Anda di halaman 1dari 7

FILSAFAT PENDIDIKAN

RESUME 4
KELOMPOK 4
(Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme)

SUNARTI
NIM. 2269010531
PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEMESTER 2

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

2023
1. Bagaimana cara seorang tenaga pendidik untuk mengatasi tantangan
dalam menerapkan pendidikan esensialisme? (Ayu Handira)
Jawaban:
Seorang tenaga pendidik dapat mengatasi tantangan dalam menerapkan
pendidikan esensialisme dengan cara berikut:
a. Memahami konsep esensialisme: Memperoleh pemahaman yang kuat
tentang konsep dan prinsip esensialisme dalam pendidikan. Ini melibatkan
studi mendalam tentang nilai-nilai esensialisme, tujuan pendidikan, dan
metode pengajaran yang sesuai.
b. Menetapkan prioritas: Mengidentifikasi inti mata pelajaran atau
keterampilan yang paling penting untuk ditekankan dalam kurikulum.
Tenaga pendidik harus menetapkan prioritas pada materi yang benar-benar
esensial dan relevan bagi perkembangan siswa.
c. Mengembangkan rencana pembelajaran yang terarah: Merancang rencana
pembelajaran yang terstruktur dan fokus pada pengetahuan dan
keterampilan inti. Rencana ini harus mencakup tujuan yang jelas, metode
pengajaran yang efektif, dan penilaian yang sesuai.
d. Menyediakan lingkungan belajar yang kondusif: Menciptakan lingkungan
belajar yang mendorong disiplin, konsentrasi, dan kerja keras. Tenaga
pendidik harus menetapkan aturan yang jelas, memberikan panduan yang
konsisten, dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
e. Melibatkan orang tua dan stakeholder: Membangun kemitraan yang kuat
dengan orang tua dan stakeholder pendidikan lainnya. Berkomunikasi
secara teratur untuk membagikan perkembangan siswa, melibatkan mereka
dalam proses pembelajaran, dan mendapatkan dukungan mereka dalam
menerapkan pendekatan esensialisme.
f. Mengatasi hambatan dan tantangan: Mengidentifikasi hambatan yang
mungkin muncul dalam menerapkan pendekatan esensialisme dan mencari
solusi yang tepat. Ini mungkin melibatkan upaya tambahan dalam
pengelolaan waktu, manajemen kelas, atau pengembangan keterampilan
pedagogis yang diperlukan.
g. Terus belajar dan beradaptasi: Mempertahankan semangat belajar sepanjang
karir sebagai tenaga pendidik. Mengikuti pelatihan dan pengembangan
profesional, membaca literatur terkini, dan berkolaborasi dengan rekan
sejawat untuk terus meningkatkan praktik mengajar.
2. Bagaimana pandangan anda mengenai budaya lokal guna
mempertahakan aksara Lontara? (Adji Syaifullah)
Jawaban:
Saya berpendapat bahwa mempertahankan aksara Lontara sebagai bagian
dari budaya lokal sangat penting. Aksara Lontara memiliki nilai historis dan
kultural yang kaya, dan melalui pelestariannya, kita dapat menjaga identitas dan
warisan budaya kita. Penting untuk menghargai dan mempromosikan aksara
Lontara sebagai simbol kekayaan intelektual dan artistik yang dimiliki oleh
masyarakat setempat. Upaya harus dilakukan untuk mengajarkan dan
mempelajari aksara Lontara kepada generasi muda agar mereka dapat
menghargai dan menggunakan aksara ini dengan baik.
Selain itu, pendukung dan pembela aksara Lontara harus bekerja sama
dengan pemerintah dan lembaga budaya untuk menyediakan sumber daya yang
memadai untuk penelitian, dokumentasi, dan penyebaran aksara Lontara. Ini
dapat mencakup pembuatan buku, kampanye kesadaran, dan program
pendidikan yang memperkenalkan aksara Lontara kepada lebih banyak orang.
Penting juga untuk menjaga kesinambungan aksara Lontara dalam kehidupan
sehari-hari. Penggunaan aksara ini dalam media, seni, literatur, dan aktivitas
komunitas akan membantu memperkuat posisinya sebagai ekspresi budaya
yang hidup dan relevan.
Dalam era globalisasi, menjaga dan mempertahankan budaya lokal seperti
aksara Lontara merupakan langkah penting untuk memperkaya
keanekaragaman budaya dunia dan menjaga warisan budaya kita agar tetap
hidup.
3. Apa yang menjadi tujuan utama pendidikan menurut ki Hadjar
Dewantara? (Andi Ermita Sari)
Jawaban:
Menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan utama pendidikan adalah untuk
mempersiapkan individu agar menjadi manusia yang berkualitas, mandiri,
berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa dan menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi- tingginya
4. Bagaimana aliran esensialisme menanggapi perubahan dan
perkembangan sosial yang terjadi seiring waktu? (Nurhaerani Ramli)
Jawaban:
Aliran esensialisme berpendapat bahwa entitas atau konsep memiliki esensi
yang tak tergoyahkan dan tetap sama sepanjang waktu. Dalam konteks
perubahan dan perkembangan sosial, aliran esensialisme cenderung menolak
atau mengabaikan pentingnya perubahan dan perkembangan tersebut. Mereka
beranggapan bahwa esensi manusia atau masyarakat tertentu tidak berubah, dan
nilai-nilai atau karakteristik inti yang mereka miliki harus dipertahankan.
Namun, pandangan ini sering kali bertentangan dengan realitas bahwa
masyarakat dan manusia secara inheren berubah seiring waktu. Perubahan
sosial dapat melibatkan pergeseran nilai-nilai, norma, kepercayaan, dan struktur
sosial yang membentuk masyarakat. Aliran esensialisme cenderung
mengabaikan kompleksitas dan dinamika perubahan ini, dan tidak memberikan
tempat bagi adaptasi atau inovasi sosial.
Sementara itu, pandangan yang lebih inklusif mengakui bahwa perubahan
sosial adalah fenomena yang tak terhindarkan dan penting untuk pertumbuhan
dan kemajuan masyarakat. Pendekatan yang lebih progresif menghargai
pentingnya responsibilitas terhadap perubahan dan perkembangan sosial serta
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman.
5. Bagaimana esensialisme ini bisa menyikapi atau mempertahankan nilai-
nilai budaya pengajaran pada zaman modern ini? (Syamsul Rijal)
Jawaban:
Esensialisme, sebagai pandangan filosofis, mengutamakan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang dianggap pokok dan abadi. Dalam konteks pendidikan dan
nilai-nilai budaya pengajaran pada zaman modern, esensialisme dapat
memainkan peran penting dalam mempertahankan nilai-nilai tersebut.
Pertama, esensialisme dapat membantu mengidentifikasi dan
mempertahankan nilai-nilai budaya pengajaran yang dianggap esensial dalam
masyarakat modern. Dengan memahami esensi dan kepentingan dari nilai-nilai
ini, pendidik dapat mengintegrasikan mereka ke dalam kurikulum dan
pengalaman belajar siswa. Hal ini membantu menjaga keberlanjutan dan
relevansi dari nilai-nilai budaya pengajaran yang telah diterima selama
bertahun-tahun.
Kedua, esensialisme menekankan pada pembelajaran yang berfokus pada
inti pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting. Dalam konteks nilai-
nilai budaya pengajaran, ini berarti mengajarkan siswa tentang nilai-nilai
tersebut dengan cara yang komprehensif dan mendalam. Misalnya, esensialisme
bisa mendorong pembelajaran yang melibatkan studi kasus, penelitian, diskusi,
dan refleksi mendalam mengenai nilai-nilai budaya pengajaran yang ingin
dipertahankan.
Selain itu, esensialisme juga mendorong pembelajaran yang berpusat pada
penguasaan materi dan keterampilan inti. Ini berarti siswa diberikan landasan
yang kuat dalam hal pengetahuan budaya dan keterampilan yang terkait dengan
nilai-nilai tersebut. Dengan pemahaman yang mendalam, siswa dapat
menerapkan nilai-nilai budaya pengajaran ini dalam kehidupan sehari-hari dan
bertindak sebagai agen perubahan yang mempertahankan dan meneruskan
warisan budaya.
Namun, penting untuk dicatat bahwa pendekatan esensialisme juga harus
fleksibel dan mampu menyesuaikan dengan tuntutan zaman modern. Meskipun
nilai-nilai budaya pengajaran dapat dianggap abadi, cara penyampaian dan
pengintegrasian nilai-nilai tersebut harus relevan dan sesuai dengan konteks
zaman sekarang. Integrasi teknologi, keterampilan abad ke-21, dan pemahaman
mengenai isu-isu global saat ini harus diakomodasi dalam pendekatan
esensialisme untuk menjaga relevansi dan kebermanfaatan dari nilai-nilai
budaya pengajaran tersebut.
Dalam kesimpulan, esensialisme dapat menyikapi dan mempertahankan
nilai-nilai budaya pengajaran pada zaman modern dengan mengidentifikasi,
mengintegrasikan, dan mengajarkan nilai-nilai tersebut dengan cara yang
komprehensif, mendalam, dan relevan. Dengan pendekatan yang tepat,
esensialisme dapat membantu memastikan bahwa nilai-nilai budaya pengajaran
tetap relevan dan bermanfaat bagi siswa di zaman sekarang.
6. Bagaimana esensialisme memengaruhi hubungan antara sekolah, keluarga
dan masyarakat? (Andi Nurhidayah Abidin)
Jawaban:
Esensialisme adalah pandangan filosofis yang menekankan pada
pengetahuan dan keterampilan dasar yang dianggap esensial untuk dikuasai
oleh setiap individu. Dalam konteks pendidikan, esensialisme mempengaruhi
hubungan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sebagai berikut:
a. Sekolah: Esensialisme menekankan pada penguasaan materi inti, seperti
membaca, menulis, dan berhitung, serta pengetahuan umum yang dianggap
penting. Sekolah yang menganut pendekatan esensialis cenderung memiliki
kurikulum yang terstruktur dan fokus pada pemahaman konsep-konsep
dasar. Ini dapat mempengaruhi hubungan antara sekolah dengan siswa, guru,
dan administrator, dengan menekankan pada standar akademik yang tinggi
dan harapan yang jelas terhadap hasil belajar.
b. Keluarga: Esensialisme mempengaruhi hubungan antara keluarga dan
pendidikan dengan menekankan pentingnya pengajaran nilai-nilai moral
dan disiplin kepada anak-anak. Keluarga menjadi mitra dalam memperkuat
pembelajaran yang dijalankan di sekolah. Keluarga yang menganut
esensialisme sering kali mendorong anak-anak untuk fokus pada pendidikan
dan mendorong kedisiplinan serta tanggung jawab dalam belajar.
c. Masyarakat: Esensialisme juga mempengaruhi hubungan antara sekolah
dan masyarakat. Masyarakat yang menghargai nilai-nilai esensialis
cenderung mengharapkan sekolah untuk memberikan pendidikan yang
berkualitas, mempersiapkan siswa dengan pengetahuan dan keterampilan
yang relevan. Masyarakat juga dapat berperan dalam mendukung sekolah
dengan memberikan sumber daya, membangun hubungan kemitraan, atau
melibatkan diri dalam pengawasan dan pemantauan pendidikan.
7. Bagaimana pandangan aliran esensialisme terhadap kondisi pendidikan
saat ini? (Nurkhalifa)
Jawaban:
Aliran esensialisme dalam pendidikan memandang bahwa pendidikan harus
fokus pada penguasaan keterampilan dan pengetahuan esensial yang dianggap
penting untuk kehidupan dan keberhasilan seseorang. Dalam kondisi
pendidikan saat ini, pandangan esensialisme mungkin mengkritik kurikulum
yang dianggap terlalu luas dan menyertakan materi yang dianggap tidak penting
atau tidak relevan. Mereka mungkin juga menyoroti kekurangan fokus pada
keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung, yang dianggap
sebagai fondasi yang kuat bagi pembelajaran lanjutan. Aliran esensialisme
mungkin mendorong pendidikan yang lebih terstruktur dan berpusat pada inti
pengetahuan yang dianggap esensial bagi semua siswa.
8. Apa nilai nilai yang diutamakan dalam pendekatan esensialisme dalam
pendidikan? (Nurhaerani Ramli)
Jawaban:
Dalam pendekatan esensialisme dalam pendidikan, terdapat beberapa nilai
yang diutamakan, antara lain:
a. Pendidikan dasar: Esensialisme mengedepankan pengetahuan dasar yang
penting dan universal, seperti matematika, sains, bahasa, dan sejarah. Nilai-
nilai ini dianggap esensial untuk membentuk dasar pemahaman yang kuat.
b. Pendidikan karakter: Esensialisme menekankan pentingnya pengembangan
karakter siswa, termasuk nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, kerja
keras, integritas, dan ketekunan. Pendidikan karakter dianggap fundamental
dalam membentuk individu yang berkualitas.
c. Pembelajaran disiplin: Esensialisme mendorong pembelajaran yang
terstruktur dan disiplin. Fokus diberikan pada pembelajaran yang serius dan
mendalam, dengan penekanan pada disiplin ilmiah dan metode pengajaran
yang terorganisir.
d. Otoritas guru: Esensialisme memberikan peran sentral kepada guru sebagai
otoritas dalam proses pembelajaran. Guru dianggap sebagai sumber
pengetahuan yang berkompeten dan berpengalaman, serta bertanggung
jawab untuk memberikan pengajaran yang efektif kepada siswa.
e. Standar tinggi: Esensialisme menuntut standar tinggi dalam prestasi
akademik dan perilaku siswa. Tujuan utama adalah mempersiapkan siswa
untuk kehidupan nyata dan dunia kerja, dengan menanamkan kualitas-
kualitas yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan.
f. Rasionalitas: Esensialisme mendorong pemikiran rasional dan kritis. Siswa
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis, evaluatif,
dan logis, serta mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam pemecahan
masalah sehari-hari.
KESIMPULAN

Seorang tenaga pendidik dapat mengatasi tantangan dalam menerapkan


pendidikan esensialisme dengan cara mengedepankan pembelajaran yang
berpusat pada esensi pengetahuan dan keterampilan fundamental, serta
mengabaikan hal-hal yang dianggap sek under atau kurang relevan. Mereka
perlu fokus pada inti kurikulum yang memprioritaskan pembentukan karakter,
nilai-nilai moral, dan pengembangan potensi individu. Selain itu, tenaga
pendidik perlu menghadapi tantangan dengan memperkuat komunikasi dan
kerjasama dengan siswa, orang tua, dan masyarakat untuk mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan.
Tujuan utama pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah untuk
membebaskan manusia dari segala bentuk keterbelakangan, mengembangkan
potensi individu secara maksimal, dan menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat. Pendekatan pendidikan yang dianut oleh Ki Hadjar Dewantara
adalah holistik, yang mencakup pengembangan fisik, intelektual, emosional,
dan sosial individu.
Aliran esensialisme menanggapi perubahan dan perkembangan sosial
dengan mempertahankan inti pengetahuan dan nilai-nilai universal yang
dianggap penting dalam pendidikan. Meskipun aliran ini mungkin mengakui
adanya perubahan, esensialisme tetap menekankan pada prinsip-prinsip yang
abadi dan universal yang diperlukan untuk membentuk karakter dan
mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan.
Dalam menghadapi zaman modern, esensialisme bisa mempertahankan
nilai-nilai budaya pengajaran dengan menyaring informasi dan pengetahuan
yang relevan dan esensial untuk diterapkan dalam pembelajaran. Meskipun
esensialisme menekankan pada inti pengetahuan, pendidik masih dapat
mengintegrasikan elemen budaya dan konteks zaman ke dalam metode
pengajaran mereka.
Esensialisme memengaruhi hubungan antara sekolah, keluarga, dan
masyarakat dengan mempromosikan kerjasama dan keterlibatan aktif dari
ketiga pihak tersebut. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertanggung jawab
dalam membentuk karakter siswa, sementara keluarga berperan dalam
mendukung dan memperkuat nilai-nilai yang diajarkan di sekolah. Masyarakat
juga berperan dalam memberikan dukungan dan menciptakan lingkungan yang
mendukung pendidikan.
Aliran esensialisme melihat kondisi pendidikan saat ini sebagai perluasan
tantangan yang perlu diatasi dengan tetap mempertahankan fokus pada esensi
pengetahuan dan pengembangan karakter siswa. Mereka mungkin menganggap
bahwa pendidikan saat ini terlalu terpusat pada aspek-aspek yang sekunder dan
mengabaikan nilai-nilai fundamental yang diperlukan untuk membentuk
individu yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai