Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filantropi adalah kata yang sering muncul beberapa waktu belakangan

ini dalam berbagai jenis artikel maupun jurnal ilmiah. Secara sederhana

filantropi dapat diartikan sebagai suatu perilaku yang dimana seseorang yang

saling membantu sesama, serta rasa pedulia sehingga menyumbangkan

waktu, uang dan tenanganya untuk menolong orang lain.

Makna filantropi ini sering dikenal sebagai sikap kedermawanan dan

sekarang sudah mulai dikembangkan, apalagi untuk melakukan sebuah

perubahan dan keadilan sosial secara struktural berkaitan dengan

kesejahteraan masyarakat dan perkembangan masyarakat yang terdiri

kemiskinan, hak asasi manusia, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup dan

masalah sosial yang diartikan secara luas.

Pelaksanaan aktivitas filantropi ini memiliki tujuan yang sangat

penting seperti bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan yang mana

sekarang kita tau bahwa filantropi di Indonesia terkhusus di Kabupaten Wajo

adalah perkumpulan organisasi dan individu pegiat filantropi untuk

kemajuaan agar dapat berkontribusi dalam mewujudkan keadilan sosial dan

pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Wajo.

Semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, filantropi bisa diartikan

sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan untuk memberikan material dan
non material sehingga memberi perubahan pada masyarakat. Menurut Arif

Maftuhin (2017) terkait filantropi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan

secara umum dan mendunia, setiap orang melakukan kegiatan ini dengan

memberikan sebagian harta, waktu, uang dengan tujuan menolong orang lain.

Filantropi memang telah mulai berkembang pada Indonesia, tetapi

perkembangan filantropi di Indonesia terkhususnya pada wilayah Kabupaten

Wajo belum bisa dibilang baik atau sukses, sebab hanya sebagian kelompok

orang yang sudah sadar tentang pentingnya filantropi buat bisa ikut andil pada

suksesnya perkembangan masyarakat hingga peningkatan kesejahteraan

warga yang dimiliki oleh pemerintah setempat.

Masyarakat yang mampu berperan dalam aktivitas filantropi artinya

orang atau institusi yang secara sadar melakukannya. Salah satu lembaga

yang mengelola dan filantropi ialah Wahdah Islamiyah. Lembaga ini

mengumpulkan dan menyalurkan berupa zakat, infaq dan sedekah kemudian

dilaporkan pertanggung jawabannya kapada pemerintah setempat. Lalu

menyalurkan kepada orang yang membutuhkan.

Dengan adanya filantropi yang dimaksud ini bisa memudahkan

pemerintah untuk bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat apalagi

sekarang angka kemiskinan maupun pengangguran kini kian bertambah.

Dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, Wahdah Islamiyah

Kabupaten Wajo berinovasi membuat strategi untuk kemanjuran

pembangunan kesejahteraan masyarakat.


Upaya buat menaikkan derajat kesejahteraan sosial tersebut dapat

dipandang sebagai bagian dari investasi sosial yang ditujukan buat

meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia, sehingga

mampu menjalakan tugas-tugas kehidupan secara mandiri sesuai dengan

nilai-nilai kesejahteraan.

Efektivitas filantropi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di

Kabupaten Wajo sebenarnya sudah mengalami banyak peningkatan. Namun

tak jarang dijumpai masih ditemui beberapa kekurangan dan masalah yang

pada akhirnya menyebabkan kurang optimalnya penyaluran bantuan

masyarakat yang diberikan oleh suatu lembaga ataupun institusi kepada

masyarakat.

Jika dilihat dari keadaan dilapangan hingga dengan saat ini, sering kali

terjadi ketidakpuasan masyarakat dalam mendapatkan bantuan ataupun

pertolongan baik itu berupa sarana maupun prasaran, mulai dari kurang

memperhatikan sasaran kepada masyarakat dan proses efektivitas pelayanan

yang masih terbilang kurang efisien. Padahal peningkatan kesejahteraan

masyarakat dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan

sosial yang dapat mengancam tatanan hidup masyarakat.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Filantropi Dalam

Pembangunan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di

Kabupaten Wajo”
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut dan dengan

mempertimbangkan keterbatasan penulis, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah:

1. Bagaimana efektivitas filantropi dalam pembangunan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Wajo?

2. Apa sajakah hambatan yang di hadapi dalam efekttivitas filantropi dalam

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten

Wajo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan persoalan tersebut, maka tujuan asal penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui efektivitas filantropi dalam pembangunan dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Wajo?

3. Untuk mengetahui hambatan yang di hadapi dalam efekttivitas filantropi

dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di

Kabupaten Wajo?

D. Manfaat Hasil Penelitian

Terselenggaranya penelitian efekttivitas filantropi dalam

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Wajo,

sesungguhnya dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan menambah ilmu

pengetahuan serta dengan memperkaya ilmu sosial dan dapat

membangun pemikiran bagi peneliti lainnya yang ingin lebih jauh dan

mendalami terhadap hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian secara praktis dari penelitian ini, yaitu:

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat meluaskan dan memperbanyak

pengetahuan peneliti serta menjadi masukan mahasiswa Administrasi

Publik untuk mempersiapkan diri untuk terjun langsung mengabdi

kepada masyarakat. Penelitian ini merupakan salah satu syarat buat

memperoleh gelar sarjanan Administrasi Publik.

b. Bagi Universitas Puangrimaggalatung

Untuk menambah koleksi pustaka dan bahan bacaan bagi mahasiswa

Fakultas Ilmu Sosial terkhusus Mahasiswa Program Studi

Administrasi Publik dan juga mahasiswa Universitas

Puangrimaggalatung pada umumnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

1. Konsep Efektivitas Filantropi

a. Pengertian Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif. Menurut KBBI efektif

berarti mempunyai efek (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) atau

dapat membawa hasil. Sementara efektivitas memiliki pengertian

keefektifan.

Berikut menurut para ahli terkait pengertian tentang

efektivitas diantaranya dikemukakan sebagai berikut;

Sesuai pernyataan kurniawan efektivitas artinya kemampuan

melaksanakan tugas, fungsi dari di suatu organisasi atau sejenisnya

yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.

Dari pengertian diatas, mengartikan bahwa efektivitas adalah tahap

yang dicapainay keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

Menurut pendapat susanto, efektivitas adalah kekuatan

informasi untuk memberi dampak.

Menurut Beni (2016:69) efektivitas adalah korelasi antara

hasil serta tujuan atau bisa juga dikatakan adalah taksiran seberapa

jauh jarak hasil, kearifan dan tata cara dari organisasi.

Menurut mardiasmo (2017:134) Efektivitas adalah jangkauan

berhasil atau tidaknya perolehan tujuan suatu organisasi untuk


memperoleh tujuannya. Bila suatu organisasi mencapa tujuan suatu

organisasi tadi telah berjalan denga efektif indikator efektivitas

menggambarkan jangkauan dampak (Outcome) dari keluaran

(Output) program dalam mencapai tujuan program.

Menurut Keban, mengemukakan bahwa suatu organisasi

dikatakan efektif ketika arah organisasi tersebut mempunyai visi

yang dapat dicapai.

Efesien namun tidak efektif berarti dalam menggunakan

sumberdaya baik, tetapi tidak menggapai target. Sebaliknya, efektif

tidak efesien berarti pada mencapai sasaran memakai asal daya yang

hiperbola ataua lazim dikata ekonomi biaya tinggi, tetapi yang paling

parah merupakan efesien dan tidak efektif adalah ada pemborosan

asal daya atau penghambur-hambur asal daya yanpa mencapai

sasaran.

Efektif lebih mengarah pada pencapaian target. Efesiensi

pada memakai masukan akan menghasilkan produktivitas yang

tinggi, yang adalah tujuan dari setoap organisasi apapun bidangnya.

Efektivitas memiliki pengertian yang berbeda dengan

efisiensi. Seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Syamsi dalam

bukunya “pokok-pokok Organisasi dan Manajemen bahwa:

“Efektivitas (hasil guna) ditekankan pada efeknya, hasilnya


dan kurang mempedulikan pengorbanan yang perlu diberikan
untuk memperoleh hasil tersebut. sedangkan efesiensi (daya
guna), penekanannya disamping pada hasil yang ingin
dicapai, juga besarnya pengorbanan untuk mencapai hasil
tersebut perlu diperhitungkan”.
Menurut gagasan (Edy Sutrisno, 2010:125) ada tujuh variabel

yang mempengaruhi organisasi terhadap efektivitas yaitu :

1) Struktur

2) Teknologi yaitu perbuatan, pengetahuan, teknis dan peralatan

fisikal yang digunakan untuk mengubah input menjadi output,

barang atau jasa.

3) Lingkungan eksternal

4) Lingkungan internal

5) Keterkaitan karyawan pada organisasi

6) Prestasi karyawan

7) Kebijakan manajemen.

Melihat gagasan yang dikemukakan oleh para ahli diatas,

dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu konsep yang

begitu penting karena bisa membagikan ilustrasi tentang pencapaian

suatu organsasi dalam menggapai sasarannya, atau dapat dikatakan

efektivitas ialah ketercapaian sebuah arah dari kegiatan yang telah

dijalankan dibandingkan dengan sasaran yang telah di tetapkan.

b. Ukuran Efektivitas

Ukuran efektivitas dapat dilakukan dengan melihat hasil

kerja yang dicapai oleh suatu organisasi. Membahas tentang ukuran

efektivitas bukanlah hal yang sangat sederhana, karena efektivitas

dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa
yang menilai serta menginterpretasikan. Bila dipandnag dari sudut

produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan

pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantita (output)

barang dan jasa.

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang

amat sederhana, karena efektivitas dapat dipelajari dari berbagai

sudut pandang serta tergantung pad siapa yang menafsirkan dan

menilainya.

Tingkat efektivitas juga bisa di tafsir dengan menilai anatra

rencana yang sudah ditentukan oleh hasil nyata yang sudah

diwujudkan. Namun, jika usaha maupun hasil pekerjaan serta

tindakan yang dilakukan tidak akurat sehingga mengakibatkan tujuan

tiidak tercapai maupun sasaran yang diharapkan, sehingga jal itu

dikatakan tidaklah efektif.

Menurut gagasan Robbin yang diambil dari Indrawijaya

(2010:177), menjelaskan ada empat pendekatan dalam memandang

efektivitas suatu organisasi, yaitu sebagai berikut:

1) Pendekatan pencapaian tujuan (goals attainment approach).

Pendekatan yang memandang bahwa kefektifan suatu organisasi

harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan (ends),

keseimbangan caranya (means).

2) Pendekatan sistem (system approach). Pendekatan guna

meningkatkan eksistensi suatu organisasi, sehingga yang perlu


diperhatikan dalam pendekatan ini yaitu SDM, struktural

organisasi serta pemanfaatan teknologi.

3) Pendekatan konstituensi-strategi (stratefic-constituencies

approach) pada pendekatan ini, agar suatu organisasi dapat

melangsungkan kehidupannya, maka diperlukan dukungan terus

menerus.

4) Pendekatan yang nilai-nilai yang bersaing (competing value

approach). Pendekatan ini adalah gabungan dari ketiga

pendekatan diatas.

Efektivitas dapat diwujudkan apabila memperlihatkan proses

produksi yang mempunyaoo mutu atau kualitas karena dapat

berpengaruh pada hasil yang akan dicapai secara keseluruhan. Proses

produksi menggambarkan bagaimana proses pengembangan suatu

hal yang dapat berpengaruh terhadap hasil.

Menurut pendapat David Krech, Ricard S. Cruthfies dan

Egerton L Ballachey dalam bukunya Individual In Society

memberikan jabaran tentang ukuran efektivitas, dan menyebutkan

ukuran efektivitas program sebagai berikut:

“The proper measure of effectiveness is productivity,

effectiveness is measured by how much satisfaction is engendered,

effectivieness iss determined by creative outcomes, effectiveness iis

properly measured by much less tangibell consequences as the


intensity of emotional experience the individual members are helped

to achieve”

Pengertian ini memberikan makna bahwa ukuran yang tepat

dari efektivitas adalah produktivitas, efektivitas diukur dengan

berapa banyak kepuasan yang ditimbulkan, efektivitas ditentukan

oleh hasil kreatif, efektivitas diukur dengan konsekuensi kurang

nyata seperti intensitas pengalaman emosional anggota individu

dibantu untuk mencapainya. Sehingga pengukuran terhadap

efektivitas berkaitan dengan produktivitas atau pekerjaan yang

dihasilkan, derajat kepuasaan, kreativitas dan intensitas.

Menurut steers (dalam buku Edy Sutrisno:123) menyatakan

bahwa yang terbaik dalam efektivitas ialah memerhatikan secara

serempak tiga buah konsep yang saling berkaitan (1) optimalkan

tujuan-tujuan; (2) perspektif sistem; dan (3) tekanan pada segi

perilaku manusia dalam susunan organisasi.

Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses pencapaian

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya suatu usaha atau kegiatan

tersebut telah mencapai tujuannya.

c. Pengertian Filantropi

Kata filantropi mungkin termasuk istilah yang baru didengar

dikalangan masyarakat. kata filantropi berasal dari bahasa latin

“philanthropia” atau bahasa Yunani “philo” serta “antrhopos”, yang

berarti cinta manusia. Filantropi mampu diartikan menjadi bentuk


kepedulian seseorang atau kelompok orang terhadap orang lain

sesuai rasa kepedulian kepada sesama manusia.

Menurut James O. Midgley Filantropi merupakan sebuah

metode pendekatan pada masyarakat buat mengenalkan

kesejahteraan dalam upaya pengentasan kemiskinan. Metode

pendekatan yang dimaksud adalah social service, social work and

philanthropy. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa filantropi merupakan kedermawanan atau kemurahhatian

seorang kelompok orang kepada yang lebih membutuhkan atas dasar

rasa cinta untuk meningkatkan kesejahteraan hidup penerimanya.

Namun Menurut W.K Kellog Foundation, filantropi diartikan

tidak sebatas pada pemberian dalam bentuk materi ataupun non

materi, tetapi juga waktu serta pengetahuan tentang cara yang harus

ditempuh untuk mengembangkan perilaku yang baik secara bersama-

sama.

Sedangkan menurut Aileen Shaw makna filantropi diartikan

tidak sebatas pada karitas (sumbangan) tetapi lebih menekankan

pada aspek pelayanan (advocacyí) dan juga pemberdayaan yang

kemudian akan membawa dampak yang sustainable (keberlanjutan).

Jadi menurut pendapat penulis bahwa aktivitas filantropi merupaka

aktivitas yang dimana kita secara sukarela menolong atau membantu

masyarakat sebagai bentuk rasa kepedulian kita dalam peningkatan

dan pengembangan kesejahteraan masyarakat.


Filantropi memiliki peran yang sangat penting dalam

perekonomian karena merupakan alur pengalihan pendapatan orang

yang memiliki harta lebih atau orang kaya kepada orang miskin

melalui sumbangsi. Selain itu juga dapat membantu meningkatkan

kesejahteraan secara material.

Saat ini kedermawanan yang dilandasi dengan afeksi

terhadap sesama artinya menjadi makna filantropi. Filantropi dapat

diusung menjadi salah satu penawar degradasi moral yang terjadi

pada masyarakat. Permasalahannya merupakan tidak seluruh

masyarakat Indonesia terkhusus Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan

tahu pentingnya filantropi dalam menghadapi perkara sosial serta

lingkungan. Tujuan asal dari penelitian ini supaya masyarakat lebih

tahu makna filantropi serta peranannya yaitu buat kesejahteraan

masyarakat terutamanya dibidang ekonomi.

Aktivitas filantropi ini menyampaikan pemahaman terkait

pentingnya filantropi memberi bantuan kepada pihak yang

membutuhkan. Hasilnya adalah adanya kesadaran di masyarakat

lebih tentang pentingnya mengembangkan nilai-nilai kedermawanan

menjadi bentuk aktualisasi diri rasa cinta terhadap sesama.

Filantropi pada kalangan masyarakt bukanlah suatu istilah

yang digunakan secara luas. Tetapi, dalam sejarah konsep filantropi

menjadi salah satu azas yang digunakan sang organisasi dan

umumnya digunakan oleh semua masyarakat. Gerakan amal serta


memberikan pertolongan buat keperluan orang lain merupakan suatu

perbuatan yang paling penting dalam kehidupan masyarakat.

Pada perkembangannya, makna filantropi ialah suatu

aktivitas yang tujuannya memberi baik material serta non material

dengan tujuan perubahan pada rakyat. Selaras pernyataan Arif

Maftuhin (2017) terkait filantropi kegiatan yang dilakukan secara

umum dan mendunia, setiap orang melakukan kegiatan ini untuk

memberikan sebagian harta, waktu, uang dengan tujuan menolong

orang lain.

Menurut Knight (Abidin, 2016), menjelaskan terdapat lima

faktor yang dapat dikategorikan menjadi filantropi keadilan sosial

sebagai berikut:

1) Pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat seperti, makanan,

pakaian perumahan, lingkungan hidup, kesehatan, serta

sebagainya.

2) Berderma guna hal-hal yang bekerjasama menggunakan suatu

kesetaraan, seperti kesetaraan gender, anti-diskriminasi, hak

asasi manusia.

3) Kedermawanan untuk suatu program yang dimana terikat

dengan pemberian kekuasaan, seperti penegakan demokrasi.

4) Dukungan pendanaan guna menaikkan kapasitas masyarakat.

5) Partisipasi publik didalam pengambilan suatu keputusan.


Jadi filantropi merupakan tindakan seseorang yang

memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan menjadi

ungkapan rasa kepedulian serta nilai humanisme, sebagai akibatnya

bisa membantu meluangkan waktu, uang, juga tenaganya.

d. Bentuk Filantropi

Secara garis besar filantropi dalam bentuk derma atau pemberian

materil terdiri dari 3 jenis, yaitu Infak, sedekah, dan wakaf

1) Infak

Infak berasal dari istilah bahasa Arab, anfaqa-yunfiqu

yang berarti mengeluarkan harta, mendanai, membelanjakan,

buat kepentingan sesuatu secara umum. Infak berarti

memberikan sebagian harta atau penghasilan untuk sebuah

kepentingan yang diarahkan.

Infak adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan

seseorang pada arti tidak ada waktu dan jumlah tertentu yang

ditetapkan.

Budiman mengungkapkan infak menumbuhkan perilaku

mental serta pencerahan bagi orang yang melakukan infak serta

merupakan pemenuhan kebutuhan bagi orang yang

menerimanya hal ini adalah hikmah dari melakukan infak.

2) Sedekah

Sedekah berasal dari istilah bahasa arab yaitu shadaqa

yang mempunyai arti benar. Sedangkan berdasarkan syariah,


sedekah sama menggunakan infak, termasuk juga aturan serta

ketentuannya, yang membedakan fokus infak berkaitan

menggunakan materi, sedangkan sedekah memiliki arti lebih

luas menyangkut hal yang bersifat non-materi.

Sedekah sifatnya memberi sukarela dan tidak terikat.

Sedekah yaitu sumbangsi sukarela yang dikerjakan seseorang

yang memiliki penghasilan lebih kepada orang yang kurang

mampu, terutamanya kepada masyarakat yang minim

mendapatkan sebuah penghasilan. Selain itu, sumbangsi tak

hanya pada pemberian berupa material saja tetapi dapat berupa

jasa yang bermanfaat bagi masyarakat

3) Wakaf

Wakaf berdasarkan kata bahasa arab berarti Al-habs

artinya menjauhkan dari sesuatu atau memenjarakan. Wakaf dari

istilah syara adalah menunda harta yang mungkin diambil

fungsinya tanpa digunakan buat kebaikan.

Didalam UU tentang wakaf No 41 Tahun 2004, wakaf

merupakan aturan buat memisahkan atau menyerahkan sebagian

harta benda miliknya buat dimanfaatkan selamanya atau untuk

tenggang waktu tertentu sesuai dengan keinginannya guna

keperluan peningkatan kesejahteraan umum

Wakaf merupakan salah satu ibadah sosial yang relatif

krusial pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik di


bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial serta

kepentingan umum. Pemahaman dan pemberdayaan wakaf yang

terus berkembang yang bertujuan buat mengembangkan

ekonomi, buat kepentingan sosial masyarakat terutama pada

wakaf produktif.

Wakaf produktif adalah manajemen sumbangan wakaf

berasal dari masyarakat, yaitu dengan mengelola dana donasi

tersebut, sampai mampu membuat aspek ekonomi. Sumbangsi

masyarakat berbentuk wakaf bisa berbentuk seperti uang,logam

mulia, tanah dan bangunan atau wakaf usaha.

e. Peran Filantropi dalam kelompok masyarakat

Pelaksanaan aktivitas filantropi ini memiliki tujuan yang

sangat penting seperti bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan

yang mana sekarang kita tau bahwa filantropi di Indonesia terkhusus

di Kabupaten Wajo adalah perkumpulan organisasi dan individu

pegiat filantropi untuk kemajuaan agar dapat berkontribusi dalam

mewujudkan keadilan sosial dan pembangunan berkelanjutan di

Kabupaten Wajo.

Semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, filantropi bisa

diartikan sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan untuk

memberikan material dan non material sehingga memberi perubahan

pada masyarakat. Menurut Arif Maftuhin (2017) terkait filantropi

merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan secara umum dan


mendunia, setiap orang melakukan kegiatan ini dengan memberikan

sebagian harta, waktu, uang dengan tujuan menolong orang lain.

Filantropi memang telah mulai berkembang pada Indonesia,

tetapi perkembangan filantropi di Indonesia terkhususnya pada

wilayah Kabupaten Wajo belum bisa dibilang baik atau sukses, sebab

hanya sebagian kelompok orang yang sudah sadar tentang

pentingnya filantropi buat bisa ikut andil pada suksesnya

perkembangan masyarakat hingga peningkatan kesejahteraan warga

yang dimiliki oleh pemerintah setempat.

Masyarakat yang mampu berperan dalam aktivitas filantropi

artinya orang atau institusi yang secara sadar melakukannya. Salah

satu lembaga yang mengelola dan filantropi ialah Wahdah Islamiyah.

Lembaga ini mengumpulkan dan menyalurkan berupa zakat, infaq

dan sedekah kemudian dilaporkan pertanggung jawabannya kapada

pemerintah setempat. Lalu menyalurkan kepada orang yang

membutuhkan.

Menurut Data Charities Aid Foundation (dikutip oleh

Harsono 2019) Indonesia menempati daftar teratas negara paling

dermawan di dunia pada tahun 2018 dari total 144 negara yang

disurvei. Posisi tersebut meningkat setela tahun sebelumnya

menempati posisi kedua. Dalam tiga indikator yang ditetapkan,


Indonesia memiliki skor 46% untuk kegiatan membantu orang lain,

78% untuk berdonasi dan 53% untuk kegiatan sukarelawan.

Dalam fenomena yang muncul di Indonesia, ada salah satu

praktik filantropi yang kemudian menarik yaitu manakal terjadi

bencana disuatu daerah. Selama ini, terjadinya suatu bencana di

suatu daerah. Selama ini, terjadinya bencana disuatu daerah menjadi

salah satu momen bagi munculnya praktik filantropi oleh berbagai

aktor dalam rangka meringankan dan sebagai upaya pemulihan bagi

korban bencana.

Dimensi yang kita bisa lihat dalam filantropi ini dapat kita

saksikan dari beberapa manfaat yang tercantum didalamnya. Adapun

beberapa manfaat yang tercantum didalamnya yaitu ; (1) Dimensi

spiritual, (2) Dimensi sosial, yang dimana dapat menghasilkan

kedamaian dalam kelompok masyarakat, kerja sama yang tinggi

sehingga bisa menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama. Serta

kebersamaan antar sesama semakin terlihat. (3) Dimensi Ekonomi,

yaitu terbentuknya masyarakat yang damai dan sejahtera. Sehingga

dengan filantropi ini dapat menghasilkan kesejahteraan masyarakat

yang adil, tentram dan makmur.

Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa filantropi adalah

tindakan giving, service dan association secara sukarela untuk

membantu pihak lain. Dan dengan adanya filantropi ini, mampu


berperan dalam pengentasan kemiskinan dan peningkatan ekonomi

masyarakat sehingga dapat bisa menciptakan kesejahteraan

masyarakat.

2. Konsep Kesejahteraan Masyarakat

a. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat

Masyarakat pada umumnya belum mengenal dengan baik

mengenai arti pentingnya mengenai kesejahteraan masyarakat dan

pemahaman yang jelas mengenai apa itu kesejahteraan masyarakat.

Masyarakat cenderung mengartikan kesejahteraan masyarakat

semata-mata sebagai kegiatan pemberian bantuan barang dan uang

kepada masyarakat yang kurang mampu.

Padahal esensi pembangunan kesejahteraan sosial adalah

sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kesejahteraan sosial

pada dasaranya merupakan keadaan yang memungkinkan bagi

setiap warga negera untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut Rambe, Kesejahteraan adalah penataan kehidupan

dan penghidupan masyarakat, material maupun spiritual yang

diikuti dengan rasa sejahtera, santun dan kebahagiaan pada diri,

rumah tangga serta masyarakat yang terlahir dan batin yang

memungkinkan setiap masyarakat bisa melakukan pekerjaan yang

dapat memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-

baiknya bagi diri sendiri, rumah tangga, serta masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak asasi (Wijayanti dan Ihsanuddi, 2013:140).


Menurut Fahrudin, kesejahteraan adalah sebuah kondisi

dimana seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu

kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air minum yang

bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan

memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas

hidupnya sehingga hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan,

ketakutan atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman, tentram,

baik lahir maupun batin (Rosni, 2017:57).

Segel dan Bruzy (dalam Kusnadi, 2013:8) mengemukakan

pendapat bahwa kesejahteraan masyarakat adalah situasi sejahtera

dari suatu masyarakat yang meliputi kesehatan, keadaan ekonomu,

kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat. Midgley (dalam Sutomo,

2006:12) memperjelas bahwa kesejahteraan masyarakat adalah

suatu keadaan sejahtera secara menyeluruh yang tersusun atas tiga

unsur yaitu: pertama, setinggi apa masalah sosial

dikendalikan;kedua, seluas apa kebutuhan dipenuhi, dan ketiga,

setinggi apa kesempatan bagi individu, keluarg, komunitas dan

masyarakat.

Menurut yang dikemukakan oleh (Fahrudin, 2014)

menjelaskan bahwa kesejahteraan masyarakat ialah dimana sebuah

situasi seseorang bisa memenuhi seluruh kebutuhan dan dapat

menjalin hubungan yang baik di lingkungan sekitar. Kesejahteraan

masyarakat bisa kita lihat dari beberapa sudut pandang yaitu


dengan penghasilan yang cukup, pendidikan dan kesehatan yang

terpenuhi. Penjelasan tersebut sejalan dengan yang dikemukakan

oleh (W.J.S Poewodarminto), bahwa kesejahteraan adalah situasi

dimana seseorang yang dalam keadaan aman, makmur sentosa,

selamat dari berbagai segala macam gangguan masalah atau

kesukaran dan sebagainya.

Sesuai dengan UU nomor 11 tahun 2009 tentang

kesejahteraan sosial, yaitu kesehteraan adalah situasi yang dimana

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara

agar dapat hidup layak dan bisa meningkatkan diri sehingga bisa

melaksanakan fungsi masyarakat sebagaimana mestinya.

Menurut (Suharto, 2017), dengan melihat dari sudut

pandang tentang kesejahteraan masyarakat dari beberapa tokoh,

dapat ditarik sebuah kesimpulan konsep dari kesejahteraan

masyarakat, yaitu:

1) Bisa memenuhi seluruh kebutuhan yang diperlukan oleh

seseorang.

2) Suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga kesejahteraan

sosial yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial.

3) Sebuah bentuk kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk

mencapai hidup sejahtera.

b. Pembangunan kesejahteraan masyarakat


Pembangunan masyarakat didefenisikan sebagai sebuah

pendekatan pembanguan yang bertujuan utnuk meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat yakni, memenuhi kebutuhan

manusia mulai dari kebutuhan fisik sampai dengan sosial.

Pembangunan sosial merupakan suatu babak perubahan

sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf

kehidupn masyarakat, dimana pembangunan dilakukan untuk

saling melengkapi babak pembangunan ekonomi. Pembangunan

sosial berupaya melakukan pendektan utuh (macro perspective)

yang memfokuskan oada masyarakat, terutama pada perencanaan

intervensi dengan suatu pendekatan perubahan yang dinamis

terencana, umum, yang kesemuanya itu menuju keselarasan antara

intervensi sosial dengan upaya pembangunan ekonomi.

Kehadiran organisasi atau lembaga filantropi bisa

membantu masyarakat dalam hal ini dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Filantropi bisa memberikan sumbangsih

untuk pembangunan masyarakat yang kurang mampu dan

terpinggirkan oleh derasnya arus globalisasi. Lembaga-lembaga

filantropi di beberapa daerah terkhususnya di Kabupaten Wajo

yang di praktekkan oleh WIZ di realisasikan dalam bentuk

pelatihan dan bantuan berupa hibah dana bergulir.


Pemberdayaan masyarakat dalam bentu chairity seperti

bantuan bantuan pendidikan, kesehatan, bantuan sarana dan

prasaran ibadah tidak lepas dari jangkau filantropi.

Peningkatan peran serta lembaga filantropi bisa menjadi

salah satu upaya untuk mendukung serta mentransformatif

kebijakan pembanguan sosial di suatu daerah terkhususnya di

Kabupaten Wajo. Kebijakan pembangunan sosial pada

penerapannya dapat diwujudkan melaui gerakan filantropi.

Gerakan filantropi melalui lembaga-lembaga zakat, infak dan

sedekat dapat memberikan dampak positif dalam upaya

pembangunan dan peningkatan masyarakat, baik dari segi

ekonomi, kesehatan, dan maupun pendidikan untuk meminimalisir

persoalan kemiskinan yang masih menjadi pekerjaan rumah

bersama.

Tujuan dari pembangunan kesejahteraan sosial adalah

menciptakan standar kualitas manusia menjadi lebih baik. Ada

beberapa aspek oenting dalam pembangunan kesejahteraan

masrayarakat menurut (suharto, 2017) yaitu:

1) Standart kualitas hidup meningkat, pentingnya peningkatan

pelayanan sosial kepada seluruh masyarakat terutama

masyarakat dalam kategori yang membutuhkan perlindungan

sosial.
2) Kebebasan dalam memilih kesempatan yang sesuai dengan

aspirasi dan kemampuan yang dimiliki oleh individu.

3) Peningkatan keberdayaan yang menjunjung tinggi martabat

kemanusiaan melalui lembaga pemerintahan sosial, ekonomi,

dan politik.

c. Fungsi Kesejahteraan Masyarakat

Fungsi kesejahteraan masyarakat bertujuan untuk

mengurangi permasalahan yang diakibatkan oleh perubahan sosio-

ekonomi, serta menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Berikut fungsi kesejahteraan sosial yang

dikemukakan oleh (Fahruddin, 2014) yaitu:

1) Fungsi pencegahan. Dalam hal ini kesejahteraan berperan

untuk mencegah permasalahan sosial yang timbul di

masyarakat dengan menciptakan pola baru dalam hubungan

sosial.

2) Fungsi penyembuhan. Kesejahteraan masyarakat berfungsi

untuk menghilangkan dan memperbaiki ketidakmampuan fisik

dan emosional dalam menghadapi suatu permasalahan

sehingga dapat kembali berfungsi secara wajar dalam

masyarakat.
3) Fungsi pengembangan. Kesejahteraan masyarakat memberikan

peran dalam pembangunan dan sumber daya sosial di

masyarakat.

4) Fungsi penunjang. Kesejahteraan sosial berperan dalam

kegiatan untuk membantu mencapai tujuan atau bidang

pelayanan sosial kesejahteraan.

Menurut Fahrudin, 2014 tujuan utama kesejahteraan sosial

meliputi pemenuhan kebutuhan sehari-hari yaitu sandang, pangan

papan dan akses pendidikan dan kesehatan yang mudah dijangkau.

Serta melakukan penyesuaian diri dengan masyarakat sekitar

misalnya meningkatkan dan mengembangkan taraf hidup yang

layak.

d. Indikator Kesejahteraan

Kesejahteraan pada umumnya dapat diukur dengan melihat

beberapa aspek kehidupan, yaitu:

1) Kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, dan

bahan pangan

2) Kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh dan

lingkungan alam

3) Kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas pendidikan

dan lingkungan budaya.

4) Kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika dan

keserasian penyesuaian. (Rosni, 2017:58)


Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

kesejahteraan masyarakat dapat diukur dari delapan indikator

sebagai berikut:

1) Kependudukan, meliputi jumlah dan laju pertumbuhan

penduduk dan kepadatan penduduk.

2) Kesehatan, meliputi derajat kesehatan masyarakat (angka

kematian bayi, angka harapa hidup, dan angka kesakitan),

ketersediaan fasilitas kesehatan, serta status kesehatan ibu

dan balita.

3) Pendidikan, meliputi kemampuan membaca dan menulis,

tingkat prtisipasi sekolah serta fasilitas pendidikan.

4) Ketenagakerjaan, meliputi kesempatan kerja, lapangan

pekerjaan dan status pekerjaan, jam kerja serta pekerja anak

dibawah umur.

5) Taraf dan pola konsumsi, meliputi pendapatan dan

pengeluaran rumah tangga.

6) Perumahan dan lingkungan, meliputi kualitas rumah tinggal,

fasilitas rumah dan kebersihan lingkungan.

7) Kemiskinan yakni berdasarkan tingkat tinggi rendahnya

kemiskinan.

8) Sosial lainnya meliputi perjalanan wisata, penambahan kredit

usaha untuk melihat minat masyarakt, hiburan dan kegiatan


sosual budaya, tindak kesehatan serta akses teknologi

informasi dan komunikasi (BPS, 2016:160).

B. Kerangka Konseptual

Filantropi ini mempunyai 2 macam konsep yaitu sumbangan dan

karitas, filantropi dan tanggung jawab sosial. Karitas biasanya dimaksudkan

untuk memberi bantuan untuk kebutuhan dan kendala yang sifatnya sesaat

dan mendesak, misalnya menolong korban bencan alam dengan memberi

bantuan, uang, makanan, atau pakaian, atau mengirim makanan dan obat-

obatan bagi rakyat suatu wilayah yang tertimpa bencana.

kesejahteraan masyarakat bertujuan untuk mengurangi permasalahan

yang diakibatkan oleh perubahan sosio-ekonomi, serta menciptakan kondisi

yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berikut fungsi

kesejahteraan sosial yang dikemukakan oleh (Fahruddin, 2014) yaitu:

1) Fungsi pencegahan. Dalam hal ini kesejahteraan berperan untuk

mencegah permasalahan sosial yang timbul di masyarakat dengan

menciptakan pola baru dalam hubungan sosial.

2) Fungsi penyembuhan. Kesejahteraan masyarakat berfungsi untuk

menghilangkan dan memperbaiki ketidakmampuan fisik dan emosional

dalam menghadapi suatu permasalahan sehingga dapat kembali berfungsi

secara wajar dalam masyarakat.

3) Fungsi pengembangan. Kesejahteraan masyarakat memberikan peran

dalam pembangunan dan sumber daya sosial di masyarakat.


4) Fungsi penunjang. Kesejahteraan sosial berperan dalam kegiatan untuk

membantu mencapai tujuan atau bidang pelayanan sosial kesejahteraan.

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas filantropi

dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten

Wajo. Penulis memfokuskan pada fungsi pencegahan, fungsi penyembuhan,

fungsi pegembangan dan fungsi penunjang. Seperti yang dijelaskan oleh

(Fahruddin, 2014).

Anda mungkin juga menyukai