCADE DIAGRAM

A
-519,375

-4046

Qh = 4565,37 B
-4046 Pinch b
Pinch a
C
9945,43
9945,43
D
29339,96
39285,39

E
-721,41
38563,98
Hot Utility

Cold Utility
F
-185,54
38378,44

G
777,31
39155,75

H
310,63
39466,38

I
7072,65
46494,03

J
-88,25

46582,28
K
-331,215
46251,06

L
-426,64
45824,42

M
-657,60
45166,82

N
-2708,7

42458,12

O
-9522,20

32935,91
P
PO Qc = 29.997,14
-2708,7
Dari diagram cascade diketahui bahwa, pinch zone digambarkan oleh garis a-b dengan pinch
temperature 1000oC pada hot stream dan 990oC pada cold stream. Kebutuhan utilitas sebesar
25431,735 kW dengan hot utility sebesar 4565,375 kW dan cold utility sebesar 29997,14 kW.

Jumlah Minimum Heat Exchanger


Above the pinch

5 HU
9804 4565,37

9804
4565,37

10
14369,25

Minimum number of exchangers, Nmin a= 2

Below the pinch

Heat Exchanger Network


Above the pinch
mCphot  mCpcold dan Tmin =15 oC
1400
2 Q2 = 4565,375

1400 1273,15
Q1 = 9804 kW
1 1
1000 990

Keterangan :
• HE 1, aliran 5 (mcP = 24,510 kW/K) untuk memanaskan aliran 10 (mcP = 34,625
kW/K), dengan Q1 sebesar 9804 kW, terjadi perubahan temperatur pada aliran 10 (T
= 9804/34,625=283,15oC) sehingga T dari 990oC menjadi 1273,15oC.
• HE 2, diperlukan hot utility sebesar Q2 = 4565,375 kW untuk memanaskan aliran
10 sampai suhu 1400oC
Below the pinch
mCphot mCpcold dan Tmin =15 oC

Keterangan :
• HE 3, aliran 2 (mcP = 66,946 kW/K) untuk memanaskan aliran 10 (mcP = 34,625
kW/K), dengan Q3 sebesar 6232,5 kW (34,625x(990-810)), terjadi perubahan
temperatur pada aliran 2 (T = 6232,5/66,946 =93,1oC) sehingga T aliran 2 dari 1000oC
menjadi 906,9oC.
• Masih terdapat sisa panas pada aliran 2, selanjutnya HE 4, aliran 2 (mcP = 66,946
kW/K) untuk memanaskan aliran 9 (mcP = 35,033 kW/K), dengan Q4 sebesar 18567,49
kW (35,033x(810-280)), terjadi perubahan temperatur pada aliran 2 (T =
18567,49/66,946 =277,35oC) sehingga T aliran 2 dari 906,9oC menjadi 629,55oC.
Composite Temperature Enthalphy
Hot streams
Temperature Temperature Enthalpy of hot streams in Cumulative
interval (oC) temperature interval enthalpy
N 40 0 0
M 55 0 0
L 90 =21.814x(90-55) = 763,49 763.9
K 100 230.07 993.97
J 105 811.78 1805.75
I 110 882.045 2687.795
H 160 9774.7 12462.495
G 270 21504.34 33966.835
F 280 1596.27 35563.105
E 290 2062.95 37626.055
D 300 914.56 38540.615
C 820 47557.12 86097.735
B 1000 16462.08 102559.815
A 1400 9804 112363.815
1410 0 112363.815

Cold streams
Temperature Temperature Enthalpy of hot streams Cumulative
interval (oC) in temperature interval enthalpy
N 40 0 0
M 55 0 0
=21.814x(90-55) =
L 90 763,49 763.9
K 100 230.07 993.97
J 105 811.78 1805.75
I 110 882.045 2687.795
H 160 9774.7 12462.495
G 270 21504.34 33966.835
F 280 1596.27 35563.105
E 290 2062.95 37626.055
D 300 914.56 38540.615
C 820 47557.12 86097.735
B 1000 16462.08 102559.815
A 1400 9804 112363.815
1410 0 112363.815
a. Grafik Komposit sebelum ditambahkan cold utility

cold stream hot stream


1600

1400

1200
Temperature (oC)

1000

800

600

400

200

0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
Cumulative Enthalpy (kW)

b. Grafik komposit setelah ditambahkan cold utility

cold stream revisi hot stream


1600
QH = 4565,375 kW
1400

1200

1000
Temperature (oC)

Pinch Zone
800

600

400

200

QC = 29997,14 kW
0
0 20000 40000 60000 80000 100000 120000
Cummulative Enthalpy (kW)

Dari diagram komposit juga dapat diketahui bahwa hot utility yang dibutuhkan
4565,375 kW dan cold utility 29997,140 kW dengan pinch zone pada 1000 dan 985 oC dengan
T min = 15 oC.

Anda mungkin juga menyukai