Ephemeral
Ephemeral
Kringgg... kringg...kringg...
“ELKAN...”.
“Gilang.”
“UKS.”
“Sakit lo?”
“KEPO!”
“Okei..bang.”
Leon lalu bergegas meninggalkan Rein dan Zea
dalam ruangan tersebut.
“ELKAANNNNN,
ADNANNNNNNNN...... turun gak lo berdua ini
makanannya keburu dingin, lo mau gw kasih ke
dogy lo nih masakan?” teriakan Gilang
menggelegar sampai ke penjuru langit.
“Parah lo berdua.”
Chapter 3
“Iya nih.”
“Kebetulan banget yah berarti kita bertiga
sekelas dong.”
“Bertiga?”
“Yoi brother.”
“Gapapa nih?”
“Iya gapapa.”
“Ini obatnya.”
“Thanks yah.”
“Iya sama-sama.”
“Zea..”
“Sedikit.”
Chapter 4
“Mulai.”
“Iye iyee....”
Elkan lalu menancap gas, secepat mungkin iya
mengendarai mobilnya menuju pekarangan
rumah.
“Okeiii.”
“Gak.”
“Sotoyyy lo.”
☆
Setibanya di toko buku Rein lalu masuk
terlebih dahulu, Elkan mengikutinya dari
belakang. Ketika hendak menaiki sebuah anak
tangga, Elkan lalu meraih tangan Rein lalu
menggenggamnya erat.
“I-iya.”
“Oke.”
“Boleh-boleh.”
Chapter 4
Chapter 5
“Oke deh”
“Siap bos.”
Sudah cukup tenang Leon lalu berjalan keluar
dari ruangan miliknya. Rein lalu menghubungi
Elkan,
“Sekarang?”
“Otw.”
“Masuk.”
“Okeyy.”
Rein: Gdnait.
Chapter 6
☆
“Gw baru tau kalau Adnan atlet panah.”
Ujar Zea.
“Siap.”
Rein