Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM SOSIOLOGI MASYARAKAT PESISIR

Oleh :
KELOMPOK 4

AQIL BAEHAQI 26030122140086


DWI HARTY SHAFIRA A. 26030122140081
GEMA AYATULLAH H. 26030122140068
SANTIARA NAPITUPULU 26030122140064
VANISISITA EKA F. 26030122140054
VERONIKA SITUMEANG 26030122140065

DEPARTEMEN PERIKANAN TANGKAP


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Laporan Resmi Praktikum Sosiologi Masyarakat Pesisir


Kelompok :4
Jurusan / Prodi : PerikananTangkap
Laporan ini telah disetujui dan disahkan pada
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Menyetujui,
Koordinator Asisten Asisten Pendamping

Mirra Halizah Septianna Evi Sis Maya


NIM 26030120120004 NIM 26030120140077

Mengetahui,
Koordinator Praktikum

Dr. Abdul Kohar Mudzakir, S.Pi., M. Si.


NIP 19740122 199903 1 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum Sosiologi
Masyarakat Pesisir ini dengan baik.
Tahapan penyusunan laporan ini, penyusun mendapatkan banyak bantuan
dari berbagai pihak.Oleh karena itu, penyusun menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dr. Abdul Kohar Mudzakir, S.Pi., M.Si selaku dosen dan Koordinator
Praktikum Sosiologi Masyarakat Pesisir yang telah memberikan pengarahan
dan izin praktikum;
2. Dr. Ir. Bambang Argo Wibowo, M.Si., Prof. Dr. Azis Nur Bambang, M.S.,
dan Dr. Trisnani Dwi Hapsari, S.Pi., M.Si. selaku pengampu Mata Kuliah
Sosiologi Masyarakat Pesisir yang telah memberikan bimbingan materi;
3. Tim Asisten Praktikum Sosiologi Masyarakat Pesisir atas bimbingan dan
kerjasamanya;
4. Rekan-rekan Departemen Perikanan Tangkap Universitas Diponegoro
angkatan 2022 yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum
Sosiologi Masyarakat Pesisir.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan ini,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata semoga laporan kami ini dapat diterima dan dapat memberikan
manfaat.

Semarang

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Tujuan........................................................................................................3
1.3. Waktu dan Tempat....................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1. Pengertian Masyarakat Perikanan.............................................................4
2.2. Karakteristik Masyarakat Perikanan.........................................................5
2.2.1. Pendidikan.......................................................................................5
2.2.2. Pekerjaan..........................................................................................6
2.2.3. Pola Kegiatan...................................................................................6
2.2.4. Peran Wanita....................................................................................7
2.2.5. Sistem Kepercayaan.........................................................................8
2.3. Dimensi Ekonomi Masyarakat Perikanan.................................................8
2.3.1. Pendapatan.......................................................................................8
2.3.2. Pengluaran.......................................................................................9
2.3.3. Hubungan Patronage......................................................................10
2.3.4. Sistem Bagi Hasil...........................................................................10
2.4. Dimensi Sosial dan Kelembagaan Masyarakat Perikanan......................11
2.4.1. Paguyuban......................................................................................11
2.4.2. Patembayan....................................................................................14
2.5. Dimensi Budaya Masyarakat Pesisir.......................................................16
2.5.1. KearifanLokal................................................................................16
2.5.2. Peranan Kearifan Lokal.................................................................16
III. METODE PENELITIAN.............................................................................18
3.1. Materi......................................................................................................18
3.2. Metode Praktikum...................................................................................18
3.2.1. Metode Deskriptif..........................................................................19
3.2.2. Metode Observasi..........................................................................19
3.2.3. Metode Studi Pustaka....................................................................19
3.2.4. Metode Dokumentasi.....................................................................20
3.3. Metode Pengambilan Data......................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

iii
DAFTAR TABEL

Halaman
1.Tabel 3.1. Alat yang digunakan dalam Praktikum Sosiologi Masyarakat Pesisir
......................................................................................................................18

iv
DAFTAR GAMBAR

v
DAFTAR LAMPIRAN

vi
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kendal adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Terletak di pesisir utara Pulau Jawa, kabupaten ini memiliki potensi perikanan
yang besar. Potensi perikanan di Kendal didukung oleh kondisi geografis dan
lingkungan yang menguntungkan, yaitu memiliki wilayah pesisir yang luas.
Kendal juga memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti berbagai jenis
ikan, udang, cumi-cumi, dan kerang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri pengolahan perikanan. Pemerintah daerah Kendal juga telah membangun
infrastruktur pendukung seperti pelabuhan, pasar ikan, dan sarana transportasi
yang memudahkan pengangkutan hasil perikanan ke berbagai daerah. Menurut
Adhim dan Etty (2018), kabupaten Kendal yang memiliki potensi perikanan
tangkap laut yang cukup melimpah dengan garis pantai sepanjang 41 km.
Kontribusi sektor pertanian terhadap penerimaan PDRB Kabupaten Kendal
terbesar kedua setelah industri. Dalam beberapa tahun terakhir, potensi perikanan
di Kendal semakin berkembang. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi
perikanan dan hasil tangkapan yang semakin beragam. Dengan potensi perikanan
yang besar dan dukungan infrastruktur yang memadai, sektor perikanan di Kendal
memiliki prospek yang cerah, selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat, pengembangan sektor perikanan juga dapat membuka lapangan kerja
dan memperkuat perekonomian daerah.
Perikanan adalah salah satu sektor yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat di wilayah Kendal. Namun, seperti halnya di daerah lain, perikanan di
wilayah Kendal juga menghadapi beberapa masalah sosial yang perlu diperhatikan
dan diatasi. Masalah sosial di bidang perikanan di wilayah Kendal adalah masalah
yang cukup kompleks dan memerlukan penanganan yang serius dari berbagai
pihak. Ada beberapa masalah sosial yang terkait dengan perikanan di wilayah
Kendal itu seperti penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan karena adanya
penangkapan ikan di waktu yang tidak tepat dapat mengakibatkan penurunan stok
ikan di wilayah Kendal, persaingan yang tidak sehat antara nelayan dan
perusahaan perikanan besar yang dapat menimbulkan konflik di antara mereka
2

sehingga dapat membuat persaingan semakin tidak sehat, kurangnya sarana dan
prasarana yang memadai seperti alat tangkap yang modern dan kapal nelayan
yang layak digunakan serta sarana pengolahan ikan yang memadai dapat
menghambat perkembangan sektor perikanan di wilayah Kendal, kurangnya
pendidikan dan keterampilan nelayan dalam mengelola sumber daya perikanan
yang dapat memperburuk situasi dapat mengakibatkan penangkapan ikan yang
berlebihan (Overfishing) dan penurunan kualitas ikan yang dihasilkan, dan yang
paling banyak dialami oleh semua masyarakat kendal adalah ketergantungan pada
sektor perikanan. Jika masyarakat Kendal terlalu bergantung pada sektor
perikanan, maka ketidakstabilan dalam industri perikanan dapat berdampak pada
kemiskinan dan ketidakstabilan ekonomi dalam jangka panjang. Masyarakat
pesisir sebenarnya juga memiliki tanggung jawab yang sama besar, mengingat
aktivitas dan mata pencaharian sehari-hari mereka sangat bergantung pada jasa
sumber daya yang ada dan dampak dari aktivitas mereka memiliki pengaruh yang
cukup besar terhadap sumber daya pesisir dan laut (Harahap et al., 2021).
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, dibutuhkan kerjasama antara
pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha perikanan untuk mencari solusi yang
adil dan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya perikanan di wilayah
Kendal. Solusi yang diusulkan dapat berupa pembatasan penangkapan ikan,
pengaturan kuota, penggunaan teknologi yang lebih ramah lingkungan, pemberian
apresiasi bagi nelayan yang mengikuti aturan, atau Pengembanagan usaha
masyarakat sehingga tidak hanya tergantung pada sektor perikanan saja. Dengan
diadakannya praktikum lapangan sosiologi masyarakat pesisir di wilayah Kendal
yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mempelajari lebih dalam tentang sistem sosial dan ekonomi masyarakat pesisir.
Serta dapat mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan dalam usaha perikanan masyarakat pesisir di wilayah Kendal.
Mahasiswa dapat mempelajari keberagaman budaya tersebut secara langsung
sehingga dapat memahami lebih dalam tentang keanekaragaman sosial dan
budaya di Indonesia, mahasiswa dapat mengamati dan menganalisis berbagai
aspek kehidupan masyarakat pesisir wilayah Kendal, mahasiswa dapat
memperdalam pemahaman mereka tentang isu-isu tersebut dan mencari solusi
3

yang tepat untuk mengatasi masalah sosial di wilayah Kendal, dan mahasiswa
dapat meningkatkan kesadaran lingkungan mereka dan memahami pentingnya
konservasi sumber daya laut bagi keberlanjutan hidup masyarakat pesisir.

1.2. Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktikum Sosiologi Masyarakat Pesisir adalah
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa
terhadap sosiologi masyarakat pesisir;
2. Mahasiswa dapat mengetahui data primer yang di jadikan evaluasi untuk
suatu permasalahan di PPP Tawang;
3. Untuk mengetahui keadaan daerah PPP Tawang dan mahasiswa mampu
mengidentifikasi lembaga-lembaga yang ada pada masyarakat pesisir;
4. Mahasiswa dapat mengenal dan dapat mengetahui sejauh mana bentuk
pengelolaan wilayah pesisir pantai yang ada di Tawang,
Kabupaten Kendal; dan
5. Untuk mengetahui peran masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir
pantai.

1.3. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan praktikum Sosiologi Masyarakat pesisir 2023 yang
dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Mei 2023. Praktikum Lapangan dilaksanakan
secara offline di PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) Tawang di Desa Gempolsari,
Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Masyarakat Perikanan


Masyarakat perikanan adalah kelompok masyarakat yang secara
tradisional hidup dan menggantungkan hidup mereka pada sektor perikanan
sebagai mata pencaharian utama. Mereka biasanya tinggal di daerah pesisir atau
pulau-pulau kecil yang terletak di dekat laut, dan mengandalkan sumber daya ikan
dan hasil laut lainnya sebagai sumber makanan dan penghasilan utamanya baik itu
nelayan, pengusaha perikanan, pedagang ikan, atau pekerja di industri perikanan
lainnya. Kehidupan masyarakat perikanan sangat bervariasi tergantung pada
lokasi geografis, budaya, dan jenis sumber daya ikan yang tersedia di daerah
tersebut. Masyarakat perikanan juga bergantung pada alam dan musim untuk
menentukan waktu penangkapan ikan. Pada musim tertentu, mereka bisa
menangkap ikan dalam jumlah yang cukup banyak, sementara di musim lain
mungkin mereka harus mencari sumber penghasilan yang alternatif. Masyarakat
perikanan memiliki suatu keahlian dan pengetahuan khusus dalam mengelola
sumber daya ikan dan hasil laut lainnya secara berkelanjutan. Mereka sering
menggunakan teknik tangkap ikan tradisional yang ramah lingkungan, seperti
jaring dan perahu kayu, yang membantu menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut pada hakekatnya adalah suatu proses
pengontrolan tindakan manusia atau masyarakat di sekitar kawasan pesisir agar
pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan
mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan (Wibowo et al., 2021).
Kehidupan masyarakat perikanan seringkali dihadapkan dengan tantangan.
Tantangannya seperti perubahan iklim yang dapat mempengaruhi produktivitas
dan kelimpahan sumber daya ikan, degradasi lingkungan atau kerusakan
lingkungan seperti kerusakan terumbu karang, polusi air laut dan sungai, serta
limbah industri dapat mempengaruhi kelimpahan dan kualitas sumber daya ikan,
overfishing yang dilakukan nelayan besar, persaingan bisnis seperti masyarakat
perikanan seringkali berada dalam persaingan dengan bisnis ikan besar, seperti
perusahaan perikanan komersial atau industri pengolahan ikan yang dapat
membuat masyarakat perikanan kecil kehilangan peluang untuk menjual hasil
5

tangkapan mereka. Sehingga dapat mengurangi penghasilan dan keberlangsungan


hidup mereka, dan kebijakan yang tidak mendukung penghidupan mereka
sehingga dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup dan penghidupan mereka.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perikanan pesisir,
perlu ada upaya untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Pemanfaatan
peluang usaha dan kesempatan kerja yang dilakukan masyarakat perikanan akan
meningkatkan pendapatan yang akan digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan produk-produk dan jasa yang
disediakan oleh masyarakat itu sendiri. Kesejahteraan nelayan berkorelasi dengan
aktivitas perikanan dan keuntungan yang didapatkan sehingga dapat menjalani
kehidupan dengan baik (Kristiyanti et al., 2020).

2.2. Karakteristik Masyarakat Perikanan


2.2.1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses untuk membantu individu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperlukan untuk
mengembangkan kemampuan diri dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Pendidikan di masyarakat perikanan Kabupaten Kendal rata-rata hanya berhenti
pada batas SD dan sedikit juga yang melanjutkan pendidikan sampai ke tingkat
SMP. Keadaan tersebut biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kurangnya kesadaran para masyarakat, keterbatasan sarana dan prasarana seperti
ketersediaan guru maupun fasilitas pendukung lainnya serta adanya faktor
kesenjangan ekonomi. Padahal pendidikan itu sendiri sangatlah penting bagi
masyarakat perikanan Kendal untuk menghadapi tantangan di masa depan nanti.
Ketertinggalan bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan, salah satunya
disebabkan oleh masih rendahnya keberpihakan pemerintah sebagai penggagas
dan pengayom masyarakat terhadap bidang pendidikan, karena itu tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa kelemahan dalam bidang pendidikan
menunjukkan ketidak berhasilannya pemerintahan suatu negara dalam
meningkatkan kualitas bangsanya (Rahman et al., 2021).
6

2.2.2. Pekerjaan
Pekerjaan masyarakat perikanan bisa dikategorikan menjadi dua yaitu
pekerjaan tradisional dan pekerjaan modern. Pekerjaan tradisional pada
masyarakat perikanan sendiri adalah berprofesi sebagai nelayan dan petani garam,
sedangkan pekerjaan modern pada masyarakat perikanan adakah sebagai
pariwisata dan perikanan budidaya. Terdapat ancaman terhadap pekerjaan di
masyarakat pesisir seperti perusakan lingkungan dan perubahan iklim. Perusakan
lingkungan seperti penangkapan ikan secara berlebihan, penggunaan alat tangkap
yang tidak ramah lingkungan dan adanya pembentukan alur pelayaran baru yang
dapat merusak habitat laut sehingga mengancam kelasungan hidup pada
masyarakat pesisir. Selain itu, perubahan iklim seperti peningkatan suhu air dan
peningkatan intensitas badai dapat mempengaruhi hasil tangkapan nelayan dan
keuntungan dari perikanan budidaya. Masyarakat dan ekonomi adalah ibarat dua
sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan artinya masyarakat dan ekonomi adalah
akan selalu berkaitan, hal ini karena kemakmuran atau maju mundurnya suatu
masyarakat dapat diukur salah satunya dari taraf perekonomiannya dan
masyarakat adalah kaum pelaku ekonomi artinya perekonomian tidak akan ada
bila masyarakatnya tidak ada (Susanti et al., 2020).
2.2.3. Pola Kegiatan
Pola kegiatan di masyarakat perikanan sangatlah beragam tergantung dari
jenis ikan yang diperoleh, lokasi wilayah, tingkat teknologi dan regulasi yang
berlaku di masing-masing wilayah. Pola kegiatan pada masyarakat perikanan
tersebut dapat mencakup berbagai jenis kegiatan, seperti penangkapan ikan,
budidaya ikan, pemasaran ikan, industri pengolahan ikan dan kegiatan lainnya
yang terkait dengan perikanan. Kegiatan penangkapan ikan dilakukan dengan
menggunakan berbagai jenis alat tangkap ikan, seperti jaring, pancing, bagan, dan
lain-lain. Kegiatan penangkapan ikan merupakan suatu kegiatan pemanfaatan
sumberdaya ikan yang dilakukan oleh para nelayan untuk kehidupan sosial
ekonomi dan untuk kesejahteraan para nelayan (Tahapary dan Syamsul, 2014).
Pola kehidupan masyarakat nelayan, struktur yang terkonstruksi merupakan
aktualisasi dari organisasi kehidupan perahu. Sistem organisasi nelayan memberi
ruang yang luas bagi tumbuhnya penghargaan terhadap nilai-nilai prestatif,
7

kompetitif, berorentasi keahlian, tingkatan solidaritas sosial karena faktor nasib


dan tantangan alam, serta loyalitas terhadap pemimpin yang cerdas. Karena itu,
posisi sosial seorang nelayan atau pedagang ikan yang sukses secara ekonomis
dan memiliki modal kultural, seperti suka menderma dan sudah berhaji, sangat
dihormati oleh masyarakat di lingkungan sekitar dan diikuti dengan pendapatnya
yang lebih besar (Julkrismi, 2018).
2.2.4. Peran Wanita
Peran wanita pada umumnya di sektor domestik dalam keluarga seperti
mencuci, membersihkan rumah, menyapu, memasak, merawat anak, dan lainnya.
Peran tersebut tidak akan lepas dari aktivitas dalam sehari-hari karena sudah
menjadi keharusan (tugas pokok) bagi wanita. Peranan wanita dalam mengelola
sumberdaya keuangan sangatlah dominan. Manajemen dalam rumah tangga
nelayan sangat memungkinkan pentingnya peran istri, terutama dalam
pengelolaan keungan rumah tangga. Wanita juga berperan dalam proses
pengambilan keputusan dalam rumah tangga mengingat para suami yang telah
sibuk mencari nafkah (Setyawati dan Endah, 2018).
Wanita memainkan peran yang penting dalam masyarakat perikanan
sebagai pelaku usaha, pekerja, pengambil keputusan dan penjaga keberlanjutan
sumberdaya laut. Sebagai pelaku usaha, wanita memainkan peran yang penting
dalam pembuatan dan penjualan produk perikanan. Wanita juga terlibat dalam
bisnis perikanan skala kecil dan menengah, seperti membuat kerajinan dari bahan-
bahan hasil laut yang dikreasikan dengan imajinasi mereka. Keberadaaan wanita
sebagai penyokong kebutuhan ekonomi rumah tangga sangat dibutuhkan
mengingat para suami yang bekerja sebagai nelayan tidaklah dapat digantungkan
dari sisi penghasilan. Keberadaan perekonomian yang semakin tidak menentu,
kesempatan kerja semakin terbatas karena persaingan yang semakin ketat, harga-
harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat akan berakibat pada
terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Kondisi tersebutlah yang
mendorong ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya menekuni sektor domestik,
kemudian ikut berpartisipasi di sektor public dengan ikut serta menompang
perekonomian keluarga (Setyawati dan Endah, 2018).
8

2.2.5. Sistem Kepercayaan


Kepercayaan di Indonesia berasal dari beragam kebudayaan sehingga
melahirkan tradisi-tradisi baik yang kini masih dijalani dan yang sudah hilang.
Tradisi-tradisi tersebut tidak terlepas dari kepercayaan dinamisme dan animisme
yang diwariskan oleh leluhurnya. Karakteristik masyarakat pesisir dapat
ditentukan oleh karakteristik kepercayaan dari kebudayaan setiap masyarakat.
Contoh dari kepercayaan pada masyarakat pesisir yang memiliki beberapa tradisi
yang menjadi ciri khasnya salah satunya adalah sedekah laut. Sedekah laut
merupakan tradisi menyembelih hewan kerbau dimakan dan dibuat selamatan
sedangkan kepada hewan kerbau dilarung sebagai ungkapan rasa syukur dan
sebagai tolak bala (Fitriyani et al., 2019).
Kepercayaan dilakukan dengan cara menghubungkan perilaku dengan
berbagai manfaat dan kerugian yang diperoleh jika seseorang melakukan atau
tidak melakukannya. Kepercayaan dapat menjadi pondasi sebagai penguat sikap
terhadap perilaku berdasarkan evaluasi yang dilakukan seseorang atau dapat
memberikan keuntungan baginya. Keunikan yang terjadi adalah saat masyarakat
pesisir Jepara khususnya nelayan pada saat melaut mendapat hasil tangkapan ikan
yang besar, para nelayan akan merasa tidak tenang jika mendapat ikan besar,
mereka menganggap mendapat tangkapan ikan besar merupakan pertanda bahwa
mereka akan mendapat musibah atau hasil tangkapannya tidak melimpah.
Kepercayaan masyarakat pesisir Jepara tersebut menjadi faktor yang penting
bertahannya sedekah laut, mereka tidak memiliki keberanian untuk mengubah
bahkan meninggalkan tradisi kepercayaan tersebut (Fitriyani et al., 2019).

2.3. Dimensi Ekonomi Masyarakat Perikanan


2.3.1. Pendapatan
Pendapatan masyarakat pesisir bergantung pada pemanfaatan potensi
sumber daya perikanan yang terdapat di lautan pendapatan masyarakat nelayan
secara langsung langsung ataupun tidak akan mempengaruhi kualitas hidup
mereka, karena pendapatan dari hasil berlayar merupakan sumber pemasukan
utama atau satu satunya bagi mereka. Terutama terhadap kemampuan mereka
mengelola lingkungan tempat hidup mereka. Pendapatan nelayan, pendapatan non
9

nelayan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesejahteraan, karena apabila


pendapatan lebih tinggi dari pengeluaran maka masyarakat nelayan dapat
dikatakan sejahtera (Sembiring, 2017).
Ketergantungan masyarakat pesisir terhadap musim sangat tinggi dan tidak
setiap saat nelayan bisa melaut terutama pada musim ombak yang berlangsung
lebih dari satu bulan. Akibatnya, tidak ada hasil tangkapan ikan yang diperoleh
dan tidak menguntungkan nelayan karena rata-rata pendapatan perbulan nelayan
menjadi lebih kecil dan pendapatan yang diperoleh pada saat musim ikan akan
habis dikonsumsi pada saat musim paceklik. Selain itu, tingkat kesejahteraan
nelayan juga sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan
tercermin pula besar pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian
besar digunakan untuk memenuhi keperluan konsumsi keluarga. Dengan
demikian tingkat pemenuhan kebutuhan konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik
minimum (kfm) sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterima (Kurniasari et
al., 2016).
2.3.2. Pengluaran
Pengeluaran atau konsumsi pangan terdiri dari pengeluaran pangan dan
non pangan. Pengeluaran pangan terdiri beras, lauk pauk, ikan. Sedangkan
konsumsi non pangan terdiri dari biaya pendidikan, kegiatan sosial, biaya listrik,
biaya kesehatan. Semakin tinggi pendapatan melaut, maka pengeluaran non
pangan akan semakin meningkat. Melalui penelitian yang dilakukan pada
masyarakat pesisir Selat Madura khususnya di kecamatan Lekok, Desa Jatirejo
pengeluaran pangan lebih cenderung sama dikarenakan masyarakat pesisir Selat
Madura masih gemar makan ikan karena harganya lebih murah. Pengeluaran non
pangan terbanyak dialokasikan pada biaya pendidikan anaknya, wisata rohani, dan
sedekah setiap bulannya (Primyastanto et al., 2013).
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pengeluaran rumah tangga
nelayan adalah pendapatan melaut, pendapatan non melaut, jumlah keluarga, dan
pendidikan nelayan. Jika pendidikan meningkat maka nelayan lebih pandai dalam
manajerial keuangan sehingga pengeluaran berkurang. Hal ini sebagai suatu upaya
untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (Primyastanto et al., 2013).
10

2.3.3. Hubungan Patronage


Hampir seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia menggunakan
sistem patronage (patron-client) dalam interaksi sehari-hari mereka. Patron-client
merupakan bentuk relasi yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Patron
biasanya direferensikan sebagai orang yang lebih dalam segala hal dari client.
Oleh karena itu, fungsi umum patron adalah menjamin kebutuhan dan keperluan
client, sedangkan klien membantu patron untuk mencapai targetnya. Kehadiran
klien sangat membantu patron dalam kehidupan sehari-hari, begitu pula
sebaliknya patron sangat membantu klien untuk memenuhi kebutuhannya.
Hubungan patronage merupakan hubungan antar pelaku yang menguasai sumber
daya yang kelasnya tidak sama yang sifatnya khusus dan mengandung keakraban
yang didasarkan pada asas yang dimana kedua belah pihak saling diuntungkan.
Hubungan patronage secara langsung terjadi dengan sangat baik karena keduanya
saling membutuhkan dan diuntungkan dimana bos tanpa adanya nelayan tidak
akan mendapat hasil tangkapan ikan, udang, rumput laut, dan hasil laut lainnya.
Begitu juga dengan nelayan, nelayan membutuhkan bos untuk menjual hasil
tangkapan mereka (Sufirudin, 2016).
Mekanisme hubungan patron-client ini seringkali bersifat dominatif dan
sengaja dipelihara patron (pengumpul) agar client (pembudidaya) menjadi
tergantung dan terus menyuplai pasokan hasil budidayanya. Hubungan patron-
klien ini dapat menggerakan kegiatan ekonomi di pedesaan karena hal ini dapat
memberikan upaya berupa perlindungan subsistensi kepada pembudidaya yang
sedang kekurangan modal, menciptakan lapangan pekerjaan, mengakses pasar
serta menjadi mediator untuk mendistribusikan hasil panen ke luar daerah
(Handoko et al., 2022).
2.3.4. Sistem Bagi Hasil
Sistem bagi hasil usaha perikanan di wilayah Kendal merupakan sistem
yang diberlakukan oleh pemilik kapal atau juragan kepada seluruh awak kapal.
Sistem bagi hasil perikanan juga merupakan suatu perjanjian yang dibuat atau
diputuskan bersama antara pemilik perahu dan nelayan buruh yang dimana
perjanjian itu dibuat guna untuk mensejahterakan dan meningkatkan taraf hidup
nelayan buruh. Sistem ini memiliki pola tersendiri yang sesuai dengan budaya
11

nelayan wilayah Kendal, pola tersebut belum tentu sama dengan pola yang
berlaku di desa lainnya. Sistem ini juga diterapkan oleh nelayan dengan cara
mengikuti budaya daerahnya secara turun-temurun dari desa itu sendiri. Sistem
bagi hasil memiliki pengaruh penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup para
nelayan (Widhihastuti dan Rosyidah, 2018).
2.4. Dimensi Sosial dan Kelembagaan Masyarakat Perikanan
2.4.1. Paguyuban
Paguyuban termasuk salah satu dalam dinamika sosial di dalam
masyarakat. Paguyuban merupakan sebuah perkumpulan beberapa orang atau
lembaga yang dapat menciptakan sebuah persatuan di dalamnya. Biasanya untuk
meningkatkan suatu pemberdayaan bagi masyarakat guna mencapai sebuah
kesejahteraan. Paguyuban sangat berguna bagi dalam menjalankan sebuah
kegiatan dengan mengandalkan pola pikir dari berbagai pihak. Paguyuban adalah
sebuah organisasi informal yang memiliki asas cinta kasih persaudaraan,
menghayati solidarias, toleransi dan prinsip subsisdiaritas dalam memanfaatkan
dalam memanfaatkan segala perbedaan untuk mencapai tujuan bersama dimana
para anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah, kekal
serta sehati – sejiwa (Wiranti dan Pudjo, 2015).
Para masyarakat pesisir sering kali mengadakan perkumpulan dalam
membahas hasil laut. Paguyuban ini dilakukan guna mencari atau memutuskan
suatu permasalahan antar nelayan dengan kesepakatan bersama. Hal ini dapat
membuat suatu hubungan persaudaraan semakin erat dan timbul rasa gotong
royong. Sehingga antar nelayan nantinya dapat bekerja sama dalam hal
pemberdayaan sumberdaya yang di laut secara adil dan tertata. Paguyuban
masyarakat pada dasarnya terjadi karena memiliki keinginan atau tujuan yang
sama dan selain itu juga memiliki kepercayaan antara masyarakat yang satu
dengan masyarakat lainnya (Stepy dan firman, 2020).
a. sosial
Paguyuban sosial Kendal merupakan kelompok sosial yang anggotanya
memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Rasa solidaritas,
kepercayaan, kejujuran, dan kerja sama antar anggota menjadi dasar terciptanya
paguyuban sosial. Kesamaan ciri-ciri, kedudukan yang sama, adanya hubungan
12

yang intim diantara individu-individu sebagai anggota kelompok merupakan


unsur yang mengikat suatu paguyuban sosial di daerah Kendal. Interaksi rutin dari
masyarakat yang tergabung dalam kelompok sosial memunculkan rasa solidaritas
antar anggotanya (Andrian dan Argo, 2018).
Salah satu penyebab terbentuknya kelompok sosial baru dalam
masyarakat, yaitu kelompok sosial karena profesi yang sama seperti kelompok
nelayan, kelompok tani, dan kelompok pedagang. Masyarakat perikanan di daerah
Kendal yang terbentuk dalam aktivitas kelompok yang melaksanakan aktivitas
usaha selain melaut tetapi juga memiliki kegiatan sosial lainnya seperti tengkulak,
pemberi modal usaha, pemilik toko atau warung, dan bentuk aktivitas sosial
lainnya. Kegiatan sebagai upaya untuk mengikat anggota paguyuban dan
masyarakat sekitar dalam bingkai persaudaraan dan saling kerja sama. Relasi
sosial yang terjalin antar sesama nelayan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan kemampuan dalam hal pemanfaatan sumber daya pesisir serta
menemukan potensi di wilayah pesisir secara kolektif (Rahmawati et al., 2023).
b. pemerintahan
Pemerintah merupakan bagian negara yang memegang peranan penting dan
bertanggung jawab dalam memimpin pemerintahan untuk mencapai tujuan suatu
negara. Peran pemerintah daerah adalah memberikan kegiatan administrasi yang
menambah pengetahuan, informasi dan pelatihan tentang pengelolaan usaha
perikanan. Program yang diharapkan bertujuan untuk meningkatkan modal sosial
nelayan dan memberi mereka lebih banyak kekuatan sosial dalam ekonomi yang
mandiri. Maka dari itu pemberdayaan masyarakat diperlukan untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat yang optimal dan merata. Peran pemerintah dalam
pemberdayaan masyarakat perikanan terbagi menjadi empat yaitu sebagai
regulator, dinamisator, fasilitator, dan katalisator (Sonia dan Susilawati, 2022).
1. Pemerintah sebagai regulator, yaitu mengatur arah pembangunan yang
seimbang melalui regulasi. Sebagai regulator, pemerintah memberikan
titik awal kepada masyarakat sebagai alat untuk mengawasi setiap potensi
tindakan penegakan hukum.
2. Pemerintah sebagai dinamisator, yaitu mendorong partisipasi masyarakat
ketika terjadi hambatan dalam proses pembangunan, sehingga dinamika
13

pembangunan daerah dapat didorong dan dipertahankan. Pemerintah


memiliki peran dalam memberikan bimbingan dan bimbingan yang
mendalam dan efektif kepada masyarakat, biasanya melalui tim penyuluh
atau melalui pelatihan yang diberikan oleh lembaga tertentu.
3. Peran pemerintah sebagai fasilitator, yaitu menciptakan kondisi untuk
memperlancar pelaksanaan pembangunan sehingga dapat menyatukan
kepentingan semua pihak masyarakat untuk optimalisasi pembangunan
daerah.
4. Sebagai fasilitator, pemerintah melakukan pembinaan melalui pelatihan,
pendidikan dan peningkatan keterampilan, serta di bidang keuangan
dengan memberikan bantuan keuangan kepada masyarakat yang terkena
dampak.
Implementasi program pemberdayaan sangat membutuhkan kerja sama
dari beberapa pihak yaitu pemerintah daerah, masyarakat dan lembaga- lembaga
sosial dalam masyarakat. Kerja sama yang harmonis dan seimbang serta saling
menguntungkan mampu menjaga kelestarian dan keberlanjutan sebuah program
pembangunan untuk kesejahteraan.
Masyarakat pesisir di daerah Kendal adalah masyarakat yang hidup dan
melakukan kegiatan sosial ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya pesisir
dan laut. Masyarakat pesisir adalah masyarakat nelayan, pembudidaya ikan,
pengolah dan pedagang hasil laut, serta masyarakat lain yang mata pencaharian
sosial ekonominya bergantung pada sumber daya laut. Pemberdayaan masyarakat
nelayan dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang dilakukan dengan sadar yang
bersifat terencana, sistematik, dan berkesinambungan untuk membangun
kemandirian sosial, ekonomi dan politik masyarakat nelayan dengan mengelola
potensi sumber daya yang mereka miliki untuk mencapai kesejahteraan sosial
yang bersifat berkelanjutan. Upaya perlindungan dan pemberdayaan nelayan di
daerah Kendal mencapai sasaran yang maksimal diperlukan pengaturan yang lebih
spesifik ditingkat daerah dalam bentuk produk hukum seperti Peraturan Daerah
ataupun Peraturan Bupati dan aturan lainnya yang berkaitan dengan
pemberdayaan nelayan (Windasai et al., 2021).
14

c. keagamaan
Paguyuban keagamaan merupakan suatu wadah pendidikan keagamaan bagi
masyarakat yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia baik secara
pribadi maupun kelompok. Kegiatan keagamaan adalah segala bentuk kegiatan
yang berhubungan dengan nilai-nilai agama yang dijadikan sebagai rutinitas
dalam kehidupan sehari-hari dan dijadikan sebagai pedoman dalam menjalin
hubungan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai agama memberikan
standarisasi moral dan mengarahkan ke mana masyarakat harus bergerak,
termasuk dalam segi perekonomian. Kelompok masyarakat juga dapat berperan
dalam mewujudkan suatu perubahan pada kehidupan masyarakat. Tampaknya
tidak ada penghalang bagi manusia untuk mengedepankan rasa keberagamaan,
tanpa kecuali didaerah pedesaan maupun didaerah pesisir (Inayah et al., 2017).
Masyarakat perikanan di daerah Kendal yakni sekelompok orang atau
individu yang tinggal dan hidup di wilayah pesisir dimana kehidupannya
bergantung langsung pada hasil laut. Masyarakat nelayan bekerja begitu keras
dengan menahan diri dari cuaca maupun hujan dan tidak mengenal waktu,
sehingga kegiatan keagamaan sering kali terhambat. Paguyuban keagamaan dapat
mengimplementasikan nilai-nilai keagamaan dengan mengadakan kegiatan
keagamaan seperti mengundang tokoh agama untuk menyampaikan materi
tentang toleransi, tolong menolong, dan gotong royong yang disediakan dalam
format tempat pelaksanaan sesuai dengan kapasitas peserta. Melalui kegiatan
keagamaan ini, upaya implementasi nilai-nilai moderasi keagamaan, khususnya
adab sopan santun dalam majelis dengan orang lain sangat efektif
diimplementasikan. Desain pembentukan dan dinamika kegiatan paguyuban
disesuaikan dengan konsep pendidikan keagamaan dan sesuai dengan desain
mewujudkan cita-cita luhur menjadi bangsa yang sejahtera, perikemanusiaan yang
beradab, berkeadilan sosial, dan demokratis (Sulthon, 2021).
2.4.2. Patembayan
Patembayan merupakan bentuk kehidupan bersama dimana para
anggotanya mempunyai hubungan yang bersifat pamrih dan dalam jangka waktu
yang pendek, serta bersifat mekanis (Narwoko dan Suyanto, 2011). Bentuk
hubungan ini cenderung diidentikkan dengan kehidupan masyarakat kota karena
15

masyarakat kota yang bersifat kompleks dan terdapat spesialisasi diantara para
anggotanya. Patembayan (gesellschaft) yang diidentikkan dengan bentuk
hubungan masyarakat perkotaan.
a. perkumpulan kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama
yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu dengan yang lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk
mengambil suatu keputusan. Ciri-ciri kelompok adalah sebagai berikut,
mempunyai anggota antara 2-25 orang, terjadi proses interaksi interpersonal di
dalamnya, adanya perasaan saling memiliki, saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan bersama, adanya pembatasan tertentu dalam kelompok
(Ririn, 2016).
Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup
bersama. Ada aksi dan ada reaksi antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Terbentuknya suatu
kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama.
Manusia membutuhkan komunikasi dalam membentuk kelompok, karena melalui
komunikasi orang dapat mengadakan ikatan dan pengaruh psikologis secara
timbal balik. Ada dua hasrat pokok manusia sehingga ia terdorong untuk hidup
berkelompok, yaitu hasrat untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya, dan
hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya (Saidang dan Suparman).
b. ekonomi
Tradisi patembayan di daerah Kendal tidak hanya berdampak pada aspek
sosial, tetapi juga pada aspek ekonomi. Dalam tradisi patembayan, masyarakat
saling membantu dan bekerja bersama untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Hal ini menciptakan sebuah ekosistem ekonomi yang unik di mana masyarakat
tidak hanya bekerja bersama, tetapi juga memperoleh manfaat secara bersama-
sama. Dalam tradisi patembayan, masyarakat di wilayah Kendal sering kali
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar mereka untuk dijual atau
diproses menjadi produk yang dapat dijual. Bentuk patembayan terutama terdapat
16

di dalam hubungan perjanjian yang bersifat timbal balik seperti ikatan antar
pedangang. Penerapan patembayan dalam ekonomi perikanan selain untuk
hubungan timbal balik antar pedangang, patembayan juga dapat digunakan untuk
pembagian hasil tangkapan ikan secara adil antar nelayan yang terlibat dalam
kegiatan penangkapan. Secara tidak langsung terjadi suatu kegiatan ekonomi yang
teratur antar juragan dan nelayan. Penerapan patembayan dalam ekonomi
perikanan ini juga memberikan manfaat panjang bagi masyarakat setempat dan
pengelolaan sumber daya ikan. Patembayan dapat membantu menjaga populasi
ikan di perairan sehingga dapat mempertahankan mata pencaharian nelayan secara
berkelanjutan. Salah satu caranya adalah menggunakan sistem penangkapan ikan
terukur (PIT). PIT merupakan upaya untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan
dengan tetap mengoptimalkan manfaat ekonomi dan sosial bagi nelayan dan
pelaku usaha perikanan (Trenggono, 2022).

2.5. Dimensi Budaya Masyarakat Pesisir


2.5.1. Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah pengetahuan atau keahlian yang dimiliki dalam
suatu masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang
tersedia pada daerah tersebut seperti pengetahuan tentang alam, lingkungan,
budaya, dan sosial. Kearifan lokal masyarakat pesisir wilayah Kendal adalah
pengetahuan, keahlian, dan nilai nilai budaya yang berkembang di daerah pesisir
atau wilayah pantai, karena pada wilayah itulah mereka tumbuh dan berkembang.
Kearifan lokal masyarakat pesisir ini lebih berkaitan dengan sumber daya alam
wilayah pesisir. Masyarakat pesisir wilayah Kendal memiliki pengetahuan yang
khas dalam mengelola sumber daya alam di wilayah pesisir, seperti teknik
penangkapan ikan, pembuatan perahu, dan pengetahuan menentukan lokasi ikan.
Kearifan lokal merupakan salah satu faktor penting dalam pengelolaan lingkungan
hidup masyarakat serta dalam pengaturan bernegara (Njatrijanti 2018).
2.5.2. Peranan Kearifan Lokal
Peranan kearifan lokal di wilayah Kendal berperan penting dalam
pengembangan dan pola pikir masyarakat tentang pemanfaatan sumber daya alam
yang ada di sekitar mereka. Peranan kearifan lokal juga penting bagi masyarakat
17

pesisir karena dapat membantu mereka dalam mengembangkan dan


menpertahankan tradisi dan budaya yang sudah turun temurun. Kearifan lokal
masyarakat pesisir ini mencakup beberapa aspek seperti pengetahuan lingkungan,
adat istiadat, agama, seni, dan kerajinan. Menjaga lingkungan hidup masyarakat
pesisir juga merupakan peranan dari kearifan lokal karena membantu masyarakat
pesisir untuk memahami cara memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di
sekitar mereka secara benar dan bertanggungjawab. Kearifan lokal merupakan
strategi adaptasi yang memang muncul dari dalam masyarakat itu sendiri dalam
membenahi masalah-masalah sosial yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat. Kearifan lokal ini tumbuh dari hasil interaksi antara masyarakat dan
lingkungannya (Zamzami 2016).
3. METODE PENELITIAN

3.1. Materi
Pembuatan laporan praktikum sendiri membutuhkan alat dan bahan agar
dapat diselesaikan secara maksimal. Alat yang digunakan pada Praktikum
Sosiologi Masyarakat Pesisir 2023 tersaji pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Alat yang digunakan pada Praktikum Sosiologi Masyarakat Pesisir
No. Alat Kegunaan
1. Alat tulis Untuk mencatat hasil wawancara
2. Handphone Untuk akat dokumnetasi saat praktikum
Sosiologi Masyarakat Pesisir
3. Laptop Untuk menulis laporan praktikum
4. Kuesioner Untuk bahan survey Praktikum Sosiologi
Masyarakat Pesisir
Sumber: Praktikum Sosiologi Masyarakat Pesisir, 2023.

3.2. Metode Praktikum


Metode adalah cara kerja yang sistematis untuk mempermudah sesuatu
kegiatan dalam mencapai maksudnya. Metode dapat juga diartikan sebagai
langkah-langkah yang terstruktur agar mudah mencapai tujuan yang diinginkan.
Hal yang penting dalam pengaplikasian metode yang baik adalah dengan sikap
hati-hati dan sistematis agar suatu praktik berjalan dengan baik. Metode yang
digunakan pada saat praktikum Sosiologi Masyarakat Pesisir adalah Metode
observasi, studi pustaka, dan dokumentasi.
3.2.1. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
masing-masing variabel, baik satu variabel atau lebih. Sifatnya independen tanpa
membuat hubungan maupun perbandingan dengan variabel yang lain. Penelitian
deskriptif juga merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer langsung
dikumpulkan dari nelayan Kendal sebagai responden sesuai daftar pertanyaan
yang telah disiapkan serta observasi yaitu mengamati langsung hal-hal yang
berhubungan dengan penelitian misalnya perlengkapan perahu atau kapal motor
19

yang dipergunakan nelayan dalam menangkap ikan, kehidupan sosial masyarakat


nelayan juga perilaku nelayan itu sendiri. Data sekunder diperoleh dari jurnal,
website, buku, ataupun makalah yang berkaitan tentang kehidupan nelayan
(Ridha, 2017).
3.2.2. Metode Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagi pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data.
Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan. Metode observasi dalam praktikum sosiologi
masyarakat pesisir yaitu dengan cara mengobservasi keadaan umum kehidupan
PPP Tawang, kebudayaan masyarakat PPP Tawang dan lain sebagainya.
Observasi keadaan umum masyarakat PPP Tawang yang dilakukan untuk
mengetahui jumlah penduduk, struktur sosial, tingkat pendidikan dan mata
pencaharian masyarakat PPP Tawang. Observasi kebudayaan masyarakat PPP
Tawang yang dilakukan untuk mengetahui tradisi, adat, norma dan kesenian yang
ada di masyarakat PPP Tawang. Metode observasi ini juga dapat dilakukan
dengan melakukan wawancara pada masyarakat nelayan untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan akurat.
3.2.3. Metode Studi Pustaka
Metode studi pustaka merupakan tahapan penelitian yang dilaksanakan
dengan menghimpun sumber kepustakaan, baik primer maupun sekunder.
Penelitian ini melakukan klasifikasi data berdasarkan formula penelitian. Studi
kepustakaan yaitu berisi teori-teori yang relevan dengan masalah dalam penelitian
yang diambil oleh peneliti. Metode studi pustaka dalam praktikum sosiologi
masyarakat pesisir yaitu dengan mengumpulkan data melalui penelitian lain yang
akan memperkuat hasil pengamatan praktikan. Sumber studi pustaka ini bisa
didapatkan dari jurnal penelitian yang berkaitan dengan sosiologi masyarakat
pesisir di daerah Kendal, dengan menyertakan sitasi, melakukan parafrase dan
menyatukan nama penulis dalam daftar pustaka.
3.2.4. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk melengkapi penelitian bisa berupa
sumber tertulis, film, dan foto (gambar). Dokumentasi ini berguna untuk
20

mengecek data yang telah terkumpul. Pengumpulan data sebaiknya dilakukan


secara bertahap dan sebanyak mungkin dikumpulkan oleh peneliti. Dokumentasi
merupakan metode yang digunakan untuk memberikan gambaran-gambaran
mengenai pelaksanaan peenelitian yang telah dilakukan dan untuk memperkuat
data yang diperoleh. Metode dokumentasi pada penelitian ini dilakukan dengan
mengambil foto pada saat melakukan wawancara dengan masyarakat nelayan PPP
Tawang dan rekaman audio pada saat wawancara. Rekaman audio ini bertujuan
untuk membantu praktikan agar tidak ada data yang tertinggal pada saat
wawancara dan praktikan juga bisa memutar ulang hasil rekaman yang telah
dilakukan ketika ada data yang terlewatkan.

3.3. Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data yang digunakan dalam praktikum adalah metode
wawancara. Metode wawancara merupakan metode percakapan dengan topik
tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara mengajukan
pertanyaan, dan terwawancara memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Metode pengambilan data dalam praktikum lapangan ini dilakukan dengan cara
melakukan wawancara pada masyarakat pesisir PPP Tawang. Praktikan akan
menanyakan pertanyaan yang telah disediakan oleh asisten praktikum dalam
format laporan, dan kemudian mulai mewawancarai salah satu masyarakat PPP
Tawang. Pada saat melakukan wawancara ini praktikan harus menggunakan
bahasa yang sopan, membuat narasumber merasa nyaman dan menggunakan
waktu secara efisien agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Adhim, A. A., dan E. Soesilowati. 2018. Analisis Pola Rantai Distribusi Alternatif
Perikanan Tangkap di Kabupaten Kendal. Economics Development
Analysis Journal. 7(4) : 432-446.

Andrian, D., dan Pambudi, A. 2018. Dampak Sosial Ekonomi Pembangkit Listrik
Tenaga Hibrid pada Masyarakat Pesisir Pantai Baru Kecamatan
Srandakan. Journal of Public Policy and Administration Research. 7(6):
794-808.

Fitriyani, S. N., Stanislaus, S., dan Mabruri, M. I. 2020. Sistem Kepercayaan


(Belief) Masyarakat Pesisir Jepara pada Tradisi Sedekah Laut. Intuisi:
Jurnal Psikologi Ilmiah. 11(3): 211-218.

Handoko, D. K. D., Fitriyana, F., dan Susilo, H. 2022. Karakteristik Sosial


Ekonomi Hubungan Patron Klien pada Masyarakat Nelayan Purse Seine
di Kelurahan Berbas Pantai Kecamatan Bontang Selatan Kota Bontang.
Jurnal Perikanan Unram. 12(3): 408-417.

Harahap, A. M., H. Harahap, dan H. Kusmanto. 2021. Pola Pengelolaan


Sumberdaya Alam Pesisir yang Berkelanjutan. Jurnal Pemerintahan,
Politik, Administrasi Publik, Komunikasi dan Ilmu Sosial. 10(2) : 515-
526.

Inayah, I., dan Tajiri, H. 2017. Bimbingan Keagamaan di Daerah Pesisir. Irsyad:
Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam. 5(1):
39-58.

Julkrismi, M. 2018. Pengaruh Pola Kehidupan Masyarakat Pesisir Terhadap Pola


Pemukiman di Pantai Pasar Bawah. University Research Colloqium. 170-
181.

Kristiyanti, M., S. Purwantini, dan W. Santoso. 2020. Pengembangan Pelabuhan


Perikanan dalam Menunjang Kegiatan Ekonomi Masyarakat Nelayan
Kabupaten Batang. Jurnal Saintek Maritim. 21(1): 57-62.

Kurniasari, D. A. 2016. Pengaruh Pendapatan, Dependency Ratio, dan Tingkat


Pendidikan Nelayan terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Nelayan di
Pesisir Pantai Depok Yogyakarta. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi. 5(4):
266-274.

Narwoko, J Dwi dan Suyanto, Bagong. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana.

Njatrijani, R. 2018. Kearifan lokal dalam perspektif budaya Kota Semarang.


Gema Keadilan. 5(1): 16-31.
22

Primyastanto, M., Efani, A., Soemarno, S., dan Muhammad, S. 2013. Faktor yang
Berpengaruh terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Payang
Jurung di Selat Madura. Wacana Journal of Social and Humanity Studies.
16(1): 15-23.

Putri, M, A, S. 2023. Pola Komunikasi Pada Komunitas Pencinta Lingkungan


“KALIKU” Pakisaji. Jurnal Komunikasi. 1(3): 5-13.

Rahman, A., Anisa, D. Achmad, dan Mahfud. 2021. Pemeberdayaan Masyarakat


Pesisir dalam Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Teknologi Informasi
untuk Mendukung Kemajuan Pariwisata Kab. Dompu. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Masyarakat Bidang Pariwisata. 1(1) : 39-47.

Rahmawati, R., Ramdani, T., dan Juniarsih, N. 2023. Peran Kelompok Nelayan
dalam Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat Pesisir di Lombok. Jurnal
Analisa Sosiologi, 12(1): 1-16.

Ridha, A. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Pendapatan di


Kecamatan Ide Rayeuk. Jurnal Samudra Ekonomi dan Bisnis. 8(1): 646-
652.

Ririn, P, T. 2016. Komunikasi Dalam Komunikasi Kelompok. Jurnal Komunikasi.


4(1). 81-90.

Saidang dan Suprman. 2019. Pola Pembentukan Solidaritas Sosial dalam


Kelompok Sosial Antara Pelajar. Jurnal Pendidikan. 3(2): 122.

Sembiring, R. 2018. Pengaruh Nilai Tukar Nelayan (Pendapatan Nelayan,


Pendapatan Non Nelayan, Pengeluaran Nelayan, Pengeluaran Non
Nelayan) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Pendidikan, Kesehatan,
Kondisi Fisik Rumah) di Desa Pahlawan. Jurnal Abdi Ilmu. 10(2): 1836-
1843.

Setyawati N. W., dan E.P. Ningrum. 2018. Potensi Peran Wanita Dalam
Meningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan. Jurnal Fame. 1(1): 1-7.

Sonia, P. 2022. Literature review: Peran Pemerintah dalam Meningkatkan


Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Jurnal Syntax Admiration. 3(7): 896-
904.

Stepy, Y dan F. Firman. 2020. Modal Sosial Paguyuban Dalam Pengembangan


Fasilitas Pendidikan di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Guru Indonesia.
5(1): 1-6.

Sufirudin, S. 2016. Hubungan Patron Klien Diantara Masyarakat Nelayan di Desa


Kangkunawe Kecamatan Maginti Kabupaten Muna Barat Provinsi
Sulawesi Tenggara. Jurnal Holistik. IX(17A): 1-20.
23

Sulthon, A. S. I., Bakri, M., dan Hambali, H. 2021. Implementasi Nilai-Nilai


Pendidikan Agama Islam Multikultural Melalui Edu-Ekowisata: Studi
kasus Paguyuban Paku Lima Dusun Mandaran Desa Pesisir Kecamatan
Besuki Kabupaten Situbondo. Muróbbî: Jurnal Ilmu Pendidikan. 5(1):
103-126.

Susanti, N., P. A. Siregar, dan R. Falefi. 2020. Determinan Kejadian Hipertensi


Masyarakat Pesisir Berdasarkan Sosio Demografi dan Konsumsi Makan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2(1): 43-52.

Tahapary, J. dan S. M. Amir. 2014. Kegiatan Penangkapan Ikan di Pesisir Barat


Selatan Pulau Kei Kecil Kepulauan Kei Maluku Tenggara. Jurnal Galung
Tropika. 3(3): 127-131.

Trenggono, S. W. 2023. Penangkapan Ikan Terukur Berbasis Kuota Untuk


Keberlanjutan Sumber Daya Perikanan Di Indonesia. Jurnal Kelautan dan
Perikanan Terapan (JKPT). 1(1): 1-8.

Wibowo, A., E. Prabawa, dan E. Sugiarto. 2021. Manajemen Strategi Pengelolaan


Sumber Daya Maritim di Indonesia. 12(2) : 163-170.

Widihastuti, R., dan Rosyidah, L. 2018. Sistem Bagi Hasil pada Usaha Perikanan
Tangkap di Kepulauan Aru. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan
dan Perikanan. 8(1): 63-75.

Windasai, W., Said, M. M. U., dan Hayat, H. 2021. Peran Pemerintah Daerah
dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Jurnal Inovasi Penelitian. 2(3):
793-804.

Wiranti, N dan P. Suharso. 2015. Peran Paguyuban Masyarakat Ikan (PAMIK)


Dalam Meningkatkan Pendapatan Anggota di Dusun Rekesan Kecamatan
Jambuwer Kabupaten Malang Tahun 2014. Jurnal Pendidikan Ekonomi.
9(2): 69-77.

Zamzami, L. 2016. Dinamika Pranata Sosial Terhadap Kearifan Lokal Masyarakat


Nelayan Dalam Melestarikan Budaya Wisata Bahari. Jurnal Antropologi:
Isu-isu Sosial Budaya. 18(1): 57-67.

Anda mungkin juga menyukai