Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PENDIDIKAN DI JERMAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Perbandingan Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. H. Muhlisin, M.Ag.

Disusun oleh:
Davina Marsha Nabilah (2121156)
Amalina Istikomah (2121212)
Pramesti Fadhila Pamuji Putri (2121222)

KELAS A

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem Pendidikan di Jerman.
Makalah ini kami selesaikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Pendidikan.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pekalongan, 23 Mei 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Profil Singkat Negara Jerman.........................................................................................2
B. Tujuan Pendidikan Di Negara Jerman............................................................................3
C. Struktur dan Jenis Pendidikan Di Negara Jerman...........................................................4
D. Manajemen Pendidikan Negara Jerman..........................................................................6
E. Perbandingan Pendidikan Di Jerman Dengan Indonesia................................................9
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Simpulan.......................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jerman adalah negara Eropa yang dikenal memiliki sistem pendidikan yang
bagus. Sistem pendidikan di Jerman sudah diakui kualitasnya secara global dan sering
menjadi tujuan mahasiswa untuk melanjutkan kuliah. Jerman, negara ini memang
mengutamakan efisiensi pendidikan sehingga mampu menghasilkan sumber daya
manusia yang diakui dunia.
Tidak jauh beda dengan negara lainnya, termasuk Indonesia, sistem
pendidikan di negara Jerman dibagi menjadi beberapa jenjang dan tingkatan. Setiap
jenjang tersebut dirancang dengan spesifik dan terarah. Hasilnya, siswa-siswa di
Jerman sudah mampu memahami apa yang menjadi cita-citanya sejak usia remaja.
Oleh sebab itu, mereka juga yakin memilih jurusan sesuai keinginannya.
Jerman tentunya adalah salah satu negara yang namanya sudah masyhur di
dunia. Bagi kita yang berasal dari Indonesia, nama Jerman biasanya akan
mengingatkan kita pada teknologi, negara maju, sepakbola, dan tentunya sistem
pendidikan yang mumpuni. Setiap tahunnya, tidak sedikit orang Indonesia dan juga
masyarakat dari negara lain yang berbondong-bondong ingin ke Jerman. Salah satu
alasannya apalagi kalau bukan untuk mencicipi sistem pendidikan di negara ini.
B. Rumusan Masalah
1. Seperti apa profil singkat negara Jerman?
2. Apa saja tujuan pendidikan di negara Jerman?
3. Bagaimana struktur dan jenis pendidikan di negara jerman?
4. Bagaimana manajemen pendidikan di negara jerman?
5. Bagaimana perbandingan pendidikan di Jerman dengan Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui profil singkat negara Jerman
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan di negara Jerman
3. Untuk mengetahui struktur dan jenis pendidikan di negara jerman
4. Untuk mengetahui manajemen pendidikan di negara Jerman
5. Untuk mengetahui perbandingan pendidikan di Jerman dengan Indonesia

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Singkat Negara Jerman


Secara geografis, Jerman terletak di tengah-tengah benua Eropa dengan luas
daerah 356,957 km2 .Jerman berpenduduk 82 Juta lebih, dan kira-kira 8% di
antaranya adalah bukan berkebangsaan Jerman.Warga negara asing ini hijrah ke
Jerman sekitar akhir tahun 1950-an, yang mayoritasnya adalah orang Turki. Jerman
pada masa Perang Dunia II merupakan negara yang kalah perang. Kondisi inilah yang
mempengaruhi mental rakyatnya untuk melahirkan pemimpin/ anak negeri yang
mempu membawa mereka menuju kejayaan dan hidup bermartabat.
Jerman merupakan negara Republik Federal Jerman terletak di jantung Eropa,
berpenduduk sekitar 82 juta jiwa (1998), 7,2 juta jiwa, di antaranya berasal dari
warga negara asing. Saat ini, Jerman memiliki sembilan negara tetangga, dikelilingi
oleh Belanda, Prancis, Austria, Chechnya dan lain-lain. Republik Federal Jerman
berdiri pada 1949, bersamaan dengan kelahiran negara tersebut, di tahun yang sama
telah terlahir sebanyak 793.095 bayi. Sejak 1914 hingga 1949, atau dalam kurun
waktu 35 tahun, Jerman mengalami dua kali Perang Dunia. Menjelang berakhirnya
Perang Dunia II pada 1945, Jerman mengalami goresan yang dalam akibat
pendudukan tentara asing, pelarian, pengusiran dan akhirnya pemisahan tanah
(Jerman Barat dan Jerman Timur). Kemudian, melalui perjanjian Paris, Republik
Federal Jerman pada 1955 menjadi anggota dari negara kesatuan negara-negara Barat
yang liberal. Keputusan tersebut tidak dapat ditarik kembali karena sebagai jaminan
bagi kebebasan dan perdamaian di Eropa. Politik dalam dan luar negeri Jerman
berada di bawah gagasan pokok, yakni suatu tatanan damai yang membuat seluruh
bangsa Eropa, termasuk seluruh Jerman, secara bersama-sama memasuki kebebasan.
Pada 1952, Republik Demokrasi Jerman (DDR) atau Jerman Timur menutup
wilayah perbatasannya dengan Republik Federal Jerman. Namun setahun kemudian,
pada 1953, terjadi protes demokrasi di Berlin Timur. Pada 17 Juni di seluruh Jerman
Timur terjadi huru-hara menuntut pembebasan dan penyatuan Jerman Timur dan
Barat. Peristiwa ini akhirnya dapat ditumpas oleh pasukan Uni Soviet. Tanggal 17
Juni tersebut di Republik Federal Jerman dirayakan sebagai “Hari Kesatuan Jerman”
dan diundangkan sebagai hari raya resmi. Namun pada 1961, Jerman Timur menutup
perbatasan Berlin Barat dan Timur, lalu mulai membangun tembok untuk

v
menghindari larinya penduduk secara massal. Hubungan tarik-menarik antar dua
bagian Jerman ini pada akhirnya berhenti pada 1990, ketika Jerman Timur dan Barat
bersatu, dan tembok Berlin yang semula sebagai simbol perbatasan dijebol ramai-
ramai oleh warga kedua Jerman yang telah merindukan persatuan sejak lama tersebut,
bersamaan dengan itu Berlin dijadikan sebagai ibu kota Jerman. Pada 2000, pusat
pemerintahan pindah dari Bonn yang berpopulasi 400.000 penduduk ke kota
metropolitan Berlin yang berpenduduk 3,4 juta jiwa. Melalui Hukum Dasar, setiap
orang dijamin hak fundamentalnya dalam hal kebebasan beragama, kebebasan bicara
dan perlakuan yang sama di depan hukum. Kerjasama Indonesia-Jerman di bidang
pendidikan bisa dibilang telah berlangsung sejak lama, dan terus meningkat
intensitasnya. Pada 1988, Badan Kerjasama Teknik Jerman (GTZ) melakukan
kerjasama pendidikan dengan Indonesia dalam rangka pembaharuan sistem
pengajaran di Sekolah Menengah Pertama (sekarang SLTP) melalui pengadaan
peralatan sains dan praktek di laboratorium. Dengan pembaruan tersebut, sistem
pengajaran tidak semata bersifat verbalistik yang mengandalkan catatan di papan tulis,
melainkan melalui peragaan gambar dan praktek di laboratorium. Bantuan biaya studi
di Jerman berupa beasiswa, sebagaimana dikelola oleh Dinas Pertukaran Akademis
Jerman (Deutscher Akademischer Austauschdients atau DAAD) berjalan secara
periodik dan informasinya dapat diperoleh melalui perwakilan DAAD di jakarta. Dari
Dinas ini telah melahirkan banyak sarjana Indonesia alumni Jerman. Kerjasama antar
kedua negara juga meliputi bidang non-pendidikan. Bantuan kerjasama teknis berupa
pengalihan pengembangan sektor pertanian dan pedesaan yang mengarah pada bidang
industri (Technical Cooperation for Area development) berlangsung pada 1987 untuk
proyek pengembangan wilayah Kalimantan Timur.
B. Tujuan Pendidikan Di Negara Jerman
Dengan sejarah kelam yang bertumpu pada pengalaman kekalahan dalam dua
perang dunia dan hancurnya negara Jerman, masyarakat Jerman mulai membangun
sistem pendidikan yang terbebas dari potensi membuat kesalahanserupa, yaitu dengan
memisahkan kekuasaan, termasuk dalam bidang pendidikan, agar tidak tertumpu
pada satu lembaga atau satu orang saja. Hal ini dilakukan karena memandang
pengaruh absolut Hitler yang membuat seluruh Jerman bergerak ke arah kehancuran.
Pendidikan diarahkan kepada penanaman kemauan yang kuat untuk bangkit dan
keahlian yang dibutuhkan untuk kembali berdiri sebagai negara yang kokoh dan
mandiri.Di samping itu, terpecahnya Jerman menjadi dua bagian untuk waktu yang

vi
lama menjadikan isu persatuan sebagai salah satu isu penting dalam budaya
pendidikan Jerman. Pada mulanya, pendidikan di Jerman senantiasa dipengaruhi oleh
dua lembaga besar, yaitu negara dan agama (gereja).Selain itu, negara bagian juga
ikut mengklaim wewenang untuk mengatur sistem pendidikan secara mandiri.Sejak
dikumandangkannya wajib belajar pada abad ke-17, masalah pendidikan lambat laun
mulai beralih menjadi kewajiban negara. Undang-undang dasar menjamin hak setiap
orang untuk secara bebas mengembangkan kepribadiannya dan memilih sekolah,
pendidikan kejuruan dan pekerjaan sesuai dengan keinginan dan
kemampuannya.Berdasarkan tata negara federal Jerman, kewenangan pendidikan
dibagi menjadi federasi dan negara bagian. Negara bagian terutama bertanggung
jawab untuk sekolah umum dan sekolah kejuruan serta taman kanak-kanak.
Tujuan pendidikan yang dinyatakan dalam undang-undang adalah untuk
membentuk individu yang maju secara fisik, moral, intelektual dan politeknik, dan
manusia yang kreatif secara sosial yang memiliki minat terhadap sajak sebagaimana
terhadap matematika, teknologi, politik dan ekonomi. Kurikulum yang menyeluruh
bagi semua sekolah telah diberlakukan dengan menanamkan tujuan tersebut dalam
pikiran pelajar.1
C. Struktur dan Jenis Pendidikan Di Negara Jerman
Struktur sistem pendidikan Jerman secara formal meliputi : pendidikan dasar
(primaryeducation), pendidikan menengah (lowersecondaryeducation). Dan
pendidikan tinggi Tergantung dari Negara bagian, wajib sekolah di Jerman berlaku
Sembilan atau sepuluh tahun, dengan normal anak masuk sekolah pada usia enam
tahun. Namun demikian, sebagian anak-anak Jerman ada yang mengikuti pendidikan
pra-sekolah (Kindergarten) secara sukarela pada usia 3-5 tahun. Adapun sistem
pendidikan Jerman dapat divisualisasikan sebagai berikut:
a. Pendidikan dasar (primaryschool) dengan lama pendidikan umumnya 4 tahun
(usia 6-9 tahun) kecuali ibu kota Negara (Berlin) melaksanakan sistem 6
tahun, sementara beberapa Negara bagian yang lain melaksanakan pengajaran
tambahan 2 tahun pada grade 5 dan 6 dalam suatu lembaga perantara yang
memberikan berbagai jenis pelajaran sebagai persiapan masuk ke program-
program sekolah menengah. Negara bagian lain menyediakan bentuk yang
lain pula dengan memberikan pelajaran-pelajaran khusus pada grade 5 dan 6,
dan siswa dapat dengan mudah pindah dari sekolah satu ke sekolah yang
1
Drs. Abd. Rachman Assegaf, M.A. Internasiolisasi Pendidikan

vii
lainnya sesuai dengan program yang diingini. Pada akhir grade 4 (atau grade 6
pada beberapa tempat), siswa diarahkan ke program-program berbeda seperti
yang tersedia di sekolah menengah.
b. Sekolah Haupschule/Restschule merupakan jenis sekolah menengah yang
memberikan pengajaran yang diarahkan untuk memasuki pemagangan setelah
siswa menerima sertifikat tamat belajar. Program ini memberikan pelajaran
khusus untuk mempersiapkan siswa menghadapi kariernya di masa
mendatang. Dan juga mengajarkan bahasa using (biasanya bahasa Inggris).
Program houptschule dikategorikan sebagai program yang paling ringan
tuntutan akademiknya di Jerman pada grade 7 sampai 9.
c. menengah (lowersecondaryeducation) di Jerman dapat dibedakan menjadi 4
jenis yaitu Hauptschule/Restschule, Realschule/Mittelsvhule, Gymnasium dan
Gesamtschule.
1. Haupschule/Restschule merupakan jenis sekolah menengah yang
memberikan pengajaran yang diarahkan untuk memasuki pemagangan
setelah siswa menerima sertifikat tamat belajar. Program ini
memberikan pelajaran khusus untuk mempersiapkan siswa
menghadapi kariernya di masa mendatang. Dan juga mengajarkan
bahasa using (biasanya bahasa Inggris). Program houptschule
dikategorikan sebagai program yang paling ringan tuntutan
akademiknya di Jerman pada grade 7 sampai 9.
2. Realschule merupakan program sekolah yang mempersiapkan siswa
untuk memasuki karier sebagai pegawai atau buruh kelas menengah.
Program ini memiliki tuntutan akademik yang lebih tinggi daripada
houpschule. Semenjak tahun 1970-an, tartan sekolah ini telah menjadi
persyaratan untuk memasuki program-program pemagangan. Sertifikat
dari sekolah ini juga menjadi kunci untuk memasuki berbagai jalur
pendidikan yang lebih tinggi.
3. Gymnasium bertujuan untuk mempersiapkan siswa ke pendidikan
tinggi, walaupun tidak semua lulusannya melanjutkan ke perguruan
tinggi. Pada grade 5 sampai 10, isi kurikulum bervariasi sesuai dengan
jenis sekolah yang dimasuki. Mulai grade 11, siswa dapat memilih
spesialisasi dalam susunan yang agak rumit. Setelah berhasil
menyelesaikan ujian pada grade 13 siswa berhak memasuki perguruan

viii
tinggi.
4. Gesamtschule merupakan sekolah yang menekankan program secara
komprehensif bagi semua anak dalam suatu bidang, dan anak-anak
akan memperoleh sertifikat yang berbeda sesuai dengan bidang yang
dipilihnya. Namun karena terjadi banyak kontroversi pada program
sekolah jenis ini, maka tidak semua daerah yang membuka sekolah ini
(hanya dibuka di daerah dibawahlander yang beraliran sosial
demokrat).
d. Lembaga pendidikan tinggi di Jerman terdiri dari dua jenis, yaitu: Pertama,
akademi / politeknik / Fachhoschulen yang ditempuh selama 12 tahun
(pendidikan lengkap); Kedua, Universitas. Tidak ada persyaratan program
tertentu untuk memasuki universitas, dan tidak ada perbedaan yang jelas
antara program sarjana dan program pascasarjana. Sertifikat Pertama dapat
diperoleh setelah empat atau enam tahun pelajaran.
Selain pendidikan formal, di Jerman juga berkembang pendidikan non formal
yang berupa pendidikan vokasional, teknik, dan bisnis yang diwajibkan bagi anak-
anak yang tamat dengan ijasah pendidikan umum pada tingkat Hoptschule atau
Realschule dan juga yang tidak dapat ijasah setelah tamat belajar 9 tahun. Pendidikan
ini merupakan prasyarat untuk mendapatkan pekerjaan, dan pelaksanaannya dapat
diikuti secara paruh waktu atau purna waktu. Pendidikan non formal yang lain yaitu
berupa pendidikan orang dewasa yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat, sesuai dengan tuntuntan zaman dan perubahan ekonomi,
sosial, dan politik yang sangat cepat. Program pendidikan orang dewasa dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yait umum, vokasional (termasuk teknik dan keuangan)
dan politik.2
D. Manajemen Pendidikan Negara Jerman
Sistem pendidikan di Jerman adalah desentralisasi, mulai dari level SD sampai
dengan sekolah menengah beberapa Lander (penguasa daerah) membuat berbagai
ketentuan konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah
pendidikan, dan seluruhnya melalui proses legislative. Pengaturan ini meliputi
penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam sistem
daerah mereka masing-masing. Adapun yang bertanggung jawab terhadap

2
Ali Muhtadi. “Studi Komparatif Sistem Pendidikan di Jerman dan Korea Selatan.” Jurnal Yogyakarta State
University, Vol. XV, No. 2. (2008). Hlm. 78-80.

ix
pelaksanaan pendidikan di dalam Negara bagian adalah kementrian kabinet atau
Kementrian Kebudayaan (Kultusministerium). Pada Negara-negara bagian yang luas
daerahnya, sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh kementrian Negara bagian,
tetapi melalui badan administrasi regional yang merupakan bagian dari badan
ekskutif. Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan
infra-struktur yang diperlukan dan adakalanya juga terlibat dalam pengangkatan staf.
a. Biaya Pendidikan
Alokasi biaya pendidikan sepenuhnya bersumber dari Lander (Daerah) dan
masyarakat setempat, kecuali untuk pendidikan tinggi. Menjadi tanggung
jawab pemerintah federal. Hampir semua program pendidikan di jerman
bersifat gratis (termasuk pembebasan uang kuliah di pendidikan tinggi).
Pemerintah federal juga memberikan bantuan uang kepada sebagian siswa
sekolah menengah dan mahasiswa perguruan tinggi. Kebanyakan sekolah-
sekolah swasta yang kecil, kira-kira 90% dari biaya operasional sekolah
dibantu oleh pemerintah federal Pengeluaran pemerintah federal pada tahun
1990 untuk anggaran pendidikan mencapai total 9,3% dari GNP.
b. Personalia
Hanya guru-guru Gymnasium dan sebagian guru-guru specialis untuk bidang
keuangan yang dididik di tingkat Universitas (S1), dengan tekanan utama
bidang keahlian daripada bidang keguruan. Namun demikian. sejak tahun
1960, telah mulai dicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama untuk
semua guru, minimal telah di didik di Universitas. Untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menerapkan metode mengajar ditempuh melalui in-
service training.
c. Kurikulum
Kurikulum dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan sesuai Negara bagian
masing-masing di bawah kendali Lander (pemerintah daerah). Sebagian besar
Lander mewajibkan mata pelajaran di primary education sebagai berikut:
German; mathematics; social studies (usually taught as Sachunterricht);
history (usually taught as Sachunterricht) geography (usually taught as
Sachunterricht): biology (aspects of biology are taught within science, which
is usually taught as Sachunterricht); physics (aspects of physics are taught
within science, which is usually taught as Sachunterricht); chemistry (aspects
of chemistry are taught within science, which is usually taught as

x
Sachunterricht); art; music; sport; religion; and modern foreign languages.
Sedangkan untuk sekolah menengah, kurikulum berbeda-beda
penekannannya, sesuai jenis sekolah sebagaimana dijelaskan di depan.
Namun paling tidak pada setiap jenis sekolah menengah tersebut memuat
materi pelajaran sebagai berikut: German; mathematics; one foreign language
(usually English); natural and social sciences; music; art; and sport.
d. Sistem Ujian dan Sertifikasi
Penilaian akhir tahun siswa di dasarkan pada hasil analisis terhadap kinerja
siswa. Dari Grade 2 (primer, umur tujuh) dan seterusnya, hanya terdapat
laporan setengah-tahunan meliputi komentar terhadap kemajuan dan nilai
yang diperoleh dengan membandingkan kinerja mereka dengan apa ada pada
selain dalam sebuah kelompok pengajaran. Terdapat satu kecenderungan ke
arah pelaporan proses belajar dan kinerja, dan terhadap keikutsertaan kelas
serta perilaku sosial di sekolah. Anak-anak yang nilainya dan hal lainnya
tidak cukup harus (dapat memilih) untuk mengulang kembali di awal tahun
baru. Tidak ada nilai ujian atau ijasah di sekolah dasar, yang ada hanya
sebuah laporan kinerja siswa pada akhir tahun. Ujian nasional di
selenggarakan pada grade 10 dan 12.3
e. Evaluasi Pendidikan
Dalam sistem pendidikan Jerman, tidak ada evaluasi nasional yang di lakukan
secara terartur mengenai hasil pendidikan, karena pemerintahan Jerman lebih
menakankan penugasan dalam bentuk penelitian untuk mengukur hasil
evaluasi belajar. Pendekatan yang dipakai untuk mengetahui pencapaian
murid, sepenuhnya diserahkan kepada guru selama proses belajar
berlangsung. Hasilnya digambarkan dalam bentuk laporan kemajuan tertulis. 4
Objektivitas penilaian guru terhadap hasil belajar masing-masing siswa
menjadi suatu keniscayaan, bahkan di beberapa negara bagian diperlukan
kode tertentu untuk memastikan bahwa hasil belajar yang dilaporkan sesuai
dengan kemampuan siswa. Dalam hal sertifikat tamat belajar, itu menjadi
tanggungjawab pejabat tingkat negara bagian.5

3
“Studi Komparatif Sistem Pendidikan di Jerman dan Korea Selatan.”... Hlm 81-82.
4
Suyadi. “Menelisik Konsep Pendidikan Jerman dan Australia sebagai Benchmarking Pendidikan di
Indonesia.” Jurnal Elkatarie: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Sosial, Vol. 3, No. 2, (2020). Hlm. 426-427.
5
Saifullah Isri. “Konsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu
Pendidikan Indonesia.”  Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 4, No.1, (2015). Hlm. 32.

xi
E. Perbandingan Pendidikan Di Jerman Dengan Indonesia
Pendidikan terikat dengan faktor-faktor yang mempengeruhi
perkembangannya, baik internal maupun eksternal. Pertama, faktor tentang tema
kajian pendidikan di kawasan Asia yang lebih banyak mengarah kepada bidang
manajemen sistem pendidikan dan kualitas pengajar.6 Kedua, konsep sentralisasi dan
desentralisasi pendidikan di Jerman sudah tuntas baik di tingkat negara bagian
maupun federasi. Sementara di Indonesia, masih menjadi diskusi dan perdebatan
karena belum menemukan kesepakatan baik masyarakat maupun pemerintah. Ketiga,
sistem perguruan tinggi di Jerman menerapkan kebebasan dalam mengatur masa studi
dan jenis mata kuliah yang diminati. Sementara di Indonesia, masih banyak
perguruan tinggi yang belum mewujudkan sebab masa studi dan jenis mata kuliah
sudah ditentukan oleh pihak perguruan tinggi.7

BAB III
PENUTUP

6
Konsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan
Indonesia.” ... Hlm. 33.
7
“Menelisik Konsep Pendidikan Jerman dan Australia sebagai Benchmarking Pendidikan di Indonesia.” ... Hlm.
428-429.

xii
A. Simpulan
Secara geografis, Jerman terletak di tengah-tengah benua Eropa dengan luas
daerah 356,957 km2 .Jerman berpenduduk 82 Juta lebih, dan kira-kira 8% di
antaranya adalah bukan berkebangsaan Jerman.Warga negara asing ini hijrah ke
Jerman sekitar akhir tahun 1950-an, yang mayoritasnya adalah orang Turki. Tujuan
pendidikan yang dinyatakan dalam undang-undang adalah untuk membentuk individu
yang maju secara fisik, moral, intelektual dan politeknik, dan manusia yang kreatif
secara sosial yang memiliki minat terhadap sajak sebagaimana terhadap matematika,
teknologi, politik dan ekonomi.
Struktur sistem pendidikan Jerman secara formal meliputi : pendidikan dasar
(primary education), pendidikan menengah (lower secondary education). dan
pendidikan tinggi Tergantung dari Negara bagian, wajib sekolah di Jerman berlaku
Sembilan atau sepuluh tahun, dengan normal anak masuk sekolah pada usia enam
tahun. Namun demikian, sebagian anak-anak Jerman ada yang mengikuti pendidikan
pra-sekolah (Kindergarten) secara sukarela pada usia 3-5 tahun. Sistem pendidikan di
Jerman adalah desentralisasi, mulai dari level SD sampai dengan sekolah menengah
Beberapa Lander (penguasa daerah) membuat berbagai ketentuan konstitusi mereka
masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan seluruhnya
melalui proses legislative.
B. Saran
Kami penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan, dan jauh dari kesempurnaan. Kami penulis akan memperbaiki
makalah dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
pembaca. Kami menyarankan para pembaca tidak hanya berpedoman pada makalah
ini, tetapi juga memahami dari banyak sumber referensi yang terpercaya.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Abd. Rachman Assegaf, M.A. Internasiolisasi Pendidikan

xiii
Muhtadi, Ali. 2008. Studi Komparatif Sistem Pendidikan di Jerman dan Korea Selatan.
Jurnal Dinamika Pendidikan. Vol. XV. No. 2.

Suyadi. (2020). Menelisik Konsep Pendidikan Jerman dan Australia sebagai Benchmarking
Pendidikan di Indonesia. Jurnal Elkatarie: Jurnal Ilmu Pendidikan Dan Sosial. Vol. 3. No. 2.

Isri, Saifullah. (2015). Konsep Pendidikan Jerman dan Australia; Kajian Komparatif dan
Aplikatif terhadap Mutu Pendidikan Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 4. No. 1.

xiv

Anda mungkin juga menyukai