Kasus 2 Ulfah Balqis 19036 Mukositis Oral PD Geriatri
Kasus 2 Ulfah Balqis 19036 Mukositis Oral PD Geriatri
Oleh
Zahroh jamilah dan Ulfah balqis DZ
19100707360804035 dan 19100707360804036
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan telah untuk memenuhi salah satu
diselesaikan.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses
yang telah dilalui tidak lepas dari drg. Fitria mailizi Sp. OM selaku dosen
pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak lainnya.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana
mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan
kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan
2.1 Definisi
Mukositis adalah kerusakan membran mukosa sebagai akibat sekunder dari terapi
kanker, dapat terjadi pada rongga mulut, faring, laring, esophagus, dan area lain pada
saluran gastrointestinal. Hal ini seringkali terjadi pada beberapa hari setelah
pemberian obat kemoterapi, dan dapat menetap sampai satu minggu setelahnya
(Priestman, 2012). Mukositis oral merupakan inflamasi akut pada mukosa oral akibat
nekrosis dari lapisan basalis dari mukosa oral, yang ditandai dengan adanya eritema
dan atau ulserasi pada mukosa oral, dan dapat menimbulkan nyeri hebat,
membutuhkan analgesik opioid, mengganggu asupan nutrisi, dan kualitas hidup
pasien (Chiappelli, 2005; Volpato et al., 2007; Lalla et al., 2014).
Derajat keparahan dari mukositis oral tergantung pada dosis terapi, fraksi dari
dosis agen kemoterapi, volume dari jaringan yang terkena paparan agen kemoterapi,
status nutrisi, tipe dari radiasi, riwayat paparan dengan kombinasi
radioterapi dan kemoterapi, adanya penyakit sistemik sepeti diabetes melitus dan
kelainan vaskuler (Volpato et al., 2007).
Untuk kepentingan klinis dan penelitian, oleh WHO dan NCI dibuat suatu
pembagian derajat mukositis dengan kriteria yang sudah terstandarisasi sebagai
berikut:
Tabel 2. Pembagian Derajat Mukositis
Deraj World Health National Cancer Institute
at Organization
Mukositis (WHO) (NCI) Derajat
0 Tanpa tanda dan gejala -
Derajat 1 Ulkus yang tiak Derajat 2
nyeri, Erit
disertai edema, atau ema
soreness yan
rin g
ga sang
n at
nyer
i, edema, atau ulkus, Ulkus yang tiak
namun masih bisa makan nyeri,
Derajat 3 Eritema yang sangat disertai edema,
nyeri, edema, atau ulkus, atau
tidak bisa makan soreness
Derajat 4 Memerlukan ringan
dukungan nutrisi enteral Eritema yang sangat
atau parenteral nyeri, edema, atau ulkus,
namun masih bisa makan
Eritema yang sangat
nyeri, edema, atau
ulkus, tidak bisa makan
Memerlukan dukungan
nutrisi enteral
atau
parenteral (Sumber:
WHO, 1979 ;Wilkes, 1998; Bensadoun et al., 2001)
2.6 Penatalaksanaan Mukositis Oral
Penatalaksanaan lesi dilakukan secara farmakologis dan non farmakologis.
oral dilakukan dengan melepaskan pseudomembran dari lesi, dan perlu dilakukan secara
hati-hati karena pasien mukositis oral biasanya disertai dengan trombositopenia dan
oral dilakukan dengan memberikan regimen antifungal, antibakteri, atau antiseptik, namun
kandungan kimia dari agen tersebut dapat menimbulkan mukosa oral kering dan mudah
iritasi. Manajemen topikal digunakan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh
pasien baik lokal ataupun sistemik. Terakhir untuk mengontrol perdarahan, pasien
lain perawatan mulut, pengaturan diet, dan pencegahan infeksi. Perawatan mulut
merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kesehatan dan integritas mukosa
mulut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubenstein et al. (2004),
yaitu intervensi perawatan mulut dapat meminimalkan risiko mukositis akibat kemoterapi
karena dapat mengurangi bakteri dan jamur sehingga meminimalkan risiko infeksi,
mengurangi nyeri, dan perdarahan. Menurut Saldanha dan Almeida (2014), perawatan
mulut dengan berkumur menggunakan larutan salin 0,9% menjadi salah satu pilihan dalam
mengurangi derajat mukositis oral. Perawatan mulut yang dianjurkan pada anak adalah
berkumur-kumur minimal empat kali sehari (Tomlinson & Kline, 2005), atau minimal
melakukan perawatan mulut dua kali setelah makan dan sebelum tidur, dan setiap dua jam
Terkait pengaturan diet, makanan dengan konsistensi lembut menjadi pilihan untuk
pasien dengan mukositis oral. Pasien juga harus menjaga kelembaban mulutnya dengan
meningkatkan asupan cairan peroral atau menghisap es batu. Pasien dengan mukositis oral
yang berat wajib memperoleh Total Parenteral Nutrition (TPN) untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi pasien. Pasien juga harus menghindari makanan yang bersifat iritatif,
seperti makanan asam, pedas, asin, ataupun makanan kering ( Lalla et al., 2008; Lalla et
al., 2014).
BAB III
LAPORAN KASUS
Seorang pasien wanita usia 65 tahun datang ke bagian oral medicine rumah sakit gigi
dan mulut dengan keluhan mukosa bukal kanan dan kiri terdapat eritema dan plak putih
kekuningan sepanjang garis oklusal pada regio gigi kaninus sampai regio molar tiga dan
merasa tidak nyaman. Pasien menyadari sudah 1 bulan yang lalu, pasien juga menggunakan
gigi tiruan dan keadaan rongga mulut pasien buruk.
A. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien mengeluh mukosa bukal kanan dan kiri terdapat eritema dan plak putih
kekuningan.
Keluhan Tambahan
Pasien menyadarinya sejak 1 bulan yang lalu dan pasien merasa sakit pada mukosa bukal
kiri dan kanannya.
Riwayat perawatan gigi
Pasien menyangkal pernah mengidap penyakit sistemik dan belum pernah dirawat
sebelumnya.
Riwayat penyakit dalam keluarga
Tidak ada
Mukosa bukal : terdapat eritema pada sisi kiri dan kanan dan plak putih kekuningan
sepanjang garis oklusal pada regio gigi kaninus sampai gigi mular
tiga.
Gingiva : udem, memerah
Palatum : normal
Lidah : normal
Dasar Mulut : normal
Uvula : normal
Tonsil : normal
Kebersihan mulut : buruk
Kelainan gigi geligi : Tidak ada
Lengkung Rahang : Kecil
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
E. Diagnosa Oral Medicine
Diagnosa : Mukositis Oral
F. Rencana Perawatan
yang bergizi seperti buah dan sayur dan banyak mengkonsumsi air putih. Pasien
KESIMPULAN
4.1 kesimpulan
Mukositis oral merupakan inflamasi akut pada mukosa oral akibat nekrosis dari
lapisan basalis dari mukosa oral, yang ditandai dengan adanya eritema dan atau ulserasi pada
mukosa oral, dan dapat menimbulkan nyeri hebat, membutuhkan analgesik opioid,
mengganggu asupan nutrisi, dan kualitas hidup pasien. Beberapa faktor yang dapat
berkontribusi dalam meningkatkan terjadinya mukositis oral terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu faktor risiko yang berhubungan dengan pasien sendiri, dan faktor risiko yang
berhubungan dengan terapi. Manifestasi klinis yang sering muncul antara lain ulserasi
berukuran 0,5-4 cm, eritema yang ditutupi garis kuning atau fibrin berwarna putih yang
disebut sebagai pseudomembran. Penatalaksanaan lesi dilakukan secara farmakologis dan
non farmakologis.
DAFTAR PUSTAKA
Abbasi, N.M., Sadrolhefazi, B., Nikoofar, A., Ervan, M., Azizian, H., & Alamy, M. (2007).
Allupurinol mouthwashes for prevention or alleviation radiotherapy induced oral
mucositis: A randomized, placebo-control trial. Oncology Nursing Journal,
15(4), 227-230.
Al-Snafi, A.E. (2015). Therapeutic properties of medical plants: A review of plants with
anti-inflamatory, antipyretic and analgesic activity (part 1). International Journal of
Pharmacy, 5(3), 125-147.
Barasch, A., & Epstein, J.B. (2011). Management of cancer therapy-induced oral mucositis.
Dermatol Ther, 24, 424-431.
Bardy, J., Slevin, N., Male, K.L., & Mollasiotis, A. (2008). A systematic review of honey
uses and its potential value within oncology care. Journal of Clinical Nursing,
17(1), 2604-2623.
Bensinger, W et al. (2008). NCCN Task Force Report: Prevention and management of
mucositis in cancer care. J National Compr Canc Netw Suppl, 1, 1-21.
Bowden, V.R., & Greenberg, C.S. (2010). Children and their families the continuum of
care (2nd ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Cancer Care Nova Stovia. (2008). Best practice guidelines for the management of oral
complication from cancer therapy. California: Nova Stovia Government. Diperoleh
dari http://www.cancercare.ns.ca, diakses tanggal 20 November
2015.
Cawley, M. M., & Benson L.M. (2005). Current trends in managing oral mucositis.
Clin J Oncol Nurs. 9(5), 584-592.
Corsello et al. (2004). Compositions for the relief of xerostomia and the treatment of
asscociated disorders. Diperoleh dari http://www.freepatentsonline.com,
diakses tanggal 23 Mei 2015
Costa, E.M., Fernandes, M.Z., Quinder, L.B., De Souza, L.B., & Pinto, L.P. (2003).
Evaluation of an oral preventive protocol in children with acute lymphoblastic
leukemia. Pesquisa Odontologica Brasileira, 17(2), 147-150.
Chu, E., & Devita, V.T. (2015). Cancer chemotherapy: Drug manual. Burlington: Jones &
Bartlett.
Dahlan, M.S. (2011). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika
Depkes RI. (2011). Press release hari kanker anak sedunia. Diperoleh dari
http://www.tvl.com/pressreleaseharikankeranakseduniahtml, diakses tanggal 15
April 2015.
Didem, A., Ayfer, E., & Ferda, O.A. (2014). The effect of chewing gum on oral mucositis
in children receiving chemotherapy. Health Science Journal, 8(3),
373-382.
Dodd, M.J. (2004). The pathogenesis and characteristic of oral mucositis associated with
cancer therapy. Oncology Nursing Forum, 31(4), 5-12.
Dodd, M.J., Miaskowski, C., Dibble, A.L., Paul, S.M., MacPhail, L., Greenspan, D., et
al., (2000). Factors influencing oral mucositis in patients receiving chemotherapy.
Cancer Practice Journal, 8(6), 291-304.
Dodds, M.W. (2012). The oral health benefits of chewing gum. Journal of the Irish
Dental Association, 58(5), 253-261.
Eilers, J. (2004). Nursing intervention and supportive care for the prevention and treatment
of oral mucositis associated with cancer treatment. Oncology Nursing Forum, 31(4),
13-18.
Eilers, J., Berger, A.M., & Petersen, M.C. (1988). Development, testing and application of
oral assessment guide. Oncology Nursing Forum, 15, 325-330.
Elting, L.S., Cooksley, C., Chamber, M., Cantor, S.B., Manzullo, E., & Rubenstein, E.B.
(2003). The burdens of cancer therapy, clinical, and economic outcomes of
chemotherapy induced mucositis. Cancer, 98(7), 1531-1539.
Epstein, J. B., & Schubert, M. M. (2004). Managing pain in mucositis. Seminars in
Oncology Nursing, 20(1), 30-37.
Ertekin, M.V., Cok, M., Karslioglou, L., & Sezen, O. (2004). Zinc sulfate in the prevention
of radiation-induced oropharyngeal mucositis: A prospective, placebo-control trial,
randomized study. International Journal of Radiation Oncology, Biology and
Physic, 58(1), 167-174.
Fulton, J., Middleton, G., & McPail, J. (2002). Management of oral complications.
Seminars in Oncology Nursing, 18(1), 28-35.
Gupta, N., & Khan, M. (2013). Oral Mucositis. E-Journal of Dentistry. 3(3), 405-410.
Guyton & Hall. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran (Edisi 11). Jakarta: EGC.
Harris, J.D., Eilers, J., Harriman, A., Cashavelly, B., & Maxwell, C. (2008). Putting
evidence into practice: Evidence based intervention for management of oral
mucositis. Clinical Journal of Oncology Nursing, 12(1), 141-147
Hashemi, A., Bahrololoumi, Z., Khaksar, Y., Saffarzadeh, N., Neamatzade, H., &
Foroughi, E. (2015). Mouth-rinses for the prevention of chemotherapy induced oral
mucositis in children: A systematic review. Iranian Journal of Pediatric
Hematology Oncology, 15(2), 106-112.
He, M. (2011). Interventions for preventing oral mucositis in patients with cancer receiving
treatment. Clinical Nurse Spesialist, 25(6), 284-285.
Heydari, A., Sharifi, H., & Salek, R. (2012). Effect of oral chryotherapy on combination
chemotherapy-induced oral mucositis: A randomized clinical trial. Middle East
Journal of Cancer, 3(2 & 3), 55-64.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). Wong’s essential of pediatric nursing (8th
ed). Missouri: Mosby Company.
Kakoei, S., Ghassemi, A., & Nakhaee, N. (2013). Effect of cryotherapy on oral mucositis
in patients with head and neck cancers receiving radiotherapy. International Journal
of Radiation Research, 11(2), 117-120.
Lalla, R.V., Bowen, J., Barasch, A., Elting, L., Epstein, J., Keefe, D.M., et al. (2014).
MASCC/ISOO clinical practice guidelines for the management of mucositis
secondary to cancer therapy. Cancer, 120(10), 1453–1461
Lalla et al. (2008). Management of oral mucositis in patients who have cancer. Dent
Clin North Am, 52, 61-77.
Llop, M.R., Jimeno, F.G., Acien, R,M., & Dalmau, L.J.B. (2010). Effect of xylitol chewing
gum on salivary flow rate, ph, buffering capacity and presence of Streptococcus
mutans in saliva. European Journal of Paediatric Dentistry,
11(1), 9-14.
McGraw, H., & Arnhold, M. (2014). Sex differences in cortisol levels. Diperoleh dari
https://minds.wisconsin.edu, diakses tanggal 6 Juni 2016.
National Cancer Institute. (2012). Fact Sheet: Childhood Cancers. National Institutes of
Health, National Cancer Institute. Diperoleh dari
http://www.cancer.gov/cancertopics/factsheet/Sites‐Types/childhood, diakses
tanggal 14 Februari 2016.
National Cancer Institute. (2010). Surveilance, epidemiology and end result (SEER).
Diperoleh dari http://www.seer.cancer.gov/canque/incidence.html, diakses
tanggal 3 Mei 2015.
Nurhidayah, I. (2011). Pengaruh pemberian madu dalam tindakan keperawatan oral care
terhadap mukositis akibat kemoterapi pada anak di RSUPN DR. Cipto
Mangunkusumo Jakarta (Tesis tidak dipublikasikan). Universitas Indonesia, Jakarta