Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

PENCEGAHAN DIABETES TIPE 2


DIUSIA PRODUKTIF

Oleh : Yesa Eka Febriana


NIS : 202110091

KOMPETENSI ASISTEN KEPERAWATAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FARMASI YPIB CIREBON
JL. WIDARASARI III TUPAREV CIREBON TLP.(0231) 8332795

1
KARYA TULIS ILMIAH
PENCEGAHAN DIABETES TIPE 2
DIUSIA PRODUKTIF
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti lomba LKS
Health And Social Care

Oleh : Yesa Eka Febriana


NIS : 202110091

KOMPETENSI ASISTEN KEPERAWATAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FARMASI YPIB CIREBON
JL. WIDARASARI III TUPAREV CIREBON TLP.(0231) 8332795

2
SURAT PERNYATAAN ORSINALITAS

Karya tulis ini adalah karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar .

Cirebon , 2 April 2023

Yesa Eka Febriana

NIS : 202110091

3
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Yesa Eka Febriana

NIS : 202110091

Kompetensi : Keperawatan

Setelah membaca laporan ini dengan seksama menurut pertimbangan kami telah
memenuhi persyaratan mengikuti lomba kompetensi siswa

Mengetahui ,

Kepala Sekolah , Pembimbing

Dewi Pranita Motik , S.Pd.ME Widiya Irawati,AMd.Kep.SKM

Telah disahkan oleh ,

Kepala Dinas Pendidikan Pengawas SMK F YPIB Cirebon

Drs.H.Asdullah Sam Anwar Dra.Emin Ningsih.,M.Pd

4
PENCEGAHAN DIABETES TIPE 2 DIUSIA PRODUKTIF
PREVENTION OF TYPE 2 DIABETES IN PRODUCTIVE AGES

Yesa Eka Febriana


SMKF YPIB Cirebon
Alamat SMKF YPIB Cirebon: jl.Widarasari III Tuparev Cirebon Tlp. (0231) 8332795

ABSTRAK

Saat ini perhatian penyakit tidak menular semakin meningkat. Dari sepuluh penyebab
utama kematian, dua diantaranya adalah penyakit tidak menular. Salah satunya Diabetes
Melitus merupakan penyakit tidak menular yang mengalami peningkatan terus-menerus
dari tahun ke tahun. Dengan adanya permasalahan tersebut, dilakukan penelitian untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan usia produktif dengan pengetahuan mengenai
penyakit Diabetes Melitus. Peneliti menggunakan penelitian observasional, dengan studi
cross sectional. Sampel yang digunakan pada teman sebaya di lingkungan sekolah.Di
mana didapatkan 49 responden, peneliti melakukan wawancara dengan bantuan kuesioner
untuk mengumpulkan data, serta dilakukan analisis menggunakan Chi Square untuk
mengetahui hubungan pada masing-masing variabel yang diteliti. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah rerata anak yang mengetahui penyakit diabetes , sedangkan variabel
bebasnya adalah penyerapan edukasi, pengaturan makan, olahraga, Hasil penelitian ini
menunjukkan ada hubungan penyerapan edukasi dengan rerata kadar gula darah.
Berdasarkan dari hasil analisis, kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan di
semua variabel. Dengan penyerapan edukasi yang baik, pengaturan makan, olahraga,
mempunyai dampak penyakit diabetes melitus dikalangan usia produktif dan
meningkatkan kualitas hidup.

Kata kunci: empat 4 pilar pengendalian DM, rerata pengetahuan pencegahan DM

ABSTRACT

Currently the attention of non-communicable diseases is increasing. Of the ten leading


causes of death, two of them are non-communicable diseases. One of them is Diabetes
Mellitus, which is a non-communicable disease that has continuously increased from year
to year. Given these problems, a study was conducted to determine whether there is a

5
relationship between productive age and knowledge about Diabetes Mellitus. Researchers
used observational research, with a cross sectional study. The samples used were peers in
the school environment. Where 49 respondents were found, the researchers conducted
interviews with the help of questionnaires to collect data, and an analysis was carried out
using Chi Square to determine the relationship to each of the variables studied. The
dependent variable in this study was the average number of children who knew diabetes,
while the independent variables were education absorption, eating arrangements,
exercise. The results of this study showed that there was a relationship between education
absorption and average blood sugar levels. Based on the results of the analysis, the
conclusion obtained is that there is a relationship in all variables. With the absorption of
good education, eating arrangements, exercise, it has an impact on diabetes mellitus
among productive age groups and improves quality of life.
Keywords: four 4 pillars of DM control, average knowledge of DM prevention.
PENDAHULUAN
Paradigma sehat sebagai suatu gerakan nasional dalam rangka pembangunan
kesehatan menuju Indonesia sehat merupakan upaya meningkatkan kesehatan bangsa
yang bersifat proaktif. Upaya ini bertujuan mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam menjaga kesehatannya dan menyadari pentingnya pelayanan kesehatan
yang bersifat promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
(Depkes RI, 2000). Saat ini perhatian penyakit tidak menular semakin meningkat karena
frekuensi kejadiannya pada masyarakat semakin meningkat. Dari sepuluh penyebab
utama kematian, dua diantaranya adalah penyakit tidak menular. Keadaan ini terjadi di
dunia, baik di negara maju maupun di negara dengan ekonomi rendah dan menengah.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) mempergunakan istilah penyakit kronis (chronic
diseases) untuk penyakitpenyakit tidak menular. Penyakit tidak menular disebut juga
sebagai new communicable diseases karena penyakit ini dianggap dapat menular, yakni
melalui gaya hidup (Bustan, 2007).
Salah satunya adalah penyakit diabetes melitus (DM) merupakan sebuah penyakit,
di mana kondisi kadar glukosa di dalam darah melebihi batas normal. Hal ini disebabkan
karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Insulin
adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas dan merupakan zat utama yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan kadar gula darah dalam tubuh agar tetap

6
dalam kondisi seimbang. Insulin berfungsi sebagai alat yang membantu gula berpindah
ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi
(Mahdiana, 2010). Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular
yang mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun. Diabetes adalah penyakit
metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) yang
diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin, dan resistensi insulin atau keduanya.
Hiperglikemia yang berlangsung lama (kronik) pada Diabetes Melitus akan menyebabkan
kerusakan gangguan fungsi, kegagalan berbagai organ, terutama mata, organ, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah lainnya (Suastika K., et al., 2011).
Diabetes Melitus yang ditandai oleh hiperglikemia kronis. Penderita DM akan
ditemukan dengan berbagai gejala, seperti poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak
minum), dan polifagia (banyak makan) dengan penurunan berat badan. Hiperglikemia
dapat tidak terdeteksi karena penyakit Diabetes Melitus tidak menimbulkan gejala
(asimptomatik) dan sering disebut sebagai pembunuh manusia secara diam-diam “Silent
Killer” dan menyebabkan kerusakan vaskular sebelum penyakit ini terdeteksi. Diabetes
Melitus dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan metabolik yang
menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan mikrovaskular (Gibney dkk., 2008).
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insiden dan prevalensi Diabetes Melitus tipe II di berbagai penjuru
dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang Diabetes Melitus
yang cukup besar untuk tahun-tahun mendatang. Berdasarkan data organisasi kesehatan
dunia (WHO) Indonesia merupakan urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes
Melitus di dunia. Pada tahun 2006 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia
mencapai 14 juta orang. Dari Jumlah tersebut baru 50% penderita yang sadar mengidap
dan sekitar 30% diantaranya melakukan pengobatan rutin. Faktor lingkungan dan gaya
hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas dan stress
berperan sangat besar sebagai pemicu Diabetes Melitus. Selain itu Diabetes Melitus juga
bisa muncul karena adanya faktor keturunan (Sidhartawan, 2008).
Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifaktorial.
Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Patofisiologi Diabetes Melitus akan ditemukan dengan
berbagai gejala, seperti poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), dan

7
polifagia (banyak makan) dengan penurunan berat badan. Hiperglikemia dapat tidak
terdeteksi karena penyakit Diabetes Melitus tidak menimbulkan gejala (asimptomatik)
dan menyebabkan kerusakan vaskular sebelum penyakit terdeteksi (Gibney, dkk., 2008).
Diabetes Melitus tipe II merupakan jenis yang paling banyak dijumpai. Biasanya
terjadi pada usia 45 tahun, tetapi bisa pula timbul pada usia di atas 20 tahun. Sekitar 90-
95% penderita Diabetes Melitus tipe II. Pada Diabetes Melitus tipe II, pankreas, pankreas
masih dapat membuat insulin, tetapi kualitas insulin yang dihasilkan buruk dan tidak
dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel.
Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Kemungkinan lain terjadinya Diabetes
Melitus tipe 2 adalah sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau sudah resisten
terhadap insulin (insulin resistance) sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan
akhirnya tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini umumnya terjadi pada pasien
yang gemuk atau mengalami obesitas. Maka hal utama yang diperlukan adalah
pengendalian Diabetes Melitus dengan pedoman 4 pilar pengendalian Diabetes Melitus,
yang terdiri dari edukasi, pengaturan makan, olahraga, kepatuhan pengobatan (Perkeni,
2011). Dengan tujuan agar penyandang Diabetes Melitus dapat hidup lebih lama, karena
kualitas hidup kebutuhan.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan,pengaturan makan
kepatuhan olah raga.
Variabel Kategori Jumlah Persentase (%)
Penyerapan Edukasi Baik 27 55,1 %
Kurang 22 46,8 %
Pengaturan Makan Sesuai 15 30,6 %
Tidak sesuai 34 69,4 %
Kepatuhan Olahraga Olah raga 20 40,8 %
Jarang olah raga 19 38,8 %
Tidak Olah raga 10 20,4 %

METODE
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional yang bersifat analitik
yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel penelitian.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengamati hubungan antara faktor risiko terhadap akibat yang terjadi

8
dalam bentuk penyakit atau keadaan (status) kesehatan tertentu dalam waktu yang
bersamaan (Noor, 2008).
Populasi dari penelitian ini adalah remaja usia produktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki rerata
Pengetahuan pencegahan penyakit Diabetes melitus type II . Distribusi Penyerapan
Edukasi Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan baik, yaitu sebesar 27 (55,1 %) responden. Sedangkan responden yang
memiliki tingkat penyerapan kurang, yaitu sebesar 22 (46,8 %). Distribusi ini berdasarkan
penyerapan edukasi yang diperoleh responden yang dapat dilihat pada tabel 1.

PEMBAHASAN
Hubungan Penyerapan Edukasi dengan pencegahan resiko Diabetes Melitus Type II.
Menurut Basuki (2009), penyandang Diabetes Melitus perlu mendapatkan
informasi minimal yang diberikan setelah diagnosis ditegakkan, mencakup pengetahuan
dasar tentang diabetes, pemantauan mandiri, sebab-sebab tingginya kadar glukosa darah,
obat hipoglikemia oral, perencanaan makan, perawatan, kegiatan jasmani, tanda- tanda
hipoglikemi dan komplikasi. Penyandang diabetes yang mempunyai pengetahuan cukup
tentang diabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, sehingga akan dapat
mengendalikan kondisi penyakitnya dan penyandang diabetes dapat hidup lebih
berkualitas.
Edukasi dan informasi yang tepat dapat meningkatkan kepatuhan penderita dalam
menjalani program pengobatan yang komprehensif, sehingga pengendalian kadar glukosa
darah dapat tercapai. Dengan kepatuhan yang lebih, maka akan lebih mudah menyerap
informasi berkaitan dengan penyakitnya sehingga pasien Diabetes Melitus relatif dapat
hidup normal bila mengetahui kondisinya dan cara penatalaksanaan penyakitnya tersebut.

Hubungan Pengaturan Makan dengan pencegahan resiko Diabetes Melitus Type II.
Pengaturan makan merupakan gambaran tentang pola makan/kebiasaan makan
meliputi jenis dan frekuensi makan. Pengaturan ini merupakan bagian dari
penatalaksanaan Diabetes Melitus secara total. Kunci keberhasilan dalam pengaturan

9
makan adalah keterlibatan secara menyeluruh dari seluruh tim (petugas kesehatan,
keluarga dan pasien).
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara pengaturan makan
dengan pencegahan resiko Diabetes Melitus Type II. Hal ini dikarenakan pengaturan
makan dapat menstabilkan kadar glukosa darah dan lipid-lipid dalam batas normal
(Syahbudin, 2007).
Hubungan Penerapan Olahraga dengan pencegahan resiko Diabetes Melitus Type II.
Manfaat olahraga bagi penderita diabetes antara lain menurunkan kadar gula
darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya
komplikasi aterogenik, gangguan lipid darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi
darah (Ilyas, 2009). Menurut Chaveau dan Kaufman dalam Depkes (2008)

REFERENSI
Depkes. 2008. Metode Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko Diabetes Melitus.
Jakarta: Depkes RI.
Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia.(http://www.kedokteran.info/konsensuspengelolaan-dan-pencegahan-diabe
tesmellitustipe-2-di-indonesia-2006.html.PDF).
Suyono, S. 2009. Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes, dalam
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Gibney J.M., Margaretts M.B., Kearney M.J., & Arab L. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

10

Anda mungkin juga menyukai